Seminar Kasus
Seminar Kasus
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Lupus atau lebih lengkapnya systemic lupus erythematosis (SLE) adalah penyakit
autoimun sistemik yang terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan
organ tubuh sendiri. Peradangan yang disebabkan oleh lupus dapat mempengaruhi
banyak sistem tubuh yang berbeda, termasuk sendi, kulit, ginjal, sel darah, otak,
jantung,dan paru-paru (Budhy Ermawan 2019)
B. Etiologi / Penyebab
Lupus terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat di tubuh
(penyakit autoimun). Kemungkinan lupus berasal dari gabungan genetika dan
lingkungan orang dengan predisposisi turunan lupus dapat mengembangkan penyakit
ini ketika mereka berhubungan dengan sesuatu dilingkungan yang dapat memicu
lupus. Penyebab lupus dalam banyak kasus sebenarnya tidak diketahui. Beberapa
pemicu potensial meliputi
1. Sinar matahari
2. Infeksi
3. Obat-obatan
C. Patofisiologis
Kerusakan organ pada SLE didasari oleh reaksi imunologi. Proses diawali dengan
faktor pencetus yang ada dilingkungan, dapat pula infeksi, sinar ultraviolet atau bahan
kimia. Cetusan ini menimbulkan abnormalitas respon imun didalam tubuh yaitu :
1. Sel T dan B menjadi autoreaktif
2. Pembentukan silokin yang berlebihan
3. Hilangnya regulator control pada sistem imun anatara lain :
a. Hilangnya kemampuan membersihkan antigen dikompleks imun maupun
sitokin didalam tubuh
b. Menurunnya kemampuan mengendalikan apoptosis
c. Hilangnya toleransi imun sel T mengenali molekul tubuh sebagai antigen karena
adanya mimikri molekul
Akibat proses tersebut, maka terbentuk berbagai macam antibody didalam tubuh yang
disebut sebagai autoantibodi. Selanjutnya antibody 2 yang membentuk kompleks imun
1
tersebut terdeposisi pada jaringan / organ yang akhirnya menimbulkan gejala inflamasi atau
kerusakan jaringan.
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunnya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetika, hormonal (sebagaimana terbukti oleh penyakit
yang biasannya terjadi selama usia prodiktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar
termal). Obat-obatan tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan
beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan seperti kecambah alfa-alfa turut
terlihat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
2
Pathway SLE
3
D. Tanda & Gejala
Tanda gejala yang paling umum antar lain kelelahan, demam, nyeri sendi, kaku,dan
bengkak, ruam merah berbentuk kupu-kupu di wajah yang menutupi pipi dan
jembatan hidung atau ruam di tempat lain di tubuh. Seain itu kulit yang tampak atau
buruk dengan paparan sinar matahari (photosenditivity) serat jari tangan dan kaki
yang menjadi putih atau biru saat terkena flu atau selama masa stress.
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Arthritis
2. Tes ANA
3. Butterfly rash
4. Fotosensitif bercak reaksi sinar matahari
5. Kelainan darah
6. Bercak diskoid
7. Pemeriksaan ginjal
8. Pemeriksaan sensoritis
9. Pemeriksaan neurologis
10. Pemeriksaan mulut
11. Tes anti ds DNA
F. Penatalaksanaan/ Pengobatan
1. Obat antinfarmasi non steroid (NSAID)
2. Obat anti malaria
3. Kortikosteroid
4. Imuno supresan
5. Biologi
6. Rituximab
G. Diagnosis keperawatan utama dan penting
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidak mampuan fisik-psikososial kronis
(metastase kanker, injuri neurologis, arthritis).
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan inflamasi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit imunologi
4
H. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
. ( NOC) (NIC)
1. Nyeri kronis berhubungan 1. Comfort level Pain management
dengan ketidak mampuan fisik- 2. Pain control 1. Monitor kepuasan
psikososial kronis (metastase 3. Pain level pasien terhadap
kanker, injuri neurologis, Tujuan : Setelah dilakukan manajemen nyeri
arthritis). tindakan keperawatan selama 2. Tingkat istirahat dan
24 jam nyeri kronis pasien tidur yang adekuat
berkurang dengan kriteria 3. Kelola antianalgesik
hasil: 4. Jelaskan pada pasien
1. Tidak ada gangguan penyebab nyeri
tidur 5. Lakukan tehnik
2. Tidak ada gangguan nonfarmakologis (
konsetrasi relaksasi masase
3. Tidak ada gangguan punggung)
hubungan
intrerpersonal
4. Tidak ada ekspresi
menahan nyeri dan
ungkapan secara
verbal
5. Tidak ada tegangan
otot
2 Peningkatan suhu tubuh Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering
berhubungan dengan inflasi Tujuan : Setelah dilakukan mungkin
tindakan selama 24 jam pasien 2. Monitor TD, nadi dan
menunjukan kriteria hasil : RR
1. Suhu tubuh dalam 3. Monitor WBC,Hb dan
batas normal Hct
2. Nadi dan RR dalam 4. Monitor intake dan
rentang normal output
3. Tidak ada perubahan 5. Berikan antipiretik
warna kulit dan tidak sesuai advis dokter
ada pusing, pasien 6. Selimuti pasien
merasa nyaman 7. Berikan cairan
intravena
8. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
9. Tingkatkan sirkulasi
udara
10. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
5
11. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit,
Kerusakan integritas kulit Tujuan : Setelah dilakukan kelembaban mukosa
3 berhubungan dengan deficit tindakan keperawatan selama
imunologi 2x 24 jam kerusakan 1. Anjurkan pasien untuk
integritaskulit berkurang menggunakan pakaian
dengan kriteria hasil : yang longgar
1. Intergritas kulit yang 2. Hindari kerutan pada
baik bisa tempat tidur
dipertahankan (sensai, 3. Jaga kebersih dan
elastisitas, kering
temperature, hidrasi, 4. Monitor kulit akan
pigmentasi) adanya kemerahan
2. Tidak ada luka/lesi 5. Mobilasasi pasien (
pada kulit ubah posisi pasien)
3. Perfusi jaringan baik setiap dua jam sekali
4. Menujukkan 6. Oleskan lotion atau
pemahaman dalam minyak pada daerah
proses perbaikan kulit yang tertekan
dan mencegah 7. Monitor status nutrisi
terjadinya cedera pasien
berulang 8. Monitor status nutrisi
5. Mampu melindungi pasien
kulit dan 9. Memandikan pasien
mempertahankan dengan sabun dan air
kelembaban kulit dan hangat
perawatan alami 10. Kaji lingkungan dan
6. Menunjukkan terjadi peralatan yang
proses penyembuhan menyebabkan tekanan
luka 11. Obsevasi luka : lokas,
dimensi, kedalaman
luka, karakteristik,
warna cairan, granulasi,
jaringan nekrotik, tanda
infeksi local, formasi
traktus
12. Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
13. Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKT,
vitamin, cegah
kontaminasi feses dan
urin
6
14. Lakukan teknik
perawatan luka dengan
steril
15. Berikan tekanan pada
luka
7
BAB II
ISI
A. TINJAUAN KASUS
1. Identitas pasien
Nama : Ny. O
Umur : 38 tahun
Pendidikan : S.2
Pekerjaan : PNS
Ruangan : RPD A
2. Keluhan utama
Klien masuk ke Rumah Sakit Jend Ahmad Yani metro pada tanggal 17 Februari jam
11:00 WIB dengan keluhan nyeri di area sendi yang biasanya kambuh ketika malam
hari. Nyeri sendi yang dirasakan seluruh tubuh nyeri terasa seperti linu-linu dengan
skala nyeri 5 , dan nyeri dirasakan hilang timbul.
8
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Klien sebelumnya memiliki riwayat batu ginjal dan sudah dilakukan pengobatan dan
perawatan dari rumah sakit.
Klien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti klien.
Karena tidak pernah ada anggota keluarga yang didiagnosis memiliki penyakit seperti
klien.
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan tetangga ataupun rekan
kerjanya.
Untuk riwayat kebiasanya pasien memiliki kebiasaan olahraga setiap 15 menit perhari,
Klien mengatakan alergi dengan obat sipro. Untuk alergi makanan klien tidak ada
alergi pada makanan tertentu.
Suhu : 36,5ºC
Nadi :90x/menit
Nyeri : skala 5
9
Pengkajian skala nyeri
1. Pola/Kebutuhan Oksigen
2. RR: 20x/menit
5. SPO2: 98%
10
= 700+1500cc
= 2200cc/hari
3. Peristaltik 20x/menit
4. BB klien 53 kg
Ds : 1. Klien mengatakan ttidak tidur siang, tidur malam di atasa jam 12:00 malam dan
sering terbangun karena nyeri di sendi
2.Konjungtiva anemis
5. Pola/Kebutuhan Aktivitas
11
6. Pola/Kebutuhan Eliminasi
IWL= 10 x BB
= 10 x 53
= 530cc/hari
= 700+1500
= 2200cc/hari
= 1500+530
= 2030cc/hari
= 2200cc/hari-2030cc/hari
= 170cc/hari
7. Pola/Kebutuhan Belajar
Pengkajian psikososial
1. Data Psikososial
a. Data/status emosi
Emosi klien tampak stabil dan berbicara dengan nada pelan.
b. Gaya komunikasi
12
Cara bicara klien sedikit lesu
c. Dampak di rawat di RS
Klien merasa cemas karena tentang penyakitnya
2. Data Sosial
Klien sangat dekat dan percaya kepada keluarganya
3. Data Spiritual
Klien rajin dalam beribadah dan sering berdoa
PEMERIKSAAN FISIK
GCS : E :4 V :5 M :6 = 15
1. Kulit
Warna kulit klien putih pucat, tugor kulit elastis. Tidak ada nyeri tekan , tiak ada lesi
2. Kepala
Kepala simetris, tidak terdapat bekas luka, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
area kepala, persebaran rambut merata, rambut berwarna hitam ikal, konjungtiva
anemis, sklera ikterik, bibir tampak pucat, tidak ada sianosis pada bibir, tidak ada
sariawan di mulut , gigi bersih, tidak ada karang gigi,ataupun gigi berlubang, untuk
bagian leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
3. Dada/Thorax
1) Inspeksi
Paru: Gerakan dada simetris, tidak terdapat bekas luka, jejas ,tidak ada retraksi
dada
Jantung: ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi
Paru premitus taktik simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
3) Perkusi
Paru: terdengan suara sonor di seluruh lapang paru
Jantung: bunyi pekak di bagian jantung
4) Auskultasi
13
Paru: bunyi napas vesikuler, wheezing (-), ronki (-)
RR=20 x/menit
Jantung: suara jantung normal lup dup
4. Payudara
Bentuk payudara simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan, tidak ada benjolan
5. Abdomen
1) Inspeksi
Simteris , tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan , tidak ada asites
2) Palpasi
Tidak terdapat nyeri takan di keempat kudran .
3) Perkusi
Bunyi abdomen timpani.
4) Auskultasi
Peristaltik 15x/menit.
6. Punggung & Tulang belakang
Tidak terdapat luka pada punggung sebalah kanan dan sebelah kiri, tidak ada kelainan
di tulang belakang.yy6
Tidak dilakukan pemerikasaan karena pasien tidak mengeluhkan masalah panngul dan
genetalia
Akral hangat, tidak ada abses, dan tidak terdapat edema di kedua ekstermitas bawah.
Pengkajian neurologi
14
Klien tidak mengalami gangguan memori jangka pendek (-), sedang (-) maupun
panjang (-)
3. 12 syaraf kranial
- Nervus I : klien mampu membedakan bau teh dan minyak kayu putih
- Nervus II : lapang pandang positif, klien dapat melihat benda seperti jam dalam
jarak 6 meter
- Nervus III : klien mamapumenggerakan bola mata, adanya reflek pupil
- Nervus IV : akomodasi mata normal
- Nervus V : klien dapat menggerakan rahangnya
- Nervus VI : klien dapat mengangkat kedua alis
- Nervus VIII: klien dapat merasakan getaran garputala
- Nervus IX : klien dapat membedakan rasa manis dan asin
- Nervus X : klien dapat menelan ludah
- Nervus XI : klien dapat menggerakan bahu
- Nervus XII: klien dapat menggerakan lidah
4. Tanda perangsangan meningeal
- Kaki kuduk: negatif (-)
- Brutinsky : negatif (-)
- Kerning : negatif (-)
- Laseque : negatif (-)
5. Pemerikasaan kekuatan otot
5 5
5 5
15
- Refleks babinski : positif (+)
- Refleks saheffer : positif (+)
- Refleks Gordon : positif (+)
- Refleks clenos : positif(+)
PEMERIKASAAN PENUNJANG
16
Pengkajian Resiko Jatuh (Morse)
17
ANALISA DATA
18
4. Pasien tidur pukul 1:30
dan erbangun pada pukul
5:30 dan pasien tidak
pernah bisa tidur siang
selama dirumah sakit
5. Lamanya pasien tidur
dalam 1 hari hanya 4
jam/hari
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
19
dengan manajemen - kolaborasi dengan dokter
nyeri dalam pemberian analgesic
- Menyatakan rasa - tingkatkan istirahat dengan
nyaman setelah posisi semi fowler
nyeri berkurang
- Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan - ajarkan teknik relaksasi
b.d nyeri di persendian keperawatan selama 2x24 - atur posisi nyaman
jam diharapkan gangguan - pemantauan nyeri
pola tidur dapat diatssi - manajemn linkukangan yang
dengan nyaman
Kriteri hasil: - atur suhu yang sesuai
- klien dapat tidur - kolaborasi pemberian obat
dengan cukup
- nyeri hilang
20
PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
21
A: gangguan pola tidur belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
- ajarkan teknik relaksasi
- atur posisi nyaman
- pemantauan nyeri
- manajemn linkukangan
yang nyaman
- atur suhu yang sesuai
- kolaborasi pemberian
obat
Hari ke- 2
22
13.00 WIB - ajarkan teknik relaksasi S: klien mengatakan sudah dapat
- atur posisi nyaman tidur dengan nyenyak
- pemantauan nyeri - tidur di jam 10 malam
- manajemn linkukangan dan siang tidur juga
yang nyaman O: - klien tamapk ceria
- atur suhu yang sesuai - kangantung mata sudah
- kolaborasi pemberian obat tersamarkan
23
BAB III
PENUTUP
A. RESUME KLIEN
Klien masuk ke Rumah Sakit Jend Ahmad Yani metro pada tanggal 17 Februari jam 11:00
WIB dengan keluhan nyeri di area sendi seluruh tubuh nyeri terasa seperti linu-linu di sendi
dengan skala nyeri 5 , nyeri hilang timbul dengan durasa kurang lebih 3-5 menit, nyeri
dirasakan hilang timbu..Dengan pengkajian lebih lanjut ditemukan Data Sebagai Berikut:
Data Subyektif:
- Klien mengatakan nyeri di persendiannya .
- Klien mengatakan tidak bisa tidur aena nyeri
- Tidur di atasajam 12 malam, siang tidak bisa tidur
Data Obyektif:
- Klien tampak meringis
- Tampak gelisah
- Terdapat nyeri di persendian
- Skala nyeri 5,nyeri hilang timbul.
- Tekanan Darah:130/800 mmHG
- Frekuensi nafas: 20x/menit
- Suhu: 36,5ºC
- Nadi:90x/menit
24
Dengan ditegakannya diagnosa keperawatan tersebut maka tersusun lah rencana untuk
masing diagnosa pada Klien:
Diagnosa 1 :
25
RR: 20x/menit
S: 36,5 ºC
P: Hentikan Intervensi
Diagnosa 2:
Suhu: 36,5 ºC
P: Hentikan intervensi
Kesimpulan:
Selama diruang kutilang mahasiswa telah melakukan pengkajian sampai dengan tahap
evaluasi pada pasien dengan gangguan sistem perncerrnaan. Setelah Asukep dilakukan selama
2x24 jam, maka dapat kita lihat bahwa masalah yang teratasi yaitu:
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) (Teratasi)
2. Gangguan pola tidur b.d nyeri di persendian ( teratasi)
DAFTAR PUSTAKA
26
Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey:Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
27
LAMPIRAN
28