Anda di halaman 1dari 13

Problematik Pendidikan Ditinjau dari 3W (Problematik Who, Problematik

Why, Problematik Where)

Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu: Bambang Irawan, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Nurul Azizah (2019820095)


2. Risa Arofatu Padila (2019820244)
3. Vely Febriyani (2019820031)
4. Ikatturahman (2019820124)
5. Anisya Ramadhan (2019820139)
6. Putri Nabila Haqqi (2019820028 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
Kata Pengantar

Puji Syukur Alhamdulillah kami ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala,


karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad


Shollallahu Wassalam beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai
akhir zaman.

Terima Kasih kami ucapkan kepada Bambang Irawan, M.Pd selaku dosen mata
kuliah Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuannya kepada
kami. dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
serta membantu menyumbangkan pikirannya yang tidak bias kami sebutkan satu-per satu.

Meskipun kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik, kami menyadari
akan adanya kekurangan serta kekeliruan di dalam makalah ini, sehingga kami akan
sangat teerbuka dengan kritik, saran serta masukkan dari berbagai pihak. Akhir kata,
kami juga berharap agar makalah ini bias bermanfaat sebagaimana mestinya.

Cirendeu, 28 November 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR………………………………………………………..........i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..…ii

BAB I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................……………………………..….1
1.2 Rumusan Masalah........……………………………….……………….2
1.3 Tujuan Makalah.........………………………………………………….2
1.4 Manfaat Makalah..............................................................................…..2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Problematika Pendidikan ……………………………………………….3
2.2 Problematika Who ……………………………………………………...4
2.3 Problematika Why ……………………………………………………...5
2.4 Problematika Where ……………………………………………………6
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………..7
3.2 Saran ………………………………………….………………………..7
DAFTAR PUSTA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah salah satu hal yang penting kita perhatikan, pentingnnya pendidikan
sangat terlihat jelas. Melamar pekerjaan yang layak tentu membutuhkan ijazah sesuai dengan
jabatan yang akan kita lamar. Jabatan yang tinggi tentunya membutuhkan orang yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga yang dibuktikan dengan ijazah. Tapi apakah
ijazah yang notabene merupakan simbol tingkat pendidikan sesorang berbanding lurus
dengan pengetahuan yang dimiliki. Hal ini patut kita perhatikan dan amati bersama, apalagi
di era globalisasi yang penuh persaingan dan tidak sedikit orang yang menghalalkan segala
cara untuk memenangkan kompetisi tersebut.

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia unuk pembangunan.


Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman.
Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah
terpikirkan sebelumnya. Bab ini akan mengkaji mengenai permasalahan pokok pendidikan,
dan saling keterkaitan antara pokok tersbut, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangannya dan masalah-masalah aktual beserta cara penanggulannya

Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah


terpikirkan sebelumnya.Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa
sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin
rumit. Kualitas siswa masih rendah , pemgajar kurang professional, biaya pendidikan yang
mahal. Bahkan aturan UU pendidika kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri
kita kedepannya makin terpuruk

Apa jadinya bila pembangunan di Indonesia tidak dibarengi dengan pembangunan di


bidang pendidika. Walaupun pembangunan fisiknya baik, tetapi apa gunanya bila moral
bangsa terpuruk. Jika hal tersebut terjadi, bidang ekonomi akan bermasalah, karena tiap
orang akan korupsi. Sehingga lambat laun akan datang hari dimana negara dan bangsa ini

1
hancur . oleh karena itu untuk pencegahannya , pendidikan harus dijadikan salah satu
prioritas dalam pembangunan negeri.1

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan problematika pendidikan?
1.2.2 Bagaimana program pendidikan bila ditinjau dari segi problematik who?
1.2.3 Bagaimana program pendidikan bila ditinjau dari segi problematik why?
1.2.4 Bagaimana program pendiddikan bila ditinjau dari segi problematik where?

1.3 Tujuan Makalah


1.3.1 Untuk mengetahui definisi problematika pendidikan.
1.3.2 Untuk mengetahui problematik who (siapa) dalam program pendidikan.
1.3.3 Untuk mengetahui problematik why (mengapa) dalam program pendidikan.
1.3.4 Untuk mengetahui problematik where (dimana) dalam program pendidikan.

1.4 Manfaat Makalah

Agar pemabaca mengetahui tentang pendidikan dan problematik pendidikan yang


berupa Who,Why, Where .

1
Nisya,ika
https://www.kompasiana.com/widiayuseptiani/550b490ea33311b2142e39e5/manajemen-kelas-
5w-1h, 26 november 2019 , jam 16.00

2
BAB II

PEMBAHASAN

 
2.1 Problematika Pendidikan

Problematika adalah berasal dari akar kata bahasa Inggris “problem” artinya, soal,
masalah atau teka-teki. Juga berarti problematik, yaitu ketidak tentuan.
Tentang pendidikan banyak definisi yang berbagai macam, namun secara umum ada yang
mendefinisikan bahwa, pendidikan adalah suatu hasil peradaban sebuah bangsa yang
dikembangkan atas dasar suatu pandangan hidup bangsa itu sendiri, sebagai suatu
pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang
yang menyebabkan mereka berkembang. Definisi pendidikan secara lebih khusus ialah
suatu proses pertumbuhan di dalam mana seorang individu di bantu mengembangkan daya-
daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya. Sehingga dapat di simpulkan
disini bahwa pendidikan adalah, suatu usaha sadar dalam rangka menanamkan daya-daya
kemampuan, baik yang berhubungan dengan pengalaman kognitif (daya pengetahuan),
afektiv (aspek sikap) maupun psikomotorik (aspek ketrampilan) yang dimiliki oleh 
seorang individu.

Adapun yang dimaksud dengan problematika pendidikan adalah, persoalan-persoalan


atau permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia pendidikan, khususnya Negara
Indonesia.

2.2 Problematik Who (Siapa)

Manajemen kelas merupakan kesatuan kegiatan yang menjadi tanggung jawab seluruh


komponen kelas yang melibatkan guru dan siswa. Seorang pendidik atau guru perlu
menguasai banyak faktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi dan perilaku siswa
mereka. Lingkungan fisik di kelas, level kenyamanan emosi yang dialami siswa dan
kualitas komunikasi antar guru dan siswa merupakan faktor penting yang bisa
memampukan atau menghambat pembelajaran yang optimal. Rendahnya kualitas sarana
fisik menjadi faktor permasalahan dalam pendidikan, banyak sekali sekolah dan perguruan
3
tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah,
buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian
teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang
tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium
dan sebagainya.

Guru bertanggung jawab atas seluruh siswa. Guru melaksanakan manajemen kelas


sebagai proses pemapanan dan pemeliharaan (establishing and maintaining) lingkungan
belajar yang efektif. 2. Rendahnya Kualitas Guru, Keadaan guru di Indonesia juga amat
memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk
menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat.

Peran guru sebagai ujung tombak pendidikan amat strategis dalam mengembangkan
potensi siswa. Karena itu penguasaan pengelolaan kelas mutlak harus dikuasai.
Pengelolaan kelas meliputi ruang, waktu, bahan ajar bersama metode pembelajarannya
serta perangkat evaluasinya. Rendahnya Kesejahteraan Guru

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya


kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru
terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain,
memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang
buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.

Siswa sebagai subjek pembelajaran pun tak lepas dari tugas mengelola kelas dan
dirinya sendiri. Kegiatan mengelola kelas yang dapat dilakukan siswa misalnya membantu
guru mengatur layout belajar di kelas dan berbagai pajangan kelas sesuai dengan
keinginannya sehingga suasana pembelajaran akan terasa nyaman dan menyenangkan
dengan kondisi kelas yang telah diaturnya sendiri. Sebagai usaha mengatur dirinya sendiri,

4
siswa diharapkan untuk selalu berpartisi aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga akan
tercapai tujuan yang diharapkan bersama.

2.3 Problematik Why (Mengapa)

Setiap kegiatan manusia tidaklah lepas dari proses perencanaan dan pelaksanaan sebagai


usaha untuk mendapatkan hasil yang optimal. Tak ubahnya dalam kegiatan pembelajaran
baik di kelas maupun di luar kelas, membutuhkan suatu proses runtut sehingga akan tercapai
tujuan yang diharapkan. Semua itu dikemas dalam suatu manajemen yang diatur oleh subjek
kegiatan terhadap objek kegiatan yang dilakukan.

Adapun rendahnya kualitas sarana fisik disekolah berdampak pada rendahnya output
pendidikan, sebab di era globalisasi mebutuhkan sarana dan prasarana yang memadai agar
bias bersaing di pasar global. Minimnya sarana juga menyebabkan peserta didik hanya
belajar dalam angan-angan yang keluar dari realitas sesungguhnya. Secara psikologis pelajar
adalah masa transisi dari remaja menuju kedewasaan dimana didalamnya terjadi gejolak-
gejolak batin dan luapan ekspresi kretivitas yang sagat tinggi. Jika lupan-luapan dan
pencarian jati diri ini tidak terpenuhi maka mereka akan cenderung mengekspresikanya
dalam bentuk kekecewaan-kekecawaan dalam bentuk negatif. Sarana pendidikan yang
dimaksud disini, bukan hanya laboratorium, perpustakaan,  ataupun peralatan edukatif saja,
tetapi juga sarana-sarana olahraga ataupun kesenian untuk mengekspresikan diri mereka.
Kehidupan remaja diera modern ini tentulah berbeda dengan kehidupan pada generasi
sebelumnya,  pelajar saat ini membutuhkan ruang gerak dalam pengembangaan kematangan
emosi misalanya saja grup band, sepak bola, basket, otimotif dan sebagainya. Jika hal ini
tidak dipenuhi ataupun dihambat maka akan cenderung membuat perkumpulan-
perkumpulaan yang cenderung menyalahi norma.

Kendati secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun secara kualitas
mutu guru di negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara umum, para guru di Indonesia
kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal. Dalam kenyataan di lapangan, masih
banyak guru yang tidak mengetahui secara mendalam apa yang sebenarnya mereka lakukan
terhadap kondisi kelas dan peserta didiknya. Padahal, apabila dipelajari secara komprehensif

5
dan diterapkan secara konsisten, manajemen memberikan arah yang jelas, langkah
yang teratur dan keberhasilan dan kegagalan dapat mudah dievaluasi dengan benar, akurat
dan lengkap sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi tindakan selanjutnya.

Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu


keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan
kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada
kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang
rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru. Rendahnya
kesejahteraan guru menyebabkan mereka mengambil alih pekerjaan lain akibatnya ia tidak
dapat memusatkan perhatiannya kepada pekerjaan mengajar disekolah dimana ia ditugaskan.
Karena mereka lebih fokus terhadap bisnis yang di geluti. Lama-lama mereka menjadi lupa
akan kewajiban sebagai seorang guru.

Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal
pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat
rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa
Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan
di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita
jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.

2.4 Problematik Where (Dimana)

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa manajemen merupakan suatu system. Pokok
pelaksanaan manajemen kelas tentunya adalah di dalam kelas, namun bukan berarti keadaan
di luar kelas tidak ikut berperan dalam pelaksanaan manajemen. Diketahui bahwa
manajemen meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Sebagai acuan
pelaksanaan kegiatan di dalam kelas, setidaknya kita mempunyai rencana yang telah disusun
sedemikian rupa sebelum kegiatan berlangsung, yang akan lebih efektif dilakukan di luar
kelas sehingga tidak mengganggu kegiatan di dalam kelas. Dan evaluasi terhadap kegiatan
juga sebaiknya dilakukan di luar kelas sambil menganalisis perencanaan pada kegiatan

6
selanjutnya. Jadi proses manajemen kelas ini selalu berkaitan antara kegiatan yang telah lalu
dan yang akan dilakukan.

Contoh Kasus

Seperti diketahui, Rabu (20/11/2019)  gedung aula Sekolah Menengah Kejuruan Negeri
(SMKN) Miri, Sragen, Jawa Tengah, ambruk disapu hujan badai. Sebanyak 22 siswa yang
sedang berteduh di bawahnya luka-luka dan patah tulang ketimpa atap gedung. Hingga kini
17 siswa masih menjalani perawatan di rumah sakit.

Dua minggu sebelumnya, atap sekolah dasar negeri (SDN) Gentong di Pasuruan, Jawa
Timur juga ambruk. Akibatnya satu siswa, satu guru meninggal dunia serta belasan siswa
mengalami luka-luka.

Kejadian kebakaran juga melanda SMK Yadika 6 Bekasi beberapa hari lalu. Diduga
peristiwa yang menyebabkan 14 siswa patah tulang akibat lompat dari ketinggian untuk
menghindari api tersebut dipicu konsleting listrik di laboratorium computer.

Kembali pada penjelasan Syaiful, berdasarkan informasi dari lapangan yang diterimanya,
aula SMKN Giri Sragen termasuk bangunan baru. Aula itu dibangun pada 2015. Gedung
SDN Gentong Pasuruan pun termasuk gedung  yang baru dibangun pada 2016. Namun
kenyataannya, bangunan-bangunan itu terkesan rapuh sehingga mudah ambruk dan
memakan banyak korban.

“Kami mempertanyakan bagaimana proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan


pembangunan gedung-gedung sekolah yang dibangun dengan uang rakyat tapi hasilnya
justru membahayakan peserta belajar-mengajar,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, Syaiful mendesak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim 
untuk mennyensus gedung sekolah terkait kualitas dan keamanan bangunan. Jangan sampai
peristiwa ambruknya bangunan sekolah terjadi lagi. Apalagi saat ini akan masuki musim
penghujan yang biasanya diikuti ancaman bencana tanah longsor, banjir, hingga angin
puting beliung.

7
Menurut Syaiful, kondisi darurat gedung sekolah di Indonesia juga tidak terlepas dari fakta
bahwa saat ini ada sekitar 283.000 ruang sekolah kondisi rusak. Sebanyak 74.000 ruang
kelas rusak total, 78.000 ruang kelas rusak berat, dan sisanya rusak sedang.

Akan tetapi di sisi lain, kemampuan pemerintah dalam melakukan renovasi bangunan
sekolah yang rusak tersebut hanya sampai pada batas 25.000 per tahun.“Jadi perlu waktu
sekitar 5-10 tahun lagi perbaikan ruang sekolah yang rusak berat tersebut jika proses
perbaikan dilakukan secara normal,” jelasnya.

Menurut Syaiful kondisi semacam ini tidak bisa dibiarkan. Menurutnya jika pemerintah
bercita-cita ingin membenahi sumber daya manusia (SDM), pemerintah harusnya
memberikan investasi besar di bidang pendidikan. “Jika perlu dalam jangka pendek ini
kerahkan semua sumber daya untuk memperbaiki 152.000 ruang sekolah yang rusak berat
dan rusak total itu,” pungkas politikus PKB ini. [sgh].2

BAB III
2
Vely,putri https://indopolitika.com/indonesia-alami-darurat-sekolah-ambruk-mas-menteri-nadiem-bagaimana-ini/
28 November 2019 , jam 14.00

8
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan adalah salah satu hal yang penting kita perhatikan, pentingnnya
pendidikan sangat terlihat jelas. Melamar pekerjaan yang layak tentu membutuhkan
ijazah sesuai dengan jabatan yang akan kita lamar. Jabatan yang tinggi tentunya
membutuhkan orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga yang
dibuktikan dengan ijazah. Sehingga dapat di simpulkan disini bahwa pendidikan
adalah, suatu usaha sadar dalam rangka menanamkan daya-daya kemampuan, baik
yang berhubungan dengan pengalaman kognitif (daya pengetahuan), afektiv (aspek
sikap) maupun psikomotorik (aspek ketrampilan) yang dimiliki oleh  seorang
individu.

3.2 Saran

Pemerintah harus menyiapkan sumber daya manusia untuk perkembangan


langkah pembangunan pendidikan yang seirama dengan tuntutan zaman.
Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan – persoalan baru yang tidak
terpikirkan sebelumnya . Hal ini mempengaruhi perkembangan dan masalah actual
beserta cara penanggulannya. Oleh karena itu pendidikan harus dijadikan prioritas
dalam pembangunan negeri

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/widiayuseptiani/550b490ea33311b2142e39e5/manajemen-kelas-
5w-1h

https://www.muttaqin.id/2015/11/makalah-tentang-problematika-pendidikan.html

https://indopolitika.com/indonesia-alami-darurat-sekolah-ambruk-mas-menteri-nadiem-
bagaimana-ini/

http://nurmadiah62.blogspot.com/2012/12/permasalahan-pendidikan-tentang-sarana.html

https://van88.wordpress.com/makalah-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/

10

Anda mungkin juga menyukai