Anda di halaman 1dari 7

LP HIPERTENSI

TINJAUAN MATERI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer,2001) Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas
160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

2. Epidemiologi

Hipertensi sering dijumpai pada individu diabetes mellitus (DM) dimana


diperkirakan prevalensinya mencapai 50-70%. Modifikasi gaya hidup sangat penting
dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam mengobati tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko utama untuk
mobilitas dan mortalitas Kardiovaskuler.
Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi
hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa,
50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui
factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.Saat ini penyakit degeneratif
dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia.
Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986, dan 1992
menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok sebagai
penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu.
Penyakit tersebut timbul karena berbagai factor risiko seperti kebiasaan merokok,
hipertensi, disiplidemia, diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari
factor risiko diatas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas,
displidemia, dan diabetes mellitus.
Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita
hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan
pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi
tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15%
tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah
Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%.
Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah
pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi. Oleh sebab itu perlu diteliti
lebih lanjut, demikian juga angka yang relatif sangat rendah.
Survai penyakit jantung pada usia lanjut yang dilaksanakan Boedhi Darmojo,
menemukan prevalensi hipertensi’ tanpa atau dengan tanda penyakit jantung hipertensi
sebesar 33,3% (81 orang dari 243 orang tua 50 tahun ke atas).Wanita mempunyai
prevalensi lebih tinggi dari pada pria (p¬0,05). Dari kasus-kasus tadi, ternyata 68,4%
termasuk hipertensi ringan (diastolik 95¬104 mmHg), 28,1% hipertensi sedang (diastolik
105¬129 mmHG) dan hanya 3,5% dengan hipertensi berat (diastolik sama atau lebih
besar dengan 130 mmHg).
Hipertensi pada penderita penyakit jantung iskemik ialah 16,1%, suatu persentase
yang rendah bila dibandingkan dengan prevalensi seluruh populasi (33,3%), jadi
merupakan faktor risiko yang kurang penting. Juga kenaikan prevalensi dengan naiknya
umur tidak dijumpai.Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di
segala bidang perlu memperhatikan tindakan mendidik untuk mencegah timbulnya
penyakit seperti hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga
potensi bangsa dapat lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan.
Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan tindakan atau program pencegahan
yang terarah. Tujuan program penanggulangan penyakit kardiovaskuler adalah mencegah
peningkatan jumlah penderita risiko penyakit kardiovaskuler dalam masyarakat dengan
menghindari faktor penyebab seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, merokok, stres
dan lain-lain

3. Etiologi
a. faktor keturunan
b. Ciri perseorangan:
1. Usia: paling tinggi usia 30-40 tahun
2. Jenis kelamin: pada laki-laki sering terjadi hipertensi disbanding wanita
3. Ras
c. Kebiasaan hidup
1. Konsumsi garam yang tinggi
Pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah dan
mengeluarkan garam oleh obat diuretik akan menrunkan tekanan darah lebih
lanjut
2. Kegemukan/obesitas
3. Stress atau ketegangan jiwa
Dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga tekanan darah
meningkat

d. Pengaruh lain:
 Merokok
 Minum alkohol
 Minum obat-obatan: ephedenn, prednisone, epinefrin
 Kehamilan

4. Patofisologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup, mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).

5. Klasifikasi

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan


rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee,
Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI,
1997) sebagai berikut :

No Kategori Sistolik ( mmHg ) Distolik ( mmHg )


1. Optimal < 120 <80
2. Normal 120 -129 80 – 84
3. High normal 130 -139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 ( ringan ) 140 - 159 90 – 99
Grade 2 ( sedang ) 160 - 179 100 – 109
Grade 3 ( berat ) 180 - 209 100 – 119
Grade 4 ( sangat berat >210 >120

Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2


golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.

6. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis dari hipertensi adalah sebagai berikut :


 Pusing
 Mudah marah
 Telinga berdengung
 Mimisan (jarang)
 Sukar tidur
 Sesak nafas
 Rasa berat di tengkuk
 Mudah lelah
 Mata berkunang-kunang

7. Pemeriksaan fisik
a. Pengukuran tinggi dan berat serta kalkulasi BMI (Body Mass Index)
yaitu berat dalam kg dibagi tinggi dalam m².
b. Pengukuran tekanan darah
c. Pemeriksaan system kardiovaskuler terutama ukuran jantung, bukti
adanya gagal jntung, penyakit arteri karotis, renal, dan perifer lain
serta koarktasio aorta.
d. Pemeriksaan paru adanya ronkhi dan bronkhospasme serta bising
abdomen, pembesaran ginjal serta tumor yang lain.
e. Pemeriksaan fundus optikus dan system syaraf untuk mengetahui
kemungkinan adanya kerusakan serebrovaskuler.

8. Pemeriksaan diagnostic

a. CBC :
Pemeriksaan hempoglobin/hemotokrit untuk menilai viskositas dan
indicator factor resiko seperti hipercoangulabity anemia

b. Kimia darah :
 BUN/creatinin: menilai perfusi/faal renal
 Glukose serum: Hiperglikemia
 Kadar kolesterol/trigliserida : pertambahan kadar
mengidentifikasi predisposisi pembentukan plaque
attheromatus
 Kadar serum aldosterone
 Uric Acid

c. Elektrolit :
 Serum potassium
 Urine VMA
 Steroid urine

d. Urine :
 Analisa urine
 Urine VMA
 Steroid urine

e. Radiologi :
 Intra vena pyelografi (IVP)
 Roentgen thorax

f. ECCT : menilai adanya hypertrofi myocard, pola strain,g³ kondoksi.


9. Prognosis

Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol,


hiperkolesterole-mia, intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya
mempengaruhi prognosis dari penyakit hipertensi esensial pada lansia.
Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi pertama kali, maka semakin
buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani (Fauci AS et al,
1998).
Di Amerika serikat, ras kulit hitam mempunyai angka morbiditas dan
mortalitas empat kali lebih besar dari pada ras kulit putih. Prevalensi
hipertensi pada wanita pre-menopause tampaknya lebih sedikit dari pada laki-
laki dan wanita yang telah menopause. Adanya faktor resiko independen
(seperti hiperkolesterolemia, intoleransi glukosa dan kebiasaan merokok)
yang mempercepat proses aterosklerosis meningkatkan angka mortalitas
hipertensi dengan tidak memperhatikan usia, ras dan jenis kelamin (Fauci AS
et al, 1998).

10. Therapy

a. Program penurunan BB bagi yang gemuk


b. Diet rendah garam dan rendah lemak
c. Mengubah kebiasaan buruk berdasarkan kesehatan
d. Olahraga teratur
e. Periksa tekanan darah secara teratur
f. Terapi farmakologis
 Diuretik : HCT, Lasix
 Beta blocker : propanaol
 Alfa blocker : phentolamin, vrozqazine (minipres)
 Simpatolik
 Vasodilator
 Kalsium antagonis (Barbara Engram, 1999)

11. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Diit rendah lemak
2) Diit rendah garam dapur, soda, baring powder, natrium
benzoat, monosodium glutamat.
3) Hindari makanan daging kambing, buah durian, minuman
beralkohol
4) Lakukan olahraga secara teratur
5) Hentikan kebiasan merokok (minum kopi)
6) Menjaga kestabilan BB tapi penderita hipertensi yang disertai
kegemukan
7) Menghindari stress dan gaya hidup yang lebih santai.
(Wijaya Kusuma, 2004: 11)

b. Penatalaksanaan Medis
1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan
pengobatan causal
2) Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk enurunkan
tekanan darah dengan harapan meprpanjang umur dan
mengurangi timbulnya komplikasi.
3) Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan
mengunakan obat anti hipertensi selain dengan perubaha gaya
hidup.
4) Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka
panjang dengan memunkginakn besat untuk seumur hidup.

Anda mungkin juga menyukai