Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ni Wayan Dewi Astuti

Nim : PO7124318092

Pembimbing 1 : Olkamien J. Longulo, S.Kep., Ns., MSc.

Pembimbing 2 : Mutmaina, SKM., M. Kes.

Judul :

1. Hubungan Pengetahuan Remaja Terhadap Bahaya HIV/AIDS di SMA Negeri 5 Palu


2. Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan siswa dan siswi tentang HIV/AIDS
di SMAN 5 Palu

LATAR BELAKANG

HIV/AIDS adalah salah satu masalah kesehatan dunia yang sangat mengkhawatirkan, hal

ini karena AIDS merupakan ancaman kehidupan dan sampai saat ini belum ada obat yang dapat

menyembuhkan penyakit ini (Ebeniro,2010). Acquired Immune Deficiency Syndrome atau

AIDS adalah masalah global yang mulai melanda dunia sejak awal dekade tahun 1989. Penyakit

ini merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit akibat hilangnya kekebalan tubuh

seseorang (Syafrudin. 2011).

Sejak awal epidemi HIV-AIDS, hampir 78 juta orang di dunia telah terinfeksi HIV dan

sekitar 39 juta orang meninggal akibat HIV. Secara umum, 35 juta orang hidup dengan HIV

hingga akhir tahun 2013 dan 1,5 juta orang meninggal akibat HIV pada tahun 2013. World

1
Health Organization (WHO) memperkirakan 0,8% masyarakat di seluruh dunia usia 15 - 49

tahun hidup dengan HIV (World Health Organization, 2014).

Sejak pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 (pada seorang wisatawan asal

Belanda yang kebetulan juga Gay, dan akhirnya meninggal di RS Sanglah Denpasar) sampai

dengan maret 2016, HIV/AIDS tersebar di 407 (80%) dari 507 kabupaten/kota di seluruh

provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali yang ditemukan kasus HIV/AIDS adalah provinsi

Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan kasus HIV/AIDS adalah provinsi Sulawesi Barat

pada tahun 2012. Hingga maret 2017 jumlah kumulatif infeksi HIV di Indonesia dilaporkan

sebanyak 242.699 kasus, sedangkan jumlah kumulatif AIDS sebanyak 87.453 kasus. Persentase

kumulatif AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun yaitu 31,4 %,

dimana padakelompok umur tersebut, sebagian masuk pada kelompok remaja (15-

24 tahun) (Ditjen P2P Kemenkes RI, 2017)

Kasus HIV/AIDS di Sulawesi Tengah pertama kali dilaporkan pada tahun 2002

dengan 3 kasus HIV dan 1 kasus AIDS. Sejak itu, penemuan kasus baru terus meningkat dan

semakin meluas ke seluruh Kabupaten/Kota. Dari tahun 2002 hingga Juli 2018, tercatat 1854

penderita HIV/AIDS di Sulawesi Tengah dengan rincian 1.182 kasus HIV dan 672 penderita

AIDS. Prevalensi tertinggi yaitu kota Palu dengan 691 infeksi HIV dan 263 kasus AIDS.

(KPAP Sulawesi Tengah, 2018).

2
Jumlah kasus yang tercatat adalah kasus yang diperoleh dari penderitayang ditolong atau

datang mencari pertolongan di pelayanan kesehatan ketika penderita telah merasakan berbagai

gejala akibat penurunan sistem kekebalan tubuh, ini berarti penderita memeriksakan diri dan

terdiagnosis HIV-AIDS ketika penderita telah berada dalam stadium AIDS. Kelompok umur

dengan kasus AIDS tertinggi adalah kelompok umur 20-29 tahun, ini berarti jika sejak terinfeksi

sampai masuk ke kondisi AIDS lamanya 5 tahun, maka usia saat terinfeksi sekitar 15-24 tahun

(Pusat Promosi Kesehatan RI, 2013).

Tingginya kasus HIV/AIDS sejalan dengan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang

HIV/AIDS. Secara nasional persentase penduduk 15 tahun ke atas yang pernah mendengar

HIV/AIDS adalah sebesar 57,5%. Persentase pernah mendengar HIV/AIDS di Sulawesi Tengah

berada di bawah rata rata Nasional yaitu sebesar 47,5%. Tingkat pengetahuan komprehensif

tentang HIV/AIDS menurut 3 provinsi secara nasional yaitu 11,4%. Sulawesi Tengah berada

pada urutan keenam terendah dengan persentase 7,2 persen (RISKESDAS, 2010).

Dari Tahun 2002 sampai desember 2017, situasi kasus HIV AIDS kota Palu

sebanyak 650 kasus dengan golongan umur terbanyak antar 25-29 tahun. Prevalensi data kasus

yang meninggal akibat HIV/AIDS tahun 2017 sebanyak 4 orang. Dinas kesehatan kota Palu

juga memiliki 13 puskesmas yang menyebar di seluruh kecamatan kota. Dimana puskemas

Talise mempunyai kasus HIV/AIDS paling tinggi tahun 2017 sebanyak 31 kasus, urutan kedua

3
puskesmas Singgani sebanyak 19 kasus dan yang ke tiga adalah puskesmas Birobuli sebanyak

16 kasus. (Dinkes Kota Palu, 2017)

Remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap IMS (Infeksi Menular Seksual)

dengan jumlah terbesar mengidap HIV/AIDS. Masa remaja sangat erat kaitannya dengan

perkembangan psikis pada periode pubertas dan diiringi denganperkembangan seksual.

Remaja kemudian tercermin dalam sikap dan perilaku. Kondisi ini menyebabkan remaja rentan

terhadap masalah perilaku beresiko dalam penularan HIV/AIDS (Soetjiningsih, 2004)

Kasus HIV/AIDS pada remaja tidak terlepas dari perkembangan globalisasi.Perke

mbangan globalisasi mengakibatkan adanya perubahan sosial dan gayahidup remaja saat

ini

terutama di daerah perkotaan. Kusuma (2010) menyebutkanbahwa remaja di daerah perkotaan

cenderung melakukan perilaku berisiko sepertihubungan seksual dengan berganti-ganti

pasangan hubungan seks pranikah, serta penyalahgunaan narkoba. Gaya hidup seperti ini

membahayakan kesehatan reproduksi terutama penularan penyakit menuar seksual termasuk

HIV/AIDS pada pasangannya (Kusuma, 2010).

Hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa guru di SMAN 5 Palu, diperoleh

informasi bahwa belum ada sosialisasi atau penyuluhan yang spesifik terhadap HIV/AIDS yang

diberikan kepada siswa dan siswi serta belum ada pembelajaran yang komprehensif dan

kontinyu tentang HIV/AIDS di SMAN 5 Palu. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti

4
pada 10 orang siswa dan siswi SMAN 5 Palu diperoleh informasi bahwa semua siswa dan siswi

itu sudah pernah mendengar tentang HIV/AIDS, tetapi hanya ada 3 siswa yang bisa

membedakan antara HIV dan AIDS serta penularannya, sedangkan 7 siswa belum tahu.

Berdasarkan pada alasan tersebut, m a k a peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentan

g Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswa dan Siswi tentang HIV/AIDS

di SMA Negeri 5 Palu. Sekolah tersebut dipilih karena letak sekolah yang berada di wilayah

kerja Puskesmas Talise Palu Timur yang memilik kasus HIV/AIDS paling tinggi di kota Palu.

Sekolah tersebut juga terletak di kota dan mudah dijangkau serta banyak terdapat Kampus

di sekitaarnya. Selain itu, terdapat banyak tempat hiburan yang dekat, banyak kos-kosan dan

dekat dengan tempat lokalisasi sehingga mempermudah pergaulan remaja yang berisiko

tertular HIV/AIDS.

Anda mungkin juga menyukai