Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Masyarakat nelayan idientik dengan kemiskinan. Banyak hal yang

menyebabkannya yaitu kurangnya modal yang dimiliki para nelayan,

teknologi yang dimiliki, rendahnya akses pasar dan rendahnya partisipasi

masyarakat dalam pengolahan sumber daya alam. Ada penyebab lain

yang non okonomi atau biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan

jumlah penduduk yang tinggi, rendahnya tingkat pendidikan, dan

rendahnya tingkat kesehatan serta alasan lain seperti sarana dan

prasarana umum di wilayah pesisir. Kurangnya perencanaan spasial yang

mengakibatkan tumpang tindihnya beberapa sektor suatu kawasan,

polusi, dan kerusakan lingkungan.

Dari sisi Iain, terjadinya kemiskinan pada masyarakat nelayan lebih

disebabkan karena faktor struktural dan kultural. Faktor kultural dicirikan

dengan keterbatasan modal dan teknologi, budaya malas, gaya hidup foya

– foya, manajemen buruk, dan terbatasnya sumberdaya alam. Sedangkan

secara struktural, kemiskinan lebih disebabkan pengaruh eksternal,

seperti tergusur dalam proses pembangunan sebagaimana yang dialami

masyarakat nelayan yang umumnya berdomisili di daerah pesisir pantai.

Keterbatasan akses terhadap modal, implementasi kebijakan pemerintah

yang bersifat top down dan kebijakan yang tidak berorientasi pada prinsip

pemberdayaan dan partisipasi nelayan setempat, rendahnya posisi tawar

dalam proses pemasaran, keterbatasan sarana dan prasana pendukung,

dan rendahnya penanganan hasil tangkapan. Artinya, tidak berarti nelayan

1
tidak mau maju, tetapi nelayan tidak memiliki kesempatan untuk maju.

Begitu pula sebaliknya, tidak berarti pemerintah tidak memiliki perhatian

dalam membangun kesejahteraan nelayan, tetapi hambatan budaya

sangatlah mengikat nelayan untuk meningkatkan dirinya untuk maju.

Kedua faktor tersebutlah yang selama ini mendorong terciptanya proses

"pengawetan" kemiskinan pada masyarakat nelayan, dan keberadaan

masyarakat nelayan selalu terabaikan dalam proses pembangunan

nasional, meskipun keberadaan sub sektor ini telah menjadi "primadona"

dalam pembangunan perikanan nasional.

Mubyarto dalam Rahardjo (2002), memberikan pengertian berbeda

tentang masyarakat nelayan. Menurutnya, masyarakat desa nelayan

dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu di satu pihak adalah kelompok

kaya dan kaya sekali, dan kelompok ekonomi sedang, miskin, miskin

sekali dan tukang dilain pihak. Pemakaian kata desa nelayan telah

mengantarkan kepada pemahaman bahwa nelayan dapat dilihat sebagai

masyarakat yang mempunyai ciri-ciri sendiri dan bertempat tinggal di

wilayah tepi pantai, sehinngga dapat juga disebut sebagai masyarakat

yang berdiam di desa pantai perkampungan nelayan, yang menjadikan

perikanan sebagai mata pencahariannya yang terpenting. Keluarga

sebagai inti terkecil dalam masyarakat telah dijadikan sebagai pusat

penggalian informasi tentang kehidupan nelayan.

Istilah perikanan yang sering disadur dari bahasa asing 'fishery' dan

terkait erat di dalam pengertiannya itu produksi hasil laut yang melulu

bersifat komersil (commercial fishery). Dengan menyebut perikanan,

maka asosiasi banyak orang akan selalu bersifat business-like yakni

2
produksi hasil laut serta perdagangannya. Istilah tersebut melupakan kita

kepada manusia yang berdiam jauh di pedalaman pantai yang umumnya

terpisah jauh dari jaringan komunikasi yang dikenal sebagai subyek

pembangunan dengan identitas nelayan. Ada pula yang menyatakan

bahwa nelayan miskin karena pemakaian alat tangkap yang begitu

sederhana, dan masih banyak lagi analisis yang dikemukakan oleh

berbagai kalangan ahli untuk melihat kemiskinan yang dialami oleh

nelayan sesuai dengan sudut pandang ilmu yang dikuasainya.

Takalar merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang

memiliki daerah tepi pantai dan dihuni oleh masyarakat yang berprofesi

sebagai nelayan baik itu nelayan budidaya maupun nelayan tangkap.

Meskipun ada sebagian masyarakat yang berprofesi lain namun yang

mendominasi adalah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan,

ironisnya penghasilan yang diperoleh belum mampu memenuhi semua

kebutuhan konsumsi karena pendapatan yang diperoleh dari hasil melaut

sangat terbatas.

Kehidupan nelayan di Kabupaten Takalar bisa diidentikkan dengan

kehidupan masyarakat golongan menegah kebawah, bahkan sebagian

besar berada dibawah garis kemiskinan. Hal ini ditunjukkan oleh

banyaknya masyarakan pesisir khususnya nelayan yang belum mampu

memenuhi kebutuhan harian, baik itu kebutuhan sandang, pangan,

maupun papan, sehingga sering didapatkan masyarakat nelayan yang

kekurangan gizi, pendidikan dan kesehatan serta berdampak pada

produktivitas nelayan yang rendah, pendapatan rendah sehingga tingkat

3
kesejahteraan juga menjadi rendah (Tuwo,2011). Dalam arti lain sebagian

besar masyarakat nelayan hidup dalam lingkaran kemiskinan.

Kemiskinan yang melanda masyarakat nelayan di kabupaten Takalar

hanya dapat diselesaikan dengan membina individu nelayan agar dapat

meningkatkan pendapatan secara mandiri. Pendapatan akan meningkat

jika person – person nelayan tersebut mau berubah secara sadar demi

meningkatkan pendapatan masing-masing. Kemiskinan dapat dirubah

dengan meningkatkan produktivitas, karena dengan meningkatnya

produktivitas akan mendorong peningkatan pendapatan yang tinggi

sehingga kesejahteraan juga akan meningkat serta kebutuhan sehari-hari

dapat terpenuhi bahkan sisa pendapatan yang tidak habis dibelanjakan

dapat menjadi tabungan yang dapat digunakan untuk membiayai

kebutuhan di masa yang akan datang.

Rendahnya produktifitas tenaga kerja merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi rendahnya pendapatan nelayan khususnya yang ada

di daerah pesisir Kabupaten Takalar. Jika tidak bekerja nelayan tidak akan

mendapatkan penghasilan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari

dan akan mengakibatkan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan

semakin menurun. Hal ini bisa terlihat dengan banyaknya angkatan kerja

produktif yang tidak bekerja secara maksimal bahkan menghabiskan

waktu untuk bersantai tanpa melakukan kegiatan produktif yang bisa

menghasilkan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraannya (Todaro,

2002).

Kurangnya modal usaha juga merupakan hal yang mempengaruhi

rendahnya pendapatan nelayan. Dengan tidak tersedianya modal yang

4
memadai maka nelayan tidak akan mampu meningkatkan produksi karena

nelayan tidak bisa membeli perahu, alat tangkap dan peralatan lainnya,

serta biaya operasional juga tidak akan terpenuhi dan akan menjadikan

produktifitas nelayan menurun, sehingga pendapatan akan mengalami

stagnasi bahkan akan mengalami penurunan secara rill jika terjadi inflasi,

sehingga daya beli masyarakat nelayan menjadi rendah yang akan

mengakibatkan tingkat kesejahteraan yang semakin rendah (Jhingan,

1983).

Kurangnya pengetahuan tentang teknologi modern juga merupakan

salah satu hal yang menghambat peningkatan pendapatan nelayan.

Dengan terbatasnya waktu dan tenaga yang dimiliki oleh para nelayan

maka dibutuhkan teknologi untuk membantu meningkatkan produksi

karena dengan adanya teknologi, maka proses produksi menjadi lebih

efektif dan efisien sehingga output yang diperoleh lebih berkualitas.

Namun tanpa menggunakan teknologi yang canggih, hal tersebut akan

mustahil tercapai (Satria, 2002).

Berdasar uraian pada latar belakang tersebut dan dalam rangka

meningkatkan pendapatan nelayan di Kabupaten Takalar, maka

diperlukan penelitian tentang pengaruh tenaga kerja, modal, dan

teknologi. Dalam penelitian ini, penulis tertarik memilih judul : “Peranan

Tenaga Kerja, Modal, dan Teknologi Terhadap Peningkatan

Pendapatan Masyarakat Nelayan di Pesisir Pantai Kabupaten

Takalar”.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka

masalah dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut ;

1. Apakah ada pengaruh tenaga kerja, dan modal terhadap pendapatan

masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Takalar.

2. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan teknologi

modern dan tidak menggunakan teknologi modern terhadap

pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai Kabupaten Takalar.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengukur dan menganalisis berapa besar pengaruh tenaga

kerja dan modal terhadap pendapatan masyarakat nelayan di pesisir

pantai Kabupaten Takalar.

2. Untuk mengukur dan menganalisis berapa besar perbedaan signifikan

antara penggunaan teknologi modern dan tidak menggunakan

teknologi modern pada pendapatan masyarakat nelayan di pesisir

pantai Kabupaten Takalar.

Sedangkan kegunaan penelitian adalah :

1. Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan masukan dan

sumber inspirasi, serta bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah

Kabupaten Takalar dan instansi terkait serta pihak swasta dalam

meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan di pesisir pantai

Kabupaten Takalar.

6
2. Dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi bagi penelitian

lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan

sumbangsih tenaga kerja, modal, dan teknologi terhadap peningkatan

pendapatan masyarakat pesisir pantai di Kabupaten Takalar.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perdebatan Tentang Konsep Pendapatan

Tujuan pokok diadakannya usaha perdagangan adalah untuk

memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha

perdagangannya. Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang,

dimana uang adalah merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran

(Samuelson dan Nordhaus, 1997).

Definisi pendapatan adalah uang yang diterima oleh perorangan,

perusahaan, dan organisasi – organisasi lain dalam bentuk upah, gaji,

sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba, bersama juga dengan bantuan,

tunjangan pensiun, usia lanjut, dan lain-lain.

Menurut Sumitro (1957) ; pendapatan merupakan jumlah barang dan

jasa yang memenuhi tingkat hidup masyarakat, dimana dengan adanya

pendapatan yang dimiliki masyarakat dapat memenuhi kebutuhan, dan

pendapatan rata-rata yang dimiliki oleh tiap jiwa disebut juga dengan

pendapatan perkapita serta menjadi tolok ukur kemajuan atau

perkembangan ekonomi.

Pendapatan (income) adalah total penerimaan seseorang atau suatu

rumah tangga selama periode tertentu. Ada tiga sumber penerimaan

rumah tangga yaitu ;

Pertama pendapatan dari gaji dan upah, yang merupakan balas jasa

dari kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar gaji seseorang secara teoretis

tergantung dari produktifitasnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi

8
produktifitas yaitu ; keahlian (skill) yakni kemampuan teknis yang dimiliki

seseorang untuk mampu menangani pekerjaan yang dipercayakan. Makin

tinggi jabatan seseorang, keahlian yang dibutuhkan semakin tinggi, karena

itu gaji atau upahnya makin tinggi. Mutu modal manusia (human capital)

adalah kapasitas pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki

seseorang, baik karena bakat bawaan (inborn) maupun hasil pendidikan

dan penelitian. Kondisi kerja (working condition) yaitu lingkungan dimana

seseorang bekerja, penuh resiko atau tidak, kondisi kerja dianggap makin

berat. Bila resiko kegagalan atau kecelakaan makin tinggi, maka upah

atau gaji makin besar. Walaupun tingkat keahlian yang dibutuhkan tidak

jauh berbeda.

Kedua pendapatan dari asset produktif adalah asset yang

memberikan pemasukan atas balas jasa penggunaannya. Ada dua

kelompok asset produktif pertama, asset finansial (financial asset) seperti

deposito yang menghasilkan pendapatan bunga, saham yang

menghasilkan deviden dan keuntungan atas modal (capital gain) bila

diperjual belikan. Kedua, asset bukan finansial seperti rumah yang

memberikan penghasilan sewa.

Ketiga pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer

(transfer payment) adalah pendapatan yang diterima bukan sebagai balas

jasa input yang diberikan tetapi transfer yang diberikan oleh pemerintah.

2.2 Perdebatan Tentang Konsep Produksi

Aspek penting dalam proses produksi adalah tersedianya sumber

daya atau bahan baku yang bisa juga disebut sebagai faktor produksi.

Sebagaimana halnya dalam ekonomi perikanan maka faktor produksi

9
dapat diklasifikasikan kedalam tiga bagian, yaitu tenaga kerja modal dan

teknologi.

Subyanto (1989) mengemukakan, produksi adalah hasil yang

diperoleh sebagai akibat dari bekerjanya faktor-faktor produksi sekaligus

antara lain tanah, modal, dan tenaga kerja.

Pengertian – pengertian tentang faktor produksi tersebut dapat

disimpulkan sebagai sumber daya atau input yang terdiri atas tanah,

tenaga kerja, modal dan skil yang dibutuhkan atau digunakan sedemikian

rupa untuk menghasilkan suatu komoditi yang bernilai ekonomi. Kombinasi

atas sumber daya tersebut harus menunjukkan suatu proses produksi yang

efisien, sehingga akan meminimalkan pengeluaran dalam biaya produksi.

Seorang produsen termasuk nelayan dalam melaksanakan setiap

produksinya, tidak akan terlepas dari kewajiban melakukan pengeluaran

terhadap berbagai input yang akan digunakan untuk menghasilkan

sejumlah produksi misalnya pada penggunaan tenaga kerja, pembelian

bahan bakar, konsumsi, biaya operasional melaut dan lain-lain.

Keseluruhan biaya ini telah dikeluarkan dengan maksud untuk

memperlancar kegiatan proses produksi. Pengeluaran inilah yang disebut

biaya produksi.

Dalam proses produksi usaha melaut dibutuhkan berbagai macam

faktor produksi tesebut, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat

dikombinasikan dalam penggunaannya. Faktor produksi yang digunakan ini

ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat variabel. Syarat-syarat yang

harus dipenuhi oleh nelayan untuk mampu menciptakan hasil produksi dan

10
kemudian meraih pendapatan yang memuaskan adalah memiliki dan

menguasai faktor produksi yang diperlukan dengan jumlah yang

semaksimal mungkin dengan kombinasi yang setepat mungkin.

Sedangkan Kartasapoetra (1997) memberikan gambaran atau

pengertian tentang produksi adalah suatu proses dimana beberapa input

diubah menjadi barang dan jasa yang disebut output.

Dari pengertian produksi tersebut, dapat diketahui bahwa produksi

adalah suatu kegiatan atau proses penggunaan input-input yang

dikombinasikan untuk menghasilkan barang dan atau jasa (output) yang

mempunyai faedah dalam memenuhi kebutuhan manusia.

Wahyu (1990) mengemukakan bahwa produksi adalah menciptakan

barang yang mempunyai kegunaan (utility) dengan mengadakan

perubahan bentuk, menyediakannya serta dilaksanakan pada waktu yang

tepat.

Jadi produksi dapat dikatakan sebagai suatu tindakan yang

dilakukan untuk menciptakan serta menambah nilai guna suatu barang

dan jasa dalam memenuhi kebutuhan manusia. Kenaikan produksi sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu langsung maupun faktor tidak

langsung. Salah satu faktor produksi (input) yang mempengaruhi kenaikan

produksi adalah pengelolaan sumber daya yang dimiliki secara bijak.

Fungsi produksi (production function) adalah fungsi yang

menunjukan hubungan antara hasil produksi (output) dengan faktor

produksi (input). Kombinasi berbagai input dalam memproduksi komodity

disebut fungsi produksi.

11
Winardi (1990) mengemukakan bahwa fungsi produksi merupakan

suatu persamaan yang sistematis yang menunjukan output maksimum

yang dapat dicapai atau dihasilkan berdasarkan suatu kelompok input

yang dispesifikasikan dengan tingkat teknologi yang berlaku.

Selanjutnya Muryanto (1989) mengemukakan bahwa fungsi produksi

dapat dinyatakan bahwa pendapatan merupakan fungsi dari modal,

tenaga kerja, kekayaan alam, dan teknologi. Persamaan tersebut

merupakan gambaran sederhana yang bersifat umum mengenai kaitan

antara faktor – faktor produksi dengan jumlah produksi.

Kemudian Wahyu (1990) mengemukakan bahwa fungsi produksi

yaitu hubungan fisik atau hubungan teknis antara jumlah faktor – faktor

yang dipakai dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu,

misalnya hari, bulan dan seterusnya.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi haruslah

memperhatikan kelestarian lingkungan misalnya pencemaran lingkungan

baik langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan manusia yang

merugikan secara sosial maupun ekonomi.

2.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Menurut Cornelis (1994) pemerataan pendapatan fungsional adalah

mengukur penghasilan yang diterima oleh masing-masing faktor produksi

(input). Cara pengukuran ini berdasarkan persentase yang diterima oleh

faktor produksi tenaga kerja dari upah dan gaji (wage and salary) sebagai

satu kesatuan dan dibagi dengan persentase jumlah yang diterima dengan

bentuk bunga, sewa, dan keuntungan.

12
Proses pemberian pekerjaan atau keadaan menggunakan tenaga

orang lain. Kesempatan kerja selalu diartikan sebagai satu posisi kerja

yang ditempati oleh orang lain (Soeroto,1986). Dengan demikian

kesempatan kerja termasuk lapangan pekerjaan yang belum diduduki dan

masih lowong yang berarti kesempatan yang masih membutuhkan

pekerja.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan suatu

perekonomian adalah sumber daya alam atau tanah. Dalam ilmu ekonomi

tanah mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan

susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, lautan, dan

sebagainya. Bagi pertumbuhan ekonomi tersedianya sumber daya alam

yang melimpah merupakan hal yang penting, namun yang terpenting

adalah bagaimana pemanfaatannya digunakan secara tepat.

Di Selat Makassar hasil tangkapan di pengaruhi oleh musim angin

Barat, angin Timur dan musim Pancaroba. Musim angin Barat terjadi

sekitar bulan Januari sampai Maret dan biasanya diikuti musim penghujan

dengan angin kencang yang dapat menimbulkan gelombang laut yang

besar. Musim angin Timur terjadi pada bulan Juli sampai September yang

diikuti oleh musim Kemarau dan ditandai dengan kurangnya kecepatan

angin, sehingga gelombang laut agak tenang. Musim Pancaroba adalah

musim peralihan, terjadi pada bulan April sampai Juni dan antara bulan

Oktober sampai bulan Desember. Keadaan laut pada musim Pancaroba

tidak dapat diduga karena sewaktu-waktu gelombang laut tenang dan di

waktu lain menjadi besar.

13
Produksi perikanan sangat dipengaruhi oleh musim. Saat musim

Barat yang di sebut musim paceklik, nelayan kurang atau bahkan tidak

melaut karena besarnya ombak sehingga produksi perikanan pada

uumumnya menurun. Sebaliknya, saat musim Timur tiba para nelayan

sangat bersyukur karena pada musim ini kondisi laut sangat bersahabat,

sehingga para nelayan dengan semangat baharinya berbondong-bondong

melaut untuk mengkap ikan, sehingga musim Timur ini juga di sebut

musim ikan karena produksi ikan sangat melimpah. Musim juga sangat

mempengaruhi harga jual produk perikanan, pada saat musim Barat harga

ikan meningkat karena kurangnya aktivitas penangkapan, sedangkan

pada musim Timur harga ikan menurun akibat hasil yang melimpah.

Dalam lingkup masyarakat tidak semua himpunan sosial dapat

disebut kelompok sosial. Iver dalam Soekanto (1990) menyebutkan

syarat-syarat kelompok sosial antara lain; setiap kelompok sosial harus

sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan,

ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain,

ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka

semakin erat. Faktor ini dapat berupa kesamaan nasib, kepentingan,

tujuan, idiologi, dan berbagai macam kesamaan yang membuat ada

keterkaiatan batin antara satu sama lainnya, dan berstruktur, berkaidah,

dan mempunyai pola prilaku serta bersistem dan berproses yang sama.

Kelompok sosial yang banyak dijumpai di Sulawesi Selatan dan

khususnya di daerah pesisir kabupaten Takalar adalah kelompok sosial

Punggawa - Sawi, yang menurut hasil penelitian Sallatang (1981)

punggawa - sawi adalah ;

14
Pertama hubungan antara anggota dalam kolompok pada umumnya

erat dan positif satu sama yang lainnya baik antara punggawa dengan

sawi terutama antara punggawa besar dengan para sawi, maupun para

sawi yang satu dengan sawi yang lain demikian juga antara punggawa

kecil dengan punggawa besar.

Kedua dalam kelompok terdapat solidaritas yang mewujudkan

integrasi yang cukup kuat. integrasi ini diciptakan oleh interaksi secara

langsung yang bersifat pertukaran sosial yang membawa kelompok ini

bertahan hidup dari waktu-kewaktu.

Faktor – faktor ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan karena

hubungan sosial masyarakat sangat berpengaruh terhadap pola prilaku

serta cara berfikir masyarakat itu sendiri. Dengan pola pikir yang lebih

maju akan menjadikan pendapatan masyarakat juga lebih meningkat.

2.4 Pengaruh Teknologi Terhadap Pendapatan

Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya

menangkap ikan dengan mengunakan alat tangkap yang sederhana,

mulai dari pancing, jala, jaring, pukat, dan lain sebagainya. Namun dalam

perkembangannya dikategorikan sebagai seorang yang berprofesi

menangkap ikan dengan alat yang lebih modern ialah kapal ikan dengan

alat tangkap modern.

Semakin canggih teknolgi yang digunakan nelayan maka akan

semakin meningkatkan produktifitas hasilnya lebih meningkatkan produksi,

yang didalamnya tersirat kesimpulan bahwa masyarakat akan

memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.

15
Menurut Satria (2002), keberadaan nelayan digolongkan menjadi 4

tingkatan dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada),

orientasi pasar dan karakteristik pasar. Keempat kelompok tersebut,

antara lain nelayan tradisional (peasant-fisher) yang berorientasi pada

pemenuhan kebutuhan sendiri; post peasant-fisher atau nelayan yang

menggunakan teknologi penangkapan ikan yang lebih maju, seperti motor

tempel atau kapal motor; commercial fisher atau nelayan yang telah

berorientasi pada peningkatan keuntungan, dan industrial fisher yang

memiliki beberapa ciri, seperti terorganisasi, padat modal, pendapatan

lebih tinggi, dan berorientasi ekspor.

2.5 Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan

Modal adalah salah satu faktor produksi yang menyumbang pada

hasil produksi, hasil produksi dapat meningkat karena digunakannya alat-

alat mesin produksi yang efisien, ketika hasil produksi meningkat maka

pendapatan juga akan meningkat. Dalam proses produksi tidak ada

perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing-

masing menyumbang langsung pada produksi.

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di

tabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output

dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin,

peralatan dan bahan baku meningkatkan stock modal secara fisik (yakni

nilai riil atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas

memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa mendatang

(Todaro,1998).

16
Menurut Mubyarto (1973) modal adalah barang atau uang yang

secara bersama – sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja

menghasilkan barang yang baru. Pentingnya peranan modal karena

dapat membantu menghasilkan produktivitas, bertambahnya keterampilan

dan kecakapan pekerja juga menaikkan produktivitas produksi.

Modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil

tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan. Modal dapat dibagi sebagai

berikut : Modal Tetap : Adalah modal yang memberikan jasa untuk proses

produksi dalam jangka waktu yang relatif lama dan tidak terpengaruh oleh

besar kecilnya jumlah produksi. Modal Lancar : Adalah modal

memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi, bisa dalam bentuk

bahan-bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha

tersebut. Dapat dikemukakan pengertian secara klasik, dimana modal

mengandung pengertian sebagai “hasil produksi yang digunakan untuk

memproduksi lebih lanjut”.

Modal merupakan kemampuan ekonomis dari suatu masyarakat

atau suatu kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan

menutupi biaya – biaya yang terjadi selama proses produksi. Menurut

Todaro(1994), akumulasi modal merupakan bagian dari pendapatan

nasional atau pengeluaran (expenditure) yang digunakan untuk

memproduksi baik barang modal maupun barang untuk konsumsi dalam

waktu tertentu. Akumulasi modal dapat terjadi apabila sebagian dari

pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan

memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Beda halnya

dengan Jhingan(1983), ia berpendapat bahwa modal berarti persediaan

17
faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal

naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal.

Nurkles dalam Jhingan menyebutkan makna pembentukan modal

adalah masyarakat tidak melakukan keseluruhan kegiatannya saat ini

sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang

mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan

barang modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin, fasilitas pengangkutan,

dan pabrik dalam arti pembentukan modal merupakan investasi dalam

bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output

nasional dan pendapatan nasional.

Faktor yang menyebabkan rendahnya pembentukan modal adalah

rendahnya pendapatan masyarakat yang menyebabkan rendahnya

tabungan yang sangat penting dalam pembentukan modal. Rendahnya

produktivitas yang berakibat laju pertumbuhan pendaptan nasional,

tabungan, dan pembentukan modal menjadi rendah, alasan

kependudukan yang sangat tinggi akan menyebabkan pendapatan

perkapita yang menurun dan akan terjadi kekurangan dana dan akumulasi

modal dalam pembiayaan pembangunan, dan kekurangan peralatan

modal serta keterbelakangan teknologi.

2.6 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan

Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting dalam produksi,

karena tenaga kerja merupakan faktor penggerak faktor input yang lain,

tanpa adanya tenaga kerja maka faktor produksi lain tidak akan berarti.

Dengan meningkatnya produktifitas tenaga kerja akan mendorong

peningkatan produksi sehingga pendapatan pun akan ikut maningkat.

18
Becker (1993) mendefinisikan bahwa human capital sebagai hasil

dari keterampilan, pengetahuan dan pelatihan yang dimiliki seseorang,

termasuk akumulasi investasi meliputi aktivitas pendidikan, job training

dan migrasi.

Asset utama para nelayan, khususnya nelayan tradisional hanya

tenaga kerja dan keterampilan, serta kreatifitas yang relaitif masih rendah.

Meskipun pekerjaan sebagai nelayan cepat mendatangkan hasil, tetapi

seringkali penghasilan itu tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga

mereka. Nelayan mempunyai peranan yang sangat substansial dalam

modernisasi kehidupan manusia. Mereka termasuk agent of development

yang saling reaktif terhadap perubahan lingkungan. Sifat yang lebih

terbuka dibanding kelompok masyarakat yang hidup di pedalaman, yang

menjadi stimulator untuk menerima perkembangan modern.

2.7 Tinjauan Empiris

Dari hasil kajian Satria (2002) di 14 kecamatan daerah pantai yang

tersebar di beberapa provinsi diketahui, nelayan yang miskin umumnya

belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya manusia

rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya juga sangat rendah.

Faktor utama bukan karena kekuatan modal untuk mengakses

teknologi, namun ternyata lebih banyak disebabkan oleh kurangnya

aktivitas penyuluhan atau teknologi dan rendahnya lembaga penyedia

teknologi. Menariknya dari hasil penelitian mereka, adalah ditemukannya

korelasi positif antara tingkat kemiskinan dengan perkembangan system

ijon. Para nelayan miskin umumnya, kehidupan ekonomi mereka sangat

tergantung kepada para pemilik modal, yaitu pemilik perahu atau alat

19
tangkap serta juragan yang siap menyediakan keperluan perahu untuk

berlayar.

Indikator tersebut memang tidak selalu sama di setiap daerah karena

seperti di Pekalongan, banyak juragan kapal yang mengeluh dengan sikap

anak buah kapal (nelayan) yang cenderung terlalu banyak menuntut

sehingga keuntungan juragan kapal menjadi terbatas. Namun secara

umum terbatasnya kemampuan nelayan dalam mengembangkan

kemampuan ekonominya karena nelayan seperti ini telah terjerat oleh

utang yang dipinjam dari para juragan. Mereka biasanya membayar utang

tersebut dengan ikan hasil tangkapannya yang harganya ditetapkan

menurut selera para juragan. Bisa dibayangkan apa yang akan diterima

para nelayan dengan sistem yang demikian, sehingga sangatlah wajar jika

kemiskinan menjadi bagian yang akrab dalam kehidupan mereka.

Menurut Steve Budianto (2000) tingkat pendapatan masyarakat yang

menggeluti pekerjaan sebagai nelayan dari segi pendapatan belum

mencukupi kebutuhan mereka dan keluarganya, dikarenakan mereka

adalah nelayan yang bekerja sendiri-sendiri sementara mereka melaut

pada daerah yang sama. Ketika masih berada di pulau Lae-lae, dimana

dalam pemenuhan kebutuhan hidup terjadi pergeseran mata pencaharian

dalam pemukiman nelayan ini.

Dulu penduduk pulau Lae – lae yang rata – rata bermata pencarian

hanya nelayan, kini harus manjalani pekerjaan sampingan atau pengganti

pekerjaan utama menjadi buruh misalya dikarenakan berubahnya tingkat

pendapatan dan pengeluaran mereka. Sedangkan bantuan yang datang

dari beberapa lembaga termasuk dari pemerintah tidak terdistribusi

20
dengan baik, hal ini disebabkan karena pengelolaan atau penyaluran

bantuan seperti ini masih kurang memiliki kepekaan sehingga distribusi

bantuan modal ini tidak dapat dirasakan oleh masyarakat secara merata.

Para peneliti lain seperti Abu Hamid (1986:1987) mencatat tingkat

keberhasilan nelayan kecil di Sulawesi Selatan (mereka yang hanya

bermodalkan tenaga kerja saja) atau nelayan mandiri (mereka yang

memiliki alat-alat produksi yang sangat sederhana dan

mengoperasikannya sendiri) sangatlah tidak mencukupi kebutuhan

hidupnya.

Menurut Sudrajat (2002) rata-rata pendapatan rumah tangga

nelayan di Makasar berkisar antara Rp 82.500 perbulan sampai Rp

225.000 per bulannya. Angka tersebut masih dibawah upah minimum

regional yang ditetapkan pemerintah ditahun yang sama. Hal ini perlu

menjadi perhatian mengingat adanya keterkaitan erat antara kemiskinan

dengan pengelolaan wilayah pesisir.

Adapun perbedaan yang mendasar antara penelitian sebelumnya

dengan penelitian yang dilakukan di kabupaten Takalar adalah sebagian

besar pendapatan masyarakat nelayan semata – mata diperoleh dari hasil

melaut yang merupakan pekerjaan utama para nelayan yang tinggal di

daerah pesisir pantai. Penggunaan input juga bervariasi mulai dari tenaga

kerja, modal, dan teknologi, serta input lain yang menunjang. Tradisi serta

budaya juga sangat berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di

kabupaten Takalar.

21
KERANGKA PIKIR

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka,

maka kerangka pikir dapat dirumuskan sebagai berikut :

Tenaga
Kerja (L)

Modal (K) Pendapatan (Y)

Teknologi
(T)

HIPOTESIS

Berdasarkan latar belakang dan teori-teori yang telah dibahas dalam

tinjauan pustaka, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut ;

“ Diduga bahwa peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di

pesisir pantai Kabupaten Takalar, sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja,

modal, dan teknologi”

“ Diduga bahwa tenaga kerja dan modal berpengaruh positif dan

signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di

pesisir pantai Kabupaten Takalar ”

22
“ Diduga bahwa peggunaan teknologi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di

pesisir pantai Kabupaten Takalar ”

BAB III
METODE PENELITIAN
23
3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada wilayah nelayan yang ada di daerah

pesisir pantai Kabupaten Takalar, yang tersebar di beberapa kecamatan

yaitu Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong dan Kecamatan

Galesong Selatan yang mana ketiga kecamatan saling berbatasan serta

berbatasan langsung dengan selat makassar sehingga sebagian besar

penduduk yang tinggal di daerah tepi pantai bekerja sebagai nelayan.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah nelayan dalam hal ini sawi yang

tinggal di daerah pesisir Kabupaten Takalar, khususnya Kecamatan

Galesong, Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan Galesong

Utara. Adapun masing – masing kecamatan diambil 33 responden

sehingga total responden sebanyak 99 orang, jumlah responden secara

rinci dapat dilihat pada tabel. 3.1

Tabel 3.1 Responden Penelitian.

KECAMATAN JUMLAH RESPONDEN


Galesong Utara 33

Galesong 33

Galesong Selatan 33

Total 99

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan baik melalui

24
wawancara dengan pihak terkait, kuestioner, dan observasi langsung,

serta data sekunder, yaitu data yang telah diolah dan diperoleh dari

pemerintah setempat maupun pihak-pihak terkait.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, dilakukan menggunakan

teknik :

1. Wawancara bebas yaitu teknik untuk memperoleh informasi dan

melengkapi data dengan mewawancarai pihak-pihak terkait, baik itu

pihak pemerintah, swasta, dan masyarakat.

2. Observasi yaitu teknik yang digunakan untuk melengkapi data dengan

melihat dan mencermati secara langsung ke obyek yang akan diteliti.

3. Metode dokumentasi yaitu teknik dengan menelaah dokumen –

dokumen dan laporan – laporan yaitu data sekunder yang

berhubungan dengan tujuan penelitian.

4. Questioner merupakan teknik mengumpulkan data dengan

memberikan beberapa pertanyaan kepada setiap responden

berdasarkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.5 Metode Analisis

Dalam penelitian ini metode analisis dilakukan dengan

menggunakan peralatan ekonometrika berupa metode regresi.

25
Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tenaga kerja,

modal, dan teknologi terhadap pendapatan dapat di ketahui dari koefisien

regresi, dengan persamaan-persamaan berikut :

Y = f (L, K, T) (3.1)

Y = 0 Lβ1 Kβ2 eβ3T+µ (3.2)

Untuk melinierkan variabel tersebut maka digunakan logaritma

natural sebagai berikut :

Ln Y = Ln0 + 1 LnL + 2 LnK + 3 T +  ….… (3.3)

Di mana ; Y = Pendapatan

L = Tenaga Kerja

K = Modal

T = Teknologi

1, 2 ,3 = parameter yang akan di estimasi

µ = error term

Sebagai dasar pengambilan keputusan guna mengetahui tingkat

signifikansi dari masing-masing koefisien regresi dan variabel bebas

terhadap variabel terikat maka akan digunakan pendekatan uji statistik

sebagai berikut ; uji statistik t digunakan untuk menguji pengaruh masing

– masing variabel bebas terhadap variabel terikat dimana variabel ini

dikatakan signifikan jika t hitung sama dengan atau lebih besar dari nilai t

yang terdapat pada tabel.

3.6 Definisi Operasional

26
Untuk lebih memudahkan pembahasan maka penulis membatasi

variabel sebagai berikut :

1. Pendapatan adalah diukur dengan rata – rata pendapatan perbulan

atau jumlah uang yang diperoleh secara keseluruhan oleh rumah

tangga nelayan dari hasil melaut yang bisa dibelanjakan untuk

keperluan konsumsi maupun tabungan, juga termasuk asset yang

dimiliki berupa rumah, dan kendaraan bermotor.

2. Modal merupakan jumlah uang yang digunakan nelayan untuk

melakukan kegiatan produksi dalam satu periode tertentu yang diukur

dengan rupiah.

3. Teknologi adalah penggunaan alat – alat tangkap modern misalnya

perahu motor, troli, jala, dan alat tangkap yang canggih atau alat

tradisional seperti perahu layar / dayung, kail sederhana dan alat

tangkap yang masih sangat sederhana da dianggap sebagai fariabel

dummy dimana 1 = menggunakan teknologi dan 0 = tidak

menggunakan teknologi.

4. HOK adalah jumlah hari yang digunakan nelayan untuk melaut dalam

sebulan

BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN & PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

27
4.1.1 Aspek Geografis

Kawasan permukiman nelayan di Kecamatan Galesong Utara,

Kecamatan Galesong dan Kecamatan Galesong Selatan terletak di

bagian barat Kabupaten Takalar yang memiliki luas masing – masing

Galesong selatan 24,7 KM persegi, Galesong 25,93 KM persegi, dan

Galesong Utara 15,11 KM persegi.

Kawasan permukiman nelayan di Kecamatan Galesong Utara,

Galesong dan Galesong Selatan ini berada pada kemiringan lahan rata-

rata sekitar 0 sampai dengan 3 % dengan ketinggian antara 0 sampai

dengan 5 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Galesong, Galesong

Selatan dan Galesong Utara merupakan bagian dari Kabupaten Takalar

yang beriklim tropis dengan curah hujan rata – rata 172 mm/bulan dengan

jumlah rata – rata 8 hari. Kecepatan angin di lokasi ini pada musim

kemarau antara Mei sampai Oktober sekitar 2 sampai 3 knot sedangkan

pada bulan November sampai April angin bertiup dari Barat ke Timur

dengan kecepatan antara 3 sampai 4 knot.

Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong dan Kecamatan

Galesong Selatan memiliki batas batas sebagai berikut :

1. Kecamatan Galesong Utara

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Barombong (Makassar)

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Galesong

c. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Barombong (Gowa)

2. Kecamatan Galesong

28
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Galesong Utara

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Galesong Selatan

c. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bajeng

3. Kecamatan Galesong Selatan

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Galesong

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bontonompo Selatan

c. Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bontonompo

4.1.2 Aspek Demografi

Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk menjadi faktor yang

sangat dominan. Karena penduduk tidak saja menjadi sasaran tetapi juga

menjadi pelaksana dari pembangunan. Oleh karena itu untuk menunjang

keberhasilan pembangunan, perkembangan penduduk perlu diarahkan

sehingga mempunyai ciri-ciri atau karakteristik yang menguntungkan

pembangunan.

Jumlah penduduk yang besar tidak hanya menjadi modal

pembangunan, akan tetapi dapat juga menjadi beban, bahkan dapat

menimbulkan berbagai permasalahan seperti kebutuhan akan lapangan

kerja, kebutuhan perumahan, pendidikan dan sebagainya. Selain itu

komposisi penduduk yang tidak seimbang antara jumlah penduduk muda

dengan usia produktif dapat menyebabkan rendahnya produktifitas.

Begitu pula dengan persebaran penduduk yang tidak seimbang

dapat menimbulkan berbagai permasalahan.

29
4.1.3 Penduduk dan Kondisi Sosial Ekonomi

Berdasarkan data monografi Kabupaten Takalar, jumlah penduduk

di Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong dan Kecamatan

Galesong Selatan adalah sebesar 65.451 jiwa, dengan perincian

penduduk laki – laki sebanyak 30.911 jiwa dan perempuan sebanyak

34.540 jiwa.

Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Galesong, Kecamatan Galesong


Selatan, dan Kecamatan Galesong Utara berdasarkan jenis
kelamin.

Jenis Kecamatan Kecamatan Kecamatan Jumlah


Kelamin Galesong Galesong Galesong
Utara Selatan
Laki – laki 11.377 10.522 9.012 30.911
Perempuan 12.975 11.735 9.830 34.540
Jumlah 24.352 22.257 18.842 65.451
Sumber ; Laporan BPS kabupaten Takalar tahun 2010

Dilihat dari Tabel 4.1 Kecamatan Galesong utara memiliki jumlah

penduduk paling banyak yaitu sebasar 24.352 jiwa kemudian disusul oleh

Kecamatan Galesong yaitu sebanyak 22.257 jiwa, dan Kecamatan

Galesong Selatan sebanyak 18.642. Secara keseluruhan jumlah penduduk

perempuan lebih mendominasi dibanding penduduk laki – laki.

Jika dilihat dari kacamata pembangunan khususnya pembangunan

ekonomi dimana pembangunan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan

untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Dilain pihak peningkatan

pendapatan harus dibarengi dengan menurunnya kemiskinan dan

pengangguran serta berkurangnya ketimpangan dalam distribusi

pendapatan yang pada akhirnya berujung pada peningkatan kesejahteraan

masyarakat tetapi sejauh ini kenyataan yang terjadi di kebanyakan wilayah

30
permukiman para nelayan berbanding terbalik dengan apa yang

diharapkan oleh pemerintah ternyata kebanyakan para nelayan masih

hidup di bawah garis kemiskinan.

Berkaitan dengan hal tersebut, pembangunan permukiman nelayan

sebagai salah satu bentuk kegiatan pembangunan memiliki aspek dan

dimensi kajian ekonomi antara lain meliputi kesempatan kerja dan

berusaha, tingkat pendapatan penduduk, pola pemikiran sumberdaya dan

pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada. Selain itu komponen sosial

juga tidak kalah pentingnya sebagai kontributor terhadap proses adaptasi

masyarakat pada lingkungan baru, aspek tersebut antara lain yaitu

interaksi antar masyarakat, pola interaksi masyarakat, aspek struktur sosial

dan kondisi demografi yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat

yang baru mengalami proses adaptasi pada satu wilayah yang baru.

Keseluruhan komponen ini saling berinteraksi dan membentuk kegiatan

yang terakumulasi dan membentuk suatu kegiatan masyarakat yang

bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Mata pencaharian suatu masyarakat adalah aspek yang dapat

menjadi ukuran pendapatan bagi masyarakat bersangkutan. Semakin baik

mata pencaharian seseorang, memungkinkan masyarakat tersebut untuk

memperoleh pendapatan yang lebih baik demikian pula sebaliknya, apabila

mata pencaharian kurang baik akan mengakibatkan tingkat pendapatan

yang diperoleh lebih sedikit. Penduduk di Kecamatan Galesong,

Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan Galesong Utara bila dilihat

dari segi mata pencaharian, sebagian besar mereka bekerja sebagai

nelayan sebagai mana di tunjukan pada tabel berikut :

31
Tabel 4.2 Jumlah Angkatan Kerja di permukiman nelayan Kecamatan
Galesong, Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan
Galesong Utara berdasarkan mata pencaharian.

Pekerjaan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Jumlah


Galesong Galesong Galesong
Utara Selatan
PNS 5 4 3 12

TNI/POLRI 3 7 2 12

Guru 8 6 4 18

Petani 10 20 35 65

Nelayan 55 72 50 177

Buruh 15 4 11 30

Wiraswasta 13 9 7 29

Jumlah 109 122 112 343

Sumber ; Diolah dari beberapa sumber tahun 2011

Dilihat dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagan besar pekerjaan

masyarakat di permukiman nelayan bekerja sebagai nelayan yaitu

Kecamatan Galesong Utara sebanyak 55 orang, Kecamatan Galesong

sebanyak 72 orang, dan Kecamatan Galesong Selatan sebanyak 50 orang.

Hal ini disebabkan karena daerah tersebut berada di daerah tepi pantai

yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar sehingga mata

pencaharian yang banyak digeluti penduduk setempat adalah bekerja

sebagai nelayan.

Selain mata pencaharian sebagai nelayan ada juga yang berprofesi

ganda yaitu selain bekerja sebagai nelayan juga menggeluti pekerjaan lain

seperti bekerja sebagai buruh, supir, petani, dan lainnya sehingga nelayan

32
yang berprofesi ganda berpendapatan lebih tinggi dan lebih sejahtera

dibanding nelayan yang hanya bekerja menangkap ikan.

Nelayan yang berprofesi ganda ini di akibatkan karena adanya

kondisi sarana dan prasarana serta musim yang tidak mendukung,

sehingga nelayan memilih utuk mencari kerja tambahan untuk menutupi

kebutuhan hidup sehari – hari.

Tabel 4.3 Jumlah Kepala Keluarga di Permukiman Nelayan Kecamatan


Galesong, Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan
Galesong Utara Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Pendidikan Kecamatan Kecamatan Kecamatan Jumlah


Galesong Galesong Galesong
Utara Selatan
Tidak 25 15 19 59
sekolah
SD 27 24 19 70
SLTP 20 16 17 53
SLTA 10 7 9 26
PTN/PTS 3 2 5 10
Jumlah 105 64 69 238
Sumber ; Diolah dari beberapa sumber tahun 2011

Pendidikan adalah suatu proses belajar secara terus - menerus yang

dapat merubah watak manusia, sehingga akan berpengaruh nyata

terhadap pola berfikir, bertindak dan bereaksi. Perkembangan tingkat

pendidikan penduduk sangat tergantung kepada tersedianya sarana

pendidikan. Salah satu ukuran yang dapat digunakan sebagai patokan

terhadap maju tidaknya suatu daerah adalah dilihat dari tingkat pendidikan

penduduknya. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola pikir nelayan,

nelayan yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih berpikiran maju,

jika dibandingkan dengan nelayan yang lebih rendah pendidikannya.

33
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat tingkat pendidikan di permukiman

nelayan di Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong dan

Kecamatan Galesong Selatan sebagian besar penduduknya tidak tamat

SLTP yaitu sebanyak 129 orang dan hanya sebagian kecil yang tamat

SLTA. Ini berarti berpengaruh pada cara berfikir mereka dan mengelola

usaha perikanan yang mereka jalani karena rendahnya pengetahuan,

kemampuan ataupun pemahaman nelayan dalam menerima hal – hal

baru akan sangat dipengaruhi oleh pendidikannya. Sedangkan yang

berpendidikan tinggi terbatas kepada orang – orang tertentu yaitu

kalangan masyarakat pengusaha atau pegawai saja yang memiliki

penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan nelayan yang ada di

Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong dan Kecamatan

Galesong Selatan

4.2 Analisis Deskripsi Responden

Analisis deskripsi adalah langkah pertama yang perlu dilakukan

untuk mengetahui bagaimana gambaran umum data yang telah

dikumpulkan dari responden. Distribusi responden dimaksudkan untuk

melihat faktor Modal, Tenaga kerja, dan Teknologi yang digunakan oleh

responden.

1. Pendapatan Responden

Pendapatan merupakan total penerimaan nelayan yang diperoleh

dari hasil melaut perbulan. Sebagian besar mekanisme pembagian

pendapatan dari hasil tangkapan yang diperoleh nelayan adalah total hasil

34
tangkapan dikurangi dengan biaya operasional, kemudian 1 (satu) bagian

untuk pemilik kapal atau punggawa dan 1 (satu) bagian lagi untuk dibagi

rata antara sawi yang ikut dalam kapal (nelayan Rengge dan jala). Ada

juga sistem pembagian hasil tangkapan dengan cara membagi 3 bagian

setelah dikurangi dengan biaya operasional yaitu 1 bagian untuk pemilik

kapal, dan 1 bagian untuk pemilik modal, serta 1 bagian dibagi rata

kepada seluruh sawi yang ikut dalam satu kapal (nelayan Patorani).

Sebagai contoh, untuk nelayan Rengge jika penghasilan sekali

melaut sebesar Rp1.500.000,00 dan modal yang digunakan

Rp500.000,00 maka pendapatan dikurangi modal sehingga keuntungan

sebesar Rp1.000.000,00 dibagi dua antara pemilik kapal dan sawi. Jika

sawi yang ikut sekali melaut 5 orang maka bagian pemilik kapal sebesar

Rp500.000,00 dan masing – masing sawi sebesar Rp100.000,00.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Pendapatan (per bulan)

Pendapatan
Responden Persen
( Rupiah )
< 2.000.000 61 61,61
> 2.000.000 38 38,39
Total 99 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2011

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 61,61 % responden memperoleh

pendapatan dibawah Rp2.000.000,00 per bulan dan hanya 38,39 % yang

berpendapatan di atas Rp2.000.000,00 per bulan, hal ini menunjukkan

bahwa tingkat kesejahteraan nelayan masih kurang baik karena

banyaknya kebutuhan nelayan, sedangkan pendapatan sangat terbatas

sehingga kebutuhan harian nelayan di Kecamatan Galesong, Kecamatan

Galesong Selatan, dan Kecamatan Galesong Utara belum terpenuhi.

35
Pendapatan yang diterima nelayan masih sangat kecil jika

dibandingkan dengan kebutuhan harian nelayan yang semakin hari

semakin meningkat. Besar kecilnya pendapatan nelayan sangat

tergantung pada intensitas nelayan melaut.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja melaut dapat diukur dengan melihat intensitas melaut

responden berdasarkan HOK per bulan dan dapat dilihat pada Tabel 4.5

berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut HOK Perbulan

HOK Perbulan Responden Persen


< 20 hari 56 56,57
> 20 hari 43 43,43
Total 99 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2011

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa 56,57 % responden melaut kurang

dari 20 hari dan sebanyak 43,43 % nelayan melaut lebih dari 20 hari. Ini

menunjukan bahwa sebagian besar nelayan di Kecamatan Galesong,

Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan Galesong Utara melaut

selama lebih kurang dua puluh hari dalam sebulan.

3. Modal Kerja

Modal merupakan salah satu aset yang dibutuhkan oleh nelayan

untuk biaya operasional antara lain untuk membeli bahan bakar, bahan

pengawet (es balok), perbekalan atau konsumsi sawi serta peralatan dan

perlengkapan melaut lainnya. Adapun modal sekali melaut khususnya

nelayan rengge dan jala diperoleh dari hasil swadaya masing – masing

36
sawi, dalam artian keseluruhan modal operasional setiap melaut

dibebanratakan kepada setiap sawi yang ikut melaut. Sedangkan nelayan

torani modal operasional sekali melaut ditanggung sepenuhnya oleh

punggawa darat (yang membeli hasil tangkapan).

Nelayan yang memiliki modal yang cukup akan memperoleh produksi

yang memuaskan karena modal juga merupakan salah satu faktor produksi

yang penting. Kondisi permodalan nelayan di Kecamatan Galesong,

Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan Galesong Utara Dapat

dilihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Modal Kerja (Per melaut)

Modal (Rupiah) Responden Persen


< 600.000 61 61,61
> 600.000 38 38,39
Total 99 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2011

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebanyak 61, 61 % responden

menggunakan modal kurang dari Rp600.000, sekali melaut dan 38, 39 %

menggunakan modal lebih besar dari Rp600.000 sekali melaut. Hal ini

menunjukan bahwa sebagian besar nalayan di Kecamatan Galesong

Utara, Kecamatan Galesong, dan Kecamatan Galesong Selatan

menggunakan modal yang terbatas untuk melaut.

4. Teknologi

Teknologi merupakan alat yang digunakan para nelayan untuk

menangkap ikan, berupa kapal motor, pukat, jala, dan peralatan melaut

yang canggih dimana nelayan yang memiliki teknologi akan lebih

37
menghasilkan tangkapan yang lebih banyak dibandingkan dengan nelayan

yang menggunakan peralatan tradisional.

Tabel: 4.7 Distribusi Responden Menurut Teknologi

Teknologi yang
Responden Persen
digunakan
0 28 28,29
1 71 71,71
Total 99 100.0
Sumber: Hasil olahan data primer 2011

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa 71,71 % nelayan menggunakan

terknologi modern dan hanya 28, 29 % nelayan yang tidak menggunakan

teknologi. Hal ini berarti sebagian besar nelayan di Kecamatan Galesong

Utara, Kecamatan Galesong, dan Kecamatan Galesong Selatan

menggunakan teknologi dalam melaut.

5. Pendapatan dan Tenaga Kerja

Tabel 4.8 menyajikan distribusi responden menurut pendapatan dan

hari orang kerja per bulan di Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan

Galesong, dan Kecamatan Galesong Selatan.

Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Pendapatan dan Hari Orang Kerja

Pendapatan HOK Total


(Rupiah)
< 20 Hari > 20 Hari

< 2.000.000 35 27 62

> 2.000.000 22 15 37

Jumlah 57 42 99

Sumber : Hasil olahan data primer 2011

38
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa ada 35 responden yang

memiliki pendapatan kurang dari Rp2.000.000,00 perbulan yang melaut

kurang dari 20 hari, dan ada 27 responden yang melaut lebih dari 20 hari

sebulan juga memperoleh pendapatan yang sama.

Kemudian ada 22 responden yang berpendapatan lebih dari

Rp2.000.000,00 yang melaut kurang dari 20 hari, serta ada 15 responden

yang melaut lebih dari 20 hari juga memperoleh pendapatan yang sama.

6. Pendapatan dan Modal Kerja

Tabel 4.9 menyajikan distribusi responden menurut pendapatan dan

modal kerja dalam sekali melaut di Kecamatan Galesong Utara,

Kecamatan Galesong, dan Kecamatan Galesong Selatan.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Pendapatan dan Modal Kerja

Pendapatan Modal Kerja Total


(Rupiah)
< 600.000 > 600.000

< 2.000.000 61 - 61

> 2.000.000 - 38 38

Jumlah 61 38 99

Sumber : Hasil olahan data primer 2011

Berdasarkan Tabel 4.9, dapat dilihat bahwa ada 61 responden yang

memiliki pendapatan kurang dari Rp2.000.000,00 perbulan yang

menggunakan modal sekali melaut kurang dari Rp600.000,00 dan tidak

39
ada responden yang menggunakan modal melaut lebih dari Rp600.000,00

berpendapatan kurang dari Rp2.000.000,00.

Kemudian ada 38 responden yang berpendapatan lebih dari

Rp2.000.000,00 yang melaut menggunakan modal lebih dari Rp600.000,00

serta tidak ada responden yang melaut menggunakan modal kurang dari

Rp600.000,00 pendapatan yang sama.

Dengan demikian keterbatasan modal yang dimiliki oleh nelayan di

Kecamatan Galesong, Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan

Galesong Utara mengakibatkan pendapatan yang diperoleh pun tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan nelayan.

7. Pendapatan dan Teknologi

Tabel 4.10 menyajikan distribusi responden menurut pendapatan dan

teknologi yang digunakan oleh nelayan di Kecamatan Galesong Utara,

Kecamatan Galesong, dan Kecamatan Galesong Selatan.

Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Pendapatan dan teknologi yang


digunakan

Pendapatan Teknologi Total


(Rupiah)
0 1

< 2.000.000 28 34 62

> 2.000.000 - 37 37

Jumlah 28 71 99

Sumber : hasil olahan data primer 2011

Dari Tabel 4.10, dapat dilihat bahwa ada 28 responden yang memiliki

pendapatan kurang dari Rp2.000.000,00 perbulan yang tidak

40
menggunakan teknologi dalam melaut dan ada 34 responden yang

menggunakan teknologi berpenghasilan yang sama.

Kemudian ada 37 responden yang berpendapatan lebih dari

Rp2.000.000,00 yang melaut menggunakan teknologi serta tidak ada

responden yang melaut tidak menggunakan teknologi berpendapatan yang

sama.

Sehingga semakin modern teknologi yang digunakan nelayan di

Kecamatan Galesong, Kecamatan Galesong Selatan, dan Kecamatan

Galesong Utara untuk melaut maka semakin tinggi pula pendapatan yang

diterima oleh nelayan tersebut.

4.3 Analisis Pengaruh Tenaga kerja, Modal, dan Teknologi Terhadap


Pendapatan

Adapun pengaruh tenaga kerja, modal, dan teknologi terhadap

pendapatan masyarakat nelayan di Kecamatan Galesong Utara,

Kecamatan Galesong, dan Kecamatan Galesong Selatan dapat dilihat pada

Tabel 4.11. Hasil pengujian empirik hubungan antara tingkat pendapatan

dengan faktor tenaga kerja, modal, dan teknologi yang digunakan dapat

disajikan dengan model persamaan koefisien sebagai berikut:

Table 4.11 Hasil Regresi Data Primer Tahun 2011


Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model B Std. Error t Sig.
1 (Constant) 10.188 .578 17.633 .000
L .354 .189 1.867 .065
K .204 .027 7.558 .000
T .214 .129 1.666 .099
a. Dependent Variable: Y

41
LnY = 10,188 + 0,354 ln L + 0,204 ln K + 0,214 T (4.1)
(1,867) (7,558) (1,666)

F = 92,413

R Square = 0,745

T Table = 1,282

α = 10 %

n = 99

Keterangan ; angka dalam kurung adalah nilai t hitung.

Berdasarkan hasil pengujian koefisien regresi secara serempak

dengan uji F menunjukan nilai F sebesar 92,413 menggambarkan

hubungan yang signifikan. Hasil ini menunjukan bahwa variabel – variabel

bebas secara serempak atau bersama – sama mempengaruhi variabel

terikat. Hal ini berarti variabel tenaga kerja, modal, dan teknologi secara

bersama – sama mampu menjelaskan variabel pendapatan nelayan.

Nilai R Square sebesar 0,745 menunjukan bahwa variasi tenaga

kerja, modal, dan teknologi dapat menjelaskan variasi pendapatan sebesar

74,5 %, sedangkan sisanya yang sebesar 25.5 % disebabkan oleh

variabel – variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

4.3.1 Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan

Berdasarkan hasil regresi, variabel tenaga kerja memiliki koefisien

sebesar 0,354, ini menunjukan bahwa jika hari kerja nelayan ditambah 1 %

maka pendapatan akan meningkat sebesar 0,354 % dengan asumsi

variabel lain konstan.

42
Uji pengaruh variabel tenaga kerja terhadap pendapatan diperoleh t

hitung sebesar 1,867 sedangkan t table dengan tingkat signifikan 10 %

sebesar 1,282 hal ini menunjukkan t hitung lebih besar dari t table,

sehingga dapat dikatakan bahwa faktor tenaga kerja mempunyai pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan.

4.3.2 Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan

Adapun pengaruh variabel Modal terhadap pendapatan memiliki

koefisien sebesar 0,204 hal ini berarti jika modal ditambah 1 % maka

pendapatan akan bertambah sebesar 0,204 % dengan asumsi variabel lain

konstan. Ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang

menyatakan bahwa penambahan modal berbanding lurus dengan

peningkatan pendapatan (Steve Budianto, 2000).

Untuk variabel modal dimana nilai t hitungnya sebesar 7,558 yang

artinya t hitung lebih besar dari t tabel ini berarti variabel modal mempunyai

pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan.

4.3.3 Pengaruh Teknologi Terhadap Pendapatan

Berdasarkan hasil regresi variabel teknologi memililki koefisien

sebesar 0,214 hal ini berarti ada perbedaan pendapatan yang signifikan

antara nelayan yang menggunakan teknologi dengan nelayan yang tidak

menggunakan teknologi yaitu sebesar 0,214 % dengan asumsi variabel

lainnya konstan.

Untuk variable teknologi, yang mana nilai t hitung sebesar 1,666 yang

menunjukan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel, sehingga dapat

43
dikatakan variable teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

peningkatan pendapatan nelayan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan :

1. Tenaga kerja, modal dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di Kecamatan

44
Galesong Utara, Kecamatan Galesong dan Kecamatan Galesong

Selatan Kabupaten Takalar.

2. Ada perbedaan signifikan antara pendapatan nelayan yang

menggunakan teknologi dengan pendapatan nelayan yang tidak

menggunakan teknologi.

5.2 Saran

1. Untuk meningkatkan pendapatan nelayan pihak pemerintah, maupun

swasta harus membantu nelayan dalam hal permodalan dan teknologi

baik itu kualitas maupun kuantitasnya.

2. Masyarakat nelayan sebaiknya membentuk kelompok nelayan ataupun

koperasi yang dapat membantu dalam memperoleh pinjaman modal,

membantu pemasaran hasil tangkap, dan tukar ilmu serta informasi

antar nelayan agar nelayan dapat lebih mandiri.

3. Kebijakan pemerintah harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat,

khususnya kebijakan yang pro terhadap masyarakat nelayan yang ada

di daerah pesisir pantai Kabupaten Takalar, untuk pemberdayaan

masyarakat nelayan.

4. Perlunya program khusus dalam rangka meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang pendidikan yang berkualitas agar kualitas hidup

juga dapat lebih baik.

45
DAFTAR PUSTAKA

Arumbiang, Kasihono. (2008) Kiat Mengentaskan Kemiskinan di Pedesaan


Tanpa Menggunakan Dana APBN. Aliansi Koperasi Pertanian
Indonesia. Delima Rimbun; Jakarta.

Berita Resmi Statistik No. 26/05/Th. XII, 1 Mei 2009 : www.google.com

Budianto. S. (2004) Analisis Tentang Pendapatan Masyarakat Nelayan Di


Kelurahan Untia Biringkanaya Kota Makassar. Makassar (skripsi).

Budiono, (1982). Pengantar Ilmu Ekonomi, BPFE Yogyakarta. Yogyakarta,

Burger, D.H. (1980). Sejarah sosiologis-ekonomis Indonesia. Prajnyaparamita


; Jakarta.(Penerjemah ; Prajudi Atmosudirjo)

46
Cornelis. R. (1994). Perekonomian Indonesia. Liberti. Yogyakarta.

Departemen Kelautan dan Perikanan RI. (2002) Keputusan Menteri Kelautan


dan Perikanan No. : Kep. 101Men/2002 Tentang Pedoman Umum
Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu. www.google.com

Djojohadikusumo, Sumitro. (1994). Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan Dan


Ekonomi Pembagunan. LP3ES; www.google.com.

Djohan. (2001). Pencemaraan Laut Indonesia. www.google.com

Gessamp. (1991) Global Strategy For Marine Environment Protection.


Gessamp Report and Studies No. 45 IMO. London.www.google.com.

Gordon. (1954). Pembangunan berbasis kelautan. www.google.com


(Penerjemah ; Ary Basuki)

Hamid. Abu. (1996) Peningkatan Kehidupan Nelayan dan Sektor kemaritiman


di Sulawesi selatan ; suatu studi sosio antropologi ekonomi.
(td.diterbitkan) kerjasama badan perencanaan pembangunan daerah
(Bappeda) tingkat I SULSEL dengan universitas Hasanuddin ;
Makassar.

Ihwan Sudrajat. (2002) Membangkitkan Kekuatan Ekonomi Nelayan. Suara


Merdeka; www.google.com.

Jhinggan, M.L.(1994) The Economic Of Development and Planning. PT. Raja


Grafindo. Jakarta. (D. Guritno)

Kartasapoetra. (1997). Pengantar Ekonomi Mikro. Erlangga. Jakarta.

Koentjaraningrat. (1969). Rintangan-rintangan Mental dalam Pembangunan


Ekonomi di Indonesia. PT. Gramedia : Jakarta.

_______. (eds) (1983). Masyarakat Desa Indonesia. Jakarta: Yayasan BPFE-


UI.

_______. (1985). Rintangan-rintangan Mental dalam Pembangunan Ekonomi


di Indonesia. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Laporan BPS Kabupaten Takalar Tahun 2011.

Lipsey, Ricardo. (1988). Ilmu Ekonomi edisi 7, PT Bina : Aksara. Jakarta

Lubis,Todung M. (1986) Bantuan Hukum dan Kemiskinan Struktura, LP3ES.


Jakarta.

47
Muryanto (1989). Konsep Produksi. www.google.com

Nikijuluw. (1994). Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Erlangga. Jakarta.

Rahardjo. S.(2003) Nelayan sebuah filsafah kehidupan. www.google.com.

Sallatang. M. Arifin. (1981) Hubungan Punggawa Sawi; Suatu Studi Kasus


Pada Sebuah Kelompok Punggawa Sawi Di Desa Pabbiring
Kecamatan Binamu Jeneponto,Sulsel. Proyek Penelitian UNHAS;
Makassar.

Samuelson & Nordhaus.(1993). Perekonomian Indonesia, edisi 2, Erlangga.


Jakarta. (Jimmi Sadely)

Satria. (2002). Karakteristik Nelayan Indonesia. www.google.com

Soekanto. S. (1990) Sosiologi Suatu Pengantar. PT.Grafindo Persada.


Jakarta.

Soerjono S. (2006) Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Subyanto. (1989). Pengantar Ilmu Ekonomi. Erlangga. Jakarta.

Sukirno, Sadono, 2000. Makro Ekonomi Modern, Rajawali Pers, Jakarta.

Todaro. Michael. (1994) Economic Development (fifth edition). New York and
London

_______. (2002). Synopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan
Laut Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir
dan Lautan IPB.: www.google.com. (penerjemah ; Jimmi Sadely)

Tuwo, Ambo, (2011) Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut, Brilian


internasional; Surabaya.

Wahyu. (1990). Konsep Produksi. www.google.com

Winardi. (1990). Defenisi Produksi. www.google.com

48
49
Lampiran - lampiran

Lampiran 1
Tabel 5.1 Rekapitulasi Data Questioner Tahun 2011

Pendapatan Melaut / HOK / Modal /


No. Res Bulan Bulan Melaut Teknologi
1 500000 19 400000 1
2 1800000 21 300000 1
3 2300000 19 6000000 1
4 1250000 18 25000 0
5 250000 7 50000 0
6 2300000 19 6000000 1
7 1500000 22 300000 1

50
8 500000 19 400000 1
9 500000 19 400000 1
10 500000 19 400000 1
11 500000 19 400000 1
12 500000 19 400000 1
13 500000 19 400000 1
14 750000 21 50000 0
15 500000 21 35000 0
16 2300000 19 6000000 1
17 2300000 19 6000000 1
18 2300000 19 6000000 1
19 2300000 19 6000000 1
20 2300000 19 6000000 1
21 2300000 19 6000000 1
22 2300000 19 6000000 1
23 2300000 19 6000000 1
24 2300000 19 6000000 1
25 2300000 19 6000000 1
26 750000 25 30000 0
27 700000 22 20000 0
28 750000 15 35000 0
29 650000 21 40000 0
30 800000 19 30000 0
31 500000 22 25000 0
32 600000 18 25000 0
33 450000 19 30000 0
34 2500000 25 7000000 1
35 2500000 25 7000000 1
36 2500000 25 7000000 1
37 2500000 25 7000000 1
38 2500000 25 7000000 1
39 2500000 25 7000000 1
40 2500000 25 7000000 1
41 2500000 25 7000000 1
42 2500000 25 7000000 1
43 2500000 25 7000000 1
44 2500000 25 7000000 1
45 2500000 25 7000000 1
46 2500000 25 7000000 1
47 2500000 25 7000000 1
48 2500000 25 7000000 1
49 1500000 18 300000 1
50 1500000 18 300000 1
51 1500000 18 300000 1
52 1500000 18 300000 1
53 1500000 18 300000 1

51
54 1800000 18 300000 1
55 1800000 18 300000 1
56 1800000 18 300000 1
57 1800000 18 300000 1
58 1800000 18 300000 1
59 600000 22 30000 0
60 650000 22 40000 0
61 650000 22 40000 0
62 650000 22 45000 0
63 750000 22 50000 0
64 450000 22 25000 0
65 650000 22 40000 0
66 700000 22 40000 0
67 550000 22 35000 0
68 550000 22 30000 0
69 500000 21 35000 0
70 1500000 19 500000 1
71 1500000 19 500000 1
72 1500000 19 500000 1
73 1500000 19 500000 1
74 1500000 19 500000 1
75 1900000 21 590000 1
76 1900000 21 590000 1
77 1900000 21 590000 1
78 1900000 21 590000 1
79 1900000 21 590000 1
80 1900000 21 590000 1
81 1900000 21 590000 1
82 1900000 21 590000 1
83 1900000 21 590000 1
84 2500000 19 10000000 1
85 2500000 19 10000000 1
86 2500000 19 10000000 1
87 2500000 19 10000000 1
88 2500000 19 10000000 1
89 2500000 19 10000000 1
90 2500000 19 10000000 1
91 2500000 19 10000000 1
92 2500000 19 10000000 1
93 2500000 19 10000000 1
94 2500000 19 10000000 1
95 800000 13 50000 0
96 700000 13 45000 0
97 650000 13 40000 0
98 750000 13 50000 0
99 800000 13 55000 0

52
Lampiran 2
Tabel 5.2 Rekapitulasi Data Questioner Tahun 2011(LN)

Pendapatan HOK / Bulan Modal /


No.Res Melaut / Bulan (ln) (ln) Bulan (ln) Teknologi
1 13.12236338 2.944438979 12.899 1
2 14.40329722 3.044522438 12.612 1
3 14.64841968 2.944438979 15.607 1
4 14.03865411 2.890371758 10.127 0
5 12.4292162 1.945910149 10.82 0
6 14.64841968 2.944438979 15.607 1
7 14.22097567 3.091042453 12.612 1
8 13.12236338 2.944438979 12.899 1
9 13.12236338 2.944438979 12.899 1
10 13.12236338 2.944438979 12.899 1
11 13.12236338 2.944438979 12.899 1

53
12 13.12236338 2.944438979 12.899 1
13 13.12236338 2.944438979 12.899 1
14 13.52782849 3.044522438 10.82 0
15 13.12236338 3.044522438 10.463 0
16 14.64841968 2.944438979 15.607 1
17 14.64841968 2.944438979 15.607 1
18 14.64841968 2.944438979 15.607 1
19 14.64841968 2.944438979 15.607 1
20 14.64841968 2.944438979 15.607 1
21 14.64841968 2.944438979 15.607 1
22 14.64841968 2.944438979 15.607 1
23 14.64841968 2.944438979 15.607 1
24 14.64841968 2.944438979 15.607 1
25 14.64841968 2.944438979 15.607 1
26 13.52782849 3.218875825 10.309 0
27 13.45883561 3.091042453 9.9035 0
28 13.52782849 2.708050201 10.463 0
29 13.38472764 3.044522438 10.597 0
30 13.59236701 2.944438979 10.309 0
31 13.12236338 3.091042453 10.127 0
32 13.30468493 2.890371758 10.127 0
33 13.01700286 2.944438979 10.309 0
34 14.73180129 3.218875825 15.761 1
35 14.73180129 3.218875825 15.761 1
36 14.73180129 3.218875825 15.761 1
37 14.73180129 3.218875825 15.761 1
38 14.73180129 3.218875825 15.761 1
39 14.73180129 3.218875825 15.761 1
40 14.73180129 3.218875825 15.761 1
41 14.73180129 3.218875825 15.761 1
42 14.73180129 3.218875825 15.761 1
43 14.73180129 3.218875825 15.761 1
44 14.73180129 3.218875825 15.761 1
45 14.73180129 3.218875825 15.761 1
46 14.73180129 3.218875825 15.761 1
47 14.73180129 3.218875825 15.761 1
48 14.73180129 3.218875825 15.761 1
49 14.22097567 2.890371758 12.612 1
50 14.22097567 2.890371758 12.612 1
51 14.22097567 2.890371758 12.612 1
52 14.22097567 2.890371758 12.612 1
53 14.22097567 2.890371758 12.612 1
54 14.40329722 2.890371758 12.612 1
55 14.40329722 2.890371758 12.612 1
56 14.40329722 2.890371758 12.612 1
57 14.40329722 2.890371758 12.612 1

54
58 14.40329722 2.890371758 12.612 1
59 13.30468493 3.091042453 10.309 0
60 13.38472764 3.091042453 10.597 0
61 13.38472764 3.091042453 10.597 0
62 13.38472764 3.091042453 10.714 0
63 13.52782849 3.091042453 10.82 0
64 13.01700286 3.091042453 10.127 0
65 13.38472764 3.091042453 10.597 0
66 13.45883561 3.091042453 10.597 0
67 13.21767356 3.091042453 10.463 0
68 13.21767356 3.091042453 10.309 0
69 13.12236338 3.044522438 10.463 0
70 14.22097567 2.944438979 13.122 1
71 14.22097567 2.944438979 13.122 1
72 14.22097567 2.944438979 13.122 1
73 14.22097567 2.944438979 13.122 1
74 14.22097567 2.944438979 13.122 1
75 14.45736444 3.044522438 13.288 1
76 14.45736444 3.044522438 13.288 1
77 14.45736444 3.044522438 13.288 1
78 14.45736444 3.044522438 13.288 1
79 14.45736444 3.044522438 13.288 1
80 14.45736444 3.044522438 13.288 1
81 14.45736444 3.044522438 13.288 1
82 14.45736444 3.044522438 13.288 1
83 14.45736444 3.044522438 13.288 1
84 14.73180129 2.944438979 16.118 1
85 14.73180129 2.944438979 16.118 1
86 14.73180129 2.944438979 16.118 1
87 14.73180129 2.944438979 16.118 1
88 14.73180129 2.944438979 16.118 1
89 14.73180129 2.944438979 16.118 1
90 14.73180129 2.944438979 16.118 1
91 14.73180129 2.944438979 16.118 1
92 14.73180129 2.944438979 16.118 1
93 14.73180129 2.944438979 16.118 1
94 14.73180129 2.944438979 16.118 1
95 13.59236701 2.564949357 10.82 0
96 13.45883561 2.564949357 10.714 0
97 13.38472764 2.564949357 10.597 0
98 13.52782849 2.564949357 10.82 0
99 13.59236701 2.564949357 10.915 0

55
Lampiran 3
Hasil Regresi Data Questioner Tahun 2011
Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 T, L, Ka . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .863a .745 .737 .32802

a. Predictors: (Constant), T, L, K

56
ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 29.831 3 9.944 92.413 .000a

Residual 10.222 95 .108

Total 40.053 98

a. Predictors: (Constant), T, L, K

b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 10.188 .578 17.633 .000

L .354 .189 .101 1.867 .065

K .204 .027 .699 7.558 .000

T .214 .129 .152 1.666 .099

a. Dependent Variable: Y

57

Anda mungkin juga menyukai