ANIK SETYANIGSIH
NIM.201010070311088 / KELAS. BIOLOGI VII-D
TINJAUAN PUSTAKA
(Gayo), lulang (Karo), jarag (Lampung), lapandru (Nias), Jarak (Jawa), kaleke
seperti Inggris jarak dikenal dengan castor bean, castor oil plant, palma christi,
wonder tree. Negara di melayu mengenal dengan istilah pokok jarak, kacang
sebagai berikut:
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Ricinus
Spesies : Ricinus communis L.
2.1.2 Morfologi Jarak Kepyar
(annual) dan biasa terdapat di hutan, tanah kosong, di daerah pantai, namun sering
Akar tanaman tanaman ini memiliki akar tunggang yang dalam dan akar
samping yang melebar dengan akar rambut yang banyak. Hal ini menandakan
bahwa tanaman jarak tahan terhadap angin dan kekeringan (Monograf, 2000).
Batang jarak warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hijau tua, dan
dari merah muda sampai merah kecokelatan. Batang tanaman beruas-ruas, setiap
ruas dibatasi oleh buku-buku dan setiap buku terdapat titik tumbuh cabang atau
daun. Panjang ruas batang bervariasi ada yang pendek dan ada yang panjang
(sekitar 20 cm). Permukaan batang mengandung lapisan lilin dan tanpa lapisan
lilin. Tinggi tanaman antara 1-4 meter, dengan diameter 3-5 cm. Tanaman jarak
(Monograf, 2000).
Bentuk daun menjari 5 sampai 11, dengan lekukan dangkal sampai dalam,
dengan filotaksis dua-lima. Warna daun bervariasi ada yang berwarna hijau muda
sampai hijau tua, dan ada pula yang berwarna kemerahan serta mengkilap. Pada
genotip tertentu tulang daun tampak menonjol di bawah permukaan daun. Luas
lebar maksimal daun) (Weiss, 1971). Tepi daun pada umumnya bergerigi tetapi
ada pula yang rata. Tangkai daun panjang kuat, dengan panjang 17-40 cm.
Daunnya berkhasiat untuk menyembuhkan batuk dan sesak nafas. Akarnya dapat
Bunga jarak terbentuk dalam karangan atau tandan bunga. Tandan bunga
terdapat padas bagian ujung batang utama maupun samping. Menurut Zimmerman
berumah satu dengan bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman.
Bunga betina terdiri dari 30-50% dan terletak di bagian atas tandan bunga,
sedangkan bunga jantannya terdiri dari 70-50% dan terletak di bagian bawah
tandan bunga. Menurut Weiss (1971) bunga jarak tidak mempunyai daun
mahkota, tetapi mempunyai 3-5 kelopak bunga. Kepala sari berwarna kekuningan
dan setiap bunga jantan memiliki serbuk sari sampai seratus butir. Bunga betina
memiliki 3 bakal biji dengan kepala putik terdiri dari 3 cabang. Kepala putik
Buah jarak muda berwarna hijau muda sampai hijau tua, berambut atau
berduri dan ada pula yang tidak berduri serta bila sudah masak berwarna keabu-
abuan mirip warna tanah. Setiap kapsul terdiri dari 3 bagian dan setiap bagian
berisi sebutir biji, sehingga setiap buah jarak berisi 3 butir biji. Pada permukaan
kulit buah yang masih muda terdapat lapisan lilin yang berwarna keputihan, dan
ada pula yang tanpa lapisan lilin. Buah jarak umumnya mudah pecah bila sudah
masak atau tua, tetapi ada pula yang sulit pecah sehingga sulit dalam proses
kecokelatan dari cokelat muda sampai cokelat tua, merah, bahkan ada yang
berwarna kehitaman. Biji terdiri dari kulit biji yang agak keras dan di dalamnya
terdapat daging biji (kernel). Bentuk biji bulat lonjong (oval) dan bervariasi
A B C
Gambar 2.1: Tanaman Jarak Kepyar (a) Daun, (b) Buah, (c) Biji
Sumber : http//tanaman.ricinus.comunnis.wikipedia.org
adalah buah yang terdiri dari 20% bahan serabut (kulit buah) dan 80% biji yang
mengandung minyak (castor oil). Sekitar 47% dengan sifat yang tidak mudah
mengering (non drying oil). Saat ini biji jarak menjadi komoditas ekspor dan
digunakan sebagai bahan baku pembuat cat, minyak pelumas, insektisida, plastik,
sabun dan bahan bakar roket. Anonim (2011) menambahkan jarak kepyar
karakteristik yang spesifik yaitu tahan terhadap temperatur tinggi dan dapat
diperbarui (renewable). Penggunaan minyak jarak antara lain untuk industri cat,
Tanaman ini merupakan sumber minyak jarak, kadar minyak jarak adalah
56,7% dan bijinya mengandung glycoprotein yang bersifat racun dan orang sering
kaya akan suatu asam lemak hidroksi, yaitu asam ricinoleat. Kehadiran asam
lemak ini membuat minyak biji jarak memiliki kekentalan yang stabil pada suhu
Balittas, 2000).
palmitat, asam risinoleat, asam isorisinoleat, asam oleat, asam linoleat, asam
linolenat, asam stearat, dan asam dihidroksistearat. Minyak biji jarak juga
risin (risin D, risin asam, dan risin basa), dan beberapa macam enzim diantaranya
lipase. Beberapa peneliti melaporkan biji jarak juga mengandung cursin (senyawa
yang banyak terdapat dalam biji jarak pagar (Jatropa curcas) dan abrin (banyak
terdapat dalam biji saga Abrus precatorius). Daun jarak kepyar mengandung
beta-sitosterol.
Phylum : Arthopoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Sub ordo : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Spesies : Helicoverpa armigera (Hubner)
dengan cara menggerek kuncup, bunga dan buah. Helicoverpa armigera (Hubner)
memiliki siklus hidup mulai dari stadium telur, larva, pupa dan imago (Berril dan
Karp, 1978). Serangga ini merupakan hama utama pada tanaman tomat
1. Telur
2. Larva
Larva yang baru keluar dari telur panjangnya sekitar 1,75 mm dan lebar
memanjang gelap dan terang (Kalshoven, 1981). Lama stadia larva antara
13-21 hari.
Stadia larva terdiri atas 5-6 instar. Larva yang baru menetas biasanya
memakan jaringan daun atau kelopak bunga dan buah. Kerusakan yang
ditimbulkan oleh serangga hama ini terutama pada kuncup bunga, bunga
dan buah kapas. Selama masa larva dapat merusak 10-12 buah muda.
Sedangkan kepala dan bagian depan tubuh berada di dalam buah serta
3. Pupa
Stadia pre pupa berkisar 2-4 hari dan sebenarnya masih dalam bentuk ulat,
hanya aktivitas makan berkurang atau berhenti. Ulat kelihatan lemah dan
pucat serta cenderung membenamkan diri dalam pasir atau tanah. Ulat
Serangga ini membentuk pupa di dalam tanah yang masanya 10-15 hari
4. Imago
antara 2-2,5 cm, sedangkan rentangan sayapnya antara 3-4 cm. Ukuran
imago betina biasanya lebih besar dari imago jantan (Gothama dan
abu kehijauan. Terdapat noda cokelat dan suatu bagian yang gelap dekat
tepi bagian luar pada sayap depan. Sayap depan ditandai dengan garis-
pada permukaan atas. Pada sayap belakang terdapat satu tanda hitam
berbentuk ginjal dan sebuah titik bulat. Sayap belakang berwarna pucat
kehijauan (Anonymous, 2000 dalam Farida, 2002). Nurindah dkk (2000)
mengemukakan bahwa serangga dewasa aktif pada malam hari dan dapat
lepas dari faktor-faktor yang berasal dari serangga hama sendiri dan lingkungan
sekitarnya yaitu fisis, makanan dan hayati. Faktor yang berasal dari dalam tubuh
serangga itu sendiri seperti struktur organ-organ tubuh serangga dan fisiologi.
cahaya, warna dan bau. Faktor fisis tanaman inang yaitu sukulen, kekerasan, ada
tidaknya bulu dan adanya duri-duri dapat bertindak sebagai penghalang untuk
pertumbuhan tanaman dan populasi serangga hama ini akan cepat meningkatkan
pada saat bunga pertama mekar kemudian saat menjelang tanaman tua.
Setelah serangga muda keluar dari telur, pertumbuhan selanjutnya
terhalang oleh dinding tubuh yang keras. Hal inilah yang menyebabkan serangga
setiap kali harus berganti kulit. Stadium pergantian kulit ini disebut instar.
(Sastrodiharjo,1984).
berperan dalam proses pergantian kulit adalah sel getah saraf dari otak yang
disebut hormon otak. Terdapat kemungkinan otak tidak hanya mengeluarkan satu
macam hormon, tapi campuran dari beberapa macam hormon. Rangsangan luar
yang disebut ekdison yang bertanggung jawab terhadap pergantian kulit. Selain
hormon otak dan ekdison, terdapat hormon juwana (juvenile hormone) yang
ekdison tertentu. Hormon juwana (H.J) menentukan jenis stadium yang akan
dialami oleh serangga. Apabila H.J tinggi pada waktu ekdison dikeluarkan, maka
stadium yang akan ditempuh masih tetap larva. Pupa akan terjadi bila H.J rendah
dan H.J sangat rendah terjadilah imago. Setelah serangga berada stadium imago,
yang mempunyai arti potongan, keratan, atau segmen tubuh, seperti segmen yang
ada pada tubuh serangga. Insektisida pada umumnya dapat menimbulkan efek
sebagai bahan yang dapat digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang
dianggap sebagai vector yang secara langsung ataupun tidak langsung merugikan
kepentingan manusia.
Kebanyakan insektisida sintetik memiliki sifat non spesifik, yaitu tidak hanya
sintetik dianggap sebagai bahan pengendali hama penyakit yang paling praktis,
resistensi serta resurgensi bagi hama serangga (Rejesus, 1986). Selain itu, Ahmed
(1995) mengemukakan bahwa lebih dari 400.000 kasus keracunan setiap tahunnya
dan 1,5% diantaranya sangat parah, serta terjadinya kontaminasi air, tanah, udara
sifat yang tahan atau persisten, baik dalam tubuh maupun dalam
mempunyai efek yang sama dalam sistem syaraf (perifer dan pusat).
4. Piretroid
a. Piretroid Alam
b. Piretroid Sintetik
Sintetis ester dapat dibagi menjadi dua sub golongan yang didasarkan
efek DDT. Tipe yang kedua adalah semua ester mengandung sianida,
sintetik adalah mengganti dengan insektisida dari bahan nabati, karena beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bagian tanaman ada yang bersifat
toksik terhadap hama (Balfas, 1994). Berbagai jenis tumbuhan telah diketahui
fenil propan, dan tannin yang dapat berfungsi sebagai insektisida dan repelen
(Campbell, 1933). Sedikitnya 2000 jenis tumbuhan dari berbagai famili telah
(Grainge & Ahmed, 1988). Menurut Prakash & Rao (1977) terdapat paling sedikit
tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-
bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk
tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit
sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil
sasaran dengan cepat. Hal ini berbeda dengan insektisida nabati yang idak dapat
yang menyengat
2. Antifidan, menyebabkan serangga tidak menyukai tanaman, misalnya
telur
4. Racun syaraf
menyerang sistem saraf yaitu pada bagian yang paling mudah diserang dan tidak
antara sistem saraf serangga dengan mamalia adalah pada serangga tidak terdapat
sistem kolinergik yang merupakan sistem saraf luar dan tidak mempunyai
perkembangan telur, larva dan pupa, (2) mengganggu atau mencegah aktifitas
pergantian kulit dari larva, (3) mengganggu proses komunikasi seksual dan kawin
pada serangga, (4) meracun larva dan serangga dewasa imago, (5) mengganggu
atau mencegah makan serangga, (6) menghambat proses metamorfosis pada
berbagai tahap, (7) menolak serangga larva dan dewasa, dan (8) menghambat
insektisida dalam meracuni serangga adalah terlihat pada gangguan fisik pada
tubuh serangga bagian luar (kutikula), yakni mencuci lapisan lilin yang
dapat masuk melalui organ pernafasan dan menyebabkan kerusakan membran sel
dengan berbagai cara, diantaranya sebagai racun kontak yang dapat masuk ke
dalam tubuh melalui kulit atau dinding tubuh serangga, racun perut atau mulut
yang masuk melalui alat pencernaan serangga, dan yang terakhir dengan fumigant
racun perut yaitu senyawa toksik akan menembus dinding usus yang selanjutnya
mengandung racun. Apabila ada serangga yang memakan bagian tanaman yang
kamatian karena bahan aktif atau racun akan bekerja di dalam perut serangga.
2. Racun kontak
Cara kerja racun ini adalah apabila serangga menyentuh insektisida atau
akhirnya mati. Racun akan meresap ke dalam tubuh serangga sehingga akan
mati.
3. Racun sistemik
Insektisida dapat diserap oleh tanaman baik melalui akar atau bagian tanaman
yang lain tetapi tidak mengganggu atau merugikan tanaman itu sendiri.
4. Fumigant
Insektisida jenis ini mematikan serangga setelah zat fumigant terserap ke dalam
5. Atraktan
6. Repelent
Cara kerja insektisida ini merupakan kebalikan dari cara atraktan. Insektisida
ini dapat mengeluarkan bau-bau yang bisa menolak atau mengusir serangga.
Sehingga bau yang dikeluarkan adalah yang tidak disenangi oleh serangga.
2.4 Efektivitas Sabun Minyak Biji Jarak Kepyar sebagai Insektisida Nabati
Tanaman jarak kepyar (Ricinus communis L.) terdiri dari 20% bahan serabut
(kulit buah) dan 80% biji yang menggandung minyak (castor oil). Biji
dengan pelarut seperti heksana. Pada jarak kepyar kandungan racunnya lebih
banyak dibandingkan jarak pagar (Jatropha curcas L.) sehingga dapat digunakan
nabati dalam bentuk sabun belum banyak digali dan diteliti. Menurut (Soenardi,
2000) minyak jarak kepyar dapat digunakan sebagai insektisida karena adanya
asam risinoleat yang dikenal dengan risin (bersifat toksik). Pengujian toksisitas
minyak biji jarak kepyar telah dilakukan uji pendahuluan dengan nilai LC 50 yaitu
7,89832 ml/l air pada 24 jam setelah aplikasi dan pengaruhnya terhadap aktivitas
sering menyebutnya Ricin. Selain itu, biji jarak kepyar juga mengandung
trigliserida, asam palmitat, asam risinoleat, asam isorisinoleat, asam oleat, asam
beberapa macam toksalbumin yang dinamakan risin (risin D, risin asam, dan risin
melaporkan biji jarak juga mengandung cursin (senyawa yang banyak terdapat
dalam biji jarak pagar (Jatropha curcas) dan abrin (banyak terdapat dalam biji
dan dicampur dengan air karena bersifat multifayer. Oleh karena itu, perlu adanya
tinggal mengencerkan. Larutan insektisida sabun minyak biji jarak kepyar terbuat
dari bahan minyak biji jarak kepyar, NaOH, dan aquades. Larutan yang digunakan
sudah dalam bentuk larutan induk 4% yang diperoleh dari 8 gr sabun diencerkan
sampai 50 ml.
Cara kerja sabun minyak biji jarak kepyar dalam meracuni serangga adalah
terlihat pada gangguan fisik tubuh serangga bagian luar (kutikula), yakni mencuci
lapisan lilin yang melindungi tubuh serangga dan menyebabkan kematian, karena
bahwa sabun dapat masuk melalui organ pernafasan dan menyebabkan kerusakan
minyak biji jarak kepyar (Ricinus communis L.) melalui racun kontak seperti
Hasil Akhir
Pergantian kulit larva ke pupa
serangga dewasa abnormal dan steril
Gambar 2.4 : Cara Kerja Bahan Aktif Insektisida Sabun Minyak Biji Jarak
Kepyar (Ricinus communis L.)
2.5 Kerangka Konsep
Insektisida
Nabati Kimia
Sabun
Aplikasi
Helicoverpa armigera (Hubner)
Cara masuk
Kontak Perut
merupakan cara yang sering dilakukan oleh petani untuk mengatasi serangan
hama. Akan tetapi hal tersebut menyebaban dampak negatif berupa resistensi,
ledakan hama sekunder dan akumulasi residu kimia pada hasil panen dan
hal tersebut maka perlu dilakukan upaya untuk menggiatkan sistem pengendalian
hama terpadu (PHT) dan teknologi ramah lingkungan. Salah satu upaya yang
Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati adalah
senyawa aktif yaitu, risin, curcin, glycoprotein, abrin, dan trygliserida yang dapat
diaplikasikan dalam bentuk sabun. Cara kerja senyawa aktif tersebut terhadap
larva ke pupa bersifat abnormal dan steril. Sedangkan cara kerja melalui kontak
perut bekerja melewati makanan yang terkena sabun minyak biji jarak kepyar
(Ricinus communis L.). Senyawa aktif tersebut akan masuk ke dalam saluran
kekurangan energi dan pada akhirnya ulat akan mengalami kejang. Racun kontak
2.6 Hipotesis
sabun minyak biji jarak kepyar (Ricinus communis L.) secara in vitro.