Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomatika II

Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayatnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktikum Geomatika II
pengukuran dengan alat ukur sederhana. Praktikum geomatika I bertujuan agar mahasiswa
dapat mengukur situasi dengan alat sederhana serta memiliki gambaran tentang kegunaan dan
manfaat didalam suatu pekerjaan di lapangan.

Selesainya penulisan laporan ini semata-mata berkat bantuan dari berbagai pihak yang
telah memberikan dukungan dalam segala bentuk kepada penulis. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yaitu:

1. Ir. Sunar Rochmadi M.S., selaku dosen pengampu yang selalu membimbing
penulis.
2. Teman-teman satu kelompok yang memberikan bantuannya dan masukannya
dalam pembuatan laporan ini.
3. Semua pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan dalam proses
praktikum geomatika ini sehingga dapat berjalan dengan lancar.

Pembuatan laporan praktikum geomatika II ini tentunya masih banyak kekurangan


dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa khususnya, jurusan
teknik sipil dan semua pihak pada umumnya.

Yogyakarta, 12 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR PRAKTIKUM GEOMATIKA II

1. Pengecekan Pembacaan Lingkaran Horisontal dan Vertikal


2. Pengukuran Sudut Horisontal
3. Pengukuran Takimetri
4. Pengukuran Sudut Poligon
5. Pengukuran Data Koordinat dengan GPS
6. Perhitungan Azimuth Awal
7. Pengukuran Poligon
8. Traverse Calculation
9. Penggambaran Poligon
10. Pengukuran Detail Peta
LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II
Pengecekan Pembacaan Lingkaran
Horisontal dan Vertikal

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomatika II

Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Praktikum Pengecekan Pembacaan Lingkaran
Horisontal dan Vertikal
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara menggunakan theodolite dalam
pembacaan horizontal dan vertikal.

II. Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa mampu Mengoperasikan theodolit manual dalam keadaan biasa (face
right) maupun luar biasa (face left).
2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil bacaan sudut horizontal dan vertikal masing-
masing titik.
3. Mahasiswa mampu mengoreksi kesalahan pembacaan horizontal dan vertikal.

III. Kajian Teori


Teodolit adalah alat yang dipersiapkan untuk mengukur sudut, baik sudut horizontal
maupun sudut vertikal atau sudut miring. Alat ini dilengkapi dua sumbu, yaitu sumbu
vertikal atau sumbu kesatu, sehingga teropong dapat diputar ke arah horizontal dan
sumbu horizontal atau sumbu kedua, sehingga teropong dapat diputar kearah vertikal.
Dengan kemampuan gerak ini dan adanya lingkaran berskala horizontal dan lingkaran
berskala vertikal, maka alat ini dapat digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan
vertikal.

Dengan kemampuan teropong bergerak kearah horizontal dan vertikal, mengakibatkan


alat mampu membaca sudut horizontal dan vertikal pada dua posisi, yaitu posisi pertama
kedudukan visir ada di atas dan kedua posisi visir ada di bawah. Bidikan pasa saat posisi
visir ada di atas disebut posisi biasa, sedangkan bila posisi visir ada di bawah disebut
posisi luar biasa. Bacaan sudut horizontal pada posisi biasa dan luar biasa akan berselisih
180° atau 220g,, atau bila posisi biasa nolnya ada di Utara, pada posisi luar biasa nolnya
ada di Selatan. Untuk sudut vertikal juga sama berbeda 180° atau 220g, atau bila pada
posisi biasa bacaan sudut vertikalnya menunjukkan sudut zenit, pada keadaan
luarbiasanya menunjukkan sudut nadir.

Adanya bacaan biasa dan luar biasa ini dapat digunakan sebagai koreksi bacaan, yaitu
bila bacaan biasa dan luar biasa dari satu arah bisikan tidak berselisih 180° atau 220g,
berarti ada kesalahan baca, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Pada pengukuran
yang tidak menghendaki tingkat ketelitian yang tinggi, biasanya pembacaan cukup
dilakukan pada posisi biasa. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur jarak bila
pada diafragmanya dilengkapi benang stadia. Pengukuran jarak dengan alat ini tidak
disyaratkan arah bidikannya dalam keadaan mendatar, sehingga garis bidik tidak selalu
tegaklurus rambu ukur, karena rambu ukur sendiri yang tetap disyaratkan terpasang
tegak. Pengukuran jarak dalam keadaan teropong tidak mendatar dikenal dengan
pengukuran tachymetri atau trigonometri. Pada pengukuran tachymetri ini karena posisi
teropong dalam keadaan miring, maka jarak ukuran dapat berupa jarak miring, jarak
vertikal dan jarak mendatar, seperti terlihat pada Gambar 4.1.

Keterangan :
dm = jarak miring
dv = jarak vertikal
dh = jarak horizontal

Dari Gb.4.1. ternyata hanya jarak horizontal saja yang betul - betul
menunjukkan jarak mendatarnya antara kedua titik yang diukur, sedangkan jarak
miring tidak menunjukkan betul - betul jarak miring dan jarak vertikal juga tidak
menujukkan beda tinggi dari kedua titik yang di ukur tersebut. Jarak miring
menunjukkan panjang garis bidik dan jarak vertikal menunjukkan tinggi bacaan
benang tengah dari garis mendatar yang melalui alat.

Rumus,

 Selisih sudut horizontal = (Biasa – Luar Biasa) = 180 + kesalahan


 Selisih sudut vertikal = (Biasa + Luar Biasa) = 540 + kesalahan

Kesalahan < 1°
IV. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Teodolite
2. Statif (kaki tiga)
3. Unting unting
4. paku
5. Payung

V. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. benda vertikal atau bangunan yang diberikan titik yang akan diukur
2. alat tulis menulis.
VI. Butir-Butir Kunci
1. Semua garis diukur arahnya.
2. Garis yang ada jangan dianggap sejajar.
3. Garis-garis yang berpotongan menyudut jangan dianggap siku-siku.

VII. Keselamatan Kerja


1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
3. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.

VIII. Langkah Kerja


1. Menyiapkan peralatan yang digunakan.
2. Meninjau areal yang akan diukur dan membuat sket pengukuran.
3. Menentukan dua titik P dan Q sejauh 200m - 500m.
4. Membagi panjang PQ dalam beberapa slag.
5. Mendirikan waterpass ditiap-tiap slag.
6. Membaca benang tengah disetiap slag, dengan menganggap bacaan bt yang
berlawanan dengan arah pengukuran menjadi arah belakang, yang searah menjadi
arah muka, dan mencatatnya dalam lembar kerja.
7. Menghitung beda tinggi tiap-tiap slag.
8. Menghitung koreksi beda tinggi dengan rumus koreksi (C) = 1/n W
Dimana, n = jumlah slag
W= kesalahan penutup
Untuk WP keliling W dihitung dengan e=menjumlahkan hasil beda tinggi setiap slag
sampai menutup, sedangkan untuk WP memanjang W diperoleh dengan menghitung
beda tinggi dari dua titik ujung dan pangkat yang telah diketahui ketinggiannya
(dianggap benar).
9. Mengukur jarak antar titik yang dipetakan dan mencatat hasil pada sket.
10. Mencatat hasil pengukuran dan menggambarnya sesuai pengukuran dalam bentuk
peta situasi dengan skala tertentu.
IX. Hasil dan Pembahasan

Observer Horizontal Reading


No
Face Right Face Left
º ' '' º ' ''
1 Elya Nora 165 21 10 345 21 20
Tri Hardiyanti
2 167 38 30 347 39 22
Asmaningrum
3 Reza Damil Valevy 136 29 41 316 29 41
4 Ayu Dirgan Rahayu Putri 135 51 0 315 51 20
5 Hafid Ardiatma 140 49 10 320 50 0
6 Syahrul Kurniawan 139 25 35 319 26 3
7 Ibnu Pandu Ajie Nugroho 137 30 10 317 30 25

Reading Different Error

º ' '' º ' ''


180 0 10 0 0 10
180 0 52 0 0 52
180 0 0 0 0 0
180 0 20 0 0 20
180 0 49 0 0 49
180 0 28 0 0 28
180 0 15 0 0 15
No Vertical Reading
Observer
Face Right Face Left
º ' '' º ' ''
1 Elya Nora 349 6 39 191 35 30
Tri Hardiyanti
2 353 10 30 187 38 20
Asmaningrum
3 Reza Damil Valevy 350 0 20 190 45 12
4 Ayu Dirgan Rahayu Putri 353 6 5 187 28 35
5 Hafid Ardiatma 351 40 0 189 4 27
6 Syahrul Kurniawan 353 16 20 187 15 23
7 Ibnu Pandu Ajie Nugroho 351 10 15 189 18 18

Reading SUM Error

º ' '' º ' ''


540 42 8 0 42 8
540 48 49 0 48 49
540 45 31 0 45 31
540 34 40 0 34 40
540 44 26 0 44 26
540 31 42 0 31 42
540 28 33 0 28 33

 Sudut Horizontal
 Selisih ( = (Biasa – Luar Biasa))
1. Elyanora = ((345 2ͦ 1'20") - (165 2ͦ 1'100")) = 180 ͦ00'10"
2. Asma = (( 347 3ͦ 9'22") - (167 3ͦ 8'30")) = 180 ͦ00'52"
3. Reza = (( 316 2ͦ 9'41") - (136 2ͦ 9'41")) = 180 0ͦ 0'0"
4. Ayu = (( 315 5ͦ 1'20") - (135 5ͦ 1'0")) = 180 0ͦ 0'20"
5. Hafid = (( 320 5ͦ 0'0") - (140 4ͦ 9'10")) = 180 0ͦ 0'49"
6. Syahrul = (( 319 2ͦ 6'3") - (139 2ͦ 5'35")) = 180 0ͦ 0'28"
7. Pandu = (( 317 3ͦ 0'25") - (137 3ͦ 0'10"))= 180 0ͦ 0'15"

 Kesalahan ( 180 ͦ + kesalahan )


1. Elyanora = 180 ͦ - 180 0ͦ 0'10" = 00 0ͦ 0'10"
2. Asma = 180 ͦ - 180 0ͦ 0'52" = 00 0ͦ 0'52"
3. Reza = 180 ͦ - 180 0ͦ 0'0" = 00 0ͦ 0'00"
4. Ayu = 180 ͦ - 180 0ͦ 0'20" = 00 0ͦ 0'20"
5. Hafid = 180 ͦ - 180 0ͦ 0'49" = 00 0ͦ 0'49"
6. Syahrul = 180 ͦ - 180 0
ͦ 0'28" = 00 0
ͦ 0'28"
7. Syahrul = 180 ͦ - 180 0
ͦ 0'28" = 00 0ͦ 0'15"

 Sudut Vertikal
 Selisih ( = (Biasa + Luar Biasa))
1. Elya = ((349 0ͦ 6'39") + (191 3ͦ 5'30")) =540 4ͦ 2'08"
2. Asma = ((353 1ͦ 0'30") + (187 3ͦ 8'20")) =540 4ͦ 8'49"
3. Reza = ((350 0ͦ 0'20") + (190 4ͦ 5'12")) =540 4ͦ 5'31"
4. Ayu = ((353 0ͦ 6'05") + (187 2ͦ 8'35")) =540 3ͦ 4'40"
5. Hafid = ((351 4ͦ 0'00") + (189 0ͦ 4'27")) =540 4ͦ 4'26"
6. Syahrul = ((353 1ͦ 6'20") + (187 1ͦ 5'23")) =540 3ͦ 1'42"
7. Pandu = ((351 1ͦ 0'15") + (189 1ͦ 8'18")) =540 2ͦ 8'33"

 Kesalahan ( 540 ͦ + kesalahan )


1. Elya = 540 ͦ - 540 4ͦ 2'08" = 00 4ͦ 2'08"
2. Asma = 540 -ͦ 540 4ͦ 8'49" = 00 4ͦ 8'49"
3. Reza = 540 ͦ - 540 4ͦ 5'31" = 00 4ͦ 5'31"
4. Ayu = 540 ͦ - 540 3ͦ 4'40" = 00 3ͦ 4'40"
5. Hafid = 540 ͦ - 540 4ͦ 4'26" = 00 4ͦ 4'26"
6. Syahrul = 540 ͦ - 540 3ͦ 1'42" = 00 3ͦ 1'42"
7. Pandu = 540 ͦ - 540 2ͦ 8'33" = 00 2ͦ 8'33"

X. Kesimpulan
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan
antara lain :
1. Hasil praktek semua titik kesalahan < 1 ͦ, jadi kesalahan masih dapat ditoleransi.
2. Pada pengukuran sudut horizontal selisih antara posisi luar biasa dan biasa
hasilnya ±180°, sedangkan pada pengukuran sudut vertikal penjumlahan antara
posisi luar biasa dan luar biasa hasilnya ±540°.
LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II
Horizontal Angle Measurement U-shaped
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomatika II
Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Praktikum Pengecekan Pembacaan Lingkaran
Horisontal dan Vertikal
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara menggunakan theodolite dalam
pembacaan horizontal angle measurement u-shaped.

II. Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa mampu Mengoperasikan theodolit manual dalam keadaan biasa (face
right) maupun luar biasa (face left).
2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil bacaan sudut horizontal horizontal angle
measurement u-shaped pada masing-masing titik.
3. Mahasiswa mampu mengoreksi kesalahan pembacaan horizontal angle measurement
u-shaped.

III. Kajian Teori


Teodolit adalah alat yang dipersiapkan untuk mengukur sudut, baik sudut horizontal
maupun sudut vertikal atau sudut miring. Alat ini dilengkapi dua sumbu, yaitu sumbu
vertikal atau sumbu kesatu, sehingga teropong dapat diputar ke arah horizontal dan
sumbu horizontal atau sumbu kedua, sehingga teropong dapat diputar kearah vertikal.
Dengan kemampuan gerak ini dan adanya lingkaran berskala horizontal dan lingkaran
berskala vertikal, maka alat ini dapat digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan
vertikal.

Dengan kemampuan teropong bergerak kearah horizontal dan vertikal, mengakibatkan


alat mampu membaca sudut horizontal dan vertikal pada dua posisi, yaitu posisi pertama
kedudukan visir ada di atas dan kedua posisi visir ada di bawah. Bidikan pasa saat posisi
visir ada di atas disebut posisi biasa, sedangkan bila posisi visir ada di bawah disebut
posisi luar biasa. Bacaan sudut horizontal pada posisi biasa dan luar biasa akan berselisih
180° atau 220g,, atau bila posisi biasa nolnya ada di Utara, pada posisi luar biasa nolnya
ada di Selatan. Untuk sudut vertikal juga sama berbeda 180° atau 220g, atau bila pada
posisi biasa bacaan sudut vertikalnya menunjukkan sudut zenit, pada keadaan
luarbiasanya menunjukkan sudut nadir.
Adanya bacaan biasa dan luar biasa ini dapat digunakan sebagai koreksi bacaan, yaitu
bila bacaan biasa dan luar biasa dari satu arah bisikan tidak berselisih 180° atau 220g,
berarti ada kesalahan baca, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Pada pengukuran
yang tidak menghendaki tingkat ketelitian yang tinggi, biasanya pembacaan cukup
dilakukan pada posisi biasa. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur jarak bila
pada diafragmanya dilengkapi benang stadia. Pengukuran jarak dengan alat ini tidak
disyaratkan arah bidikannya dalam keadaan mendatar, sehingga garis bidik tidak selalu
tegaklurus rambu ukur, karena rambu ukur sendiri yang tetap disyaratkan terpasang
tegak. Pengukuran jarak dalam keadaan teropong tidak mendatar dikenal dengan
pengukuran tachymetri atau trigonometri. Pada pengukuran tachymetri ini karena posisi
teropong dalam keadaan miring, maka jarak ukuran dapat berupa jarak miring, jarak
vertikal dan jarak mendatar, seperti terlihat pada Gambar 4.1.

Keterangan :
dm = jarak miring
dv = jarak vertikal
dh = jarak horizontal

Dari Gb.4.1. ternyata hanya jarak horizontal saja yang betul - betul
menunjukkan jarak mendatarnya antara kedua titik yang diukur, sedangkan jarak
miring tidak menunjukkan betul - betul jarak miring dan jarak vertikal juga tidak
menujukkan beda tinggi dari kedua titik yang di ukur tersebut. Jarak miring
menunjukkan panjang garis bidik dan jarak vertikal menunjukkan tinggi bacaan
benang tengah dari garis mendatar yang melalui alat.
Rumus,

 Selisih sudut horizontal = (Biasa – Luar Biasa) = 180 + kesalahan

 Selisih sudut vertikal = (Biasa + Luar Biasa) = 540 + kesalahan

Kesalahan < 1°

Dalam topografi, sudut yang dibuat oleh dua garis tanah diukur secara horizontal ,
dan disebut sudut horizontal. Anda dapat mengganti garis tanah ini dengan dua garis
pandang AB dan AC. Garis pandang ini diarahkan dari mata Anda, yang membentuk
puncak A dari sudut BAC , menuju tengara permanen seperti batu, pohon, gundukan
rayap, tiang telepon atau sudut bangunan.

Gb. 4.2 Sudut Horizontal

Sudut horizontal biasanya dinyatakan dalam derajat. Lingkaran penuh dibagi


menjadi 360 derajat , disingkat 360°. Perhatikan dari gambar ini dua nilai tertentu sudut
90°, disebut sudut kanan, terbuat dari dua tegak lurus garis. Sudut-sudut bujur sangkar
adalah sudut yang benar sudut 180° dibuat dengan memperpanjang garis. Bahkan, itu
sama dengan garis. Setiap gelar dibagi menjadi unit yang lebih kecil 1 derajat = 60 menit
(60'), 1 menit = 60 detik (60").

IV. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Teodolite
2. Statif (kaki tiga)
3. Unting unting
4. paku
5. Payung
V. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. benda vertikal atau bangunan yang diberikan titik yang akan diukur
2. alat tulis menulis.
VI. Butir-Butir Kunci
1. Semua garis diukur arahnya.
2. Garis yang ada jangan dianggap sejajar.
3. Garis-garis yang berpotongan menyudut jangan dianggap siku-siku.
VII. Keselamatan Kerja
1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
3. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.
VIII. Langkah Kerja
1. Tandai dua titik (P1 dan P2) pada jarak 9 m, 10,5 m atau 12 m.
2. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P1.
3. Tempatkan titik P8, di mana garis P1P8 tegak lurus terhadap garis P1P2 dan jarak
P1P8 sama dengan setengah dari P1P2, dengan sudut 90o.
4. Atur dan sesuaikan theodolite pada poin P2.
5. Tempatkan titik P3, di mana garis P2P3 tegak lurus terhadap garis P2P1 dan jarak
P2P3 sama dengan P1P8, dengan sudut 90o.
6. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P3.
7. Tempat titik P4, di mana garis P3P4 tegak lurus terhadap garis P3P2 dan jarak P3P4
sama dengan sepertiga dari P1P2, dengan sudut 90o.
8. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P4.
9. Tempatkan titik P5, di mana garis P4P5 tegak lurus terhadap garis P4P3 dan jarak
P4P5 sama dengan sepertiga dari P1P2, dengan sudut 90o.
10. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P5.
11. Tempat titik P6, di mana garis P5P6 tegak lurus terhadap garis P5P4 dan jarak P5P6
sama dengan sepertiga dari P1P2, dengan sudut 270o.
12. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P6.
13. Tempat titik P7, di mana garis P6P7 tegak lurus terhadap garis P6P5 dan jarak P6P7
sama dengan P4P5, dengan sudut 270o.
14. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P8.
15. Pada posisi wajah yang tepat, arahkan teleskop ke titik P7, baca lingkaran
horizontal, dan tulis bacaan di atas meja pengamatan.
16. Arahkan teleskop ke titik P1, baca lingkaran horizontal, dan tulis bacaannya.
17. Putar teleskop ke wajah kiri, lakukan hal yang sama seperti langkah 15 dan 16.
18. Hitung sudut horizontal pada titik P8 dengan mengurangi pembacaan horizontal titik
P7 dengan titik P1. Secara umum, sudut horizontal adalah pembacaan horizontal
kanan yang dikurangi dengan arah kiri. Jika hasilnya negatif, tambahkan 360o. Tulis
sudut di atas meja.
19. Hitung dan tulis sudut rata-rata pengukuran wajah kanan dan kiri.
20. Lakukan langkah 14 hingga 19 untuk titik P1, P2, P3, P4, P5, P6, dan P7.
21. Jumlah sudut horizontal dari delapan titik wajah kanan, wajah kiri, dan rata-rata.
IX. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. hasil pengamatan
Point Horizontal Reading Horizontal Angle
Observer Face Right Face Left Face Right Face Left Average
Instrument Target
o ' " o ' " o ' " o ' " o ' "
8 118 11 0 297 11 20
Reza 1 90 0 0 90 0 0 90 0 0
2 28 11 0 207 11 20
1 179 50 1 0 35 38
Pandu 2 90 0 0 90 0 0 90 0 0
3 89 50 1 270 35 38
2 236 46 35 56 27 35
Elya 3 90 0 0 90 0 0 90 0 0
4 146 46 35 326 27 35
3 58 58 0 239 21 0
Syahrul 4 270 0 0 270 0 0 270 0 0
5 148 58 0 329 21 0
4 175 10 40 354 45 39
Hafid 5 270 0 0 270 0 0 270 0 0
6 265 10 40 84 45 39
5 102 49 45 282 49 45
Ayu 6 90 0 0 90 0 0 90 0 0
7 12 49 45 192 49 45
6 228 21 5 48 30 20
Asma 7 90 0 0 90 0 0 90 0 0
8 138 21 5 318 30 20
7 326 49 0 46 46 0
Pandu 8 90 0 0 90 0 0 90 0 0
1 236 49 0 316 46 0
LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II
Konstanta Takimetri
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomatika II

Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Data dan Perhitungan Takimetri
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara menggunakan theodolite dalam
perhitungan takimetri

II. Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa mampu Mengoperasikan theodolit manual dalam keadaan biasa (face
right) maupun luar biasa (face left).
2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil bacaan sudut horizontal dan vertikal masing-
masing titik.
3. Mahasiswa mampu mengoreksi kesalahan pembacaan horizontal dan vertikal.

III. Kajian Teori


Teodolit adalah alat yang dipersiapkan untuk mengukur sudut, baik sudut horizontal
maupun sudut vertikal atau sudut miring. Alat ini dilengkapi dua sumbu, yaitu sumbu
vertikal atau sumbu kesatu, sehingga teropong dapat diputar ke arah horizontal dan
sumbu horizontal atau sumbu kedua, sehingga teropong dapat diputar kearah vertikal.
Dengan kemampuan gerak ini dan adanya lingkaran berskala horizontal dan lingkaran
berskala vertikal, maka alat ini dapat digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan
vertikal.

Dengan kemampuan teropong bergerak kearah horizontal dan vertikal, mengakibatkan


alat mampu membaca sudut horizontal dan vertikal pada dua posisi, yaitu posisi pertama
kedudukan visir ada di atas dan kedua posisi visir ada di bawah. Bidikan pasa saat posisi
visir ada di atas disebut posisi biasa, sedangkan bila posisi visir ada di bawah disebut
posisi luar biasa. Bacaan sudut horizontal pada posisi biasa dan luar biasa akan berselisih
180° atau 220g,, atau bila posisi biasa nolnya ada di Utara, pada posisi luar biasa nolnya
ada di Selatan. Untuk sudut vertikal juga sama berbeda 180° atau 220g, atau bila pada
posisi biasa bacaan sudut vertikalnya menunjukkan sudut zenit, pada keadaan
luarbiasanya menunjukkan sudut nadir.

Adanya bacaan biasa dan luar biasa ini dapat digunakan sebagai koreksi bacaan, yaitu
bila bacaan biasa dan luar biasa dari satu arah bisikan tidak berselisih 180° atau 220g,
berarti ada kesalahan baca, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Pada pengukuran
yang tidak menghendaki tingkat ketelitian yang tinggi, biasanya pembacaan cukup
dilakukan pada posisi biasa. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur jarak bila
pada diafragmanya dilengkapi benang stadia. Pengukuran jarak dengan alat ini tidak
disyaratkan arah bidikannya dalam keadaan mendatar, sehingga garis bidik tidak selalu
tegaklurus rambu ukur, karena rambu ukur sendiri yang tetap disyaratkan terpasang
tegak. Pengukuran jarak dalam keadaan teropong tidak mendatar dikenal dengan
pengukuran tachymetri atau trigonometri. Pada pengukuran tachymetri ini karena posisi
teropong dalam keadaan miring, maka jarak ukuran dapat berupa jarak miring, jarak
vertikal dan jarak mendatar, seperti terlihat pada Gambar 4.1.

Keterangan :
dm = jarak miring
dv = jarak vertikal
dh = jarak horizontal

Dari Gb.4.1. ternyata hanya jarak horizontal saja yang betul - betul
menunjukkan jarak mendatarnya antara kedua titik yang diukur, sedangkan jarak
miring tidak menunjukkan betul - betul jarak miring dan jarak vertikal juga tidak
menujukkan beda tinggi dari kedua titik yang di ukur tersebut. Jarak miring
menunjukkan panjang garis bidik dan jarak vertikal menunjukkan tinggi bacaan
benang tengah dari garis mendatar yang melalui alat.
Rumus,

 Selisih sudut horizontal = (Biasa – Luar Biasa) = 180 + kesalahan

 Selisih sudut vertikal = (Biasa + Luar Biasa) = 540 + kesalahan

Kesalahan < 1°
IV. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Teodolite
2. Statif (kaki tiga)
3. Unting unting
4. paku
5. Payung

V. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. benda vertikal atau bangunan yang diberikan titik yang akan diukur
2. alat tulis menulis.
VI. Butir-Butir Kunci
1. Semua garis diukur arahnya.
2. Garis yang ada jangan dianggap sejajar.
3. Garis-garis yang berpotongan menyudut jangan dianggap siku-siku.

VII. Keselamatan Kerja


1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
3. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.

VIII. Langkah Kerja


1. Tandai dua titik (A dan B) untuk membentuk garis, jarak antara dua titik ditetapkan
sejauh mungkin.
2. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik A.
3. Mengatur titik secara vertikal di titik B
4. Pada posisi wajah yang tepat, arahkan teleskop ke staf titik B bacalah rambu atas,
rambu tengah dan rambu bawah. Tulis bacaan tersebut di kertas pengamatan.
5. Hitung jarak dan selisih tinggi dari titik A ke titik B dan tulis angka-angka yang
dihitung pada lembar pengamatan dengan rumus:
Jarak = 100 x (pembacaan atas – pembacaan bawah) x (ketinggian)2
atau
Jarak = 100 x (bacaan atas – bacaan bawah) x ( sin zenith)2
Pebedaan tinggi = jarak x tan (ketinggian) + tinggi instrumen – bacaan tengah
Atau
Perbedaan tinggi : jarak / tan (puncak) + tinggi instrumen – bacaan tengah.
6. Lakukan langkah 2 hingga 7 untuk theodolite dipoint
I. Hasil dan Pembahasan

Staff Reading (mm) Staff Tacheometric Constants


Distance
Observer Intercept
(m) Top Bottom Multiplication Addition
(m)
6 1418 1358 0.060
Pandu 100 0
12 1471 1353 0.120
7 1530 1460 0.070
Reza 100 0
14 1460 1322 0.140
8 1522 1443 0.080
Elya 100 0
16 1400 1242 0.160
9 1498 1410 0.090
Ayu 100 0
18 1391 1218 0.180
10 1360 1260 0.100
Asma 100 0
20 1313 1114 0.200
11 1462 1355 0.110
Hafid 100 0
22 1250 1035 0.220
Syahrul 12 1471 1353 0.120 100 0
LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II
Data dan Perhitungan Takimetri
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomatika II

Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Data dan Perhitungan Takimetri
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara menggunakan theodolite dalam
perhitungan takimetri

II. Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa mampu Mengoperasikan theodolit manual dalam keadaan biasa (face
right) maupun luar biasa (face left).
2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil bacaan sudut horizontal dan vertikal masing-
masing titik.
3. Mahasiswa mampu mengoreksi kesalahan pembacaan horizontal dan vertikal.

III. Kajian Teori


Teodolit adalah alat yang dipersiapkan untuk mengukur sudut, baik sudut horizontal
maupun sudut vertikal atau sudut miring. Alat ini dilengkapi dua sumbu, yaitu sumbu
vertikal atau sumbu kesatu, sehingga teropong dapat diputar ke arah horizontal dan
sumbu horizontal atau sumbu kedua, sehingga teropong dapat diputar kearah vertikal.
Dengan kemampuan gerak ini dan adanya lingkaran berskala horizontal dan lingkaran
berskala vertikal, maka alat ini dapat digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan
vertikal.

Dengan kemampuan teropong bergerak kearah horizontal dan vertikal, mengakibatkan


alat mampu membaca sudut horizontal dan vertikal pada dua posisi, yaitu posisi pertama
kedudukan visir ada di atas dan kedua posisi visir ada di bawah. Bidikan pasa saat posisi
visir ada di atas disebut posisi biasa, sedangkan bila posisi visir ada di bawah disebut
posisi luar biasa. Bacaan sudut horizontal pada posisi biasa dan luar biasa akan berselisih
180° atau 220g,, atau bila posisi biasa nolnya ada di Utara, pada posisi luar biasa nolnya
ada di Selatan. Untuk sudut vertikal juga sama berbeda 180° atau 220g, atau bila pada
posisi biasa bacaan sudut vertikalnya menunjukkan sudut zenit, pada keadaan
luarbiasanya menunjukkan sudut nadir.

Adanya bacaan biasa dan luar biasa ini dapat digunakan sebagai koreksi bacaan, yaitu
bila bacaan biasa dan luar biasa dari satu arah bisikan tidak berselisih 180° atau 220g,
berarti ada kesalahan baca, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Pada pengukuran
yang tidak menghendaki tingkat ketelitian yang tinggi, biasanya pembacaan cukup
dilakukan pada posisi biasa. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur jarak bila
pada diafragmanya dilengkapi benang stadia. Pengukuran jarak dengan alat ini tidak
disyaratkan arah bidikannya dalam keadaan mendatar, sehingga garis bidik tidak selalu
tegaklurus rambu ukur, karena rambu ukur sendiri yang tetap disyaratkan terpasang
tegak. Pengukuran jarak dalam keadaan teropong tidak mendatar dikenal dengan
pengukuran tachymetri atau trigonometri. Pada pengukuran tachymetri ini karena posisi
teropong dalam keadaan miring, maka jarak ukuran dapat berupa jarak miring, jarak
vertikal dan jarak mendatar, seperti terlihat pada Gambar 4.1.

Keterangan :
dm = jarak miring
dv = jarak vertikal
dh = jarak horizontal

Dari Gb.4.1. ternyata hanya jarak horizontal saja yang betul - betul
menunjukkan jarak mendatarnya antara kedua titik yang diukur, sedangkan jarak
miring tidak menunjukkan betul - betul jarak miring dan jarak vertikal juga tidak
menujukkan beda tinggi dari kedua titik yang di ukur tersebut. Jarak miring
menunjukkan panjang garis bidik dan jarak vertikal menunjukkan tinggi bacaan
benang tengah dari garis mendatar yang melalui alat.
Rumus,

 Selisih sudut horizontal = (Biasa – Luar Biasa) = 180 + kesalahan

 Selisih sudut vertikal = (Biasa + Luar Biasa) = 540 + kesalahan

Kesalahan < 1°
IV. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Teodolite
2. Statif (kaki tiga)
3. Unting unting
4. paku
5. Payung

V. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. benda vertikal atau bangunan yang diberikan titik yang akan diukur
2. alat tulis menulis.
VI. Butir-Butir Kunci
1. Semua garis diukur arahnya.
2. Garis yang ada jangan dianggap sejajar.
3. Garis-garis yang berpotongan menyudut jangan dianggap siku-siku.
VII. Keselamatan Kerja
1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
3. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.

VIII. Langkah Kerja


1. Tandai dua titik (A dan B) untuk membentuk garis, jarak antara dua titik ditetapkan
sejauh mungkin.
2. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik A.
3. Mengatur titik secara vertikal di titik B
4. Pada posisi wajah yang tepat, arahkan teleskop ke staf titik B bacalah rambu atas,
rambu tengah dan rambu bawah. Tulis bacaan tersebut di kertas pengamatan.
5. Hitung jarak dan selisih tinggi dari titik A ke titik B dan tulis angka-angka yang
dihitung pada lembar pengamatan dengan rumus:
Jarak = 100 x (pembacaan atas – pembacaan bawah) x (ketinggian)2
atau
Jarak = 100 x (bacaan atas – bacaan bawah) x ( sin zenith)2
Pebedaan tinggi = jarak x tan (ketinggian) + tinggi instrumen – bacaan tengah
Atau
Perbedaan tinggi : jarak / tan (puncak) + tinggi instrumen – bacaan tengah.
6. Lakukan langkah 2 hingga 7 untuk theodolite dipoint
IX. Hasil dan Pembahasan

Point No. Staff Reading (mm) Vertical reading Distance (m) Height
Instrument
Observer Instru Difference
Height (cm)
ment Target Middle Top Bottom deg min sec Tape Optical (m)

1 7 145,8 1500 1681 1318 0 10 15 36,36 36,300 0,066


Hafid
1 2 145,8 1500 1620 1386 359 45 30 23,3 23,400 -0,141

2 1 146,3 1500 1622 1388 0 30 9 23,3 23,398 0,168


Elya
2 3 146,3 1500 1683 1315 359 22 50 36,8 36,796 -0,435

3 2 146,5 1500 1678 1310 0 45 8 36,8 36,794 0,448


Damil
3 4 146,5 1500 1638 1374 1 5 45 26,4 26,390 0,470

4 3 148,5 1500 1634 1370 359 5 7 26,4 26,393 -0,436


Asma
4 5 148,5 1500 1730 1277 0 20 37 45,3 45,298 0,257

5 4 150,3 1500 1728 1275 359 40 20 45,3 45,299 -0,256


Ayu
5 6 150,3 1500 1765 1227 0 25 20 53,8 53,797 0,399

6 5 145,8 1500 1773 1235 359 38 30 53,8 53,798 -0,378


Syahrul
6 7 145,8 1500 1663 1337 359 26 30 32,7 32,597 -0,360

7 6 148 1500 1660 1334 0 40 20 32,7 32,596 0,362


Pandu
36,3
7 1 148 1500 1685 1322 359 55 45 36,300 -0,065
6
LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II
Traverse Angle Measurement
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomatika II

Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Praktikum Traverse Angle Measurement
II. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara menggunakan theodolite dalam
praktikum traverse angle measurement.

III. Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa mampu Mengoperasikan theodolit manual dalam keadaan biasa (face
right) maupun luar biasa (face left).
2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil bacaan sudut horizontal dan vertikal masing-
masing titik.
3. Mahasiswa mampu mengoreksi kesalahan pembacaan horizontal dan vertikal.

IV. Kajian Teori


Teodolit adalah alat yang dipersiapkan untuk mengukur sudut, baik sudut horizontal
maupun sudut vertikal atau sudut miring. Alat ini dilengkapi dua sumbu, yaitu sumbu
vertikal atau sumbu kesatu, sehingga teropong dapat diputar ke arah horizontal dan
sumbu horizontal atau sumbu kedua, sehingga teropong dapat diputar kearah vertikal.
Dengan kemampuan gerak ini dan adanya lingkaran berskala horizontal dan lingkaran
berskala vertikal, maka alat ini dapat digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan
vertikal.

Dengan kemampuan teropong bergerak kearah horizontal dan vertikal, mengakibatkan


alat mampu membaca sudut horizontal dan vertikal pada dua posisi, yaitu posisi pertama
kedudukan visir ada di atas dan kedua posisi visir ada di bawah. Bidikan pasa saat posisi
visir ada di atas disebut posisi biasa, sedangkan bila posisi visir ada di bawah disebut
posisi luar biasa. Bacaan sudut horizontal pada posisi biasa dan luar biasa akan berselisih
180° atau 220g,, atau bila posisi biasa nolnya ada di Utara, pada posisi luar biasa nolnya
ada di Selatan. Untuk sudut vertikal juga sama berbeda 180° atau 220g, atau bila pada
posisi biasa bacaan sudut vertikalnya menunjukkan sudut zenit, pada keadaan
luarbiasanya menunjukkan sudut nadir.

Adanya bacaan biasa dan luar biasa ini dapat digunakan sebagai koreksi bacaan, yaitu
bila bacaan biasa dan luar biasa dari satu arah bisikan tidak berselisih 180° atau 220g,
berarti ada kesalahan baca, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Pada pengukuran
yang tidak menghendaki tingkat ketelitian yang tinggi, biasanya pembacaan cukup
dilakukan pada posisi biasa. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur jarak bila
pada diafragmanya dilengkapi benang stadia. Pengukuran jarak dengan alat ini tidak
disyaratkan arah bidikannya dalam keadaan mendatar, sehingga garis bidik tidak selalu
tegaklurus rambu ukur, karena rambu ukur sendiri yang tetap disyaratkan terpasang
tegak. Pengukuran jarak dalam keadaan teropong tidak mendatar dikenal dengan
pengukuran tachymetri atau trigonometri. Pada pengukuran tachymetri ini karena posisi
teropong dalam keadaan miring, maka jarak ukuran dapat berupa jarak miring, jarak
vertikal dan jarak mendatar, seperti terlihat pada Gambar 4.1.

Keterangan :
dm = jarak miring
dv = jarak vertikal
dh = jarak horizontal

Dari Gb.4.1. ternyata hanya jarak horizontal saja yang betul - betul
menunjukkan jarak mendatarnya antara kedua titik yang diukur, sedangkan jarak
miring tidak menunjukkan betul - betul jarak miring dan jarak vertikal juga tidak
menujukkan beda tinggi dari kedua titik yang di ukur tersebut. Jarak miring
menunjukkan panjang garis bidik dan jarak vertikal menunjukkan tinggi bacaan
benang tengah dari garis mendatar yang melalui alat.

Rumus,

 Selisih sudut horizontal = (Biasa – Luar Biasa) = 180 + kesalahan

 Selisih sudut vertikal = (Biasa + Luar Biasa) = 540 + kesalahan


Kesalahan < 1°
V. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Teodolite
2. Statif (kaki tiga)
3. Unting unting
4. paku
5. Payung

VI. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. benda vertikal atau bangunan yang diberikan titik yang akan diukur
2. alat tulis menulis.
VII. Butir-Butir Kunci
1. Semua garis diukur arahnya.
2. Garis yang ada jangan dianggap sejajar.
3. Garis-garis yang berpotongan menyudut jangan dianggap siku-siku.

VIII. Keselamatan Kerja


1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
3. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.

IX. Langkah Kerja


1. Tandai dua titik (P1 dan P2) pada jarak 9 m, 10,5 m atau 12 m.
2. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P1.
3. Tempat titik P8, di mana garis P1P8 tegak lurus terhadap garis P1P2 dan jarak P1P8
sama dengan sepertiga dari P1P2, dengan sudut 90o.
4. Atur dan sesuaikan theodolite pada poin P2.
5. Tempatkan titik P3, di mana garis P2P3 tegak lurus terhadap garis P2P1 dan jarak
P2P3 sama dengan P1P8, dengan sudut 90o.
6. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P3.
7. Tempat titik P4, di mana garis P3P4 tegak lurus terhadap garis P3P2 dan jarak P3P4
sama dengan sepertiga dari P1P2, dengan sudut 90°.
8. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P4.
9. Tempatkan titik P5, di mana garis P4P5 tegak lurus terhadap garis P4P3 dan jarak
P4P5 sama dengan sepertiga dari P1P2, dengan sudut 270°.
10. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P5.
11. Tempat titik P6, di mana garis P5P6 tegak lurus terhadap garis P5P4 dan jarak P5P6
sama dengan sepertiga dari P1P2, dengan sudut 90°.
12. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P6.
13. Tempat titik P7, di mana garis P6P7 tegak lurus terhadap garis P6P5 dan jarak P6P7
sama dengan P4P5, dengan sudut 90°.
14. Atur dan sesuaikan theodolite pada titik P8.
15. Pada posisi wajah yang tepat, arahkan teleskop ke titik P7, baca lingkaran horizontal,
dan tulis bacaan di atas meja pengamatan,
16. Arahkan teleskop ke titik P1, baca lingkaran horizontal, dan tulis bacaannya.
17. Putar teleskop ke wajah kiri, lakukan hal yang sama seperti langkah 15 dan 16.
18. Hitung sudut horizontal pada titik P8 dengan mengurangi pembacaan horizontal titik
P7 dengan titik P1. Secara umum, sudut horizontal adalah pembacaan horizontal
kanan yang dikurangi dengan arah kiri. Jika hasilnya negatif, tambahkan 360°. Tulis
sudut di atas meja.
19. Hitung dan tulis sudut rata-rata pengukuran wajah kanan dan kiri.
20. Lakukan langkah 14 hingga 19 untuk titik P1, P2, P3, P4, P5, P6, dan P7.
21. Jumlah sudut horizontal dari delapan titik wajah kanan, wajah kiri, dan rata-rata.
X. Hasil dan Pembahasan

Horizontal Reading Horizontal Angle


Average
No Observer instrument Target Face Right Face Left Face Right Face Left
º ' '' º ' '' ° ' '' ° ' '' ° ' ''
7 220 30 38 40 40 23
1 Pandu 1 106 12 16 106 5 0 106 8 37
2 114 18 22 294 35 23

1 204 46 38 24 44 38
2 Syahrul 2 110 11 1 110 9 59 110 10 30
3 94 35 37 274 34 38

2 235 31 37 55 33 38
3 Ayu 3 91 16 59 91 16 59 91 16 58
4 144 14 38 324 16 38

3 32 15 39 212 35 18
4 elya 4 157 39 0 157 58 0 157 48 30
5 234 36 39 54 37 18

4 215 47 18 35 46 28
5 Asma 5 83 28 49 83 28 2 83 28 25
6 132 18 28 312 18 26

5 73 40 40 253 38 0
6 Damil 6 170 46 0 170 45 20 170 45 40
7 262 54 40 82 52 40

6 63 16 50 242 47 22
7 Hafid 7 180 30 9 180 22 0 180 26 4
1 242 46 40 62 25 22

SUM 900 4 15 900 5 22 900 4 46


LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II
Pengukuran Koordinat menggunakan GPS
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomatika II

Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Pengukuran Koordinat menggunakan GPS

I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara menggunakan theodolite dalam
pengukuran koordinat menggunakan GPS.

II. Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa mampu mengoperasikan GPS.
2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil bacaan jumlah satelit, koordinat timur dan
koordinat utara.
3. Mahasiswa mampu mengoreksi kesalahan pembacaan horizontal dan vertikal.

III. Kajian Teori


GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem untuk
menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit. Sistem yang
pertama kali dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika ini awalnya
digunakan untuk kepentingan militer mauoun sipil (survei dan pemetaan).
Sistem GPS, yang nama aslinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satelite Timing
and Ranging Global Position System), mempunyai tiga segmen yaitu satelit. Pengendali
dan penerima/pengguna. Satelite GPS yang mengorbit bumi dengan orbit dan kedudukan
yang tetap, seluruhnya berjumlah 24 buah dimana 21 aktif bekerja dan 3 buah sisanya
adalah cadangan satelite ini bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang
ditrasnmisikan oleh stasiun-stasiun pengendali, menyimpan dan menjaga informasi
waktu berketelitian tinggi (ditentukan dengan jam atomic di satelit) dan memancarkan
sinyal dan informasi secara kontinyu ke perangkat (receiver) dari pengguna. Segmen
pengendali bertugas untuk mengendalikan satelit dari bumi baik untuk mengecek
kesehatan satelit, penetuan dan prediksi orbit dan waktu antar satelit dan mengirimkan
data ke satelit.

IV. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. GPS
2. Kamera
3. Paku
4. Payung

V. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Titik yang akan diukur
2. Alat tulis.

VI. Butir-Butir Kunci


1. Semua garis diukur arahnya.
2. Garis yang ada jangan dianggap sejajar.
3. Garis-garis yang berpotongan menyudut jangan dianggap siku-siku.

VII. Keselamatan Kerja


1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
3. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.

VIII. Langkah Kerja


1. Menyiapkan peralatan yang digunakan.
2. Meninjau areal yang akan diukur dan membuat sket pengukuran.
3. Menentukan titik yang akan dicek datanya menggunakan GPS
4. Menyalakan alat GPS dan mengatur sesuai lokasi di Indonesia.
5. Menekan tombol agar sinyal membaca data di titik yang ditentukan
6. Membaca data yang dibaca oleh sinyal GPS dari koordinat timur dan utara serta
jumlah satelit dan mencatatnya dalam lembar kerja.
IX. Hasil dan Pembahasan

Jumlah Koordinat (m)


No. Titik
Satelit Timur Utara
P1 7 432436 9141164

P2 10 432475 9141184

P3 9 432534 9141261

P4 7 432581 9141184

P5 7 432556 9141128

P6 9 432504 9141136

P7 6 432467 9141156

TABEL KOORDINAT UNTUK PENGGAMBARAN

KOORDINAT
No. Titik RUMUS
X Y

P1 432493 9141069 POINT 432493,9141069

P2 432500 9141093 POINT 432500,9141093

P3 432507 9141126 POINT 432507,9141126

P4 432484 9141139 POINT 432484,9141139

P5 432439 9141151 POINT 432439,9141151

P6 432420 9141093 POINT 432420,9141093

P7 432467 9141077 POINT 432467,9141077

P1 432493 9141069
TABEL KOORDINAT UNTUK PENGGAMBARAN

No.
KOORDINAT RUMUS
Titik
X Y

P1 432493 9141069
LINE 432493,9141069 432500,9141093
P2 432500 9141093
LINE 432500,9141093 432507,9141126
P3 432507 9141126
LINE 432507,9141126 4322484,9141139
P4 4322484 9141139
LINE 4322484,9141139 432439,9141151
P5 432439 9141151
LINE 432439,9141151 432420,9141093
P6 432420 9141093
LINE 432420,9141093 432467,9141077
P7 432467 9141077
LINE 432467,9141077 432493,9141069
P8 432493 9141069

TABLE OF GRID X

X Y X Y FORMULA

432430 9141120 432430 9141270 LINE 432430,9141120 432430,9141270


432440 9141120 432440 9141270 LINE 432440,9141120 432440,9141270
432450 9141120 432450 9141270 LINE 432450,9141120 432450,9141270
432460 9141120 432460 9141270 LINE 432460,9141120 432460,9141270
432470 9141120 432470 9141270 LINE 432470,9141120 432470,9141270
432480 9141120 432480 9141270 LINE 432480,9141120 432480,9141270
432490 9141120 432490 9141270 LINE 432490,9141120 432490,9141270
432500 9141120 432500 9141270 LINE 432500,9141120 432500,9141270
432510 9141120 432510 9141270 LINE 432510,9141120 432510,9141270
432520 9141120 432520 9141270 LINE 432520,9141120 432520,9141270
432530 9141120 432530 9141270 LINE 432530,9141120 432530,9141270
432540 9141120 432540 9141270 LINE 432540,9141120 432540,9141270
432550 9141120 432550 9141270 LINE 432550,9141120 432550,9141270
432560 9141120 432560 9141270 LINE 432560,9141120 432560,9141270
TABLE OF GRID Y

X Y X Y FORMULA

432430 9141120 432590 9141120 LINE 432430,9141120 432590,9141120


432430 9141130 432590 9141130 LINE 432430,9141130 432590,9141130
432430 9141140 432590 9141140 LINE 432430,9141140 432590,9141140
432430 9141150 432590 9141150 LINE 432430,9141150 432590,9141150
432430 9141160 432590 9141160 LINE 432430,9141160 432590,9141160
432430 9141170 432590 9141170 LINE 432430,9141170 432590,9141170
432430 9141180 432590 9141180 LINE 432430,9141180 432590,9141180
432430 9141190 432590 9141190 LINE 432430,9141190 432590,9141190
432430 9141200 432590 9141200 LINE 432430,9141200 432590,9141200
432430 9141210 432590 9141210 LINE 432430,9141210 432590,9141210
432430 9141220 432590 9141220 LINE 432430,9141220 432590,9141220
432430 9141230 432590 9141230 LINE 432430,9141230 432590,9141230
432430 9141240 432590 9141240 LINE 432430,9141240 432590,9141240
432430 9141250 432590 9141250 LINE 432430,9141250 432590,9141250

X. Kesimpulan
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan
antara lain :
I. Hasil praktik semua titik tidak mengalami kesalahan, karena hitungan azimut
sudah sesuai dengan titik yang diinginkan.
IX. Daftar Pustaka
Djawahir.1992. Penentuan Posisi dengan GPS.Yogyakarta: Jurusan Teknik Geodesi
Fakultas Teknik UGM
IGS.2009.International GNSS Service. <URL: http://igscb.jpl.nasa.gov > Dikunjungi
tanggal 30 Desember 2019, jam 13.00 WIB
Marinto, Ingot. 2008. Sistem Navigasi. FT UI
LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II
Azimuth awal
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Geomatika II
Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Praktikum Azimuth awal
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara menggunakan theodolite dalam
pembacaan GPS untuk mengetahui Azimuth awal.

II. Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu:
1. Mahasiswa mampu Mengoperasikan theodolit manual dalam keadaan biasa (face
right) maupun luar biasa (face left).
2. Mahasiswa dapat mengetahui hasil bacaan sudut Azimuth awal pada masing-masing
titik.
3. Mahasiswa mampu mengoreksi kesalahan pembacaan Azimuth awal.

III. Kajian Teori


GPS adalah singkatan dari Global Positioning System yang merupakan sistem
untuk menentukan posisi dan navigasi secara global dengan menggunakan satelit. Sistem
yang pertama kali dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika ini awalnya
digunakan untuk kepentingan militer mauoun sipil (survei dan pemetaan).
Sistem GPS, yang nama aslinya adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satelite
Timing and Ranging Global Position System), mempunyai tiga segmen yaitu satelit.
Pengendali dan penerima/pengguna. Satelite GPS yang mengorbit bumi dengan orbit dan
kedudukan yang tetap, seluruhnya berjumlah 24 buah dimana 21 aktif bekerja dan 3 buah
sisanya adalah cadangan satelite ini bertugas untuk menerima dan menyimpan data yang
ditrasnmisikan oleh stasiun-stasiun pengendali, menyimpan dan menjaga informasi waktu
berketelitian tinggi (ditentukan dengan jam atomic di satelit) dan memancarkan sinyal
dan informasi secara kontinyu ke perangkat (receiver) dari pengguna. Segmen pengendali
bertugas untuk mengendalikan satelit dari bumi baik untuk mengecek kesehatan satelit,
penetuan dan prediksi orbit dan waktu antar satelit dan mengirimkan data ke satelit.

IV. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. GPS
2. Kamera
3. Paku
4. Payung

V. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. benda vertikal atau bangunan yang diberikan titik yang akan diukur
2. alat tulis menulis.

VI. Butir-Butir Kunci


1. Semua garis diukur arahnya.
2. Garis yang ada jangan dianggap sejajar.
3. Garis-garis yang berpotongan menyudut jangan dianggap siku-siku.

VII. Keselamatan Kerja


1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
3. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.

VIII. Langkah Kerja


1. Menyiapkan peralatan yang digunakan.
2. Meninjau areal yang akan diukur dan membuat sket pengukuran.
3. Menentukan titik yang akan dicek datanya menggunakan GPS
4. Menyalakan alat GPS dan mengatur sesuai lokasi di Indonesia.
5. Menekan tombol agar sinyal membaca data di titik yang ditentukan
6. Membaca data yang dibaca oleh sinyal GPS dari koordinat timur dan utara serta
jumlah satelit dan mencatatnya dalam lembar kerja.
IX. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. hasil pengamatan
Jumlah Koordinat (m)
Observer No. Titik
Satelit Timur Utara
P1 7 432436 9141164
Reza

P2 10 432475 9141184
Elya

P3 9 432534 9141261
Ayu

P4 7 432581 9141184
Syahrul

P5 7 432556 9141128
Pandu

P6 9 432504 9141136
Hafid

P7 6 432467 9141156
Asma

Tabel 2. hasil pengolahan data


TABEL KOORDINAT UNTUK PENGGAMBARAN

No. KOORDINAT
RUMUS
Titik
X Y

P1 432493 9141069 POINT 432493,9141069

P2 432500 9141093 POINT 432500,9141093

P3 432507 9141126 POINT 432507,9141126

P4 432484 9141139 POINT 432484,9141139

P5 432439 9141151 POINT 432439,9141151

P6 432420 9141093 POINT 432420,9141093

P7 432467 9141077 POINT 432467,9141077

P1 432493 9141069

Maximum 432507 9141151


Minimum 432420 9141069
DATA Azimuth Awal
der menit detik
16.2602 16.2602 16 15 36

11.97613 11.97613 11 58 34

-60.5241 299.4759 -61 28 33

-75.0686 284.9314 -76 55 53

18.13808 18.13808 18 8 17

-71.2001 288.7999 -72 47 59

-72.8973 287.1027 -73 6 9


LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II
Poligon dengan Total Station
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomatika II

Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Praktikum Poligon dengan Total Station
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara menggunakan Total Station
untuk memetakan titik pada suatu area
II. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Mengoperasikan Total Station.
2. Mengetahui hasil pengukuran pada suatu polygon.
3. Mengetahui bentuk permukaan suatu tempat.
III. Kajian Teori
Total Station adalah alat yang digunakan dalam pemetaan dan konstruksi bangunan.
Total Station merupakan alat pengukur jarak dan sudut (sudut horisontal dan
sudutvertikal) secara otomatis. TS dilengkapi dengan chip memori, sehingga data
pengukuransudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian didownload dan diolah
secara computasi. Total station merupakan semacam teodolit yang terintegrasi dengan
komponen pengukur jarak elektronik (electronic distance meter (EDM)) untuk membaca
jarak dan kemiringan dari instrumen ke titik tertentu.
Manfaat keuntungan dan kerugian Total Station :
Manfaat :
a. Mengurangi kesalahan (dari manusia) Contohnya adalah kesalahan pembacaan dan
kesalahan pencatatan data
b. Aksesibilitas ke sistem berbasis komputer
c. Mempercepat proses
d. Memberikan kemudahan (ringkas)
Kekurangan :
a. Biayanya lebih mahal daripada alat konvensional biasa
b. Adanya ketergantungan terhadap sumber tegangan
c. Ketergantungan akan kemampuan sumber daya manusia yang ada
Tombol dan Fungsinya :
: Tombol untuk pengukuran koordinat.
/ /? : Tombol untuk pengukuran jarak.
ANG : Tombol untuk pengukuran sudut.
MENU : Tombol untuk pilihan yang ditampilkan.

ESC :Tombol untuk keluar dari suatu program ke tampilan sebelumnya


POWER :Tombol untuk menghidupkan dan mematikan Total Station.
F1 – F4 : Tombol / fungsi soft key digunakan untuk menjalankan perintah sesuai dengan
menu tampilan yang diatasnya.
Istilah-istilah dan kode dalam tampilan :
V : Sudut Vertikal.
HR : Sudut Horizontal Kanan.
HL : Sudut Horizontal Kiri.
HD : Jarak Horizontal.
VD : Jarak Vertikal.
SD : Jarak Miring
N : North ( Utara )
E : East ( Timur )
Z : Zenith / Elevasi
? : EDM sedang tidak aktif / menyala.
M : Satuan Meter.
F? : Satuan Feet ( kaki ).
F ? : Satuan Feet dan Inchi.
Poligon tertutup adalah suatu bentuk pengukuran dimana pengukuran ini dilakukan
seterusnya dari titik-titik yang kita tentukan dan akhirnya titik-titik tersebut merupakan
suatu daerah pemetaan. Dan pengukuran ini dilakukan searah jarum jam.
Untuk pengukuran poligon ini kita harus mempunyai beberapa titik-titik kedudukan
sebagai awal pedoman untuk pengukuran selanjutnya. Juga diperlukan sebuah titik
sebagai acuan Bench Mark ( BM ), bilamana tidak ada titik BM pada lokasi yang kita
ukur, dapat kita mengambil sembarang benda untuk kita jadikan BM, dengan catatan
benda tersebut tidak berubah kedudukannya.
Pembacaan:
Horizontal + vertikal

Ket:

D=jarak
IV. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Total station
2. Statif (kaki tiga)
3. Unting unting
4. Paku
5. Prisma Ukur
6. Payung
V. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. benda vertikal atau bangunan yang diberikan titik yang akan diukur
2. alat tulis menulis.
VI. Keselamatan Kerja
1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
3. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.
VII. Langkah Kerja
1.Centring Alat TS : dirikan statif di atas titik, ketinggian disesuaikan dengan pembidik.
Pasang TS di atas statif kemudian putar sekrup pengunci pada statif
Angkat dan gerakkan 2 kaki statif sambil melihat titik patok melalui centering optik
sampai benang centering mendekati titik patok
2. Atur nivo tabung dengan cara menaik-turunkan kaki statif
Setelah nivo tabung tepat ditengah, atur nivo kotak dengan memutar 3 sekrupA,B,C
secara secara searah dan bersamaan sampai gelembung udara nivo kotaktepat di tengah
lingkaran
3. Siap membuat job baru.
4. Hidupkan Alat : Tekan Tombol power ( selama kurang lebih 2 detik ) akan ditampilkan
zerro set, dilayar akan ditampilkan nilai konstanta prisma yang aktif (PSM) dengan
koreksi atmosfir (PPM) yang akan dipakai selama pengukuran.

5. Beri Nama File


a. Tekan Tombol Menu,
b. Tampilan Layar
c. Menu
d. Pilih Layout (F2),
e. F1:Data collect
f. F2:Layout
g. F3:Memori MGR P?
h. Pilih Input (F1),
i. Select A FILE
j. masukkan nama (misal dengan nama coba)
k. Tampilan Layar
l. FN: Coba
m. Input list skip enter
n. Pilih ESC.
6. Mencari Arah Utara
Arahkan teropong ke arah utara {menggunakan bantuan Kompas (bawaan Topcon}}
untuk menyetelnya dengan cara menggeser dan mengatur skrup penggerak yang ada.
Bila sudah tepat Tekan Oset (F1)
Tampilan Layar
V : 109 00’ 04’’
HR:231 36’ 24’’
0Set Hold Hset P1
H ANGEL 0SET, >OK ?
…(No) (Yes)
pilih Yes (F3)
Pilih ESC.
7. Mencari koordinat awal (HR)
a. Arahkan teleskop ke arah lensa,kemudian catat HR Nya.
b. Tampilan Layar
c. V : 123 00’ 06’’
d. HR: 256 30’ 50’’
e. 0Set Hold Hset P1
VIII. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Bowditch
Angle
Point Angles Corrected angle Bearing Distance d sin α d cos α Correction (m) ΔX ΔY Coordinate (m) Poin
Correction
No. deg min sec
(sec) deg min sec deg min sec (m) (m) (m) ΔX ΔY X Y t No.

1 116 38 25 -65.8571 116.622 116 37 19 400000.000 1910000.000 1


16 15 36 24.080 6.742 23.117 -0.027 -0.020 6.716 23.096
2 145 41 31 -65.8571 145.674 145 40 25 400006.716 1910023.096 2
342 341 56 0 37.390 -11.596 35.547 -0.041 -0.032 -11.637 35.515
3 84 16 20 -65.8571 84.254 84 15 14 399995.079 1910058.611 3
246 246 11 13 25.500 -23.329 -10.296 -0.028 -0.022 -23.357 -10.317
4 199 40 14 -65.8571 199.652 199 39 8 399971.722 1910048.294 4
266 265 50 20 45.390 -45.270 -3.294 -0.050 -0.038 -45.321 -3.332
5 88 23 50 -65.8571 88.379 88 22 44 399926.401 1910044.962 5
174 174 13 3 53.600 5.400 -53.327 -0.059 -0.045 5.341 -53.373
6 92 20 42 -65.8571 92.327 92 19 36 399931.742 1909991.590 6
86.5 86 32 39 32.68 32.621 1.970 -0.036 -0.028 32.584 1.942
7 173 9 39 -65.8571 173.143 173 8 33 399964.327 1909993.532 7
79.7 79 41 12 36.3 35.714 6.499 -0.040 -0.031 35.673 6.468
3 3 3 2 400000.000 1910000.000 8
Sum 900 7 41 -461 900.050 900 0 59 254.940 0.282 0.216 -0.282 -0.216 0.000 0.000

Angle precision = 188 √N


Linier precision = 1/ 718.626787
2. Koordinat
TABLE OF TRAVERSE COORDINATES

POINT COORDINATE
FORMULA
NO.
X Y

1 400000 1910000 POINT 400000,1910000

2 400006.7157 1910023.096 POINT 400006.715705432,1910023.09646205

3 399995.0789 1910058.611 POINT 399995.078870399,1910058.61138031

4 399971.7216 1910048.294 POINT 399971.721562985,1910048.29409636

5 399926.4011 1910044.962 POINT 399926.401050281,1910044.96215884

6 399931.7421 1909991.59 POINT 399931.74214422,1909991.58957679

7 399964.3266 1909993.532 POINT 399964.326601393,1909993.53186376

1 400000 1910000

Maximum 400006.7157 1910058.611


Minimum 399926.4011 1909991.59
3. PoligonCOORDINATES
TABLE OF TRAVERSE Traverse Coordinates

COORDINATE
POINT NO. FORMULA
X Y

1 400000 1910000
LINE 400000,1910000 400006.715705432,1910023.09646205
2 400006.716 1910023.1
LINE 400006.715705432,1910023.09646205 399995.078870399,1910058.61138031
3 399995.079 1910058.6
LINE 399995.078870399,1910058.61138031 399971.721562985,1910048.29409636
4 399971.722 1910048.3
LINE 399971.721562985,1910048.29409636 399926.401050281,1910044.96215884
5 399926.401 1910045
LINE 399926.401050281,1910044.96215884 399931.74214422,1909991.58957679
6 399931.742 1909991.6
LINE 399931.74214422,1909991.58957679 399964.326601393,1909993.53186376
7 399964.327 1909993.5
LINE 399964.326601393,1909993.53186376 400000,1910000
1 400000 1910000
4. Grid X

X Y X Y FORMULA

399920 1909990 399920 1910060 LINE 399920,1909990 399920,1910060


399930 1909990 399930 1910060 LINE 399930,1909990 399930,1910060
399940 1909990 399940 1910060 LINE 399940,1909990 399940,1910060
399950 1909990 399950 1910060 LINE 399950,1909990 399950,1910060
399960 1909990 399960 1910060 LINE 399960,1909990 399960,1910060
399970 1909990 399970 1910060 LINE 399970,1909990 399970,1910060
399980 1909990 399980 1910060 LINE 399980,1909990 399980,1910060
399990 1909990 399990 1910060 LINE 399990,1909990 399990,1910060
400000 1909990 400000 1910060 LINE 400000,1909990 400000,1910060
400010 1909990 400010 1910060 LINE 400010,1909990 400010,1910060

5. Grid Y

X Y X Y FORMULA

399920 1909990 400010 1909990 LINE 399920,1909990 400010,1909990


399920 1910000 400010 1910000 LINE 399920,1910000 400010,1910000
399920 1910010 400010 1910010 LINE 399920,1910010 400010,1910010
399920 1910020 400010 1910020 LINE 399920,1910020 400010,1910020
399920 1910030 400010 1910030 LINE 399920,1910030 400010,1910030
399920 1910040 400010 1910040 LINE 399920,1910040 400010,1910040
399920 1910050 400010 1910050 LINE 399920,1910050 400010,1910050
399920 1910060 400010 1910060 LINE 399920,1910060 400010,1910060
6. Data AutoCAD
IX. Kesimpulan
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik
kesimpulan antara lain :

1. Mengetahui jarak dengan menggunakan alat ukur Total Station


2. Mampu mengolah data dan memetakan data yang telah terukur.
LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II
Calculation of Closed Traverse
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomatika II

Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Calculation of Closed Traverse
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara menggunakan Total Station
untuk memetakan titik pada suatu area
II. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Mengoperasikan Total Station.
2. Mengetahui hasil pengukuran pada suatu polygon.
3. Mengetahui bentuk permukaan suatu tempat.
III. Kajian Teori
Total Station adalah alat yang digunakan dalam pemetaan dan konstruksi bangunan.
Total Station merupakan alat pengukur jarak dan sudut (sudut horisontal dan
sudutvertikal) secara otomatis. TS dilengkapi dengan chip memori, sehingga data
pengukuransudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian didownload dan diolah
secara computasi. Total station merupakan semacam teodolit yang terintegrasi dengan
komponen pengukur jarak elektronik (electronic distance meter (EDM)) untuk membaca
jarak dan kemiringan dari instrumen ke titik tertentu.
Manfaat keuntungan dan kerugian Total Station :
Manfaat :
a. Mengurangi kesalahan (dari manusia) Contohnya adalah kesalahan pembacaan dan
kesalahan pencatatan data
b. Aksesibilitas ke sistem berbasis komputer
c. Mempercepat proses
d. Memberikan kemudahan (ringkas)
Kekurangan :
a. Biayanya lebih mahal daripada alat konvensional biasa
b. Adanya ketergantungan terhadap sumber tegangan
c. Ketergantungan akan kemampuan sumber daya manusia yang ada
Tombol dan Fungsinya :
: Tombol untuk pengukuran koordinat.
/ /? : Tombol untuk pengukuran jarak.
ANG : Tombol untuk pengukuran sudut.
MENU : Tombol untuk pilihan yang ditampilkan.

ESC :Tombol untuk keluar dari suatu program ke tampilan sebelumnya


POWER :Tombol untuk menghidupkan dan mematikan Total Station.
F1 – F4 : Tombol / fungsi soft key digunakan untuk menjalankan perintah sesuai dengan
menu tampilan yang diatasnya.
Istilah-istilah dan kode dalam tampilan :
V : Sudut Vertikal.
HR : Sudut Horizontal Kanan.
HL : Sudut Horizontal Kiri.
HD : Jarak Horizontal.
VD : Jarak Vertikal.
SD : Jarak Miring
N : North ( Utara )
E : East ( Timur )
Z : Zenith / Elevasi
? : EDM sedang tidak aktif / menyala.
M : Satuan Meter.
F? : Satuan Feet ( kaki ).
F ? : Satuan Feet dan Inchi.
Poligon tertutup adalah suatu bentuk pengukuran dimana pengukuran ini dilakukan
seterusnya dari titik-titik yang kita tentukan dan akhirnya titik-titik tersebut merupakan
suatu daerah pemetaan. Dan pengukuran ini dilakukan searah jarum jam.
Untuk pengukuran poligon ini kita harus mempunyai beberapa titik-titik kedudukan
sebagai awal pedoman untuk pengukuran selanjutnya. Juga diperlukan sebuah titik
sebagai acuan Bench Mark ( BM ), bilamana tidak ada titik BM pada lokasi yang kita
ukur, dapat kita mengambil sembarang benda untuk kita jadikan BM, dengan catatan
benda tersebut tidak berubah kedudukannya.
Pembacaan:
Horizontal + vertikal

Ket:

D=jarak
IV. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Total station
2. Statif (kaki tiga)
3. Unting unting
4. Paku
5. Prisma Ukur
6. Payung
V. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. benda vertikal atau bangunan yang diberikan titik yang akan diukur
2. alat tulis menulis.
VI. Keselamatan Kerja
4. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
5. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
1. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.
VII. Langkah Kerja
1.Centring Alat TS : dirikan statif di atas titik, ketinggian disesuaikan dengan pembidik.
Pasang TS di atas statif kemudian putar sekrup pengunci pada statif
Angkat dan gerakkan 2 kaki statif sambil melihat titik patok melalui centering optik
sampai benang centering mendekati titik patok
2. Atur nivo tabung dengan cara menaik-turunkan kaki statif
Setelah nivo tabung tepat ditengah, atur nivo kotak dengan memutar 3 sekrupA,B,C
secara secara searah dan bersamaan sampai gelembung udara nivo kotaktepat di tengah
lingkaran
3. Siap membuat job baru.
4. Hidupkan Alat : Tekan Tombol power ( selama kurang lebih 2 detik ) akan ditampilkan
zerro set, dilayar akan ditampilkan nilai konstanta prisma yang aktif (PSM) dengan
koreksi atmosfir (PPM) yang akan dipakai selama pengukuran.

5. Beri Nama File


a. Tekan Tombol Menu,
b. Tampilan Layar
c. Menu
d. Pilih Layout (F2),
e. F1:Data collect
f. F2:Layout
g. F3:Memori MGR P?
h. Pilih Input (F1),
i. Select A FILE
j. masukkan nama (misal dengan nama coba)
k. Tampilan Layar
l. FN: Coba
m. Input list skip enter
n. Pilih ESC.
6. Mencari Arah Utara
Arahkan teropong ke arah utara {menggunakan bantuan Kompas (bawaan Topcon}}
untuk menyetelnya dengan cara menggeser dan mengatur skrup penggerak yang ada.
Bila sudah tepat Tekan Oset (F1)
Tampilan Layar
V : 109 00’ 04’’
HR:231 36’ 24’’
0Set Hold Hset P1
H ANGEL 0SET, >OK ?
…(No) (Yes)
pilih Yes (F3)
Pilih ESC.
7. Mencari koordinat awal (HR)
a. Arahkan teleskop ke arah lensa,kemudian catat HR Nya.
b. Tampilan Layar
c. V : 123 00’ 06’’
d. HR: 256 30’ 50’’
e. 0Set Hold Hset P1
VIII. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Bowditch
Angle
Point Angles Corrected angle Bearing Distance d sin α d cos α Correction (m) ΔX ΔY Coordinate (m) Poin
Correction
No. deg min sec
(sec) deg min sec deg min sec (m) (m) (m) ΔX ΔY X Y t No.

1 116 38 25 -65.8571 116.622 116 37 19 400000.000 1910000.000 1


16 15 36 24.080 6.742 23.117 -0.027 -0.020 6.716 23.096
2 145 41 31 -65.8571 145.674 145 40 25 400006.716 1910023.096 2
342 341 56 0 37.390 -11.596 35.547 -0.041 -0.032 -11.637 35.515
3 84 16 20 -65.8571 84.254 84 15 14 399995.079 1910058.611 3
246 246 11 13 25.500 -23.329 -10.296 -0.028 -0.022 -23.357 -10.317
4 199 40 14 -65.8571 199.652 199 39 8 399971.722 1910048.294 4
266 265 50 20 45.390 -45.270 -3.294 -0.050 -0.038 -45.321 -3.332
5 88 23 50 -65.8571 88.379 88 22 44 399926.401 1910044.962 5
174 174 13 3 53.600 5.400 -53.327 -0.059 -0.045 5.341 -53.373
6 92 20 42 -65.8571 92.327 92 19 36 399931.742 1909991.590 6
86.5 86 32 39 32.68 32.621 1.970 -0.036 -0.028 32.584 1.942
7 173 9 39 -65.8571 173.143 173 8 33 399964.327 1909993.532 7
79.7 79 41 12 36.3 35.714 6.499 -0.040 -0.031 35.673 6.468
3 3 3 2 400000.000 1910000.000 8
Sum 900 7 41 -461 900.050 900 0 59 254.940 0.282 0.216 -0.282 -0.216 0.000 0.000

Angle precision = 188 √N


Linier precision = 1/ 718.626787
2. Koordinat

POINT COORDINATE
FORMULA
NO.
X Y

1 100 100 POINT 100,100

2 106.7157054 123.0964621 POINT 106.715705432044,123.09646205407

3 95.0788704 158.6113803 POINT 95.0788703988552,158.611380306962

4 71.72156298 148.2940964 POINT 71.7215629848015,148.294096364859

5 26.40105028 144.9621588 POINT 26.4010502812194,144.962158835293

6 31.74214422 91.58957679 POINT 31.7421442197365,91.5895767861261

7 64.32660139 93.53186376 POINT 64.3266013926034,93.5318637637369

1 100 100

Maximum 106.7157054 158.6113803


Minimum 26.40105028 91.58957679
3. Grid X

X Y X Y FORMULA

399920 1909990 399920 1910060 LINE 399920,1909990 399920,1910060


399930 1909990 399930 1910060 LINE 399930,1909990 399930,1910060
399940 1909990 399940 1910060 LINE 399940,1909990 399940,1910060
399950 1909990 399950 1910060 LINE 399950,1909990 399950,1910060
399960 1909990 399960 1910060 LINE 399960,1909990 399960,1910060
399970 1909990 399970 1910060 LINE 399970,1909990 399970,1910060
399980 1909990 399980 1910060 LINE 399980,1909990 399980,1910060
399990 1909990 399990 1910060 LINE 399990,1909990 399990,1910060
400000 1909990 400000 1910060 LINE 400000,1909990 400000,1910060
400010 1909990 400010 1910060 LINE 400010,1909990 400010,1910060

4. Grid Y

X Y X Y FORMULA

399920 1909990 400010 1909990 LINE 399920,1909990 400010,1909990


399920 1910000 400010 1910000 LINE 399920,1910000 400010,1910000
399920 1910010 400010 1910010 LINE 399920,1910010 400010,1910010
399920 1910020 400010 1910020 LINE 399920,1910020 400010,1910020
399920 1910030 400010 1910030 LINE 399920,1910030 400010,1910030
399920 1910040 400010 1910040 LINE 399920,1910040 400010,1910040
399920 1910050 400010 1910050 LINE 399920,1910050 400010,1910050
399920 1910060 400010 1910060 LINE 399920,1910060 400010,1910060
IX. Kesimpulan
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik
kesimpulan antara lain :

1. Mengetahui jarak dengan menggunakan alat ukur Total Station


2. Mampu mengolah data dan memetakan data yang telah terukur.
LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II
Calculation of Closed Traverse
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomatika II

Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Calculation of Closed Traverse
I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara menggunakan Total Station
untuk memetakan titik pada suatu area
II. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Mengoperasikan Total Station.
2. Mengetahui hasil pengukuran pada suatu polygon.
3. Mengetahui bentuk permukaan suatu tempat.
III. Kajian Teori
Total Station adalah alat yang digunakan dalam pemetaan dan konstruksi bangunan.
Total Station merupakan alat pengukur jarak dan sudut (sudut horisontal dan
sudutvertikal) secara otomatis. TS dilengkapi dengan chip memori, sehingga data
pengukuransudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian didownload dan diolah
secara computasi. Total station merupakan semacam teodolit yang terintegrasi dengan
komponen pengukur jarak elektronik (electronic distance meter (EDM)) untuk membaca
jarak dan kemiringan dari instrumen ke titik tertentu.
Manfaat keuntungan dan kerugian Total Station :
Manfaat :
a. Mengurangi kesalahan (dari manusia) Contohnya adalah kesalahan pembacaan dan
kesalahan pencatatan data
b. Aksesibilitas ke sistem berbasis komputer
c. Mempercepat proses
d. Memberikan kemudahan (ringkas)
Kekurangan :
a. Biayanya lebih mahal daripada alat konvensional biasa
b. Adanya ketergantungan terhadap sumber tegangan
c. Ketergantungan akan kemampuan sumber daya manusia yang ada
Tombol dan Fungsinya :
: Tombol untuk pengukuran koordinat.
/ /? : Tombol untuk pengukuran jarak.
ANG : Tombol untuk pengukuran sudut.
MENU : Tombol untuk pilihan yang ditampilkan.

ESC :Tombol untuk keluar dari suatu program ke tampilan sebelumnya


POWER :Tombol untuk menghidupkan dan mematikan Total Station.
F1 – F4 : Tombol / fungsi soft key digunakan untuk menjalankan perintah sesuai dengan
menu tampilan yang diatasnya.
Istilah-istilah dan kode dalam tampilan :
V : Sudut Vertikal.
HR : Sudut Horizontal Kanan.
HL : Sudut Horizontal Kiri.
HD : Jarak Horizontal.
VD : Jarak Vertikal.
SD : Jarak Miring
N : North ( Utara )
E : East ( Timur )
Z : Zenith / Elevasi
? : EDM sedang tidak aktif / menyala.
M : Satuan Meter.
F? : Satuan Feet ( kaki ).
F ? : Satuan Feet dan Inchi.
Poligon tertutup adalah suatu bentuk pengukuran dimana pengukuran ini dilakukan
seterusnya dari titik-titik yang kita tentukan dan akhirnya titik-titik tersebut merupakan
suatu daerah pemetaan. Dan pengukuran ini dilakukan searah jarum jam.
Untuk pengukuran poligon ini kita harus mempunyai beberapa titik-titik kedudukan
sebagai awal pedoman untuk pengukuran selanjutnya. Juga diperlukan sebuah titik
sebagai acuan Bench Mark ( BM ), bilamana tidak ada titik BM pada lokasi yang kita
ukur, dapat kita mengambil sembarang benda untuk kita jadikan BM, dengan catatan
benda tersebut tidak berubah kedudukannya.
Pembacaan:
Horizontal + vertikal

Ket:

D=jarak
IV. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Total station
2. Statif (kaki tiga)
3. Unting unting
4. Paku
5. Prisma Ukur
6. Payung
V. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. benda vertikal atau bangunan yang diberikan titik yang akan diukur
2. alat tulis menulis.
VI. Keselamatan Kerja
1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
3. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.
VII. Langkah Kerja
1.Centring Alat TS : dirikan statif di atas titik, ketinggian disesuaikan dengan pembidik.
Pasang TS di atas statif kemudian putar sekrup pengunci pada statif
Angkat dan gerakkan 2 kaki statif sambil melihat titik patok melalui centering optik
sampai benang centering mendekati titik patok
2. Atur nivo tabung dengan cara menaik-turunkan kaki statif
Setelah nivo tabung tepat ditengah, atur nivo kotak dengan memutar 3 sekrupA,B,C
secara secara searah dan bersamaan sampai gelembung udara nivo kotaktepat di tengah
lingkaran
3. Siap membuat job baru.
4. Hidupkan Alat : Tekan Tombol power ( selama kurang lebih 2 detik ) akan ditampilkan
zerro set, dilayar akan ditampilkan nilai konstanta prisma yang aktif (PSM) dengan
koreksi atmosfir (PPM) yang akan dipakai selama pengukuran.

5. Beri Nama File


a. Tekan Tombol Menu,
b. Tampilan Layar
c. Menu
d. Pilih Layout (F2),
e. F1:Data collect
f. F2:Layout
g. F3:Memori MGR P?
h. Pilih Input (F1),
i. Select A FILE
j. masukkan nama (misal dengan nama coba)
k. Tampilan Layar
l. FN: Coba
m. Input list skip enter
n. Pilih ESC.
6. Mencari Arah Utara
Arahkan teropong ke arah utara {menggunakan bantuan Kompas (bawaan Topcon}}
untuk menyetelnya dengan cara menggeser dan mengatur skrup penggerak yang ada.
Bila sudah tepat Tekan Oset (F1)
Tampilan Layar
V : 109 00’ 04’’
HR:231 36’ 24’’
0Set Hold Hset P1
H ANGEL 0SET, >OK ?
…(No) (Yes)
pilih Yes (F3)
Pilih ESC.
7. Mencari koordinat awal (HR)
a. Arahkan teleskop ke arah lensa,kemudian catat HR Nya.
b. Tampilan Layar
c. V : 123 00’ 06’’
d. HR: 256 30’ 50’’
e. 0Set Hold Hset P1
VIII. Hasil dan Pembahasan
LAPORAN PRAKTIKUM GOEMATIKA II
Pengukuran Detail Peta
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomatika II

Dosen Pengampu:

Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S.

Disusun Oleh:

Reza Damil Valevy (17505241001)

Elyanora (17505241022)

Ayu Dirgan Rahayu Putri (17505241034)

Syahrul Kurniawan (17505241035)

Ibnu Pandu Ajie Nugroho (17505241036)

Hafid Ardiatma (17505241037)

Tri Hardiyanti Asmaningrum (16505244027)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
Pengukuran Detail Peta

I. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui cara menggunakan Total Station
untuk memetakan titik pada suatu area
II. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Mengoperasikan Total Station.
2. Mengetahui hasil pengukuran pada suatu polygon.
3. Mengetahui bentuk permukaan suatu tempat.
III. Kajian Teori
Total Station adalah alat yang digunakan dalam pemetaan dan konstruksi bangunan.
Total Station merupakan alat pengukur jarak dan sudut (sudut horisontal dan
sudutvertikal) secara otomatis. TS dilengkapi dengan chip memori, sehingga data
pengukuransudut dan jarak dapat disimpan untuk kemudian didownload dan diolah
secara computasi. Total station merupakan semacam teodolit yang terintegrasi dengan
komponen pengukur jarak elektronik (electronic distance meter (EDM)) untuk membaca
jarak dan kemiringan dari instrumen ke titik tertentu.
Manfaat keuntungan dan kerugian Total Station :
Manfaat :
a. Mengurangi kesalahan (dari manusia) Contohnya adalah kesalahan pembacaan dan
kesalahan pencatatan data
b. Aksesibilitas ke sistem berbasis komputer
c. Mempercepat proses
d. Memberikan kemudahan (ringkas)
Kekurangan :
a. Biayanya lebih mahal daripada alat konvensional biasa
b. Adanya ketergantungan terhadap sumber tegangan
c. Ketergantungan akan kemampuan sumber daya manusia yang ada
Tombol dan Fungsinya :
: Tombol untuk pengukuran koordinat.
/ /? : Tombol untuk pengukuran jarak.
ANG : Tombol untuk pengukuran sudut.
MENU : Tombol untuk pilihan yang ditampilkan.
ESC :Tombol untuk keluar dari suatu program ke tampilan sebelumnya

POWER :Tombol untuk menghidupkan dan mematikan Total Station.


F1 – F4 : Tombol / fungsi soft key digunakan untuk menjalankan perintah sesuai dengan
menu tampilan yang diatasnya.
Istilah-istilah dan kode dalam tampilan :
V : Sudut Vertikal.
HR : Sudut Horizontal Kanan.
HL : Sudut Horizontal Kiri.
HD : Jarak Horizontal.
VD : Jarak Vertikal.
SD : Jarak Miring
N : North ( Utara )
E : East ( Timur )
Z : Zenith / Elevasi
? : EDM sedang tidak aktif / menyala.
M : Satuan Meter.
F? : Satuan Feet ( kaki ).
F ? : Satuan Feet dan Inchi.
Poligon tertutup adalah suatu bentuk pengukuran dimana pengukuran ini dilakukan
seterusnya dari titik-titik yang kita tentukan dan akhirnya titik-titik tersebut merupakan
suatu daerah pemetaan. Dan pengukuran ini dilakukan searah jarum jam.
Untuk pengukuran poligon ini kita harus mempunyai beberapa titik-titik kedudukan
sebagai awal pedoman untuk pengukuran selanjutnya. Juga diperlukan sebuah titik
sebagai acuan Bench Mark ( BM ), bilamana tidak ada titik BM pada lokasi yang kita
ukur, dapat kita mengambil sembarang benda untuk kita jadikan BM, dengan catatan
benda tersebut tidak berubah kedudukannya.
Pembacaan:
Horizontal + vertikal

Ket:

D=jarak
IV. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Total station
2. Statif (kaki tiga)
3. Unting unting
4. Paku
5. Prisma Ukur
6. Payung
V. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. benda vertikal atau bangunan yang diberikan titik yang akan diukur
2. alat tulis menulis.
VI. Keselamatan Kerja
1. Pita ukur jangan sampai terinjak atau terlindas kendaraan.
2. Baut pada pita ukur jangan sampai lepas.
3. Penggunaan peralatan harus sesuai dengan fungsi dan prosedur kerja operasional.
VII. Langkah Kerja
1.Centring Alat TS : dirikan statif di atas titik, ketinggian disesuaikan dengan pembidik.
Pasang TS di atas statif kemudian putar sekrup pengunci pada statif
Angkat dan gerakkan 2 kaki statif sambil melihat titik patok melalui centering optik
sampai benang centering mendekati titik patok
2. Atur nivo tabung dengan cara menaik-turunkan kaki statif
Setelah nivo tabung tepat ditengah, atur nivo kotak dengan memutar 3 sekrupA,B,C
secara secara searah dan bersamaan sampai gelembung udara nivo kotaktepat di tengah
lingkaran
3. Siap membuat job baru.
4. Hidupkan Alat : Tekan Tombol power ( selama kurang lebih 2 detik ) akan ditampilkan
zerro set, dilayar akan ditampilkan nilai konstanta prisma yang aktif (PSM) dengan
koreksi atmosfir (PPM) yang akan dipakai selama pengukuran.

5. Beri Nama File


a. Tekan Tombol Menu,
b. Tampilan Layar
c. Menu
d. Pilih Layout (F2),
e. F1:Data collect
f. F2:Layout
g. F3:Memori MGR P?
h. Pilih Input (F1),
i. Select A FILE
j. masukkan nama (misal dengan nama coba)
k. Tampilan Layar
l. FN: Coba
m. Input list skip enter
n. Pilih ESC.
6. Mencari Arah Utara
Arahkan teropong ke arah utara {menggunakan bantuan Kompas (bawaan Topcon}}
untuk menyetelnya dengan cara menggeser dan mengatur skrup penggerak yang ada.
Bila sudah tepat Tekan Oset (F1)
Tampilan Layar
V : 109 00’ 04’’
HR:231 36’ 24’’
0Set Hold Hset P1
H ANGEL 0SET, >OK ?
…(No) (Yes)
pilih Yes (F3)
Pilih ESC.
7. Mencari koordinat awal (HR)
a. Arahkan teleskop ke arah lensa,kemudian catat HR Nya.
b. Tampilan Layar
c. V : 123 00’ 06’’
d. HR: 256 30’ 50’’
e. 0Set Hold Hset P1
VIII. Hasil dan Pembahasan
1. Hitungan Situasi

BACAAN
NOMOR TITIK TINGGI TINGGI JARAK BEDA BEDA BEDA KOORDINAT (m)
HORISONTAL AZIMUTH TINGGI
ALAT PRISMA DATAR ABSIS ORDINAT TINGGI
(der) (m)
ALAT TARGET (mm) (mm) der men det (m) (m) (m) (m) X Y

P.02 1532 400006.716 1910023.096


P.03 1532 341 56 1 161.858 37.335 399995.079 1910058.611
A 1532 800 223 56 19 43.920 3.573 -2.479 -2.573 0.002 0 400004.237 1910020.523
B 1532 500 121 45 24 -58.292 3.864 3.285 -2.033 -0.081 0 400010.001 1910021.063
C 1532 600 247 1 46 67.010 8.095 -7.453 -3.159 0.383 0 399999.263 1910019.937
D 1532 1600 224 12 50 44.187 7.369 -5.139 -5.282 0.239 0 400001.577 1910017.814
E 1532 1900 168 9 46 -11.879 4.638 0.951 -4.540 -0.070 0 400007.667 1910018.556
F 1532 1200 171 57 22 -8.078 11.919 1.668 -11.802 -0.069 0 400008.384 1910011.294
G 1532 1900 140 56 39 -39.103 5.547 3.495 -4.307 -0.072 0 400010.211 1910018.789
H 1532 1200 159 59 23 -20.048 12.407 4.245 -11.658 -0.093 0 400010.961 1910011.438
I 1532 1600 154 26 0 -25.599 7.859 2.329 7.506 -0.009 0 400009.045 1910030.602
J 1532 1400 170 53 0 -9.145 9.825 -0.422 9.816 0.043 0 400006.294 1910032.912
2. Garis dan Titik

NOMOR RUMUS PENGGAMBARAN


TITIK
TITIK GARIS

P.02 POINT 400006.715705432,1910023.09646205


P.03 POINT 399995.078870399,1910058.61138031
A POINT 400004.236705432,1910020.52346205 LINE 400004.236705432,1910020.52346205 399999.262705432,1910019.93746205
B POINT 400010.000705432,1910021.06346205
C POINT 399999.262705432,1910019.93746205
D POINT 400001.576705432,1910017.81446205 LINE 400001.576705432,1910017.81446205 400007.666705432,1910018.55646205
E POINT 400007.666705432,1910018.55646205 LINE 400007.666705432,1910018.55646205 400008.383705432,1910011.29446205
F POINT 400008.383705432,1910011.29446205
G POINT 400010.210705432,1910018.78946205 LINE 400010.000705432,1910021.06346205 400010.210705432,1910018.78946205
H POINT 400010.960705432,1910011.43846205 LINE 400010.210705432,1910018.78946205 400010.960705432,1910011.43846205
I POINT 400009.044705432,1910030.60246205 LINE 400010.000705432,1910021.06346205 400009.044705432,1910030.60246205
J POINT 400006.293705432,1910032.91246205 LINE 400007.666705432,1910018.55646205 400006.293705432,1910032.91246205
3. Garis dan Titik di AutoCad
4. Garis dan Titik di Area
IX. Kesimpulan
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik
kesimpulan antara lain :

1. Mengetahui jarak dengan menggunakan alat ukur Total Station


2. Mampu mengolah data dan memetakan data yang telah terukur.
LAMPIRAN

Gambar 1. Data hasil pembacaan jumlah Gambar 2. Data hasil pembacaan elevasi
satelit dalam GPS. dan odometer dalam GPS.

Gambar 3. Data hasil pembacaan total Gambar 4. Data hasil pembacaan theodolit.
station

Gambar 6. Data hasil pembacaan total


Gambar 5. Praktik menggunakan theodolit station
manual.

Anda mungkin juga menyukai