Penurunan kondisi ini dapat berakibat pada munculnya berbagai keinginan pasien seperti ingin rewel,
ingin ketepatan diagnose, ingin ditangani lebih cepat, ingin didengarkan keluhannya, ingin kejelasan
tindakan yang akan dilakukan, ingin biaya murah, ingin diperhatikan, ingin dimanusiakan, dan ingin cepat
sembuh. Demikian juga pada keluarga yang mengantar atau yang membesuk pasien muncul juga
berbagai keinginan seperti ingin dilayani cepat, ingin dikomunikasikan tentang kondisi penyakit pasien,
ingin mengetahui tindakan apa saja yang dilakukan, ingin tempat pelayanan tidak sumpek, ingin
informasi kapan sembuh, ingin diperlakukan baik, ingin bertanya kepada perawat, ingin bertanya kepada
dokter, ingin mengetahui biaya dari tenaga administrasi, dan keinginan-keinginan lainnya. Selain dari itu,
pasien tanggungan instansi juga ingin cepat diselesaikan administrasinya, ingin diperlakukan lebih
istimewa dibandingkan pasien yang bukan tanggungan instansi. Keinginan pasien yang diperiksa di kelas
VIP tentu berbeda lagi keinginannya dengan pasien yang mondok di kelas I, kelas II, atau kelas III.
Untuk memenuhi semua keinginan seperti yang disebutkan di atas, mau tidak mau kita harus berupaya
melakukan komunikasi yang efektif sesuai dengan tugas dan profesi masing-masing. Dokter dihimbau
untuk tetap bertindak sabar untuk mendengar harapan dan keinginan pasien serta berkenan menjawab
tentang kondisi pasien, obat yang akan dikonsumsi pasien, serta pemberian semangat kepada pasien.
Demikian juga perawat untuk selalu berusaha menjadi sahabat bagi pasien sehingga pasien merasa
senang, serta bagi petugas medis dan non medis lainnya untuk berupaya mendukung kesembuhan
pasien melalui komunikasi yang mujarab pada saat melaksanakan tugas dan bertemu dengan pasien dan
keluarganya. Komunikasi yang efektif merupakan bentuk komunikasi yang terarah dan berfokus pada
upaya membesarkan hati pasien serta yang dapat mendorong kesembuhan bagi pasien.
komunikasi.
2006)