Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR


DI RUANG SAKURA dr. ASMIR SALATIGA
TERHADAP NY.X DI RUANG POLI KEBIDANAN
RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun oleh:
NI MADE SUNARTI
NIM. SN191105

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020

1
A. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4
minggu dan lahir dari umur kelahiran 37 minggu sampai 42 minggu dengan berat
bayi >2,5000 gram (Sugiyarti, 2012)
Bayi baru lahir adalaah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim seorang
wanita melalui jalan lahir normal atau dngan alat tertentu sampai umur satu bulan
(FKUI, 2009)
Ciri-ciri Bayi Baru Lahir:
1. Berat Badan 2.500 – 4.000 gram
2. Panjang Badan 48 – 52 cm
3. Lingkar dada 30 38 cm
4. Lingkar kepala 33 – 35 cm
5. GDS 45 g/dl – 130 g/dl
6. Bunyi jantung dalam menit pertama - tama ± 180 x/menit lalu menurun
120 –140 x/menit
7. Pernafasan pada menit – menit pertama ± 140 x/menit
8. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup dan
diliputi vernik caseosa
9. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
10. Kuku agak panjang dan lemas
11. Genetalia perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora untuk
laki-laki testis sudah menurun
12. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
13. Graps reflek baik, bila diletakan suatu benda diatas tangan bayi akan
menggenggam
14. Reflek moro sudah baik, urin dan mekoneum akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekoneum hitam kecoklatan.

B. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir


Adapun tujuan utama dari adaptasi fisiologis BBL adalah untuk
memepertahankan hidupnya secara mandiri dengan cara :
1. Bayi harus mendapatkan oksigen melalui system sirkulasi pernapasannya
sendiri
2. Mendapatkan nutrisi peroral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup

2
3. Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit/infeksi.

C. Adaptasi Pernapasan
Selama dalam uterus janin mendapatkan oksigen dari pertukaran melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran pertukan gas terjadi pada paru-paru
(setelah tali pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah
akibat adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir,
penurunan tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang reseptor
pada sinus karotis usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli
adanya surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli. Masa alveoli akan
kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonates biasanya pernapasan
diafragmadan abdominal. Sedangkan respirasi beberapa saat setelah kelahiran
yaitu 30-60 x/menit.
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus proses in terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah
bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang. Walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24
minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveoli,
ketidakmatangan system kapiler paru-paru dan tidak tercukupnya jumlah
surfaktan.

D. Adaptasi Kardiovaskuler
Didalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari
plasenta masuk kedalam tubuh janin melalui ven umbilikalis, sebagian besar
masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel
tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian
akan dialirkan ke plasenta melalui arteri umbilikalis, demikian seterusnya. Ketika
janin dilahirkan segera bayi mengirup dan menangis kuat dengan demikian paru-
paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah mengalir ke paru-
paru. Dengan demikian foramen ovale, duktus interious dan duktus venosus
menutup. Arteri umbilikalis, vena umbilikalis dan arteri hepatica menjadi
ligament.

3
Perubahan pada system sirkulasi penyesuaian sirkulasi sangat
memungkinkan aliran darah yang adekuat melalui paru adalah satu factor penting
selain mulainya pernapasan ketika lahir. Oleh karena itu paru tidak berfungsi
terutama selama kehidupan fatal. Maka jantung fetus tidak perlu memompa
banyak darah melalui paru. Sebalikanya jantung fetus harus memompa darah
dalam jumlah besar melalui plasenta. Sebagian besar darah masuk keatruim kanan
dari vena kava inferior langsung berjalan lurus melalui permukaan posterior
atrium kanan dan kemudian melalui foramen ovale langsung masuk kedalam
atrium kiri. Jadi darah yang dioksigenasi baik dari plasenta masuk kesisi kiri
jantung bukan kesisi kanan jantung dan dipompa oleh ventrikel kiri terutama
kedalam pembuluh darah kepala dan anggota gerak bawah.
Darah yang masuk atrium kanan dari vena kava superior langsung berjalan
turun melalui katup trikuspidalis masuk kedalam ventrikel kanan. Darah ini
terutama darah dioksigenasi dari daerah kepala fetus \, dan dipompa oleh
ventrikel kanan masuk kedalam arteria pulmonalis, kemudian terutama melalui
duktus arteriosus masuk kedalam aorta desenden dan melalui arteria umbilikalis
masuk k eplasenta, tempat darah dioksigenasi mengalami oksigenasi.

E. Perubahan Termoregulasi dan Metabolik


1. Perubahan Termoregulasi
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi
pernapasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya mempertahankan
keseimbangan anatara produksi dan pengeluaran panas. Bayi bersifat
homethemic yang artinya berusah menstabilkan suhu badan internal dalam
rentang yang pendek. Hipotermi dan kehilangan panas yang berlebihan
merupakan kejadian yang membahayakan.
Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan meningkatkan
aktifitas metabolism otak, jantung dan liver. Brown fat terletak diantara kedua
scapula dan axial, serta didalam pintu masuk dada, sekitar ginjal dan vertebra.
Lemak tersebut banyak mengandung pembuluh darah dan saraf dari pada
lemak biasa. Panas diproduksi dengan metabolism dalam lemak tersebut ada
sampai beberapa minggu setelah kelahiran dan berkurang dengan suhu dingin.

Mekanisme kehilangan meliputi :


a. Konveksi

4
Bayi mengalami kehilangan panas karena panas mengalir dari permukaan
tubuh ke suhu yang lebih dingin di sekitarnya.
b. Radiasi
Bayi mengalami kehilangan panas dari dari permukaan tubuh
kepermukaan benda padat yang dekat dengan bayi tetapi tidak dengan
kontak langsung
c. Evaporasi
Bayi mengalami kehilangan panas saat kulitnya basah. Kehilangan panas
terjadi oleh karena penguapan kulit tersebut
d. Konduksi
Bayi kehilangan panas dari permukaan tubuhnya ke permukaan benda
padat yang menempel ditubuhnya.
2. Perubahan Metabolik
Untuk mengfungsikan otak membutuhkan glukosa dalam jumlah
tertentu dengan tindak penjepitan tali pusat dengan klem padasaat lahir
seorang bayi harus mulai mempertahakan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai
2 jam).
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk
menyusui ASI secepat mungkin setelah lahir)
b. Melalui pengguaan cadangan glikogen (glikogenesis)
c. Melalui perbuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis)
Bayi baru lahir tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang
cukup akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenesis). Hal ini hanya
terjadi jika bayi mempercayai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi
yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati,
selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang
mengalami hipotermia pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia kan
menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah
sebabnya mengapa sangat penting menjaga semua bayi dalam keadaan hangat.
Perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-
4 jam pertama bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan
pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan beresiko. Bayi baru lahir

5
kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim dan distress
janin merupakan resiko utama, karena simpanan energy berrkurang atau
digunakan sebelum lahir.
Gejela-gejala hipoglikemia bisa tidak jelan dan tidak khas meliputi :
kejang-kejang halus, sianosis, apnu, tangis lemah, letargis, lunglai, menolak
makanan. Bidan harus selalu ingat bahwa hipoglikemia dapat tanda dan gejala
pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemia ialah kerusakan yang
meluas diseluruh sel-sel otak

F. Adaptasi Neurologis
Sistem saraf bayi baru lahir masih sangat mudah baik secara
anatomimaupun fisiologi ini menyebakan kegiatan refleks spina dan batang otak
dengan control minimaloleh lapisan luar serumen pada beberapa bulan pertama
kehidupan, walaupun interaksi social terjadi lebih awal.
Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan persediaan oksigen dan
glukosa yang tepat memadai. Otak yang masih muda rentan terhadap hipoksia,
ketidakseimbangan biokimia, infeksi dan perdarahan. Bayi baru lahir
memperlihatkan sejumlah aktivitas refleks pada usia yang berbeda-beda yang
menunjukan normalitas dan perpaduan antara system neurologis dan
moskuluskletal. Bebrapa reflek tersebut :
1. Refleks moro, refleks ini erjadi karena adanya reaksi miring terhadap
rangsang mendadak. Refleks ini dapat di munculkan dengan cara
menggendong bayi dengan sudut 45, lalu biarkan kepalnya turun sekitar 1-2
cm . refleks ini simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah lahir.
2. Refleks rooting, dalam memberikan reaksi terhadap belaian dipipi dan sisi
mulut, bayi menoleh kearah subuer rangsangan danmembuka mulutnya siap
untuk menghisap
3. Refleks mengedip dan refleks mata, melindungi mata dari trauma
4. Refleks menggenggam, refleks ini dimuunculkan dengan menempatka jari
atau pensil didalam telapak tangan bayi, dan bayi akan menggenggamnya
dengan keras
5. Refleks berjalan dan melangkah, jika bayi disangga pada posisi teap dan
kakinya menyentuh permukaan rata, bayi akan terangsang untuk berjalan.
6. Refleks leher tonik asimetris, pada posisi terlentang jika kepala bayi menoleh
kesatu arah, lengan disisi tersebut akan ekstensi sedangkan lengan

6
sebelahnyaakan fleksi. Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan
terkulai kekebelakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya
menunduk ke depan.

G. Adaptasi Gastrointestinal
Secara fungsional, saluran gastrointestinal bayi belum matur dibandingkan
orang dewasa. Memberan mukosa pada mulut berwarna merah jambu dan basah.
Gigi tertanam didalam gusi dan sekresi pryalin sedikit. Sebelum lahir janin cukup
bulan akan mulai menghisap dan menelan.refleks muntah dan batuk yang matur
sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi untuk menelan dan
mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus
bawah dan lambung masih belum sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada
bayi baru lahir dan neonates. Kapasitas lambung sangat terbatas kurang dari 30
ml (15-30 ml)untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung akan
bertambah secara perlahan, seiring dengan pertumbuhan bayi. Pengaturamn
makan yang sering oleh bayi sendiri sangat penting. Contohnya memberikan ASI
sesuai keinginan bayi(ASI on demand).
Jumlah asam lambung pada bayi sama dengan pada orang dewasa dalam
beberapa hari pertama. Pada hari ke 10 bayi sama sekali tidak memliki asam
hidroklorida yang akan meningkatkan risiko infeksi. Lama pengosongan lambung
adalah 2-5-3 jam. Usus bayi terdiri dari sejumlah besar kelenjar sekresi dan
daerahpermukaan yang besaruntuk menyerap gizi makanan. Sejumlah enzim
sudah dihasilkan, walaupun masih terdapat kekurangan amilase dan lipase yang
menyebabkan bayi kurang mampu mencerna karbohidrat dan lemak.
Pada waktu lahir usus bayi dalam keadaan steril hanya dalam beberapa
jam bising usus terdengar dalam 1 jam kelahiran. Mekonium yang ada dalam usus
besar sejak 16 minggu kehimalan dikeluarkan dalam 24 jam pertama kehidupan
dan benar-benar dibuang dalam waktu 48-72 jam. Kotoran pertama berwarna
hijau kehitam-hitaman, keras dan mengandung empedu. Pada hari ke 3-5 kotoran
berubah warna kuning. Kotoran bayi yang meminum susu botol lebih pucat
warnanya, lunak, dan berbau agak tajam. Bayi defekasi 4-6 kali sehqari. Namun
ada kecenderungan untuk sulit defekasi.

7
H. Adaptasi Sistem Imun
Sistem imun pada bayi baru lahir masih belum matang sehingga
menyebabkan neonates rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa
contoh kekebalan tubuh.
1. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa
2. Fungsi saringan saluran pernapasan
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan anus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah
yang membantu BBL membunh mikroorganisme asing. Tetap[I pada BBL sel-sel
darah ini masih belum matang. Artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi
dan memerangi infeksi secar efisien. BBL dengan kekebalan pasif mengandung
banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi anti body keseluruhan terhadap antigen
asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupan anak.

Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentang sekali terjadi


infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan
terhadap mikroba (seperti pada praktek pesalinan yang aman dan menyusui ASI
dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi
sangat penting.

I. Kebutuhan Nutrisi Bayi Baru Lahir


Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dapat dipenuhi melalui air susu ibu
(ASI) yangmengandung komponen yang seimbang. Pemberian ASI aksklusif
berlangsung hingga 6 bulan tanpa adanya makanan pendamping lain, sebab
kebutuhannya sesuai dengan jumlah dibutuhkan oleh bayi selain itu sistem
pencernaan bayi usi 0-6 bulan belum mampu untuk mencerna makanan padat.
Komposisi ASI berbeda dengan susu sapi. Perbedan yang penting terdapat
pada konsentrasi protein dan mineral yang elbihbrendah dan laktosa yang lebih
tinggi. Lagi pula rasio antara protein kasein pada ASI jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan rasio tersebut pada susu sapi. Kasien dibawah pengaruh
asam lambung menggumpal hingga lebih sukar dicerna oleh enzim-enzim. Protein
pada ASI juga mempunyai nilai biologis tinggi sehingga hamper semuanya
digunakan tubuh.

8
Dalam komposisi lemak, ASI mengandung lebih banyak asam lemak tidak
jenuh dan esensil dan mudah dicerna. Dengan daya serap lemak ASI mencapai
85-90 %.. Asam lemak susu tidak diserap mengikat kalsium dan trace elemen lain
hingga dapat mengahalangi masuknya zat-zat tadi.

J. Pemeriksaan Penunjang
Berikut ini beberapa tahap pemeriksaan fisik bayi baru lahir:
1. Pemeriksan tahap awal
Pemeriksaan tahap awal dilakukan segera setelah bayi dilahirkan. Umumnya
saat bayi berada di ruang bersalin. Pemeriksaan ini meliputi:
a. Pemeriksaan Score APGAR
Pemeriksaan score APGAR adalah metode akurat untuk menentukan
kondisi bayi baru lahir secara cepat. Pemeriksaan ini meliputi warna kulit,
denyut jantung, kepekaan reflek bayi, tonus otot dan sistem
pernafasannya. Dengan dilakukannya penentuan nilai APGAR, nantinya
dokter bisa memutuskan untuk melakukan tindakan darurat pada bayi atau
tidak.Penilaian APGAR ini dilakukan secara berulang-ulang, pada 5 menit
pertama bayi dilahirkan, 10 menit, 15 menit, 20 menit dan 24 menit.
Apabila bayi memperoleh total keseluruhan nilai APGAR 10, maka bayi
dinyatakan sehat. Sebaliknya jika nilai APGAR dibawah 5 berarti bayi
membutuhkan perawatan intensif.
Cara menentukan nilai APGAR:
1) Warna Kulit (Appearance)
Nilai APGAR 0 : kulit bayi berwarna biru pucat (sianosis)
Nilai APGAR 1 : kulit bayi kemerahan dengan tangan dan kaki
berwarna biru
Nilai APGAR 2: kulit bayi berwarna kemerahan atau merah muda
2) Denyut Jantung (Pulse)
Nilai APGAR 0 : tidak ada denyut jantung
Nilai APGAR 1 : denyut jantung kurang dari 100 per menit
Nilai APGAR 2: denyut jantung lebih dari 100 per menit
3) Kepekaan Reflek (Gremace)
Nilai APGAR 0 : tidak ada respon
Nilai APGAR 1 : meringis atau menangis lemah
Nilai APGAR 2: respon kuat

9
4) Tonus Otot (Pulse)
Nilai APGAR 0 : tidak ada gerakan
Nilai APGAR 1 : gerakan lemah pada tangan dan kaki
Nilai APGAR 2: gerakan akti
5) Pernafasan (Respiration)
Nilai APGAR 0 : tidak ada nafas
Nilai APGAR 1 : nafas tidak teratur
Nilai APGAR 2: nafas normal dna teratur
b. Pemeriksaan anamnesa
Pemeriksaan ini meliputi pengumpulan data-data yang berkaitan dengan
kondisi bayi. Nantinya data tersebut dijadihan bahan dasar untuk
penentuanya adanya kelainan kongenital atau tidak. Ibu akan ditanya
beberapa hal meliputih riwayat kehamilan dan keluarga. Serta bagaimana
pola hidup selama mengandung. Beberapa hal yang menjadi poin penting
di pemeriksaan ini, yakni:
1) Riwayat kehamilan : apakah ada penyakit yang diidap, bagaimana
kondisi psikis dan fisik ibu, obat-obatan yang pernah dikonsumsi, dan
sebagainya
2) Riwayat persalinan : bagaimana proses persalinan, adakah trauma dan
gangguan selama persalinan, tanggal lahir dan jam persalinan, dsb.
3) Faktor genetik : meliputi riwayat penyakit pada keluarga
c. Pemeriksaan tali pusat
Pemeriksaan tali pusat dilakukan untuk mendukung data amnanesis.
Dengan melihat kondisi tali pusat (mulai dari teksturnya, kesegarannya,
jumlah pembuluh darah arteri dan vena, serta ada tidaknya tali simpul)
dokter dapat mendiagnosis gangguan pada sistem kardiovaskular bayi.
Serta pada sistem pernafasan, urogenital (organ reproduksi dan sistem
kemih) dan pencernaan.
d. Pemeriksaan cairan ketuban (Amnion)
Selain dilakukan pada saat kehamilan, pemeriksaan cairan ketuban juga
masuk prosedur pemeriksaan setelah melahirkan. Pemeriksaan ini meliputi
vomule dan warna ketuban. Tujuannya untuk mengetahui adanya kelainan
kromosom atau ganggulan lain pada si bayi, misalnya gangguan ginjal,
paru-paru dan sendi.

10
e. Pemeriksaan plasenta
Pemeriksaan plasenta juga dilakukan untuk memastikan kondisi bayi baru
lahir. Apakah benar-benar sehat ataukah ada gangguan kesehatan. Cara
pemeriksaan plasenta ini meliputi beberap hal, yakni:
1) Pengukuran berat plasenta
2) Pengurkuran ketebalan plasenta
3) Mengukur diameter dan melihat ukuran plasenta
4) Menghitung jumlah kotiledon
5) Pemeriksaan bagian martenal, fetal, selaput untuk memastikan
keutuhannya ataukah ada yang robek
6) Pemeriksaan jumlah korion untuk bayi kembar
7) Pemeriksaan trauma, kerusakan sel, perkapuran dan sebagainya pada
plasenta
8) Melakukan rangsangan taktil untuk memantau kontraksi
f. Pemeriksaan fisik secara lengkap
Pemeriksaan fisik secara lengkap dilakukan saat kondisi bayi sudah stabil
dan berada di ruang perawatan yang terang, hangat dan bersih.
Pemeriksaan fisik ini meliputi:
1) Pemeriksaan Komponen Pertumbuhan (atropometrik)
Pertama dilkaukan pemeriksaan paling ringan, yaitu komponen-
komponen pertumbuhan pada bayi yang terdiri dari berat badan,
tinggi, lingkar dada dan lingkar kepala.
Berat badan normal: 2,5 – 4 kg
Tinggi badan normal: 48- 52 cm
Lingkar dada normal: 32 – 35 cm
Lingkar kepala normal: 32 – 37 cm
2) Pemeriksaan Bagian Kepala
Saat dilahirkan, terkadang bayi mengalami cedera ringan di bagian
kepalanya akibat tekanan-tekanan tertentu. Misalnya kondisi wajah
yang sedikit tidak rata (asimetris), caput suksedangeum
(pembengkakan pada kulit kepala yang berisi getah bening) atau
cephal hematoma (pendarahan dari lapisan subperiosteum).
3) Pemeriksaan Mulut
Pemeriksaan mulut juga dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan
kongenital pada bayi, seperti hipersaliva (produksi air liur yang

11
berlebihan), labiopalatoskisis (kelainan pada daerah mulut, misalnya
bibir sumbing) dan sebagainya.
4) Pemeriksaan Sistem Indera
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya gangguan sistem
sensorik pada bayi, serta diagnosis cacat fisik. Pemeriksaan ini
meliputi:
- Indera pengelihatan (mata) – visual
- Indera pengecap (lidah) – gustatory
- Indera pendengaran (telinga) –auditori
- Indera penciuman (hidung) – okfaktori
- Indera peraba (kulit) – taktil
5) Pemeriksaan Organ Pada Bagian Dada
Kondisi organ bagian dalam tubuh juga penting untuk diperiksa guna
memastikan tidak ada kelainan. Umumnya pemeriksaan pada bagian
dada dilakukan melalui pengukuran denyut jantung, pernafasan, dan
payudara.
- Pernafasan bayi baru lahir, sekitar 60-40 kali per menit
- Denyut jantung bayi baru lahir, sekitar 120-160 kali per menit
- Payudara, normalnya payudara berada pada posisi sejajar satu
dengan yang lain, ukurannya cenderung sama dan puting pada tiap
payudara hanya berjumlah satu
6) Pemeriksaan Organ Pada Bagian Perut (Abdomen)
Organ di bagian perut juga memerlukan pemeriksaan untuk
memastikan fungsi kerjanya normal dan tidak ada kelainan. Organ-
organ tersebut meliputi ginjal, hati, limpa, lambung, dan usus. Salah
satu cara untuk memastikan kondisi organ pencernaan bayi sehat,
yakni bayi mengeluarkan air kencing dan mekonium (feses yang
bewarna hijau kehitaman) dalam 24 jam pertama setelah dilahirkan.
7) Pemeriksaan Leher
Struktur dan bentuk leher juga perlu diperiksa untuk mendeteksi ada
tidaknya kelainan kongetinal. Bagaimana refleks leher, apakah ada
pembengkakan kelenjar getah bening atau kelenjar tiroid, semuanya
akan diperiksa secara mendetail.

12
8) Pemeriksaan Tulang Belakang
Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat apakah ada gangguan
tulang, seperti skoliosis, kifosis dan lordosis. Selain itu, dokter juga
memperhatikan adanya pembangkakan, kemerahan atau keabnormalan
lain.
9) Pemeriksaan Panggul, Paha dan Betis
Selain tulang belakang, bagian tubuh lain seperti panggul, paha dan
betis juga dilakukan pemeriksaan. Dokter akan melakukan gerakan-
gerakan tertentu pada bayi untuk menguji fungsi kerja bagian-bagian
tubuh tersebut.
10) Pemeriksaan Genetelia (Alat Kelamin)
Pemeriksaan genetelia dilakukan dengan cara melihat kelengkapan
dan struktur kelamin bayi. Apabila dia berkelamin laki-laki, maka
normalnya memliki dua skrotum (pembungkus testis atau buah zakar)
diantara anus dan penis. Sedangkan perempuan terdapat labia minora
(di bagian dalam) dan labia mayora (di bagian luar). (baca: fimosis –
penanganan fimosis pada bayi)
11) Pemeriksaan Anus
Pada bayi normal, posisi anus berada di belakang kemaluan. Dokter
juga perlu mematiskan apakah ada masalah anus buntu atau tidak.
Seorang bayi yang mengalami gangguan anus buntu biasanya tidak
bisa mengeluarkan mekonium. (baca: Cara Mengatasi Bayi Jarang
Pipis– tanda tanda bayi dehidrasi)
12) Pemeriksaan Suhu Tubuh
Untuk mendeteksi adanya gangguan hipotermia, hipertermia,
dehidrasi, infeksi atau gangguan lain, perlu dilakukan pemeriksaan
suhu tubuh bayi. Umumnya seorang bayi normal memiliki suhu sekitar
36,5°C– 37°C.
13) Pemeriksaan Syaraf
Untuk memeriksa fungsi kerja syaraf bayi biasanya dokter melakukan
pengujian gerak refleks, yang meliputi:
- Refleks menghisap: meletakkan benda di dekat mulut bayi, dan
seharusnya bayi menghisapnya

13
- Refleks moro : bayi dikejutkan, maka seharusnya posisi kaki dan
tangan telentang, kepala mendongak ke belakang dan jari-jari
menggengam
- Refleks Mencucur: menyentuh salah satu sisi mulut bayi, maka
seharusnya kepala bayi menoleh ke arah tersebut
14) Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan dengan tensimeter atau
sfignomanometer ai raksa. Alat ini dipasang pada lengan atas bayi
secara perlahan saat bayi telentang. Normalnya bayi baru lahir
memiliki tekanan darah 60-80/40-50 mmHg.
15) Pemeriksaan Denyut Nadi
Pemeriksaan denyut nadi umumnya dilakukan saat bayi dalam kondisi
tidur. Dokter melakukan pengukuran dengan meraba pembuluh darah
arteri yang terletak pada tangan kanan bayi. Normalnya denyut nadi
bayi baru lahir berkisar 140 kali per menit.
16) Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ini meliputi tulang gerak bagian atas (ekstremitas atas-
lengan tangan) dan bagian bawah (ekstremitas bawah – kaki).
- Ekstremitas atas: pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh, mulai
dari sendi bahu, siku, tangan, dan jari. Dokter juga melihat
strukturnya, bagaimana reflek genggam tangan, jumlah jari,
panjang kuku dan sebagainya.
- Ekstremitas bawah: pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh
mulai dari paha, lutut, tungkai, pergelangan kaki, tumit hingga jari-
jari kaki. Dokter akan melihat kelengkapan jari, menguji reflek,
dan adakah kelainan bentuk pada tulang atau sendi.
g. Pemeriksaan Tahap Akhir
Pemeriksaan tahap akhir dilakukan beberapa jam sebelum bayi pulang.
Tujuannya untuk mengetahui apakah ada perubahan dari hasil
pemeriksaan sebelumnya. Sehingga nantinya dokter bisa memutuskan ada
tidaknya kelainan pada bayi. Pemeriksaa ini meliputi:
1) Pemeriksaan tali pusat
2) Pemeriksaan denyut jantung
3) Pemeriksaan sistem pernafasan
4) Pemeriksaan abdomen

14
5) Pemeriksaan kulit
6) Pemeriksaan syaraf pusat
Apabila tidak ditemukan adanya kelaianan maka bayi akan segera
diperbolehkan pulang, kira-kira hanya sekitar 1-2 hari. Sedangkan jika
bayi didiagnosis mengidap kelainan tertentu, biasanya dokter akan
melakukan pemeriksaan tahap lanjut untuk si bayi. Dengan demikian, bayi
perlu dirawat lebih lama lagi.

K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian bayi baru lahir
a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak
semi koma saat tidur, meringis atau tersenyum adalah bukti tidur
dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernapasan dan peredaran darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan
peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun
secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantungdan
pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi
denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam
pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit
(tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan.
Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata
42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan
pertamakelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar
15 mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan
bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.

15
d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat
dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan
selangkangan. Kulit biasanya dilapisi denganzat lemak berwara putih
kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks
kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah
atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut
sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
f. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali
pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan
disekitarnya.
g. Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi:
- Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
- Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar
graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.
- Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang
datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
- Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
- Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam
mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
h. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun
harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir.
Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
i. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna
gelap hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar
dalam 24 jam pertama.

16
j. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan
atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar
kepala fronto-occipitalis 34 cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento
occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas
normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.
k. Seksualitas
Genetalia wanita ;Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum
tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Resiko ketidakefektifan termoregulasi (00274) dibuktikan dengan
fluktuasi suhu lingkungan.
b. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
dibuktikan dengan asupan nutrisi (ASI) tidak adekuat
c. Resiko infeksi (00004) dibuktikan dengan gangguan integritas jaringan
d. Resiko hiperbiliribunemia neonatal (00230) dibuktikan dengan defisien
pola makan dan nutrisi bayi tidak adekuat

3. Tujuan da criteria hasil (NOC)


a. Resiko ketidakefektifan termoregulasi (00274) dibuktikan dengan
fluktuasi suhu lingkungan.
Tujuan dan kriteria hasill (NOC):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
resiko ketidakefektifan termoregulasi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
1) Thermogenesis yang tidak menggigil yang sebelumnya sedikit
terganggu (skor 4) ditingkatkan menjadi tidak terganggu (skor 5)
2) Suhu tidak stabil yang sebelumnya sedang dengan (skor 3)
ditingkatkan mnjadi tidak ada (skor 5)
b. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
dibuktikan dengan asupan nutrisi (ASI) tidak adekuat
Tujuan dan kriteria hasil (NOC):

17
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
resiko ketidaksaimbangan nutrisi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
1) Intake nutrisi (ASI) yang sebelumnya tidak adekuat (skor 1)
ditingkatkan menjadi sepenuhnya adekuat (skor 5)
c. Resiko infeksi (00004) dibuktikan dengan gangguan integritas jaringan
Tujuan dan kriteria hasil (NOC):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
1) Mengidentifikasi faktor resiko infeksi dipertahankan pada skor 5
2) Mengenali faktor resiko individu terkait infeksi dipertahankan pada
skor 5
3) Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi dipertahankan pada skor 5
4) Mempertahankan lingkungan yang bersih dipertahankan pada skor 5
d. Resiko hiperbilirubinemia neonatal (00230) dibuktikan dengan defisiensi
pola makan bayi dan nutrisi bayi tidak adekuat.
Tujuan dan kriteria hasil (NOC):
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
resiko hiperbilirubinemia tidak terjadi dengan kriteria hasil :
1) Intake nutrisi (ASI) yang sebelumnya tidak adekuat (skor 1)
ditingkatkan menjadi sepenuhnya adekuat (skor 5)
4. Intervensi Keperawatan (NIC)
a. Resiko ketidakefektifan termoregulasi (00274) dibuktikan dengan
fluktuasi suhu lingkungan.
Intervensi NIC (3800):
1) Monitor suhu bayi baru lahir sampai stabil
2) Monitor suhu dan warna kulit
3) Tingkatkan intake nutrisi ASI yang adekuat
4) Selimuti bayi untuk mencegah kehilangan panas
5) Tempatkan bayi baru lahir dibawah penghangat, jika diperlukan.
6) Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan
7) Memandikan
8) Perawatan kanguru
9) Berikan medikasi yang tepat untuk mencegah atau mengontrol
menggigil

18
b. Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
dibuktikan dengan asupan nutrisi (ASI) tidak adekuat
Intervensi NIC (5244):
1) Observasi adanya hambatan dalam menyusui
2) Observasi kemampuan bayi dalam menghisap
3) Lakukan terapi pijat payudara (oksitosin), jika diperlukan
4) Berikan informasi mengenai manfaat (kegiatan) menyusui baik
fisiologis maupun psikologis
5) Beri kesempatan pada ibu untuk menyusui setelah melahirkan, jika
memungkinkan
6) Jelaskan tanda bayi membutuhkan makan misalnya (refleks) rooting,
menghisap serta diam dan terjaga
7) Instruksikan posisi menyusui yang bervariasi
c. Resiko infeksi (00004) dibuktikan dengan gangguan integritas jaringan
Intervensi (NIC):
1) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
2) Monitor kerentanan terhadap infeksi
3) Pertahankan tindakan aseptic
4) Periksa kulit dan tali pusat untuk adanya kemerahan, kehangatan
ekstrim, atau drainase
5) Berikan perawatan yang sesuai pada tali pusat
6) Tingkatkan asupan nutrisi yang adekuat
7) Pantau adanya perubahan tingkat energi dan malaise
8) Ajarkan keluarga pasien mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan
harus melaporkannya kepada pemberi layanan kesehatan
9) Ajarkan keluarga pasien bagaimana cara menghindari infeksi
d. Resiko hiperbilirubinemia neonatal (00230) dibuktikan dengan defisiensi
pola makan bayi dan nutrisi bayi tidak adekuat
Intervensi NIC (8240):
1) Tentukan keadaan bayi baru lahir sebelum memulai makan
2) Gunakan gelas bersih tanpa tutup, moncong atau bibir
3) Sentuhkan cangkir hingga susu menyentuh bibir bayi baru lahir
4) Monitor aliran susu
5) Monitor tanda-tanda kekenyangan pada bayi baru lahir

19
6) Ajarkan orang tua mengenai prosedur pemberian makan dengan
cangkir
5. Evaluasi
Menurut Nursalam (2011) , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif.
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan
sampai dengan tujuan tercapai.
b. Evaluasi somatif
Evaluasi ini merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.

20
DAFTAR PPUSTAKA

Nanda Nic Noc, 2018. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinik Edisi
11. Jakarta : EGC

Jitowiyono Sugeng, Kristiyanasari Weni. 2011. Asuhan Keperawatan Neonatus dan


Anak. Jogjakarta: Nuha Medika

Sugiyarti. 2012. Pedoman Penyuluhan ASI dan MP-ASI. Jakarta : EGC

Staf Pengajar IKA FKUI. 2009. Buku Kuliah IKA Jilid III. Jakarta : FKUI

Kumpulan Makalah Management Laktasi, Pelatihan Penatalaksanaan Laktasi Gizi,


Tumbuh Kembang Terpadu. 2009. Jakarta : RSCM

Syahmin Moehji. 2013. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai