Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS INSTRUMEN
“SPEKTROFOTOMETER UV-VIS”

KELOMPOK 1 (SATU)

NUR LAILA FITRAH (16.01.049)


ALISA RIKO (16.01.022)
AUGUSTINIA RELGA T. (16.01.010)
EGA DESNIATI P. (16.01.051)
LIDYA KARAPA (16.01.027)
HILDA MAYANGSARI (16.01.024)
ANGGUN PARAMITA S. (16.01.029)
SINTIKE SRI REJEKI (16.01.037)
LATHIFAH NUR IKARINI (16.01.019)
ZULFIAH (16.01.040)
NUR QALBI (I4.01.138)
HERMANTO (15.01.156)
TEODORA ENDANG (14.01.101)

KELAS STIFA A 2016


ASISTEN : DEBIANTI MANGETE

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LatarBelakang
Para kimiawantelah lama
menggunakanbantuanwarnasebagaibantuandalammengenalizat-
zatkimia.Spektrofotometridapatdianggapsebagaisuatuperluasanpemeriksa
an visual yang denganstudilebihmendalamdariabsorpsienergi
radiasiolehmacam-macamzatkimia.
Analisisspektroskopididasarkanpadainteraksiradiasidenganspesiesk
imia.Berprinsippadapenggunaancahaya/tenagamagnetataulistrikuntukme
mpengaruhisenyawakimiasehinggamenimbulkantanggapan.Cara
interaksidengansuatusampeldapatdenganabsorpsi, pemendaran
(luminenscence) emisi, danpenghamburan (scattering)
tergantungpadasifatmateri.Teknikspektroskopimeliputispektroskopi UV-
Vis, spektroskopiserapan atom, spektroskopi infra merah,
spektroskopifluorensi, spektroskopi NMR, spektroskopimassa.
SpektrofotometerUv-Vis adalahalat yang
digunakanuntukmengukurtransmitansi,
reflektansidanabsorbsdaricuplikansebagaifungsidaripanjanggelombang.Sp
ektrofotometersesuaidengannamanyamerupakanalat yang
terdiridarispektrometerdanfotometer.
Dalamstudi analisis farmasi tidaklah langsung dilakukan suatu
analisis tapi berawal dari identifikasi dan penetapan kadar. Identifikasi
dapat diartikan sebagai cara untuk mengetahui suatu jenis senyawa
dengan cara mengujinya. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk
melakukan suatu identifikasi. Selain identifikasi juga ada yang disebut
dengan penetapan kadar yang artinya adalah prosedur pengukuran analit
atau konsentrasi.
Untuk lebih memahami spektrofotometri UV-Vis maka perlu untuk
melakukan praktikum ini. Sehingga sebagai seorang farmasis yang
bekerja dengan senyawa obat dan makanan dapat lebih mengetahui cara
penggunaan dan teknik pemisahan dari suatu sampel.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan


I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini yaitu mengetahui dan mengukur
konsentrasi suatu senyawa serta mengidentifikasi penetapan kadar asam
salisilat mengunakan cahaya spektrofotometri VIS (visibel)
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan kadar
suatu senyawa asam salisilat menggunakan spektrofotometri VIS (visibel)
I.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu menggunakan asam
salisilat murni dilarutkan dengan etanol dibuat dengan konsentrasi yang
berbeda – beda, ditetesi FeCL3, kemudian dimasukkan kedalam kuvet
dandiidentifikasi menggunakan spektrofotometri visible yang disinari
dengan cahaya tampak untuk mengetahui adsorbansinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1 Teori Umum
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
intensitas cahaya yang diserap oleh atom atau molekul. Jenis
spektrofotometer yang tersedia berbeda-beda, bergabtung pada cahaya
yang digunakan, apakah berkas cahay tunggal atau berkas sampel dan
pembanding secara terpisah, dan pengukurannya dilakukan pada panjang
gelombang tetap atau memindai spektrum pada berbagai panjang
gelombang (Chairns, 2008).
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah
berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui
suatu larutan yang mengandung kontaminan yang akan ditentukan
konsentrasinya. Proses ini disebut “absorpsi spektrofotometri” dan jika
panjang disebut “klorimetri” karena memberikan warna (R.A. Day, 2002).
Deteksi absorbansi larutan standar pada rentang panjang gelombang
250-300 nm dengan menggunakan instrument spektrofotometer UV-Vis.
Selanjutnya dibuat kurva standar yang menghubungkan absorbansi
dengan konsentrasi dari masing-masing larutan standar (Rialita, 2013).
Spektometer merupakan salah satu peralatan penelitian yang paling
banyak digunakan dalam bidang biologi. Spektrofotometer mengukur
jumlah relatif cahaya dari panjang gelombang berbeda yang diserap dan
diteruskan oleh larutan pigmen(Rialita, 2013)..
Jenis-jenis spektrofotometer yang tercantum dalam farmakope
indonesia (Syamsuni, 2014):
1. Spektrofotometri inframerah
2. Spektrofotometri UV dan cahaya tampak
3. Spektrofotometri atom
4. Spektrofotometri fluaresensi
5. Spektrofotometri cahaya bias
6. Spektrofotometri terbidimetri
7. Spektrofotometri nerebimetri
Berdasarkan hukum berabsorbansi akan berbanding lurus dengan
konsentrasi, artinya konsentrasi tinggi maka absorbansi yang dihasilkan
makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah absorbansi
yang dihasilakn makin rendah. Jika absorbansi yang diperoleh lebih besar
maka hubungan absorbansi tidak linear lagi (Chairns, 2008).
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri
adalahberdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu
melalui suatu larutan yang mengandung kontamin yang akan ditentukan
konsentrasinya. Prinsip kerja dari metode ini adalah jumlah cahaya yang
diabsopsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam
larutan (Fatma, 2009).
Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi dalam daerah UV,
tampak karena mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri
yang dapat dieksitasikan ketingkat energi yang lebih tinggi. Panjang
gelombang di mana absorpsi itu terjadi brgabtung pada berapa buat
elektron itu terkait dalam molekul itu (Underwood, 2002).
Spektrofotometri ultra violet dengan menggunakan metode zero
crossing merupakan metode alternatif dalam mengatasi penetapan kadar
campuran dua komponen atau lebih senyawa yang spektromnya saling
tumpang tindih (Tadjuddin, 2011).
Prinsip dari spektrofotometri UV-Vis adalah penyerapan sinar tampak
untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinya
ekoitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground stage) ketingkat energi
yang paling tinggi (exated state). Pengabsopsian sinar UV atau sinar
tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron
bunding akibat panjang absopsi maksimum dapat dikolerasikan dengan
jenis ikatan yang ada di dalam muleksi (Yulistia, 2013).
Metode spektrofotometri UV adalah metode yang memiliki tingkat
kesulitan yang rendah, cepat, selektif, dan murah. Berdasarkan hasil uji
parameter validasi, nilai LOD (Limit Of Detection), LOQ (Limit Of
Quantification), presisi, akurasi dan etimasi ketidakpastian pengukuran
termasuk dalam kategori baik, dengan nilai secara berurutan adalah
0,9967 mg/L; 0,0664 mg/L; 2,2131 mg/L; 37856 %; 93,88 %; dan ± o,3163
g/mL (kuntari, 2017).
Spektrofotometer visibel disebut juga spektrofotometri sinar tampak
yang dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dilihat oleh mata manusia.
Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan
panjang gelombang 400-800 nm. Cahaya yang tampak dalam kehidupan
sehari-hari disebut warna komplemeter. Misalnya suatu zat akan berwarna
orange bila menyerap warna biru dan spektrum sinar tampak suatu zat
akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada
spektrum sinar tampak. Sedangkan spektrofotometer ultra violet
berdasarkan interaksi dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang 190-380 nm. Jika UV tidak dapat dideteksi dengan mata kita
maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan
senyawa yang tidak memiliki warna (Cresswell, 2005).
II.2 Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM, 1979: 96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest, Air suling, air mineral
RM/BM : H2O/18,00
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,tidak
berbau,tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pelarut
2. Alkohol (Dirjen POM, 1979:65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol
RM/BM : C2H5OH /46,068 gr/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah
menguap, mudahbergerak, bau khas, rasa
panas,mudah terbakar.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. Asam salisilat (Dirjen POM, 1979: 56)
Nama Resmi : ACIDUM SALICYLICUM
Nama Lain : Asam salisilat
RM/BM : C7H6O3/138,12
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk
berwarna putih; hampir tidak berbaurasa
agak manis dan tajam.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
4. FeCl3 (Dirjen POM ; 1979 : 659)
Nama Resmi : FERII CHLORIDUM
Nama Lain : Besi (III) Klorida
RM/BM : FeCl3/ 162,2
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan,
bebas warna jingga
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pemberi warna
BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat Percobaan


Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
spektrofotometri UV-VIS.
III.1.2 Bahan Percobaan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu asam
salisilat murni, Aquades (H2O), Bedak salisil, Etanol, dan Besi (III) klorida
(FeCl3), dan kertas saring.

III.2 Cara Kerja

III.2.1 Larutan Standar

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Diambil 50 mg asam salisilat murni kemudian dicampurkan dengan
etanol sebanyak 50 mL
3. Dibuat seri konsentrasi dari larutan asam salisilat yaitu 20 ppm, 40
ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm
4. Diambil 5 mL larutan asam salisilat untuk setiap seri konsentrasi lalu
ditetesi FeCl3
5. Dimasukkan sampel ke dalam kuvet kemudian masukkan ke dalam
alat spektofotometri dan diukur absorbansinya.
III.2.2 Larutan Sampel Bedak Salisil
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diambil 50 mg bedak salisil kemudian dicampurkan dengan etanol
sebanyak 50 mL lalu disaring menggunakan kertas saring
3. Diambil larutan bedak salisil sebanyak 5 mL kemudian ditetesi FeCl3
4. Dimasukkan sampel ke dalam kuvet kemudian masukkan ke dalam
alat spektofotometri dan diukur absorbansinya.
III.2.3 Larutan Blanko
1. Disiapan alat dan bahan
2. Dipipet 1 mL etanol kemudian tambahkan aquades 10 mL
3. Diambil larutan etanol sebanyak 5 mL kemudian tetsesi FeCl3
4. Dimasukkan sampel ke dalam kuvet kemudian masukkan ke
dalam alat spektofotometri dan diukur absorbansinya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Pengamatan
NO Larutan Baku Absorbansi
1 20 ppm 0,404
2 40 ppm 2,624
3 60 ppm 1,502
4 80 ppm 0,484
5 100 ppm 0,478

NO LarutanSampel Absorbansi
1 Bedaksalisil 1,275

NO X Y X2 Y2 XY
1 20 0,404 400 0,163 8,08
2 40 2,624 1600 6,885 104,96
3 60 1,502 3600 2,256 90,12
4 80 0,484 6400 0,234 38,72
5 100 0,478 10000 0,228 47,8
IV. 2 Kurva

y = -0.01x + 1.696
2.5 R² = 0.1062

1.5 Series1
Linear (Series1)
1

0.5

0
0 20 40 60 80 100 120
IV.3Perhitungan
Diket :
a = 1,696
b = -0,009
y = nilaiabsorbansisampel
y = -bx + a
y = bx + a
-bx = y –a
(𝜀𝑌)(𝜀𝑋 2 )−(𝜀𝑋)(𝜀𝑋𝑌) 𝑦−𝑎
a= x=
𝑛.𝜀𝑋 2 −(𝜀𝑋)2 −𝑏
(5,492)(22000)−(300)(289,68) y = 1,275
= 5 𝑥 22000−(300)2
1,275−1,696
120.824−86.904
x=
−0,009
= 110.000−90.000
= 46, 77 ppm
33.920
= 20.000 y = bx + a
= 1,696 = (- 0,009) 46,77 + 1,696
𝑛(𝜀𝑋𝑌)−(𝜀𝑋)(𝜀𝑌) = -0,4209 + 1,696
b= 𝑛.𝜀𝑋 2 −(𝜀𝑋)2
= 1,275
5 (289,68)−(300)(5,492)
= 5 𝑥 22000−(300)2
𝑛(𝜀𝑋𝑌)−(𝜀𝑋)(𝜀𝑌)
1.448,4−1.647,6 r2 =
= 110.000−90.000 √{𝑛 (𝜀𝑋 2 )−(𝜀𝑋)2 } 𝑥 {𝑛 (𝜀𝑌)−(𝜀𝑌)2
5 (289,68)−(300)(5,492)
−199,2 =
= √{5 𝑥 (22000)−(300)2 𝑥 {5𝑥(9,766)−(5,492)2
20.000
1448,4−1647,6
= - 0,009 =
√(110000−90000 𝑥 {48,83−30,162}
𝑋 .𝑉 . 𝑓𝑝 −199,2
% kadar = 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100% =
√(20.000 𝑥 18,668
5 −199,2
46,77 𝑥 50 𝑥 = 141,42 𝑥 18,668
10
= x 100%
50
−199,2
46,77 𝑥 50 𝑥 10 = 2.640,029
= x 100%
50
= -0,0754
= 467,7 x 100
r = -0,27
= 46.770%
IV. 3. 1 Perhitunganpengenceran
1. 20 ppm
4. 80 ppm
V1 . N1 = V1 .N2
V1 . N1 = V1 .N2
V1. 1000 = 50 x 20
V1. 1000 = 50 x 80
1000
V1 = 1000 x 1 ml 4000
V1 = 1000 x 1 ml
V1 = 1 ml
V1 = 4 ml
2. 40 ppm
5. 100 ppm
V1 . N1 = V1 .N2
V1 . N1 = V1 .N2
V1. 1000 = 50 x 40
V1. 1000 = 50 x 100
2000
V1 = 1000 x 1 ml 5000
V1 = 1000 x 1 ml
V1 = 2 ml
V1 = 5 ml
3. 60 ppm
V1 . N1 = V1 .N2
V1. 1000 = 50 x 60
3000
V1 = 1000 x 1 ml

V1 = 3 ml

IV.4 Pembahasan
Pada dasarnya prinsip dari spektrofotometer UV adalah penyerapan
sinar tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang paling tinggi. Dimana untuk spektro ultra
violet menggunakan panjang gelombang 200-400 nm untuk sampel
larutan yang tidak berwarna.
Pada spektrofotometer visible mempunyai prinsip kerja dengan
menggunakan sinar tampak yang dapat dilihat dengan mata manusia.
Umumnya menggunakan panjang gelombang 400-800 nm.
Pada percobaan ini digunakan spektrofotometer visible karena
sampel yang berupa asam salisisat murni dan sediaan yang mengandung
asam salisilat yaitu bedak salisil dibuat seri konsentrasinya terlebih dahulu
dengan tujuan diporelah perbandingan serta diharapkan didapatkan hasil
kurva yang linear yang sesuai dengan hukum Beer.Kemudian diberi zat
warna dengan penambahan FeCl3(besi III klorida). Penamabhan ini
berfungsi untuk memberikan warna biru keunguan pada sampel sehingga
dapat terbaca pasa spektrofotometer. Dilakukan pula penyaringan
menggunakan kertas saringuntuk menghilangkan partikel padat atau
kotoran yang memungkinkan mempengaruhi daya absorbansi sampel,
kemudian kuvet yang digunakan harus dipegang bagian buramnya bukan
yang bening/transparan agar bekas tangan pada kuvet tdak
mempengaruhi absorbansi dari sampel melalui kuvet sehingga proses
analisis sesuai.
Pada percobaan ini nilai kadar asam salisilat yang didapatkan dari
bedak salisill yaitu 46,77 dengan persen kadarnya 467,7 %. Hal ini tidak
sesuai dengan peraturan Badan POM yang meyebutkan bahwa
Kadarasam salisilat dalambedaktidak boleh lebih dari 2%. Adapun kadar
asam salisilat dengan menggunakan persamaan y = bx + a didapatkan
hasil 1,257 dimana hasil ini sama dengan hasil nilai absorbansi dari bedak
salisil. Sedangkan pada nilai absorbansi untuk seri konsentrasi larutan
baku yang dibuat tidak mengalami kenaikan yang secara konstan. Dapat
dilihat pada grafik terjadi naik turun pada konsentrasi tertentu. Hal ini
terjadi karena perbedaan jumlah tetesan penamabahan FeCl3(besi III
klorida) yang diberikan masing-masing sampel. Penambahan pewarnaan
yang semakin pekat akan mempengaruhi penyerapan sinar dari
spektrofometer sehingga absorbansinya berbeda.
Menurut Sastrohamidjojo dalam bukunya mengatakan bahwa cara
kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke
kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun
yang diserap oleh larutan bergantung dari daya serap sinar dari larutan
yang akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar
pembaca.
Berdasarkan hukum Beer, absorbansi akan berbanding lurus dengan
konsentrasi. Artinya semakin tinggi konsentrasi yang dibuat maka nilai
absorbansi yang dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi
makin rendah, nilai absorbansi yang dihasilkan juga rendah. Jika
absorbansi yang diperoleh lebih besar maka hubungan absorbansi tidak
linear lagi.
Secara umum, tujuan dari variasi konsentrasi adalah :
1. mempengaruhi konsentrasi dan ketentuan kadar suatu sampel.
Contoh: Semakin tinggi konsentrasi asam salisilat, nilai koefisien
transfer massa volumetris (kCa) memiliki kecenderungan
menurun.Kadarasam salisilat dalambedaktidak boleh lebih dari 2%
berdasarkan peraturan Badan POM.
2. Variasi konsentrasi mempengaruhi sifat fisika dan mempengaruhi
waktu tempuh dari sediaan untuk mencapai kurva atau hasil yang
maksimal
3. Untuk menghitung konsentrasi sampel dimana dapat dilihat dari
absoransinya karena berdasarkan hukum Lambert Beers,
konsentrasi sampel berbanding lurus dengan absorbansinya. Cara
menghitung konsentrasi sampel yaitu dengan mensubstitusikan
absorbansi sampel yang diperoleh ke dalam persamaan garis kurva
kalibrasi
4. Untuk menentukan nilai presisi (seberapa dekat perbedaan nilai
pada saat dilakukan pengulangan pengukuran) Karena semakin kecil
nilai koefisien variasi akan semakin presisi.
5. Pemilihan tingkat konsentrasi haruslah mendapatkan absorbansi
diantara rentang 0.2-0.8. untuk mendapatkan suatu garis linear
hubungan antara konsentrasi dan absorbansi dengan nilai koefisien
korelasi yang sedekat mungkin dengan atau ± 0.999. Sehingga
apabila konsentrasi (PPM) dari BPFI (Baku Pembanding Farmakope
Indonesia) menghasilkan absorbansi yang terlalu besar atau terlalu
kecil dari rentang, maka harus disesuaikan
Pada perhitungan yang diperoleh dari 3 metode yang digunakan
yaitu manual, komputer dan kalkulator didapatkan beberapa hasil yang
berbeda. Untuk nilai a dan b pada ketiga metode tersebut didapatkan hasil
yang sama yaitu 1,696 dan -0,009. Untuk nilai r pada perhiungan
menggunakan kalkulator dan komputer didapatkan hasil yang sama yaitu -
0,33. Tetapi berbeda dengan nilai r yang didapatkan dari hasil
perhitungan manual yaitu -0,27 . Hal ini terjadi karena adanya faktor
kesalahan yaitu kurangnya ketelitian maupun kesalahan rumus dalam
perhitungan
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi dan konsentrasi
tidak linear:
a. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang
akan dianalisis termasuk zat pembentuk warna.
b. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau
kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
c. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat
yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini yaitu
spektrofotometer visibel digunakan untuk larutan berwarna, sedangkan
spektrofotometer ultra violet digunakan untuk larutan yang tidak berwarna.
Nilai absorbansi yang bagus adalah nilai yang berbanding lurus dengan
konsentrasi larutan. Semakin pekat warna/ konsentrasi dari suatu larutan
maka nilai absorbansi yang didapat juga semakin besar. Kadar asam
salisilat yang terdapat dalam bedak salisil yaitu 46,78.
V.2 Saran
V.2.1 Saran untuk Laboratorium
Adapun saran untuk laboratorium yaitu sebaiknya bahan dan alatnya
lebih dilengkapi lagi.
V.2.2 Saran Untuk Dosen
Adapun saran untuk dosen yaitu sebaiknya dosen selalu
mendampingi kami melakukan praktikum.
V.2.3 Saran untuk Asisten
Adapun saran untuk asisten yaitu sebiaknya asisten lebih
mengawasi kami saat kami melakukan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Chairs. 2008. Intisari Kimia Farmasi. EGC: Jakarta.
Campbell. 2002. Biologi Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Creswell, C.J. (2005). Analisis Spektrum Senyawa Organik. Penerbit ITB:
Bandung.

Kesia, Rialita, dkk. 2013. Jurnal Ilmiah Farmasi- UNSRAT Vol.2 No.04
ISSN. Unstrat: Manado

Kuntari, dkk. 2007. Verifikasi Metode Penentuan Asetosal Dalam Obat


Sakit Kepala Dengan Metode Spektrofotometer UV. Universitas
Islam Indonesia: Yogyakarta.

Lestari, Fatima. 2009. Bahaya Kimia Sampling dan Pengukuran


Konstaminan Kimia Diudara. EGC: Jakarta.

Naid, Tadjuddin, dkk. 2011. Penetapan Kadar Paracetamol Dalam Tablet


Kombinasi Paracetamol Dengan Kafein Secara Spektrofotometri
UV-Sinar tampak. UNHAS: Makassar.

Syamsuni, H.A. 2006. Kimia Farmasi Analisis. EGC: Jakarta.


Underwood, Day. 2002. Analisis Kimia Kualitatif. Erlangga: Jakarta
Yulistia, dkk. 2013. Jurnal Kimia Urand Vol 2 No.3 ISSNI. Unand: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai