Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS SITUASI

Data Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas Jelbuk


No Indicator Kesehatan Capaian Target Keterangan
Masyarakat Terkait
Gizi
1. Angka kematian bayi 3 jiwa
2. Angka kematian balita
3. Angka kematian ibu
4. Bayi baru lahir ditimbang
5. BBLR 38 jiwa
6. Balita gizi baik
7. Balita kurang gizi (kurus) 137 kasus 6,61 (akut)
8. Balita gizi buruk (sangat 36 kasus 1,73%
kurus)
9. Bayi mendapatkan 485 orang 488 orang/ 98,3% (tidak masalah)
vitamin A 85%
10. Bayi mendapatkan 92,28% 85% Tidak masalah
vitamin A dengan dosis
tinggi
11. Ibu nifas mendapatkan
vitamin A
12. Asi ekslusif 75% 100% Masalah
13. Pemberian MP ASI gakin
14. Balita di timbang 78% 100% Masalah
15. Balita BB naik 64% 100% Masalah
16. Balita BGM 76 orang 41 orang 3,69 (masalah) karena
kurangnya pengetahuan
ibu tentang gizi balitanya
dan factor ekonomi yang
rendah
17. Balita gizi buruk
mendapatkan perawatan
18. Ibu hamil KEK 79 orang 118 orang/ 14% (masalah) karena
21,1% kurangnya pengetahuan
gizi bumil dan terlalu
muda untuk hamil
19. Tablet besi ibu hamil (90 7,20% 90% Masalah (terdapat ibu
tablet besi) hamil yang abortus
sehingga pemberian Fe
tidak sampai 90)
20. PMT balita kurus 75 orang 308 orang/ 2,90 (masalah) karena
75% tidak semua balita kurus
tertangani dengan
pemberian PMT sesuai
lokasi
21 Tablet tambah darah 2316 2316 orang Tidak masalah
remaja putrid orang
22. Cakupan pertimbangan 78% 100% Masalah
balita
23. Rumah tangga pemberian 53,3% 90% Masalah
garam beryodium (tes
sampel)
24. Stunting (sangat pendek) 158 kasus 7,63%
25. Gemuk 110 kasus 5,31%
26. Pendek 377 kasus 18,21% (akut)
27. Penyakit infeksi
a. HVS ISPA
b. SUSPEK TB 246 kasus 1153 kasus Masalah
(PKM)

Data Kesehatan Masyarakat di Desa Sukojember


No Indicator Kesehatan Capaian Target Keterangan
Masyarakat Terkait
Gizi
1. Pemberian 90 tablet ibu 100% 100% Tidak masalah
hamil
2. Pemberian vitamin A 3,04%
bayi (6 – 11 bulan)
3. Bumil KEK 9%
4. Pemberian vitamin A 93% 100% Tidak masalah
balita (12 – 59 bulan)
5. Balita pendek 67 jiwa Total balita di desa
6. Balita sangat pendek 20 jiwa sukojember
7. Balita kurus 23 jiwa sebanyak 427 jiwa
8. Balita sangat kurus 6 jiwa
9. Balita BGM 8 jiwa
10. Balita gemuk 12 jiwa

Dari hasil observasi yang kami lakukan masalah gizi yang tetinggi di Desa
Sukojember yaitu masalah balita pendek. Penyebabnya yaitu pemahaman ibu
tehadap asi ekslusif rendah bayi usia dibawah 6 bulan sudah diberi susu fomula,
pengetahuan orang tua mengenai ASI kurang, ekonomi rendah mengakibatkan
pemenuhan makanan bergizi seimbang dan keanekaragaman makanan kurang,
serta balita diberikan camilan yang tidak sehat, seperti bayi usia dibawah 6 bulan
yang memasuki masa oral seharusnya diberikan camilan yang sehat seperti regal
akan tetapi kenyataannya justru diberikan makanan yang kurang bergizi seperti
kerupuk. Program pencegahan yang dilakukan yaitu seperti kelas ibu hamil yang
dilakukan setiap bulan, guna meningkatkan pengetahuan tentang ASI ekslusif dan
gizi, pemberian PMT pemulihan untuk balita seperti biscuit dari APBN
difokuskan pada balita BGM stuntingsetalh rutin selama kurang lebih 90 hari,
pemberian obat cancing untuk balita, dan pemberin tablet Fe pada remaja putrid
setiap SMP/MTS pada hari Rabu dengan system monitoring dengan bantuan guru
disekolah tersebut, telah diteapkan selama 3 bulan dan akan dijalankan secara
terus menerus secara rutin dengan target 100%. Pelaksanaan program – program
tersebut sasaran utamnya yaitu ibu hamil dan ibu yang memiliki balita. Capaian
program yang telah dilakukan seperti pada kelas ibu hamil terjadi perubahan
perilaku, ibu dapat memilih makanan yang bergizi dan mengandung tinggi zat
besi, sehingga bayi yang lahir tidak BBLR. Seperti pada kasus ibu hamil yang
mengalami KEK setelah rutin mengikuti kelas ibu hamil dan pemberian PMT,
bayi yang dilahirkan seberat 2 kg 8 ons, tidak BBLR. Pemberian ASI ekslusif
secara teratur dan pemilihan makanan dilakukan dengan benar. Mengenai
pemberian PMT dirasa kurang berpengaruh, hal itu disebabkan kuangnya
kesadaran orang tua atau pengasuh. Pada saat pemberian PMT selama 1 bulan
secara rutin berat badan balita berat badan balita mencapai berat badan normal,
akan tetapi pada saat program tersebut telah selesai dilaksanakan berat badan
balita kembali menurun. Karena PMT yang telah diajarkan tidak diterapkan. Saat
pemberian BB balita naik 8 ons.
Hasil observasi yang kami lakukan mengenai pelaksanaan posyandu di
desa Sukojember yang pertama mengenai ragam kegiatan yang dilakukan
pustu/posyandu yaitu seperti penimbangan, pemiksaan ibu hamil, imunisasi balita,
rujukan untuk balita sakit sperti diare dan status gizi seperti BGM, serta
pemberian obat cacing pencegahan stunting. Keaktifan kader pustu/posyandu
dilihat dari persentase kehadiran, dalam 1 desa terdapat 7 pustu/posyandu setiap
pos berbeda kader, dan persentase keaktifan sebesar 80%. Pendanan kegiatan
pustu/posyandu untuk kegiatan kegiatan PMT dan penyuluhan selama ini
menggunakan dana swadaya bidan atau kader, dan dana juga berasal dari BOK
khususnya untuk petugas. Sarana dan prasana yang dimiliki pustu/posyandu,
contohnya yang terdapat pada posyandu Mawar 21 Desa Sukojember, sarana dan
prasaranannya dacin, tempat tidur, speaker, timbangan digital, meja, kursi, dan
statue meter (pengukuran tinggi badan). Dukungan tokoh masyarakat dan tokoh
agama terhadap kegiatan pustu/posyandu, seperti untuk tokoh masyarakat seperti
kepala dusun yang menganggap kegiatan posyandu hanya tugas tenaga kesehatan
atau meupakan program kesehatan, akan tetapi seharusnya program posyandu
berasal dari desa dan untuk desa. Jadi peran tokoh masyarakat seperti kepala
dusun dan RT masih kurang. Dukungan bidan wilayah/puskesmas dalam kegiatan
pustu/posyandu untuk bidan terjun lansung pada saat pelaksanaan posyandu, jadi
dukungan bidan untuk posyandu sebesar 100% artinya kegiatan didukung
sepenuhnya. Dalam 1 desa tedapat 7 posyandu yang ditangani oleh 3 bidan desa.
Partisipasi masyarakat dalam kegiatan pustu/posyandu dilihat dari keaktifan
kehadiran sebesa 90%, misalnya jika pelaksanaan posyandu untuk ibu hamil
mengundang 20 orang yang tidak hadir hanya 3 orang. Lingkungan masyrakatnye
terbuka, artinya menerima dengan baik pogram posyandu, pemikiran masyrakat
sudah mulai menerima dibuktikan dengan tidak ada lagi foodtaboo dalam
masyarakat. Keberadaan saranan pelayanan kesehatan lain di sekitas
pustu/posyandu contohnya pada posyandu mawar 21 sarana pelayanan kesehatan
yang ada disekitar atau yang paling dekat yaitu polindes dengan jarak 100 meter.
Analisi situasi jika menggunakan metode SWOT, yang terdiri dari aspek
internal (kekuatan, kelemahan), dan aspek ekstenal (peluang, ancaman). Dari segi
kekuatannya dapat dilihat mengenai pelayanan kesehatan masyarakatnya sangat
kooperatif sehingga kesadaran mengenai kesehantan cukup tinggi. Dari segi
kelemahan dilihat dari kesibukan oang tua sehingga sasaran tercapai semua,
kurangnya sarana dan prasarana sepeti timbangan digital dan alat ukur yang rusak,
serta dai 7 posyandu hanya beberapa saja yang memiliki bangunan sendiri
selebihnya memanfaatkan rumah kader untuk dijadikan tempat kegiatan
posyandu. Selanjutnya segi peluang dilihat dari polinds yang memunyai wilayah
cukup luas mampu membuka peluang untuk melakukan posyandu ke setiap dusun
sehingga mampu membentuk pos – pos posyandu serta mampu mempermudah
akses masyarakat di dusun setempat untuk menjangkau posyandu terdekat.
Sedangkan dari aspek ancaman perbedaan pendapat sebuah keluarga yang berada
dilingkungangan pesantren mengenai penolakan pemberian imunisasi bagi ibu
hamil, ibu menyusui, dan balita yang dpat bedampak BGM.

Anda mungkin juga menyukai