Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Perkembangan Bangsa Indonesia

PENDAHULUAN

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak 
zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu.
Periode sejarahIndonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-
Buddha serta Islam di Jawa dan Sumaterayang
Sumaterayang terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya
orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh
Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan
Awal, pasca-Proklamasi
pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia(1945)
Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966);
(1966); Era Orde Baru, 32
tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); 1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Wilayah utama daratan Nusantara terbentuk dari dua ujung Superbenua Pangaea di Era Mesozoikum(250Mesozoikum(250 juta
tahun yang lalu), namun bagian dari lempeng benua yang berbeda. Dua bagian ini bergerak mendekat akibat 
pergerakan lempengnya, sehingga di saat Zaman
saat  Zaman Es terakhir telah terbentuk selat besar di antara Paparan
Sunda di barat dan Paparan Sahul di timur.Pulau
timur.Pulau Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya mengisi ruang di
antara dua bagian benua yang berseberangan. Kepulauan antara ini oleh para ahli biologi sekarang disebut 
sebagai Wallacea, suatu kawasan yang memiliki distribusi fauna yang unik. Situasi geologi dan geografi ini
berimplikasi pada aspek topografi,
aspek  topografi, iklim, kesuburan tanah, sebaranmakhluk
sebaranmakhluk hidup (khususnya tumbuhan dan
hewan), serta migrasi manusia di wilayah ini.
Bagian pertemuan Lempeng Eurasia di barat, Lempeng Indo-Australia di selatan, dan Lempeng
Pasifik di
Pasifik di timur laut menjadi daerahvulkanik 
daerahvulkanik aktif
aktif yang memberi kekayaan mineral bagi tanah di sekitarnya
sehingga sangat baik bagi pertanian, namun juga rawan gempa bumi.Pertemuan bumi.Pertemuan lempeng benua ini juga
mengangkat sebagian dasar laut ke atas mengakibatkan adanya formasi perbukitan karst yang kaya guadi guadi
sejumlah tempat. Fosil-fosil hewan laut ditemukan di kawasan ini.
Nusantara terletak di daerah tropika, yang berarti memiliki laut hangat dan mendapat penyinaran
cahaya matahari terus-menerus sepanjang tahun dengan intensitas tinggi. Situasi ini mendorong terbentuknya
ekosistem yang kaya keanekaragaman makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Lautnya hangat dan
menjadi titik pertemuan dua samudera besar. Selat di antara dua bagian benua (Wallacea) merupakan bagian
dari arus laut dari Samudera Hindia k eSamudera
eSamudera Pasifik yang
Pasifik yang kaya sumberdaya laut. Terumbu karang di
wilayah ini merupakan tempat dengan keanekaragaman hayati sangat tinggi. Kekayaan alam di darat dan laut 
mewarnai kultur awal masyarakat penghuninya. Banyak di antara penduduk asli yang hidup mengandalkan
pada kekayaan laut dan membuat mereka memahami navigasi pelayaran dasar, dan kelak membantu dalam
penghunian wilayah Pasifik (Oseania)
Pasifik (Oseania)..
Benua Australia dan perairan Samudera Hindia dan Pasifik di sisi lain memberikan faktor variasi iklim
tahunan yang penting. Nusantara dipengaruhi oleh sistem muson dengan akibat banyak tempat yang
mengalami perbedaan ketersediaan air dalam setahun. Sebagian besar wilayah mengenal musim kemarau dan
musim penghujan. Bagi pelaut dikenal angin barat (terjadi pada musim penghujan) dan angin timur. Pada era
perdagangan antarpulau yang mengandalkan kapal berlayar, be rlayar, pola angin ini sangat penting dalam penjadwalan
perdagangan.
Dari sudut persebaran makhluk hidup, wilayah ini merupakan titik pertemuan dua provinsi flora dan
tipe fauna yang berbeda, sebagai akibat proses evolusi yang berjalan terpisah, namun kemudian bertemu.
Wilayah bagian Paparan Sunda, yang selalu tidak jauh dari ekuator, memiliki fauna tipe Eurasia, sedangkan
wilayah bagian Paparan Sahul di timur memiliki fauna tipe Australia. Kawasan Wallacea membentuk 
"jembatan" bagi percampuran dua tipe ini, namun karena agak terisolasi ia memiliki tipe yang khas. Hal ini
disadari oleh sejumlah sarjana dari abad ke-19, seperti Alfred Wallace,Max
Wallace,Max Carl Wilhelm Weber, dan Richard
Lydecker. Berbeda dengan fauna, sebaran flora (tumbuhan) di wilayah ini lebih tercampur, bahkan membentuk 
suatu provinsi flora yang khas, berbeda dari tipe di India dan Asia Timur maupun kawasan kering Australia,
yang dinamakan oleh botaniwan sebagai Malesia. Migrasi manusia kemudian mendorong persebaran flora di
daerah ini lebih jauh dan juga masuknya tumbuhan dan hewan asing dari daratan Eurasia, Amerika, dan Afrika
pada masa sejarah.
Fosil-fosil Homo erectus yang ditemukan di beberapa tapak di Jawa menunjukkan kemungkinan
kontinuitas populasi mulai dari 1,7 juta tahun (Sangiran) hingga 50.000 tahun yang lalu (Ngandong). Rentang
waktu yang panjang menunjukkan perubahan fitur yang berakibat pada dua subspesies berbeda (H. ( H. erectus
 paleojavanicusyang
 paleojavanicusyang lebih tua daripada H. erectus soloensis).
soloensis). Swisher (1996) mengajukan tesis bahwa hingga
50.000 tahun yang lalu mereka telah hidup sezaman dengan manusia modern H. sapiens. sapiens.
Malaya (Semang),
(Semang), Filipina (Negrito), AboriginAustralia, Papua, dan Melanesia, memasuki kawasan Paparan
Sunda. Mereka kemudian bergerak ke timur. Gua Niah di Sarawak memiliki
Sarawak memiliki sisa kerangka tertua yang mewakili
masyarakat ini (berumur sekitar 60 sampai 50 ribu tahun). Sisa-sisa tengkorak ditemukan pula di gua-gua
daerah karst di Jawa (Pegunungan Sewu).
Sewu). Mereka adalah pendukung kultur Paleolitikum yang belum mengenal
budidaya tanaman atau beternak dan hidup meramu (hunt (hunt and gathering).
gathering).
Penemuan seri kerangka makhluk mirip manusia di Liang Bua,PulauBua,Pulau Flores, membuka kemungkinan
adanya spesies hominid ketiga, yang saat ini dikenal
di kenal sebagai H. floresiensis.
floresiensis.
Selanjutnya kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi, perpindahan besar-besaran masuk ke kepulauan
Nusantara (imigrasi) dilakukan oleh ras Austronesia dari Yunan dan mereka menjadi nenek moyang suku-suku
di wilayah Nusantara bagian barat. Mereka datang dalam 2 gelombang kedatangan yaitu sekitar tahun 2.500
SM dan 1.500 SM.
Bangsa nenek moyang ini telah memiliki peradaban yang cukup baik, mereka paham cara bertani yang
lebih baik, ilmu pelayaran bahkan astronomi. Mereka juga sudah memiliki sistem tata pemerintahan sederhana
serta memiliki pemimpin (raja kecil). Kedatangan imigran dari India pada abad-abad akhir Sebelum
Masehimemperkenalkan
Masehimemperkenalkan kepada
kepada mereka sistem tata pemerintahan yang lebih maju (kerajaan).

ISI
1. PRASEJARAH
Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara)disebut Nusantara)
merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia,
dan Lempeng Pasifik (lihat
Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia).
Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk 
pada saat melelehnya essetelah
essetelah berakhirnya Zaman Es, hanya 10.000 tahun yang lalu.
Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan AsiaDaratan,
AsiaDaratan, masuklah pemukim pertama. Bukti
pertama yang menunjukkan penghuni pertama adalah fosil-fosil Homo erectusmanusia
erectusmanusia Jawa dari masa 2 juta
hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)
floresiensis) di Liang Bua, Flores,
membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masaZaman
masaZaman Es terakhir.
Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur
pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 50.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.
Mereka, yang berciri rasial berkulit gelap dan berambut ikal rapat (Negroid)
rapat  (Negroid),, menjadi nenek moyang penduduk 
asliMelanesia
asliMelanesia (termasuk Papua)
(termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum).(Paleolitikum). Gelombang
pendatang berbahasa
berbahasa Austronesiadengan
Austronesiadengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari
Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson). Dongson). Proses
migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. Kedatangan gelombang penduduk 
berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur
dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku
penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini
membawa serta teknik-teknik pertanian,
teknik-teknik  pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak 
abad ke-8 SM), beternak 
beternak kerbau,
kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun
teknik tenun ikat, praktek-
praktek megalitikum,
praktek megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme)
keramat  (dinamisme).. Pada abad
pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin
sudah masuk pengaruh kepercayaan dari Indiaakibat
Indiaakibat hubungan perniagaan.

2. SEJARAH NAMA INDONESIA


2.1. NAMA INDONESIA
PADA TAHUN 1847 DI SINGAPURA TERBIT SEBUAH MAJALAH ILMIAH TAHUNAN, JOURNAL
TAHUNAN, JOURNAL OF THE 
INDIAN ARCHIPELAGO AND EASTERN ASIA (JIAEA), YANG DIKELOLA OLEH JAMES RICHARDSON
LOGAN (1819-1869)
(1819-1869),, SEORANG SKOTLANDIA YANG MERAIH SARJANA HUKUMDARI
HUKUMDARI UNIVERSITAS
EDINBURGH. KEMUDIAN PADA TAHUN1849TAHUN1849 SEORANG AHLI ETNOLOGI BANGSA INGGRIS, GEORGE SAMUEL
WINDSOR EARL (1813-1865)
(1813-1865),, MENGGABUNGKAN DIRI SEBAGAI REDAKSI MAJALAH JIAEA.
Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading
Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations.Nations. Dalam artikelnya itu Earl
menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk 
memiliki nama khas (a ( a distinctive name),
name ), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan
penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan
nama:Indunesia
nama:Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu
tertulis
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia
(Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga
digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa).(Maladewa). Earl berpendapat juga bahwa bahasa
Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia
dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel
The Ethnology of the Indian Archipelago.
Archipelago . Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas
bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian Archipelago terlalu panjang dan
membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u huruf  u digantinya dengan
huruf o
huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam
tulisan Logan:

"Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer 
the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian
 Archipelago".
 Archipelago".

Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama
itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam
tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan
bidangetnologi
bidangetnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf
bernama Adolf Bastian (1826-1905)
(1826-1905)
menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel ("Indonesia
Archipel ("Indonesia atau Pulau-pulau di
Kepulauan Melayu") sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara di kepulauan
itu pada tahun 1864sampai
1864sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan
sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat 
yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indië tahun 1918. Pada
kenyataannya, Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat  (Ki Hajar
Dewantara).
Dewantara). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 ia mendirikan sebuah biro pers dengan
nama Indonesische Pers-bureau.
Pers-bureau.
Nama Indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti Indisch ("Hindia") oleh
Prof Cornelis
Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan Indonesiër (orang
Indonesia).
.
2.2. POLITIK 
Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi
itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, sehingga nama "Indonesia" akhirnya
memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebagai akibatnya,
pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad
inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah
Hoogeschool (Sekolah
Tinggi Ekonomi) diRotterdam,
diRotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk 
tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau
Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra,
Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,

"Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de( de toekomstige vrije Indonesische staat ) mustahil disebut 
"Hindia-Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi
kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een
( een politiek doel ),
), karena melambangkan dan mencita-
citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesiër) akan
berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya."

Di Indonesia Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Clubpada


Clubpada tahun 1924. Tahun itu juga
Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925 Jong
Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (
Padvinderij  (Natipij ).
). Itulah tiga organisasi di
tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia-
Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo,
mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesiëdiresmikan sebagai pengganti nama
"Nederlandsch-Indie".Permohonan ini ditolak.
Dengan pendudukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia-Belanda". Pada
tanggal 17 Agustus 1945, menyusul deklarasi Proklamasi Kemerdekaan, lahirlah [Republik Indo nesia].

3. ERA PRA KOLONIAL


3.1. Sejarah awal
Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di
pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan tanggal adalah dari abad ke-5
mengenai dua kerajaan bercorak Hinduisme: Kerajaan Tarumanagaramenguasai Jawa Barat dan Kerajaan
Kutai di pesisir Sungai Mahakam,Kalimantan. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.
Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia
ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan
puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazalt etangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam
semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).
3.2. Kerajaan Hindu-Buddha
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu
kerajaan Tarumanagarayang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-
7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijayaberkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I
Chingmengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai
daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah
kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil
memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh
Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa,
seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
3.3. Kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitarabad ke-12, namun
sebenarnya Islam sudah sudah masuk k eIndonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang
ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di
Asia Tenggara danBani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.[4]
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang
pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan
pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718
M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarmanmengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul
Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat 
itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di
dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi
pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau
jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah
mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar
tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat 
mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum- hukumnya.” Dua tahun
kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semulaHindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun
dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh
Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan
Islam bernamaKesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain
adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang
Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui
pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera.
Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-
rohaniawan Kristen danIslam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang
besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini
memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah
yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk diantaranya: Kerajaan
Samudera Pasai, Kesultanan Bantenyang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa,Kerajaan
Mataram, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore diMaluku.

4. ERA COLONIAL
4.1. Kolonisasi Portugis
Keahlian bangsa Portugis dalam navigasi, pembuatan kapal dan persenjataan memungkinkan mereka
untuk melakukan ekspedisi eksplorasi dan ekspansi. Dimulai dengan ekspedisi eksplorasi yang dikirim
dari Malaka yang baru ditaklukkan dalam tahun 1512, bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang
tiba di kepulauan yang sekarang menjadi Indonesia, dan mencoba untuk menguasai sumber rempah-rempah
yang berharga dan untuk memperluas usahamisionaris Katolik Roma. Upaya pertama Portugis untuk 
menguasai kepulauan Indonesia adalah dengan menyambut tawaran kerjasama dari Kerajaan Sunda.
Pada awal abad ke-16, pelabuhan-pelabuhan perdagangan penting di pantai utara Pulau Jawa sudah
dikuasai oleh Kesultanan Demak, termasuk dua pelabuhan Kerajaan Sunda yaitu Banten danCirebon. Khawatir
peran pelabuhan Sunda Kelapa semakin lemah, raj aSunda, Sri Baduga (Prabu Siliwangi) mencari bantuan untuk 
menjamin kelangsungan pelabuhan utama kerajaannya itu. Pilihan jatuh ke Portugis, penguasa Malaka. Dengan
demikian, pada tahun 1512 dan 1521, Sri Baduga mengutus putra mahkota, Surawisesa, ke Malaka untuk 
meminta Portugis menandatangani perjanjian dagang, terutamalada, serta memberi hak membangun benteng
di Sunda Kelapa.
Pada tahun 1522, pihak Portugis siap membentuk koalisi dengan Sunda untuk memperoleh akses
perdagangan lada yang menguntungkan. Tahun tersebut bertepatan dengan diselesaikan penjelajahan dunia
oleh Magellan.
Komandan benteng Malaka pada saat itu adalah Jorge de Albuquerque. Tahun itu pula dia mengirim
sebuah kapal, São Sebastião, di bawah komandan Kapten Enrique Leme, ke Sunda Kalapa disertai dengan
barang-barang berharga untuk dipersembahkan kepada raja Sunda. Dua sumber tertulis menggambarkan akhir
dari perjanjian tersebut secara terperinci. Yang pertama adalah dokumen asli Portugis yang berasal dari tahun
1522 yang berisi naskah perjanjian dan tandatangan para saksi, dan yang kedua adalah laporan kejadian yang
disampaikan oleh João de Barrosdalam bukunya "Da Asia", yang dicetak tidak lama sebelum tahun 1777/78.
Menurut sumber-sumber sejarah ini, raja Sunda menyambut hangat kedatangan orang Portugis. Saat itu
Prabu Surawisesa telah naik tahta menggantikan ayahandanya dan Barros memanggilnya "raja Samio". Raja
Sunda sepakat dengan perjanjian persahabatan dengan raja Portugal dan memutuskan untuk memberikan
tanah di mulutCiliwung sebagai tempat berlabuh kapal-kapal Portugis. Selain itu, raja Sunda berjanji jika
pembangunan benteng sudah dimulai maka beliau akan menyumbangkan seribu karung lada kepada Portugis.
Dokumen kontrak tersebut dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal;
keduanya ditandatangani pada tanggal 21 Agustus 1522.
Pada dokumen perjanjian, saksi dari Kerajaan Sunda adalahPadam Tumungo, Samgydepaty, e outre
Benegar e easy o xabandar , maksudnya adalah "Yang Dipertuan Tumenggung, Sang Adipati, Bendahara dan
Syahbandar Sunda Kelapa". Saksi dari pihak Portugis, seperti dilaporkan sejarawan Porto bernama João de
Barros, ada delapan orang. Saksi dari Kerajaan Sunda tidak menandatangani dokumen, mereka melegalisasinya
dengan adat istiadat melalui "selamatan". Sekarang, satu salinan perjanjian ini tersimpan diMuseum Nasional
Republik Indonesia, Jakarta.
Pada hari penandatangan perjanjian tersebut, beberapa bangsawan Kerajaan Sunda bersama Enrique
Leme dan rombongannya pergi ke tanah yang akan menjadi tempat benteng pertahanan di mulut Ci Liwung.
Mereka mendirikan prasasti, yang disebut Luso-Sundanese padrão, di daerah yang sekarang menjadi
Kelurahan Tugu di Jakarta Utara. Adalah merupakan kebiasaan bangsa Portugis untuk mendirikan padrao saat 
mereka menemukan tanah baru. Padrao tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Portugis gagal untuk memenuhi janjinya untuk kembali ke Sunda Kalapa pada tahun berikutnya untuk 
membangun benteng dikarenakan adanya masalah di Goa/India.
Perjanjian inilah yang memicu serangan tentara Kesultanan Demak ke Sunda Kelapa pada tahun 1527
dan berhasil mengusir orang Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Tanggal ini di kemudian
hari dijadikan hari berdirinya Jakarta.
Gagal menguasai pulau Jawa, bangsa Portugis mengalihkan perhatian ke arah timur yaitu ke Maluku.
Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan para pemimpin lokal, bangsa Portugis mendirikan
pelabuhan dagang, benteng, dan misi-misi di Indonesia bagian timur termasuk pulau-pulau Ternate, Ambon,
Kehadiran Portugis di Indonesia terbatas pada Solor, Floresdan Timor Portugis setelah mereka
mengalami kekalahan dalam tahun 1575 di Ternate, dan setelah penaklukan Belanda atas Ambon, Maluku
Utara dan Banda.[4] Pengaruh Portugis terhadap budaya Indonesia relatif kecil: sejumlah nama marga Portugis
pada masyarakat keturunan Portugis di Tugu, Jakarta Utara, musik keroncong, dan nama keluarga di Indonesia
bagian timur seperti da Costa, Dias, de Fretes, Gonsalves, Queljo, dll. Dalam bahasa Indonesia juga terdapat 
sejumlah kata pinjaman dari bahasa Portugis, seperti sinyo, nona, kemeja, jendela, sabun, keju, dll.
4.2. Kolonisasi VOC
Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia,
dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-
satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika
berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir
350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia
dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masaPerang Dunia
II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan
kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena
wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda
namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda:Verenigde
Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas
kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini
bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinyat erhadap perdagangan rempah-rempah di
Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-
kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang
dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjualbiji pala kepada
pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian
mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di
perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa
peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
4.3. Kolonisasi pemerintah Belanda
Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di
bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun1816.
Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalamPerang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Setelah
tahun 1830 sistemtanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan.
Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar
dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini
membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem
tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebutKebijakan Beretika (bahasa
Belanda: Ethische Politiek ), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-
orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendralJ.B. van Heutsz pemerintah Hindia-
Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu
mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
4.4. Gerakan nasionalisme
Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada
tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang
Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang
terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari
mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
4.5. Perang Dunia II
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki olehNazi Jerman. Hindia-Belanda
mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Britania.
Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di
Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama,
faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda.
Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada
Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil
pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka
setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia
telah muncul.
6.2. Timor Timur
Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal
sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian politis di
Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada
tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme,
dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan
kemerdekaan dari Portugal.
Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur. Indonesia, yang mempunyai
dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan
Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan
gas alam, serta lokasi yang strategis.
Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur
— melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor
Timur berada dalam wilayah Indonesia.
Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam
sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-
nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia
melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di daerah tersebut.
Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah
Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor
Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara Timor Leste.
6.3. Krisis ekonomi
Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas
lihat: Krisis finansial Asia), disertaikemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan
komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal
dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di
tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR,
Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti
ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga
Indonesia.

7. ERA REFORMASI
7.1. Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali
mendapatkan dukungan dariDana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program
pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan
berpendapat dan kegiatan organisasi.
7.2. Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni1999. PDI Perjuangan pimpinan putri
Soekarno, Megawati Sukarnoputrikeluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34%
dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu
sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai
Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid(Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik 
Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid
membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan
melakukanreshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di
bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya
juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat,
masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang
dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial
7.3. Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan
pertanggung jawabannya. Pada29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden
agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR
untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan
presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati
mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.
7.4. Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai
presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan
tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan
sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia
dengan Gerakan Aceh Merdekayang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di
wilayah Aceh.

Kemajuan IPTEK di Indonesia

Pengetahuan ilmu pengetahuan memberikan dampak yang besar dalam penemuan baru di
bidang teknologi. Pada akhir abad ke-15 muncul gerakan yang bertujuan mengembangkan
kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang dikenal dengan istilah renaisans, yaitu suatu gerakan yang
ingin melahirkan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno. Renaisans menjunjung tinggi
kemampuan manusia, baik cara berfikir atau menemukan dan menciptakan. Dengan adanya gerakan
ini, semua orang bebas berfikir untuk menghasilkan penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain gerakan renaisans, juga muncul gerakan yang disebut dengan humanisme, yaitu
suatu gerakan yang bertujuan mempelajari dan mengembangkan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
untuk diabdikan bagi kepentingan manusia.
Memasuki abad ke-18, ilmu pengetahuan berkembang pesat hingga abad ini sering di sebut 
dengan abad pemikiran. Abad ke-18 merupakan abad penemuan berbagai bidang ilmu pengetahuan,
baik ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, maupun teknologi.
Penemuan di bidang teknologi merupakan awal abad teknologi yang membawa dunia
berkembang dengan lebih jauh dan lebih cepat dari masa sebelumnya. Bersamaan dengan itu,
pertumbuhan bangsa-bangsa dan segala peradabannya juga melaju dengan cepat sehingga abad ke-21
manusia mampu menciptakan berbagai peralatan dan teknologi canggih.
Pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan pesat mendorong
berkembangnya berbagai macam industri di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, ilmu pengetahuan dan teknologi mulai berkembang sejak masa kolonial Belanda.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa kolonial Belanda ini ditandai dengan
berdirinya perusahaan swasta asing, misi keagamaan dan pendidikan Barat. Semuanya itu merupakan
bagian dari eksploitasi ekonomi.
Teknologi modern barat memperkenalkan teknologinya yang pertama dengan melalui pabrik 
gula. Modernisasi teknologi tersebut kemudian menyebar ke sektor lainnya seperti pada galangan
kapal, pertambangan batu bara, timah, gas, dan minyak bumi.
Sejak pertengahan abad ke-19, perkembangan ilmu pengetahuan barat telah tersebar di
Indonesia dengan melalui pembukaan sekolah-sekolah barat bagi penduduk bumiputra.
1. Faktor-faktor Penyebab Ketertinggalan Perkembangan IPTEK di Indonesia
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelopori bangsa barat pada masa kolonial Belanda
ternyata belum mampu mendorong terjadinya revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
Pada masa pendudukan Jepang sempat diperkenalkan beberapa teknologi baru, khususnya dalam
bidang pertanian. Akan tetapi ternyata hal tersebut tidak banyak berpengaruh pada masyarakat pada
masa itu.
Penerapan teknologi modern di dalam masyarakat hanya berpusat pada bidang tertentu dan
sebagian besar dikuasai oleh pengusaha asing.
1. Terbatasnya jumlah penduduk Indonesia yang mendapat pendidikan
2. Terbatasnya jumlah orang Indonesia yang terlibat langsung dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
3. Tidak adanya keinginan baik dari penguasa kolonial Belanda maupun kolonial swasta asing
dalam melakukan alih teknologi bagi penduduk pribumi
4. Tidak terjadinya industrialisasi
5. Tidak terjadinya inovasi teknologi yang berarti dalam masyarakat Indonesia sendiri
6. Pengeksploitasian Ruang Angkasa di Indonesia

Indonesia belum pernah terlibat secara langsung dalam eksplorasi ruang angkasa, tetapi
Indonesia sebenarnya termasuk negara yang cukup disegani karena pengalamannya dalam
mengeksploitasi teknologi keantariksaan. Saat penggunaan satelit bagi sebagian besar negara masih
sangat jarang, Indonesia telah meluncurkan satelitnya yang pertama, Palapa A1 pada 9 Juli 1976. Ini
mencatatkan Indonesia sebagai negara ketiga di dunia setelah AS dan Canada yang menggunakan
satelit komunikasi domestiknya sendiri. Indonesia juga sudah memanfaatkan jasanya untuk 
meluncurkan satelit Palapa generasi kedua, Palapa B1, pada 19 Juni 1983. Operasi penyelamatan
satelit Palapa B2, menyusul kegagalan pada peluncurannya yang juga dilakukan oleh misi ulang-alik 
merupakan operasi bersejarah yang kerumitannya boleh ditandingkan dengan operasi perbaikan
teleskop antariksa Hubble pada dasawarsa 90-an. Pada pertengahan era 1980-an, Indonesia bahkan
sempat menyiapkan astronautnya untuk mengikuti misi ulang-alik tetapi karena terjadi bencana
Challenger misi ini dibatalkan.
Dalam teknologi peroketan, Indonesia tercatat sebagai negara kedua di Asia, setelah Jepang,
yang berhasil meluncurkan roketnya sendiri. Prestasi ini dihasilkan melalui keberhasilan LAPAN
meluncurkan roket Kartika 1 pada 14 Agustus 1964. Keberhasilan ini juga tidak lepas dari bantuan
teknis dari Rusia. Akan tetapi Indonesia gagal melakukan alih-teknologi. Akibatnya, selama lebih dari
seperempat abad sejak meluncurkan satelit pertamanya, Indonesia hanya bisa bertindak sebagai
konsumen. Sementara itu, negara-negara lain justru mulai menyiapkan diri untuk mulai belajar
mengembangkan teknologi satelit melalui pembuatan satelit mikro (mikrosat). Malaysia misalnya,
yang semula tertinggal puluhan tahun dari Indonesia dalam pemanfaatan teknologi satelit, sejak 
tahun 2000 telah berhasil meluncurkan satelit mikronya yang pertama, Tiungsat-1, yang merupakan
hasil kerja sama dengan Universitas Surrey, Inggris. Sementara itu, Indonesia baru mulai berancang-
ancang membuat satelit mikronya pada tahun 2003 ini melalui kerja sama dengan Universitas Berlin,
Jerman. Program yang dilaksanakan dalam dua tahap selama lima tahun hingga 2007 itu, sekarang
masih memasuki tahap pertama yang direncanakan selama tahun 2003-2004. Dalam bidang teknologi
roket pun juga kurang berhasil. Akibatnya, pengembangan teknologi roket di Indonesia terhenti,
sementara negara-negara Asia lain, seperti India dan Cina, yang lebih belakangan menekuni teknologi
ini akhirnya melampaui Indonesia dengan keberhasilannya meluncurkan roket pengangkut satelit ke
antariksa.
Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang jarang dimiliki negara lain untuk 
mengembangkan teknologi antariksanya sendiri. Potensi itu berupa garis katulistiwa yang
membentang di atasnya. Sekitar 13% dari garis katulistiwa berada di atas wilayah Indonesia. Dengan
demikian, Indonesia tercatat sebagai negara pemilik garis katulistiwa yang terpanjang di dunia. Hal i ni
menjadikan wilayah Indonesia sebagai tempat yang sangat ideal untuk menjadi lokasi peluncuran
roket pengangkut satelit. Peluncuran roket dari dekat garis katulistiwa akan lebih menghemat bahan
bakar roket, dan karenanya lebih murah dari segi biaya. Potensi inilah yang juga diminati oleh pihak 
asing. Rusia misalnya, sudah lama mengincar Pulau Biak di Irian Jaya (Papua) untuk menjadi lokasi
bandar antariksanya. Tapi karena kita kurang cepat menanggapi tawaran itu, Akibatnya, Rusia
akhirnya memilih Pulau Christmast di Australia sebagai lokasi bandar antariksanya.
Selain Rusia, sebuah perusahaan swasta AS juga pernah amat tertarik dan bersedia menanam
investasi untuk menjadikan Biak sebagai lokasi peluncuran roket. Rencananya, roket yang akan
dioperasikan dari jenis berbahan bakar padat, di angkut melalui laut dari pantai timur AS ke dermaga
bandar antariksa Biak. Alternatif lain, bagian-bagian roket diterbangkan dan mendarat di bandar
dibuat dan kayu jamuju. Pelapis badan dan sayap NWG adalah kain blacu yang dilumuri bubur cingur
sebagai pengganti thinner.
Keberhasilan NWG-1 mendorong Kepala Staf Angkatan Udara mengusulkan pembentukan
Komisi Penerbangan. Nurtanio dikirim ke Manila, Filipina untuk mempelajari teknik pembuatan
pesawat di Far Eastern Aero Technical. Ketika kembali ke Indonesia, Nurtanio mencoba untuk merakit 
pesawat bermesin. Mesin yang digunakannya adalah mesin sepeda motor jenis Harley Davidson
buatan tahun 1928. Kerangka pesawat dan sayap terbuat dan kayu dengan pipa baja yang dilapisi kain
blacu. Pesawat yang dibuat oleh Nurtanio itu mampu terbang. Pesawat yang diberi nama WEL
(Wiweko Experimental Lightplane) itu merupakan pesawat mesin pertama di Indonesia. Nurtanio
memberi nama WEL pada pesawat itu untuk menghormati Wiweko Supono yang menjadi atasannya.
Namun, kemudian nama itu diubah menjadi RI-X.
Pada tahun 1953, Nurtanio bersama dengan 15 orang stafnya berhasil membangun pesawat 
serba logam pertama yang berkursi tunggal. Dengan bermodalkan pesawat tua peninggalan Belanda,
dibangunlah pesawat serba logam untuk tujuan antigerilya. Pesawat dengan rodanya dan roda vespa
itu diberi nama Si Kumbang. Pada tangga1 17 April 1958, Si Kumbang mampu terbang melintasi Pulau
Jawa. Pesawat itu sekarang dijadikan monumen di depan gedung ittama PT. Dirgantara Indonesia di
Bandung.
Pembuatan pesawat ini merupakan suatu proyek besar, maka untuk mewujudkannya itu
Nurtanio memilih menjalin hubungan kerja sama dengan pabrik pesawat asing yaitu dengan pabrik 
pesawat Cekop dan Polandia. Tujuan jalinan kerja sama ini adalah untuk memproduksi pesawat Wilga
dalam skala besar sehingga proyek ini diberi nama Wilga oleh Presiden Soekarno. Tetapi, pada tanggal
21 Maret 1966 Nurtanio mendapat musibah ketika pesawat yang ditumpanginya jatuh di Kiara
Condong (Bandung) sehingga menghentikan proyek besarnya itu.
Pada tahun 1976, industri pesawat yang dirintis oleh Nurtanio itu diberi nama PT. Industri
Pesawat Terbang Nurtanip (IPTN). Tetapi, ketika B.J. Habibie memimpin IPTN nama Industri Pesawat 
Terbang Nurtanio diubah menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (dengan singkatan tetap
IPTN). Di bawah pimpinan Habibie, IPTN berhasil memproduksi pesawat jenis C-212 Aviocar dan
helikopter jenis BO-105. Pada tahun 1979 bersama CASA Spanyol, IPTN memproduksi CN-235 dan
diberi nama oleh Presiden Soeharto. Pesawat CN-235 itu diperlihatkan kepada umum untuk pertama
kalinya tanggal 10 September 1983.
Pada tahun 2003 nama IPTN diubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI). PT. DI inilah
yang melanjutkan kegiatannya seperti memproduksi komponen pesawat CN-235, NC-212, Boeing
737, dan F-16.
Untuk pelayanan jasa transportasi udara di Indonesia terdapat beberapa maskapai
penerbangan di antaranya maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia, Merpati Nusantara,
Mandala, Bouraq. Kini, maskapai penerbangan di Indonesia semakin bertambah ramai dengan
hadirnya beberapa maskapai lainnya, seperti maskapai penerbangan Sriwijaya, Pelita, Adam, Lions
dan sebagainya. Perkembangan informasi, komunikasi, dan transportasi dapat meningkatkan arus
informasi, memperpendek jarak antarpulau, maupun antarnegara.

C. Teknologi Pertanian dan Revolusi Hijau


1. Pengertian Revolusi Hijau
Revolusi hijau sering dikenal dengan revolusi agraria yaitu suatu perubahan cara bercocok 
tanam dari cara tradisional berubah ke cara modern untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Definisi lain menyebutkan revolusi hijau adalah revolusi produksi biji-bijian dari penemuan ilmiah
berupa benih unggul baru dari varietas gandum, padi, jagung yang membawa dampak tingginya hasil
panen. Tujuan revolusi hijau adalah meningkatkan produktivitas pertanian dengan cara penelitian
dan eksperimen bibit unggul.
2. Latar Belakang Munculnya Revolusi Hijau
Adapun latar belakang munculnya revolusi hijau adalah sebagai berikut.
1. Hancurnya lahan pertanian akibat PD I dan PD II.
2. Pertambahan penduduk meningkat sehingga kebutuhan pangan juga meningkat.
Gagasan tentang revolusi hijau bermula dari hasil penelitian dan tulisan Thomas Robert 
Malthus (1766 – 1834) yang berpendapat bahwa “Kemiskinan dan kemelaratan adalah masalah yang
dihadapi manusia yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pertumbuhan penduduk dengan
peningkatan produksi pertanian. Pertumbuhan penduduk sangat cepat dihitung dengan deret ukur (1,
2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, dst.) sedangkan peningkatan produksi pertanian dihitung dengan deret hitung
(1, 3, 5, 7, 9 , 11, 13, 15, dst.)”. Pengaruh tulisan Robert Malthus tersebut, yaitu:
1. gerakan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan cara pengontrolan jumlah kelahiran;
2. gerakan usaha mencari dan meneliti bibit unggul dalam bidang pertanian.
3. Perkembangan Revolusi Hijau
Revolusi hijau dimulai sejak berakhirnya PD I yang berakibat hancurnya lahan pertanian.
Penelitian disponsori oleh Ford and Rockefeller Foundation di Meksiko, Filipina, India, dan Pakistan.
IMWIC (International Maize and Wheat Improvement Centre) merupakan pusat penelitian di Meksiko.
Sedangkan di Filipina, IRRI (International Rice Research Institute) berhasil mengembangkan bibit 
padi baru yang produktif yang disebut padi ajaib atau padi IR-8.
Pada tahun 1970 dibentuk CGIAR (Consultative Group for International Agriculture Research)
yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada berbagai pusat penelitian international. Pada
tahun 1970 juga, Norman Borlang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia 133
mendapatkan hadiah nobel karena gagasannya mencetuskan revolusi hijau dengan mencari jenis
tanaman biji-bijian yang bentuknya cocok untuk mengubah energi surya menjadi karbohidrat pada
tanah yang diolah menjadi subur dengan tanaman yang tahan terhadap hama penyakit. Upaya
meningkatkan produktivitas pertanian antara lain dengan cara sebagai berikut.
1. Pembukaan areal pertanian dengan pengolahan tanah.
2. Mekanisme pertanian dengan penggunaan alat-alat pertanian modern seperti bajak dan mesin
penggiling.
3. Penggunaan pupuk-pupuk baru.
4. Penggunaan metode yang tepat untuk memberantas hama, misalnya dengan alat penyemprot 
hama, penggunaan pestisida, herbisida, dan fungisida.
Perkembangan Revolusi Hijau juga berpengaruh terhadap Indonesia. Upaya peningkatan
produktivitas pertanian Indonesia dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan menerapkan
formula pancausaha tani (pengolahan tanah, pemilihan bibit unggul, pemupukan, irigasi, dan
pemberantasan hama.
1. Ekstensifikasi Pertanian
Ekstensifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan memperluas
lahan pertanian, biasanya di luar Pulau Jawa.
1. Diversifikasi Pertanian
Diversifikasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara
penganekaragaman tanaman, misal dengan sistem tumpang sari (di antara lahan sawah ditanami
kacang panjang, jagung, dan sebagainya.
1. Rehabilitasi pertanian
Rehabilitasi pertanian yaitu upaya peningkatan produksi pertanian dengan cara pemulihan
kemampuan daya produktivitas sumber daya pertanian yang sudah kritis.Faktor-faktor penyebab
timbulnya lahan kritis adalah sebagai berikut :
1) Penanaman yang terus menerus.
2) Penggunaan pupuk kimia (pestisida, herbisida).
3) Erosi karena penebangan liar.
4) Irigasi yang tidak teratur.
Upaya untuk memperbaiki lahan pertanian antara lain dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut.
1) Reboisasi untuk kawasan hutan/nonhutan.
2) Melakukan tebang pilih.
5) Penanaman tanah lembah/pegunungan dengan terasering/sengkedan.
6) Seleksi tanaman (tanaman pelindung/tua).

Tahun 1988, Indonesia mendapat penghargaan dari FAO karena berhasil dalam swasembada
pangan.
4. Perkembangan Industri Pertanian
James Watt berhasil mengadakan perbaikan penemuan Mesin Uap tahun 1765 yang
sebelumnya ditemukan oleh New Comen. Inovasi ini menjadi dasar dari turbin (mesin penggerak 
dalam industri berat). Sehingga James Watt dikenal sebagai Bapak Revolusi, sebab penemuannya
(mesin uap) menjadi tenaga penggerak mesin industri dan menjadi salah satu pendorong terjadinya
revolusi industri. Pada abad ke –18, revolusi industri membawa kemajuan ekonomi di Eropa, AS, dan
negara berkembang. Kebijaksanaan dalam pembangunan industri antara lain sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan pendapatan per kapita.
2. Menciptakan lapangan kerja baru.
3. Pemerataan kesempatan berusaha.
4. Meningkatkan nilai tambah bahan mentah dan bahan baku.
5. Meningkatkan produktivitas.
6. Meningkatkan ekspor.
7. Menghemat devisa.
Untuk melaksanakan kebijaksanaan dalam pembangunan, langkah-langkah yang ditempuh
adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga dalam upaya menambah
pendapatan dan penciptaan lapangan kerja.
2. Mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan
kehutanan dalam rangka memanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya nasional.
3. Mengembangkan industri yang berorientasi ekspor sebagai penggerak utama untuk 
mempercepat laju pertumbuhan industri dan ekonomi.
4. Meningkatkan kemampuan pengusaha teknologi termasuk pengembangan inovasi dalam
proses produksi teknologi serta penguasaan teknologi rancang bangun.
5. Mengembangkan kewirausahaan dan profesionalisme tenaga industri, baik secara kuantitas
maupun kualitas.
Pembangunan industri di Indonesia ditopang oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut.
1. Cadangan bahan mentah yang melimpah meliputi hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, kehutanan, kelautan.
2. Jumlah penduduk yang besar sebagai tenaga kerja dan pemasaran hasil industri.
3. Letak Indonesia sangat strategis pada posisi silang dunia.
4. Berkembangnya ahli-ahli iptek.
Pada Pelita VI dalam PJPT II, prioritas diletakkan pada penataan industri nasional, iptek 
menuju masyarakat industri serta pembangunan SDM.

 Industri Pertanian
Industri pertanian adalah industri yang mengolah dan menghasilkan barang yang mendukung
sektor pertanian. Industri pertanian meliputi industri pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan,
dan peternakan. Adapun tujuan pembangunan industri pertanian adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan hasil dan mutu produksi.
2. Meningkatkan taraf hidup dan pendapatan petani, peternak, dan nelayan.
3. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha untuk menunjang pembangunan
industri.
4. Meningkatkan pendapatan negara melalui ekspor.
a. Industri Pertanian
Pembangunan pertanian Indonesia (padi) dengan pancausaha tani mampu mengantarkan
Indonesia berswasembada pangan. Upaya meningkatkan produksi beras/nonberas antara lain dengan
internasional atas sistem politik suatu negara. Sistem ekologi internasional adalah lingkungan fisik 
serta non manusia yang memiliki dampak atas kinerja sistem politik.
Secara khusus, sistem ekologi internasional fokus pada teori-teori yang berupaya memberi
penjelasan tentang sifat politik dari kondisi ekologi internasional. Hal utama yang dibicarakan dalam
sistem ekologi internasional adalah: (1) kelangkaan sumber daya; (2) polusi lintas yuridiksi sistem
politik; dan (3) masalah-masalah sehubungan dengan kualitas lingkungan secara umum. Masalah
ekologi internasional memaksa setiap sistem politik untuk melakukan adaptasi sesuai apa yang
disepakati oleh rezim lingkungan internasional. Tidak terkecuali Indonesia.
Masalah kelangkaan sumber daya merupakan masalah internasional. Tidak setiap negara memiliki
cadangan sumber daya, terutama yang berasal dari fosil, secara mencukupi. Untuk masalah ini dapat 
diambil contoh Amerika Serikat. Amerika Serikat adalah negara industri yang paling besar sehingga
wajar ia merupakan konsumen nomor satu akan minyak mentah. Kebutuhan minyak mentah Amerika
Serikat adalah 18.700.000 barrel per hari. Dari kebutuhan harian tersebut, 9.000.000 hingga
12.000.000 harus diimpor setiap harinya. Selama ini, impor dilakukan dari negara-negara – secara
berturut-turut - Kanada 1.938.000 barrel per hari, Meksiko 1.096.000 barrel per hari, Arab Saudi
989.000 barrel per hari, Venezuela 965.000 barrel per hari, Nigeria 771.000 barrel per hari, Angola
449.000 barrel per hari, dan Iraq 448.000 barrel per hari. Kualitas minyak mentah di Iraq adalah yang
terbaik dan sebab itu wajar jika rezim tertutup Sadam Hussein harus digulingkan sehingga kebutuhan
minyak mentah untuk industri-industri di Amerika Serikat tidak mengalami hambatan. Alasan serupa
juga digunakan ketika Amerika Serikat melibatkan diri dalam konflik politik di Libya: Libya adalah
salah satu negara produsen minyak sekaligus anggota OPEC. Ini merupakan ilustrasi pengaruh sistem
ekologi terhadap perubahan sistem politik suatu negara.
Arah pengaruh sistem ekologi lainnya diperlihatkan oleh penggunaan bahan bakar alternatif.
Mahalnya harga minyak membuat sejumlah negara industri – atau tengah menjadi negara industri –
beralih ke sumber daya fosil lainnya: Batubara. Konsumsi batubara Cina baik untuk industri maupun
pembangkit listrik adalah 1.310.000.000 ton per tahunnya dan merupakan peringkat pertama dunia.
Amerika Serikat berada di posisi kedua dengan konsumsi 1.060.000.000 per tahunnya. Tahun 2005,
Cina merupakan produsen batubara pertama dunia yaitu 2.204.729.000 ton per tahun, sementara
Amerika Serikat di posisi kedua dengan 531.822.000 ton per tahun. Selain Cina, India dan Indonesia
pun merupakan negara industri baru yang mengalihkan pembakaran minyak menjadi pembakaran
batu bara demi kelangsungan industri dan pembangkit listriknya.
Apa yang terjadi jika pemakaian bahan bakar fosil terjadi secara massal di hampir seluruh
belahan dunia? Hasil pembakarannya menjadi polutan yang menginap ratusan tahun di atmosfer
bumi. Panas matahari yang memasuki atmosfer tidak bisa dipantulkan ke luar angkasa, karena
tersekat oleh kumpulan aneka gas polutan (GHG) yang mengendap di atmosfer. Pemanasan global
adalah hasil pengaruh Green House Effect (GHG). Efek ini menurut Protokol Kyoto akibat 
pengendapan lima jenis gas yang mencegah keluarnya panas dari atmosfer bumi yaitu:
karbondioksida (CO2), methana (CH4), nitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon
(PFC), dan sulfur heksafluorida (SF6).
HFC, PFC, dan SF6 adalah tiga jenis gas hasil kegiatan industri yang termasuk kategori High
Global Warming Potential (HGWP). Data per tahun 2004 menunjukkan komposisi tersusunnya GHG di
atmosfer bumi yaitu: 57% disumbangkan karbondioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil
(minyak dan batubara), 17% disumbangkan karbondioksida hasil penebangan hutan dan peluruhan
biomassa (sampah), 14% disumbangkan gas Methana, 8% disumbangkan Nitro Oksida, 3%
disumbangkan karbondioksida dari sumber lain, dan 1% disumbangkan gas-gas tipe F (gas-gas yang
termasuk HGWP). Tumpukan karbondioksida di atmosfer paling banyak disumbangkan pembakaran
batubara, yang paling berbahaya adalah batubara coklat ketimbang hitam. Data per tahun 2006
menyebutkan 82,3% produksi Karbondioksida di atmosfer disumbangkan kegiatan industri dan
transportasi di Amerika Serikat.
Didukung dua sumber panas berlebih ini (polutan yang terus menerus diproduksi dan sinar
matahari yang masuk atmosfer kemudian tidak bisa dipantulkan ke ruang angkasa) suhu bumi –
lambat tetapi pasti meningkat. Terjadilah apa yang populer disebut pemanasan global (global
menciptakan perubahan iklim (pola angin, curah hujan), fenomena hujan asam (acid rain) karena
awan mengandung nitro oksida dan sulfurheksafluorida.
Perserikatan Bangsa-bangsa telah membentuk World Commission on Environment and
Development tahun 1983 dengan tujuan utama memecahkan persoalan bagaimana komunitas
internasional seharusnya menyikapi degradasi lingkungan dan mempertahankan kelangsungan
ekologi internasional. Beberapa negara seperti Tuvalu, Kiribati, dan Nauru adalah yang paling cepat 
menghilang ke bawah permukaan laut akibat pemanasan global. Komunitas lain yang paling terpukul
oleh pemanasan global ini adalah komunitas Eskimo, yang hidup di atas permukaan es dengan
memburu anjing laut dan beruang kutub.
Tahun 1997 dibicarakan pemangkasan emisi gas buang 35 negara industri, yang pada tahun
2012 tingkatnya harus sudah 5,2% di bawah emisi yang pernah mereka buang tahun 1990. Kisaran di
bawah 5,2% adalah minimal, di mana negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa menargetkan
pengurangan hingga 8%, Amerika Serikat 7%, Jepang 6%. Russia mendapat pengecualian yaitu 0%,
Australia diizinkan menaikkan emisinya hingga 8% dan Islandia 10%.
Indonesia termasuk salah satu negara yang meratifikasi Protokol Kyoto, sehingga menurut 
pasal 10 butir (d) Undang-undang No. 24 tahun 2000 pemerintah Indonesia harus melakukan
pengesahan suatu perjanjian internasional dengan menerbitkan undang-undang karena berkaitan
dengan hak asasi manusia dan lingkungan hidup. Undang-undang yang paling akhir meratifikasi
Protokol Kyoto adalah UU No. 32 tahun 2009. Misalnya pasal 7 ayat (4) undang-undang ini
menyebutkan tentang pelestarian fungsi atmosfer yang meliputi upaya mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim, upaya perlindungan lapisan ozon, dan upaya perlindungan terhadap hujan asam.
Selain itu, adalah tugas dan kewenangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten atau kota untuk melakukan inventarisasi emisi gas rumah kaca.

Akibat arus budaya global, isu-isu internasional banyak berpengaruh pada aspek politik.

a. Isu Tentang Demokrasi

Paham demokrasi berasaskan kedaulatan berada di tangan rakyat. Oleh karena itu, rakyatlah yang
memegang kekuasaan tertinggi negara. Demokrasi sebagai sistem politik harus mengikutsertakan
rakyat dalam pengambilan keputusan. Semua negara ingin disebut sebagai negara demokrasi. Negara-
negara yang belum berpemerintahan demokrasi atau masih melakukan praktek pemerintahan
otoriter banyak dikecam oleh negara lain. Negara otoriter umumnya terkucilkan dari pergaulan
internasional.

b. Isu Tentang Hak Asasi Manusia

Masalah hak asasi manusia berkaitan erat dengan demokrasi. Sekarang dunia Internasional sangat 
memperhatikan penegakan hak asasi manusia. Adanya berbagai perang, pertentangan dan konflik 
antar bangsa dikarenakan adanya penindasan terhadap hak asasi manusia dan perilaku sewenang-
wenang.

c. Isu Tentang Transparansi (keterbukaan)

Transparansi atau keterbukaan terutama ditujukan pada penyelenggaraan pemerintahan negara.


Pemerintahan yang tertutup tidak akan lama bertahan sebab kemajuan informasi telah mampu
menerobos berbagai ketertutupan yang disembunyikan pemerintah. Pemerintahan yang tertutup
dianggap tidak demokratis karena tidak ada pertanggungjawaban publik dan tidak mengikutsertakan
rakyat dalam bernegara.

d. Isu Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup


memiliki kekayaan alam dan hutan dihimbau untuk serius dalam melestarikan lingkungan hidup.

e. Isu Tentang Pluralisme

Dalam masyarakat global, hubungan antar manusia akan semakin intensif dan tidak hanya manusia
sebangsa, tetapi manusia yang berbeda ras, agama, nilai budaya, bahasa dan adat. Sikap menghargai
keberanekaan perbedaan (pluralisme) sangat dibutuhkan.

f. Isu Tentang Pasar Global dan Pesaing Global

Dalam era global, barang, jasa dan produk dari berbagai negara akan masuk dan saling berkompetisi
dengan produk lokal. Arus keluar masuk barang dan jasa tidak lagi dibatasi.

Anda mungkin juga menyukai