ROTASI KLINIK
yang dilaksanakan di
PDHB 24
Kasus Penyakit Dalam 1
SUSPECT LEPTOSPIROSIS
Oleh:
ADE MAHENDRA, S.KH
ILMAN ROIS SABILLAH, S.KH
49
A. SIGNALEMENT
Tanggal pemeriksaan : 17 Desember 2018
Nama : Bilobo
Ras/Breed : Chihuahua
Warna Rambut : Coklat
Berat Badan : 2,5 kg
Suhu : 38,20C
Sex : Jantan
Usia : 6 Tahun
B.ANAMNESA
Muntah berwarna kekuningan
Nafsu makan menurun.
Lemas
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Perawatan : Baik
Habitus/Tingkah laku : Tenang
Gizi : Baik
Pertumbuhan Badan : Baik
Sikap berdiri : Mampu berdiri dengan empat kaki
tetapi lemah
Ekspresi wajah : Bereaksi
Adaptasi lingkungan : Sikap bereaksi, respon menurut
Suhu tubuh : 38,2 oC
Frekuensi nadi : 208x/ menit
Frekuensi napas : 24x/menit
50
Capillary Refill Time (CRT) : >2 detik
2. Kulit dan Rambut
Aspek rambut : bersih dan agak kering
Kerontokan : Terdapat sedikit kerontokan
Kebotakan : Tidak ada kebotakan
Turgor kulit : > 2 detik
Permukaan kulit : Pigmentasi normal
Bau Kulit : Bau khas kulit
3. Kepala dan Leher
a. Inspeksi
Ekspresi wajah : Bereaksi
Pertulangan wajah : Kompak
Posisi tegak telinga : Telinga tegak keduanya
Posisi kepala : Tegak dibawah bahu
Mata dan Orbita Kiri
Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Konjunctiva : Pucat, basah dan tidak ada kerusakan
Membran nictitans : Tidak terlihat
Mata dan Orbita Kanan
Palpebrae : Membuka dan menutup sempurna
Cilia : Melengkung keluar
Konjunctiva : Pucat, basah, tidak ada kerusakan
Membran nictitans : Tidak terlihat
Bola Mata Kiri
Sclera : Icterus
Kornea : Bening
Iris : Kuning kecoklatan
Pupil : Tidak ada perubahan.
Limbus : Rata, tidak ada kelainan
51
Refleks pupil : Ada, pupil membesar dan mengecil dengan
sempurna
Lensa : Tidak ada kelainan
Vasa Injection : Tidak ada
Bola Mata Kanan
Sklera : Ikterus
Kornea : Bening
Iris : Kuning kecoklatan
Pupil : Tidak ada perubahan
Limbus : Rata
Refleks pupil : Ada, pupil dapat membesar dan mengecil
dengan sempurna.
Lensa : Tidak ada kelainan
Vasa Injection : Tidak ada
Hidung dan Sinus
Bentuk pertulangan : Simetris
Aliran udara : Aliran udara lancar pada kedua kavum nasal
Cermin hidung : Sedikit kotor
Mulut dan Rongga Mulut
Defek bibir : Tidak ada perubahan
Mukosa : Jaundice
Lidah : Pucat , basah, dan tidak ada kerusakan
Gigi geligi : Bersih tidak ada kelainan
Telinga
Posisi : Tegak
Bau : Bau khas serumen
Permukaan daun telinga : Telinga sedikit kotor dan tidak ada kelainan
Krepitasi : Tidak ada
Reflek panggilan : Ada
Leher
52
Perototan : Kompak
Trakea : Teraba, ada refleks batuk saat di palpasi
Esofagus : Teraba dan kosong
Kelenjar Pertahanan
Ln. Mandibularis : Teraba
Lobulasi : Jelas
Konsistensi : Kenyal
Kesimetrisan : Simetris
Ln. Popliteus : Teraba
Lobulasi : Jelas
Konsistensi : Kenyal
Kesimetrisan : Simetris
Ln. Axilaris : Teraba
Lobulasi : Jelas
Konsistensi : Kenyal
Kesimetrisan : Simetris
4. Thoraks
a. Sistem Pernafasan
Inspeksi
Bentuk rongga thoraks : Simetris
Tipe pernapasan : Costalis
Ritme pernapasan : Ritmis/ teratur
Intensitas : Cepat
Frekuensi : 24x/menit
Trakea : Teraba
Refleks batuk : Ada
Palpasi
Penekanan rongga thoraks : Tidak ada reaksi kesakitan
Penekanan M. intercostalis : Tidak ada reaksi kesakitan
53
Perkusi
Lapangan Paru-Paru : Tidak ada perluasan
Gema Perkusi : Nyaring
Frekuensi : 108x/menit
Intensitas : Sedikit cepat
Ritme : Ritmis
Suara ikutan : Tidak ada
Sinkron Pulsus dan : Sinkron
Jantung
5. Abdomen dan Organ Pencernaan
Inspeksi
Ukuran rongga abdomen : Ukuran normal, abdomen tegang
Bentuk rongga abdomen : Simetris
Palpasi
Epigastrikus : Ada reaksi kesakitan
Mesogastrikus : Tidak ada reaksi kesakitan
Hipogastrikus : Tidak ada reaksi kesakitan
Auskultasi
Suara peristaltik usus : Terdengar
Suara borboritmis : Tidak terdengar
Anus
Daerah sekitar anus : Terdapat sedikit darah
Refleks sphincter ani : Terdapat refleks mengkerut
Kebersihan perianal : Agak kotor
54
6. Sistem Urogenital
Ginjal : Teraba saat dilakukan dipalpasi,
terletak di epigastrikum dan ada reaksi
kesakitan saat dipalpasi.
Vesica Urinaria : Teraba, terletak didaerah
hipogastrikum dan tidak ada reaksi
kesakitan saat dipalpasi.
Alat Kelamin Jantan
Preputium : tidak ada kerusakan
Penis : pucat, licin, mengkilat, basah, tidak
ada kerusakan
Skrotum : Belum dikastrasi, testikel kiri dan
testikel kanan ukuran sama besar,
menggantung keduanya, tidak ada luka
7. Sistem Saraf
Tengkorak : Pertulangan tegas
Collumna vertebralis Tidak ada reaksi kesakitan pada saat
:
palpasi.
Reflek : Ada
Gangguan kesadaran : Tidak ada gangguan
8. Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Simetris
Perototan kaki belakang : Simetris
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Ada
Cara berjalan : Koordinatif
Bentuk pertulangan : Tidak ada penonjolan
Tuber coxee dan tuber ischii : Simetris
55
Palpasi Struktur Pertulangan
Kaki kanan depan : Tegas dan kompak
Kaki kanan belakang : Tegas dan kompak
Kaki kiri depan : Tegas dan kompak
Kaki kiri belakang : Tegas dan kompak
Konsistensi pertulangan : Keras
Reaksi saat palpasi : Tidak ada reaksi kesakitan
Panjang kaki depan ka/ki : Sama panjang, simetris
Panjang kaki belakang ka/ki : Sama panjang, simetris
Reaksi saat palpasi otot : Tidak ada rasa sakit
D. Pemeriksaan Penunjang
Uji Hematologi
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN KISARAN
NORMAL
56
Trombosit 169 10^3/µl 200-500
(PLT)
57
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi menunjukkan adanya penurunan limfosit,
monositopenia, leukositosis, dan trombositopenia.
Kreatinin 9 mg / dL 1 -2
Alkalin
Phosphatase 662 U/L 10, 6 – 100,7
(ALP)
E. Diagnosis
Suspect Leptospirosis
F. Diagnosa Banding
58
Leptospirosis
Cholangiohepatitis
Acite Renal Failure
G. PROGNOSIS
Dubius
H.TERAPI
Treatment ARF : Infus RL
Antasida : Ranitidine 1mg/kg
Anti mual: Strocain (polymigel)
Antibiotik : Ampicillin Dosis : 20 mg/kg IV , jeda setiap 6 jam (diberikan 4x
sehari, Doxycicline Dosis: 5mg/kg 2x sehari selama 2 minggu
Vitamin : Bio ATP (ATP,Vit B,E) , Metycobalt (mecobalamin, vit.B12)
10mg/kg
Suplemen: TF Plus (isolat protein susu,zinc,ekstrak kedelai,zaitun,lidah
buaya)
Pronicy (ciproheptadin) 1mg/5kg
I. PEMBAHASAN
Anjing yorkshire bernama Belli datang ke klinik dengan kondisi lemas, tidak
nafsu makan, sudah divaksin (DHPPI : Vaksin anti Distemper, Hepatitis, Parvovirus
dan Parainfluenza) serta muntah. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil yaitu
abdomen tegang, mukosa jaundice dan mengalami dehidrasi. Selanjutnya dilakukan
tes parvo dengan hasil yang negatif. Terjadinya muntah pada anjing belli belum
diketahui penyebabnya. Muntah dapat terjadi karena adanya obstruksi, inflamsi pada
daerah abdomen serta dapat disebabkan oleh organ lain selain organ pencernaan.
Selain itu hewan juga mengalami jaundice.Untuk mengetahui penyebabnya maka
59
selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu x-ray dan uji hematologi dan
kimia darah.
Pada hasil x-ray Gambar.1 menunjukkan bahwa tidak ada obstruksi/benda
asing pada lambung,.Pada hasil uji hematologi Tabel.1 menunjukkan menunjukkan
adanya penurunan limfosit, monositopenia, leukositosis, dan trombositopenia.
Terjadinya penurunan limfosit mengindikasikan terjadinya stress dan
imunodefisiensi. Sedangkan monositopenia dapat terjadi sebagai respon terhadap
adanya toksin pada darah yang berasal dari bakteri tertentu (endotoksinemia) pada
infeksi yang berat serta dapat terjadi akibat pemberian kortikosteroid. Terjadinya
leukositosis dengan peningkatan sel granulosit terutama neutrofil band menunjukkan
terjadinya infeksi bakteri yang akut. Sedanfgakan trombositopenia dapat
mengindikasikan adanya perdarahan internal/eksternal. Pada kasus ini
trombositopenia dapt terjadi akibat Endotoxin (LPS) akan menstimulasi perlekatan
netrofil pada sel endotel dan trombosit yang mengakibatkan rusaknya sel endotel
kapiler pembuluh darah, dan trombositopenia. Hasil uji kimia darah Tabel.2
menunjukkan terjadinya azotemia yaitu peningkatan BUN dan Kreatinin yang
signifikan yang mengindikasikan terjadinya gangguan pada ginjal terjadinya
hipoglikemi yang dapat mengindikasikan terjadinya gangguan fungsi ginjal (tidak
terjadi fungsi filtrasi dan reabsorbsi). Peningkatan kolesterol, SGOT dan SGPT juga
menindikasikan terjadinya gangguan metabolisme pada hepar. Dari hasil hasil
tersebut dapat diketahui bahwa anjing Belli mengalami infeksi, gangguan multi organ
yaitu hepar dan ginjal. Penyakit yang mengarah pada infeksi dan kegagalan multi
organ yaitu infeksi Leptospira.
Etiologi
Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang menyebabkan kegagalan
ginjal akut serta gangguan pada hepar yang disebabkan oleh bakteri aerob, gram
negatif, genus leptospira dengan bentuk spiral dan bergerak aktif. Pada anjing
terdapat banyak serovar leptospira antara lain yaitu L.australis, L.autumnalis,
L.ballum, L.batislava, L. Bataviae, L. Canicola, L. Gryppotiphosa, L. Hardjo, L.
60
Icterrohemorragicha, L. Pomona, L. Tarrasovi. Penularan dari leptospira secara
langsung dapat melalui kontak langsung terhadap urin, abortusan dan cairan sperma
penderita. Penularan secara tidak langsung dapat melalui tanaman,tanah,makanandan
air.
Patogenesa
61
Gejala Leptospirosis
Gejala klinis yang biasanya akan muncul setelah masa inkubasi yang
berlangsung selama 5-15 hari . Gejala pada penderita perakut dan akut antara lain
yaitu anorexia, lesu, pernafasan dangkal ,muntah, demam, mukosa pucat,jaundice,
ptechie,epistaksis . Munculnya gejala tergantung pada kekebalan tubuh dan serovar
dari leptospira.
Patologi klinis
Pada pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi azotemia yang
mengindikasikan terjadinya gangguan pada ginjal serta perubahan pada ALT/SGPT
yang signifikan yang mengindikasikan terjadinya gangguan pada hepar.
Terapi
Terapi pada anjing Belli yaitu dengan pemberian cairan infus RL untuk
mengganti cairan elektrolit yang hilang. Selain itu juga diberikan Ranitidine sebagai
antasida. Ranitidin merupakan suatu histamin antagonis H2 yang menghambat kerja
histamin secara kompetitif pada reseptor H2, antagonis reseptor H2 dapat
menghambat produksi asam sehingga mengurangi sekresi asam lambung. Diberikan
juga strocain (polymigel) sebagai anti mual. Antibiotik yang diberikan yaitu
Ampicilin yang diberikan secara IV yang diinjeksikan setiap 6 jam untuk
mengeliminasi bakteti langsung pada peredaran darah karena ampicilin kurang di
serap di usus. Pemberian ampicilin dihentikan setelah hewan berhenti muntah,
62
sedangkan untuk antibiotik oral diberikan Doxycicline 2 kali sehari selama 2 minggu
untuk mengeliminasi bakteri yang mencapai ginjal. Sedangkan untuk terapi supportif
diberikan vitamin Bio ATP ( ATP, Vit B,E), Metycobalt (mecobalamin, vit.B12)
serta suplemen TF Plus yang merupakan isolat protein susu dan zinc serta diberikan
penambah nafsu mkan yaitu Pronicy (ciproheptadin).
63
8 Desember 2017 PAGI Infus RL
Suhu : 39,5oC Ranitidin
- Muntah Strocain
- Tidak BAB
- Disuap GI Blend lahap
- Mukosa semu Jaundice
- CRT <2
SORE
- Makan disuap terjadi muntah dan
hanya masuk sedikit
- Mukosa semu Jaundice
- Abdomen tegang
- Tidak terlalu lesu
- CRT <2
64
14 Desember 2017 PAGI -Infus RL
- Suhu: 38,2, -Doxyciclin
- jaundice, -TF Plus
- tidakmuntah -Pronicy
- BAB kurang -Bio ATP
- BAK bagus -Metylcobalt
- Tegang abdomen -Curcuma
- Kesakitan
- Dilakukankonsultasi dengan
drh.Cucu
1. Arahan diagnosa leptospira
2. Sampel darah MAT/PCR
SORE :
- Suhu : 38,7oC,
- Pucat semu
- Jaundice
- Vomit
- Nausea
- Abdomen tension masih ada
- Tidak BAB
15 Desember 2017 - Makandisuapmasih lahap -Infus RL
- Tidakmuntah -Doxyciclin
- BAB lembek -TF Plus
- Palpasi abdomen tegang -Pronicy
- Tidakterlalu lesu -Bio ATP
SORE -Metylcobalt
- Tidak muntah -Curcuma
- Disuapkan pakan masih mau
- Mukosa pink dan semu jaundice
- Abdomen tegang
-
16 Desember Suhu : 38,5oC -Infus RL
- Disuap makanan lahap -Doxyciclin
- Tidakmuntah -TF Plus
- Abdomen tegang -Pronicy
- Mukosa semu jaundice -Bio ATP
- Discharge mukus sedikit dari -Metylcobalt
vulva -Curcuma
- BAB bagus
SORE
Suhu normal
- Disuap dengan GI Blend lahap
- Tidak muntah
65
- Mukosa semu jaundice
- Lesu
J. KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan fisik,pemeriksaan darah dan x-ray diagnosa
mengarah pada penyakit leptospirosis
K. REFERENSI
Alper AB dan Shenava RG. 2010. Uremia. http://www.
emedicine.medscape.com/nephrology [23 Maret 2010].
Amann K dan Ritz E. 1997. Cardiac disease in chronic uremia: pathophysiology. Adv
Ren Replace Ther. 4(3): 212-24.
Bucurescu G. 2008. Uremic Encephalopathy. http://www.
emedicine.medscape.com/nephrology [24 Maret 2010].
Carlton WW dan McGavin MD. 1995. Thomson’s Special Veterinary Pathology 2nd
Ed. Mosby-Year Book, Inc. St. Louis. Missouri.
Kelly WR. 1984. Veterinary Clinical Diagnosis 3rd Ed. Bailliere Tindall. London.
Lohr JW. 2009. Encephalopathy, Uremic. http://www.
emedicine.medscape.com/nephrology [24 Maret 2010].
Moe SM dan Sprague SM. 1994. Uremic encephalopathy. Clin Nephrol 42(4): 251-6.
66
Price SA dan Wilson LM. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6. Penerjemah: Pendit BU et al. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
West GP. 1979. Black’s Veterinary Dictionary 13th Ed. English Language Book
Society And Adam & Charles Black. London.
Vanholder R dan Smet RD. 1999. Review pathopysiologic effects of uremic retention
solution. J Am Soc Nephrol. 10: 1815-1823.
67