Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESARIA
DI RUANG SAKURA dr. ASMIR SALATIGA
TERHADAP NY.X DI RUANG POLI KEBIDANAN
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun oleh:
NI MADE SUNARTI
NIM. SN191105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020

1
A. Konsep Sectio Caesaria
1. Pengertian Sectio Caesaria
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, section
caesarea juga dapat didefinisikan sebagai bsuatu histektomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2011).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2010)
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009)

2. Etiologi
Manuaba (2009) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi
4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika
akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan
atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam
proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.

2
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan
di bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
a) Kelainan pada letak kepala
 Letak kepala tengadah : Bagian terbawah adalah puncak
kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling
rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya
bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
 Presentasi muka : Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini
jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.

3
 Presentasi dahi : Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi
berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada
penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki

3. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea


a. Abdomen (SC Abdominalis)
Sectio Caesarea Transperitonealis
a) Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang
pada corpus uteri.
b) Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah
uterus.
c) Sectio caesarea ekstraperitonealis : merupakan sectio caesarea
tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan demikian tidak
membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan
apabila :
 Sayatan memanjang (longitudinal)
 Sayatan melintang (tranversal)
 Sayatan huruf T (T Insisian)
c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10cm.

4
d. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim kira-kira 10cm (Amru Sofian,2012)

4. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan
yang lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan
perawatan post partum. Manifestasi klinis sectio caesarea
menurut Doenges (2010), antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-
800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. Pengaruh anastesi dapat menimbulkan mual dan muntah
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang
paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

5. Patofisiologi dan Pathway


Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-

5
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah resiko infeksi. (Manuaba, 2009)

6
pathway
Panggul sempit, posisi bayi yang salah, perdarah hebat dan KPD

Mempengaruhui kejalan lahir

Sectio caesarea Kekurangan informasi


dan pengetahuana
tentang proses
penyakit
Kerusakan integritas jaringan di abdomen

Adanya luka yang disengaja pada daerah abdomen Stresor bagi pasien

Post d’entry bagi M.O Respon vaskuler


Ansietas

Risiko infeksi Merangsang saraf parasimpatis

Stimulus ke korteks serebri

Persepsi nyeri Nyeri bertambah jika


bergerak

Nyeri akut
Pembatasan aktivitas

Hambatan mobilitas
fisik

7
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit. ( Doengoes M. 2010 )

7. Penatalaksanaan
Menurut mochtar (2011) penatalaksaan medis pada pada persalinan
sectio caesarea meliputi sebagai berikut :
a. Cairan IV sesuai indikasi
b. Anestesi : regional atau general perjanjian dari orang terdekat atau
tujuan sectio caesarea
c. Tes laboraterium/diagnostik sesuai indikasi
d. Pemberian oksitosin sesuai indikasi
e. Tanda vital perprotokol ruangan pemulihan
f. Persiapan kulit pembedahan abdomen
g. Persetujuan ditanda tangani
h. Pemasangan kateter foley
Penatalaksanaan medis dan perawatan setelah dilakukan sectio
caesarea yaitu sebagai berikut
a. Perdarahan dari vagina harus dipantau secara cermat
b. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus
tetapberkontraksi dengan kuat.
c. Analgesik meperidin 75-100 mg atau 10-15 mg diberikan pemberian
narkotik biasanya disertai anti emetik. Misalnya, prometazin 25 mg
d. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml /jam
e. Pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk
24 jam pertama setelah pembedahan

8
f. Ambulasi, suatu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar
dari tempat tidur dengan bantuan orang lain.
g. Perawatan luka, insisi diperiksa setiap hari, jahitan kulit klip diangkat
pada keempat hari setelah pembedahan
h. Pemeriksaan laboraterium, hemotokrit diukur pagi hari setelah
pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau
mengisyaratkan hipovolemia
i. Mencegah infeksi pasca operasi, ampiciln 29 dosis tunggal,
sefalosporin atau penisilin spectrum luat setelah janin lahir.

8. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya
peritonitis, sepsis dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau
ada faktor - faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu
(partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian
antibiotika, tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama SC
klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC transperitonealis
profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
a) Luka kandung kemih
b) Embolisme paru – paru
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa

9
terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan
sesudah sectio caesarea klasik (Mochtar, 2011)

B. Asuhan Keperawatan Sectio Caesaria


1. Pengkajian Keperawatan
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat
ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan
persalinan, malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan
plasenta previa
a. Identitas atau biodata pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register dan diagnosa keperawatan
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-
tanda persalinan.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dimasa lalu yang berhubungan
kondisi kesehatan saaat ini seperti penyakit kronis atau menular
dan menurun jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit
kelamin atau abortus.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
c. Pola Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

10
kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga
kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan
dirinnya.
2) Pola nutrisi/metabolic
pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
3) Pola eliminasi
Pada klien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah
kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya
odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
4) Pola aktifitas dan latihan
Pada klien post partum dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak,
cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas
karena mengalami kelemahan dan nyeri.
5) Pola tidur dan istirahat
Pada klien nifas terjadi perubahan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
6) Pola persepsi konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
7) Pola seksualitas dan reproduksi
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
8) Pola peran dan hubungan

11
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.
9) Pola menagemen koping dan stress
Toleransi terhadap serat. Koping yang digunakan dan alternatif
pemecahan masalah.

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat
adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena
adanya proses menerang yang salah
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses
persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
d. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya,
adakah cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang
ditemukan pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
g. Abdomen
Tampak insisi post op SC, namun pada klien nifas abdomen kendor
kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa
pusat.
h. Genetalia

12
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibentuk anak dalam
kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
j. Moskuloskelektal
k. Neurologi

3. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
a. Nyeri akut (00132) yang berhubungan dengan agen cedera biologis
yang ditandai dengan ekspresi wajah nyeri dan sikap melindungi area
nyeri.
b. Ansietas (00146) berhubungan dengan stressor yang ditandai dengan
gelisah dan wajah tegang.
Intra Operatif
a. Resiko infeksi pembedahan (00266) yang ditandai dengan jumlah
personel berlebihan selama proses pembedahan.
b. Risiko perdarahan (00206) yang ditandai dengan kurangnya
pengetahuan tentang kewaspadaan perdarahan

Post Operatif

a. Nyeri akut (00132) yang berhubungan dengan agen cedera fisik yang
ditandai dengan ekspresi wajah nyeri dan sikap melindungi area nyeri.
b. Hambatan mobilitas fisik (00085) yang berhubungan dengan
penurunan ketahan tubuh yang ditandai dengan kesulitan membolak-
balik posisi.
4. Intervensi Keperawatan
Pre Operatif

13
a. Nyeri akut (00132) yang berhubungan dengan agen cedera
biologis yang ditandai dengan ekspresi wajah nyeri dan sikap
melindungi area nyeri.
1) Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang lebih
1 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria hasil:
Pain Control (1606) :
a) Monitor nyeri setiap waktu yang skor kadang-kadang (3)
menjadi sering (4)
b) Melaporkan dalam mengontrol nyeri jarang (2) menjadi sering
(4)
c) Menggunakan rekomendasi pemberian analgesik yang
sebelumnya (1) menjadi sering (4)
Pain Level (2102) :
a) Melaporkan nyeri yang sebelumnya sedang (3) menjadi (5)
(tidak nyeri)
b) Ekspresi wajah saat nyeri yang sebelumnya meringis (3)
menjadi tidak meringis
2) Intervensi (NOC)
Pain Management (1400) :
a) Observasi ekspresi non verbal klien
b) Kaji status nyeri : lokasi, waktu, frekuensi, kualitas, dan faktor
penyebab munculnya nyeri
c) Ajarkan teknik relaksasi
d) Bantu klien dan libatkan keluarga untuk memberikan motivasi
kepada klien.
e) Berikan terapi sesuai dengan program dari team medis.

b. Ansietas (00146) yang berhubungan dengan stressor yang ditandai


dengan gelisah dan wajah tegang.

14
1) Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang lebih
1 jam diharapkan ansietas dapat terkontrol dengan kriteria
hasil :
Tingkat Kecemasan (1211)
a) Perasaan gelisah yang sebelumnya (3) sedang menjadi
tidak gelisah (5)
b) Wajah tegang yang sebelumnya (3) sedang menjadi tidak
tegang (5)
c) Rasa takut yang sebelumnya disampaikan secara lisan (3)
sedang menjadi tidak takut (5)
1) Intervensi (NIC)
Pengurangan Kecemasan (5820)
a) Monitor tanda-tanda vital tingkat kecemasan pasien
b) Berikan posisi nyaman
c) Ajarkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
d) Lakukan orientasi pre-post

Intra Operatif
a. Risiko infeksi pembedahan (00266) yang ditandai dengan jumlah
personel berlebihan selama proses pembedahan.
1) Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang lebih
1 jam diharapkan risiko infeksi pembedahan dapat terkontrol
dengan kriteria hasil :
Control Infeksi : Proses Infeksi (1924) :
a) Mencuci tangan yang sebelumnya (4) menjadi (5)
b) Mempertahankan lingkungan yang bersih yang
sebelumnya (4) menjadi (5)
2) Intervensi (NOC)
a) Mencuci tangan secara steril, jas dan sarung tangan

15
b) Membersihkan daerah yang akan di operasi
c) Mengecek kadaluarsa alat yang dipakai
d) Mempertahankan sterilisasi selama pembedahan
b. Resiko perdarahan ((00206) yang ditandai dengan kurangnya
pengetahuan tentang kewaspadaan perdarahan
1) Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang lebih
1 jam diharapkan tidak nampak tanda-tanda risiko
perdarahan dengan kriteria hasil :
Control Risiko (1902)
a) Mengenali factor risiko individu terkait perdarahan yang
sebelumnya jarang menunjukan (2) menjadi secara
konsisten menunjukan (5)
b) Mengidentifikasi tanda dan gejala risiko perdarahan
yang sebelumnya jarang menunjukan (2) menjadi secara
konsisten menunjukan (5)
c) Mempraktikkan strategi untuk mengontrol risiko
perdarahan yang sebelumnya jarang menunjukan (2)
menjadi secara konsisten menunjukan (5)
2) Intervensi (NIC)
Pencegahan Perdarahan (4010)
a) Monitor tanda dan gejala perdarahan sistemik dan local
b) Monitor kerentanan terhadap infeksi
c) Pertahankan posisi pasien tirah baring jika terjadi
perdarahan aktif
d) Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
e) Ajarkan cara menghindari tanda-tanda perdarahan
f) Instruksikan pasien dan keluarga mengenai tanda-tanda
perdarahan
Post Operatif

16
a. Nyeri akut (00132) yang berhubungan dengan agen cedera fisik yang
ditandai dengan ekspresi wajah nyeri dan sikap melindungi area nyeri.
1) Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang lebih
1 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria hasil:
Pain Control (1606) :
a) Monitor nyeri setiap waktu yang skor kadang-kadang (3)
menjadi sering (4)
b) Melaporkan dalam mengontrol nyeri jarang (2) menjadi sering
(4)
c) Menggunakan rekomendasi pemberian analgesik yang
sebelumnya (1) menjadi sering (4)

Pain Level (2102) :

a) Melaporkan nyeri yang sebelumnya sedang (3) menjadi (5)


(tidak nyeri)
b) Ekspresi wajah saat nyeri yang sebelumnya meringis (3)
menjadi tidak meringis
2) Intervensi (NOC)
Pain Management (1400) :
a) Observasi ekspresi non verbal klien
b) Kaji status nyeri : lokasi, waktu, frekuensi, kualitas, dan faktor
penyebab munculnya nyeri
c) Ajarkan teknik relaksasi
d) Bantu klien dan libatkan keluarga untuk memberikan motivasi
kepada klien.
e) Berikan terapi sesuai dengan program dari team medis.

b. Hambatan mobilitas fisik (00085) yang berhubungan dengan


penurunan ketahan tubuh yang ditandai dengan kesulitan membolak-
balik posisi.

17
1) Tujuan Dan Kriteria Hasil (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang lebih
1 jam diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat terkontrol
dengan kriteria hasil:
Ambulasi (0200) :
a) Menopang berat badan yang sebelumnya cukup terganggu (3)
menjadi tidak terganggu (5)
b) Berjalan dengan langkah yang efektif yang sebelumnya cukup
tergangu (3) menjadi tidak terganggu (5)
c) Berjalan dengan pelan yang sebelumnya cukup terganggu (3)
menjadi tidak terganggu (5)
2) Intervensi (NOC)
Terapi Latihan : Ambulasi (0221) :
a) Pantau kemampuan klien dalam beraktivitas
b) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya
c) Bantu klien untuk mobilisasi secara bertahap
d) Bantuk klien untuk bisa menggerakkan anggota tubuhnya
e) Berikan pendidikan kesehatan perihal tentang pentingnya
mobilisasi post SC
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam,2010) adapun evaluasi tiap-tiap
masalh diatas adalah :
a. Nyeri akut dapat teratasi dengan criteria hasil :
- Monitor nyeri setiap waktu yang skor kadang-kadang (3)
menjadi sering (4)
- Melaporkan dalam mengontrol nyeri jarang (2) menjadi
sering (4)
- Menggunakan rekomendasi pemberian analgesik yang
sebelumnya (1) menjadi sering (4)

18
b. Ansietas dapat terkontrol dengan kriteria hasil :
- Perasaan gelisah yang sebelumnya (3) sedang menjadi tidak
gelisah (5)
- Wajah tegang yang sebelumnya (3) sedang menjadi tidak tegang
(5)
- Rasa takut yang sebelumnya disampaikan secara lisan (3) sedang
menjadi tidak takut (5)
c. Risiko infeksi pembedahan dapat terkontrol dengan kriteria hasil:
- Mencuci tangan yang sebelumnya (4) menjadi (5)
- Mempertahankan lingkungan yang bersih yang sebelumnya
(4) menjadi (5)
d. Risiko perdarahan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Mengenali factor risiko individu terkait perdarahan yang
sebelumnya jarang menunjukan (2) menjadi secara konsisten
menunjukan (5)
- Mengidentifikasi tanda dan gejala risiko perdarahan yang
sebelumnya jarang menunjukan (2) menjadi secara konsisten
menunjukan (5)
- Mempraktikkan strategi untuk mengontrol risiko perdarahan
yang sebelumnya jarang menunjukan (2) menjadi secara
konsisten menunjukan (5)
e. Nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil :
- Monitor nyeri setiap waktu yang skor kadang-kadang (3) menjadi
sering (4)
- Melaporkan dalam mengontrol nyeri jarang (2) menjadi sering (4)
- Menggunakan rekomendasi pemberian analgesik yang sebelumnya
(1) menjadi sering (4)
f. Hambatan mobilitas fisik dapat terkontrol dengan kriteria hasil:
- Menopang berat badan yang sebelumnya cukup terganggu
(3) menjadi tidak terganggu (5)

19
- Berjalan dengan langkah yang efektif yang sebelumnya
cukup tergangu (3) menjadi tidak terganggu (5)
- Berjalan dengan pelan yang sebelumnya cukup terganggu (3)
menjadi tidak terganggu (5)

20
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

Mansjoer Arief. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media


Aesculapius

Mochtar, R. (2011). Sinopsis Obstetri . Jakarta : EGC.

Manuaba. (2009). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga.


Berencana (Edisi 2). Jakarta : EGC.

Nanda Diagnosis Keperawatan (2018). Edisi 3 Jakarta: EGC

Sarwono Prawirohardjo. (2009). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina.


Pustaka.

21

Anda mungkin juga menyukai