Saluran napas atas : Hidung/ nasal, sinus paranasal, faring, laring (bag atas epiglotis)
Saluran napas bawah : laring (bag bawah epiglotis), trakea, bronkus, bronkiolus,
paru-paru.
Parenkim Paru
terdapat 2 unit parenkim paru :
1) Lobules paru ditunjukan oleh struktur paru-paru yang berasal dari bronkiolus
kecil, terdiri atas 5-7 bronkiolus terminal dan struktur-struktur yang lebih
distal.
2) Asinus paru adalah truktur yang muncul dan bronkiolus terminal tunggal dan
terdiri atas bronkiolus respiratorik dan alveolus alveolus bronkiolus
respiratorik terdiri atas lapisan-lapisan epitel kuboid sederhana dan ikut
berperan pada pertukaran gas, dinding alveolus 5-10 um dan dilapisi oleh
pneumosid tipe 2.
Merupakan suatu proses peradangan pada mukos atau selaput lendir sinus
paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau
kerusakan tulang di bawahnya. Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang terdapat
pada tulang-tulang di wajah. Terdiri di sinus frontal (di dahi) sinus etmoid ( pangkal
hidung), sinus maksila ( pipi kanan dan kiri), sinus stenoid (di belakang sinus
etmoid). ( Efiaty, 2007)
ETIOLOGI
Sinus paranasal salah satu fungsinya dalah menghasilkan lendir yang dialirkan ke
dalam hidung untuk selanjutnya dialirkan ke belakang ke arah tenggorokan untuk
ditelan ke saluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya
aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan menyebabkan terjadinya sinusitis.
Penyebabnya adalah
1. faktor lokal adalah semua kelainan pada hidung yang dapat menyebabkan
terjadinya sumbatan, antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, iritasi polutan,
tumor, benda asing.
2. faktor sistemik adalah keadaan di luar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis;
antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS), penggunaan obat-obatan
yang dapat menyebabkan sumbatan hidung.
MANIFESTASI KLINIS
1) Hidung tersumbat
2) Nyeri di daerah sinus
3) Sakit kepala
4) Hiposmia/ anosmia
5) Halitosis
6) post nasal yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak
B. FLU BURUNG
Flu burung adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang
menyerang burung/unggas dan manusia. Salah satu type yang diwaspadai adalah yang
disebabkan oleh influenza dengan kode H5N1 (H:haemagglutinin, N : neuramidase).
(WHO : Avian Influenza, 2004).
Penderita konfirm H5N1 dapat dibagi menjadi 4 kategori yang sesuai beratmya
penyakit (MOPH Thailand, 2005)
ETIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Definisi
Faringitis akut adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua akut pada
faring, termasuk tonsilitis (tonsilfaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari dan
merupakan peradangan akut membraan mukosa faring dan struktur lain di sekitarnya.
Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya
pada tonsilitis. Namun, juga mencakup nasofaringitis, dan tonsilfaringitis dan
ditandai dengan keluhan nyeri tenggorokan. Faringitisi streptokokus beta hemolitikus
grup A (SBHGA) adalah infeksi akut orofaring dan/atau nasofaring oleh (SBHGA).
(Rahajoe, 2012).
ETIOLOGI
Bakteri dan virus merupakan penyebab dari faringitisi dan virus merupakan menjadi
penyebab terbanayak seperti :
a. Virus Epstein Barr (Epstein Barr Virus/ EBV) disertai dengan gejala infeksi
mononukleus seperti spienomegali dan limfadenopati generalisita.
b. Infeksi virus campak
c. Virus rubella
d. Cytomegalovirus
e. Virus penyebab penyeakit respiratory seperti adenovirus, rhinovirus, dab virus
parainfluenza.
C. BRONKITIS
Definisi
MANIFESTASI KLINIS
D. ASMA
klasifikasi :
1. Pneumonia lobaris
Pada pneumonia lobaris bronkus tidak terserang dan daerah konfluen luas
mengalami konsolidasi, pneumonia lobaris secara khas terjadi pada pneumonia
primer yang disebabkan agen-agen virulen paling sering adalah pneumokokus.
2. Bronkopneumonia
Bronkus terinfeksi disertai seragan pada alveolus disekitarnya berbentuk
bercak bercak dan sering kali terbatas, bronkopneumonia terjadi secara tipikla pada
pneumonia sekunder yang biasanya disebabkan agen-agen yang kurang virulen
ETIOLOGI
Penyebab tersering pneumonia ruang udara adalah S.pneumoniae, ini
merupakan sebagian besar masalah pada pneumonia lobaris primer yang didapat dari
komunitas dan sebagian besar sisanya disebabkan ole L. pneumophila, pada penderita
pneumonia sekunder dengan pola bronkopneumonik khususnya bila didapat dari
rumah sakit banyak bakteri (seperti staphylococcus aureus, basil gram negative, dan
H influenzae serta S.pneumonia) dapat terlibat
GAMBARAN PATOLOGI
Pneumonia ruang udara berkembang melalui 4 tahap:
a. Kongesti akut
fase awal infeksi pada saat bakteri bermutiplikasi di dalam alveolus
dan menyebar ke alveolus disekitarnya. Pertahanan alveolus normal
telah dikalahkan dan terjadi cedera awal pada alveolus
b. Hepatisasi merah
dicirikan oleh peningkatan konsolidasi paru yang terserang akibat
berlanjutnya eksudasi dan emigrasi netrofil
c. Hepatisasi kelabu
terdapat gambaran konsolidasi tetapi infeksinya telah terkontrol dan
tidak terjadi hyperemia maupun berlanjutnya eksudasi dan emigrasi
netrofil
d. Resolusi
eksudat lambat laun menghilang dan cedera alveolus menyembuh
KOMPLIKASI
ETIOLOGI
Mycoplasma Pneumoniae merupakan penyebab tersering kasus-kasus pneumonia
yang tersebar sporadik. Sebagian besar agen penyebab lain pneumknia interstisialis
akut merupakan organisme intraselular obligat yang antara lain sebagai berikut
1. Virus influenza dan para influenza umumnya sebagai agen penyebab pada
epidemi; virus sinsitial pernapasan dan adenovirus merupakan penyebab
tersering pneumonia virus poradik pada anak dan dewasa secara berturut-
turut
2. Chalamydia pneumoniae merupakan penyebab umum penumonia interstisial
pada orang dewasa; chlamydia psittaci menyebabkan spitakosis yang terkait
dengan pajangan terhadap burung
3. Coxilla burnetii (agenriketsia pada demam Q) merupakan penyebab yang
jarang
KOMPLIKASI
Abses paru kronis sering terjadi sebagai suatu sekuele pneumonia sufuratif
akut yang belum sembuh. Abses tersebut biasanya mengalir ke bronkus,
menyebabkan batuk produktif dengan sejumlah besar sputum purulen berbau busuk.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi yang memperlihatkan lesi
kapitas dengan batas cairan. Biakan spuanaerob, seperti spesies bakteriodes.
1. Mycobacterium Tuberculosis
TUBERKULOSIS PARU
GAMBARAN KLINIS
1. Kategori 0 : tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negatif,
tes tuberkulin negatif
2. Kategori 1 : terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi, riwayat
kontak posistif, tes tuberkulin negatif
3. Kategori 2 : terinfeksi tuberkulin, tetapi tidak sakit. Tes tuberkulin positif,
radiologis dan sputum negatif
4. Kategori 3 : terinfeksi tuberkulosis dan sakit.
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam :
o TB tersangka yang diobati : sputum BTA (-), tetapi tanda-tanda lain
positif.
o TB tersangka yang tidak diobati : sputum BTA negatif dan tanda-tanda
lain juga meragukan.
ETIOLOGI
Penyebab TBC adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe Human dan Bovine. Basil tipe bovine
berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human
bisa berada di bercak ludah (droplet) dan udara yang berasal dari penderita TBC, dan
orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. (wim de Jong)
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah ini
dapat menyebabkan TB pada orang lain. Dimana infeksi laen dapat bertahan sampai
bertahu-tahun. (patrick Davey)
PATOLOGI
Multiplikasi basil tuberkel terjadi dengan adanya respons imun sekunder yang
berkembang cepat, yang di cirikan oleh produksi limfokin cepat oleh limfosit T
teraktivitas spesifik yang memnatasi penyebaran makrofag atau reinfeksi.mekanisme
pasti mengenai pembentukan nekrosis kaseosa tidak diketahui.
Lesi yang paling awal berupa granuloma-granuloma sel epiteloid kecil yang
dicirikan oleh nekrosis kaseosa dan fibrosis.penyatuan granuloma-granuloma ini
membentuk masa padat besar radang granulomatosa fibrokasiosa yang disebut
tuberkuloma. Bahan kaseosa ini pada awalnya padat,tetapi dengan multiplikasi basil
yang berlangsung terus,bahan ini mengalami likuefaksi. Granuloma yang terlikuefasi
ini dapat terbuka dalam bronkus,menyebabkan konsekuensi sebagai berikut :
GAMBARAN KLINIS
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS
Banyak obat anti tuberculosis yang tersedia, yang paling efektif dari antaranya
adalah isoniazid (INH) dan rifampin. Basil tuberkel dengan cepat resisten terhadap
obat-obat antimokroba; banyak strain telah resisten terhadap satu macam obat,dan
sebagian besar resisten dengan cepat dengan terpajan oleh satu macam agen. Oleh
karena itu merupakan kebiasaan untuk memulai terapi suatu kasus baru dengan 3 obat
salah satunya diantaranya adalah isoniaizid. Terapi harus di teruskan selama 12-18
bulan.
Pada infeksi manusia, cacing ini menginfeksi arteri paru, ketika cacing
tersebut mati, hal ini memicu reaksi radangyang menyebabkan oklusi fibrosis
pembuluh darah dan infark paru. Hal ini menyebabkan nyeri dada dan hemoptisis.
Opasitas yang berbatas tegas (lesi “uang logam”) terlihat pada sinar X dada.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan penemuan cacing tersebut di dalam lesi paru.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran