Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMAKOLOGI

VAKSINASI

Kelompok 4

Anggota:

1. GALAN PRASETIO
2. IDA KHOLIFATULAINI
3. INDAH SEPTIANI
4. INTAN KHOIRUNISA
5. IQRO MUROFIQ

Dosen pengampu: Ns. Nuria Muliani, M. Kep.,Sp.Kep.J

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-nya penulis telah diberikan kekuatan dan kemampuan untuk menyelesaikan
Tugas farmakologi ini sesuai waktu yang telah ditentukan.

Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Elmi nuryati, M.Epid selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung
2. Ns. Nuria Muliani, M.Kep.,Sp.Kep.J selaku ketua prodi DIII Keperawatan
3. Ns. Nuria Muliani, M.Kep.,Sp.Kep.J selaku dosen pengampu mata kuliah farmakologi
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas farmakologi ini

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan Makalah ini belum
sempurna. Semoga laporan Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya dan progresi keperawatan khususnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pringsewu, 2 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dapat terhindar dari penyakit, karena didalam tubuhnya dilengkapi dengan dua
kekebalan tubuh yaitu system kekebalan spesifik dan ksistem kekebalan non-spesifik. Sistem
kekebalan tubuh non-spesifik bekerja melawan semua jenis benda asing yang masuk dan
tidak bekerja ditujukan pada zat asing atau mikroorganisme tertentu. Sistem kekebalan tubuh
nonspesifik antara lain:
a. Pertahanan fisis dan mekanis, misalnya silia bulu getar hidung yang menyaring kotoran
yang masuk dari saluran nafas bawah, kulit, bulu mata, dan lain-lain.
b. Pertahanan biokimiawi, misalnya air susu ibu yang mengandung laktoferin yang
berperan sebagai antibakterik.
c. Pertahanan tubuh seluler, misalnya monosit dan makrofrag.

Apabila kekebalan tubuh spesifik tidak bisa mengatasi serangan mikroorganisme atau zat
asing yang masuk maka kekebalan tubuh spesifik akan diaktifkan. Sistem kekebalan tubuh
spesifik bekerja melawan antigen tertentu oleh karena kemampuannya menyimpan memori.
Sistem kekebalan tubuh spesifik diperankan oleh sel limfosit T dan limfosit B. Sistem
kekebalan tubuh spesifik ini tidak mengenali struktur utuh dari mikro organisme melainkan
hanya sebagian protein saja yang kemudian memacu kekebalan aktif tubuh. Protein
yang sebagian ini disebut antigen. Adanya antigen ini akan menyebabkan sel T dan B
memproduksi antibody untuk melawan antigen yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Semakin sering terpapar antigen dari luar maka akan semakin tinggi antibody yang terbentuk
dan memori pertahanan tunuh semakin banyak mengingat, sehingga tubuh menjadi kebal.
Akan tetapi antibodi dalam tubuh manusia sifatnya tidak stabil, untuk itu diperlukan suatu
paparan antigen dari luar yang dilemahkan yang disebut vaksin untuk memacu kekebalan
tubuh tersebut aktif. (Cahyono, Subarjo.2010)
B. Perumusan Masalah
1. Apa pengertian dari vaksin?
2. Bagaimana mekanisme kerja vaksinasi?
3. Apa tujuan dari vaksinasi?
4. Apa saja manfaat dari vaksinasi?
5. Apa saja efek samping vaksinasi?
6. Apa saja kontraindikasi dari vaksinasi?
7. Bagaimana penyimpanan vaksinasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari vaksin
2. Mengetahui mekanisme kerja vaksin
3. Mengetahui tujuan dari vaksin
4. Mengetahui manfaat dari vaksin
5. Mengetahui efek samping vaksin
6. Mengetahui kontraindikasi dari vaksinasi
7. Mengetahui Bagaimana penyimpanan vaksin

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai suatu media informasi
bagi penulis dan pembaca terutama untuk menambah wawasan mengenai vaksinasi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Vaksin
Imunisasi berasal dari kata imun yaitu kebal, resisten. Imunisasi berarti anak
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit
tetapi belum kebal terhadap penyakit yang lain. (Soekidjo, 2003)
Imunisasi adalah upaya memberikan bahan untuk merangsang produksi daya tahan
tubuh. Sebagai akibat selanjutnya orang yang diberi vaksin akan memiliki kekebalan spesifik
terhadap penyakit yang disebabkan kuman tersebut. Bahan tersebut pada dasarnya merupakan
ancaman buatan bagi tubuh (Achmadi, 2006)
Imunisasi disebut juga vaksinasi atau inokulasi. Imunisasi memberikan perlindungan
terhadap sejumlah penyakit berbahaya. Ketika diimunisasi, diberikan vaksin yang dibuat dari
sejumlah kecil bakteri atau virus penyebab penyakit tersebut. Vaksin ini akan merangsang
tubuh membuat antibodi terhadap penyakit yang dimaksud. (Thompson, 2003)
Vaksin adalah segala persiapan dimaksudkan untuk menghasilkan kekebalan terhadap
penyakit dengan merangsang produksi antibodi. Vaksin misalnya suspensi mikroorganisme
dibunuh atau dilemahkan, atau produk atau turunan dari mikroorganisme. Metode yang
paling umum dari pemberian vaksin adalah melalui suntikan, namun ada juga yang diberikan
melalui mulut atau semprot hidung. Menurut WHO, vaksinasi merupakan imunisasi aktif
adalah suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan antigen dari suatu patogen
yang akan menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak
yang telah mendapatkan vaksinasi tidak akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa. Antigen
yang diberikan dalam vaksinasi yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
sakit, namun dapat menimbulkan limfosit yang peka, antibodi maupun sel memori

2. Mekanisme kerja vaksin


Antibodi adalah komponen yang berfungsi untuk melawan berbagai komponen hidup dan
tidak hidup yang membahayakan tubuh kita. Antibodi ini hanya bisa diaktifkan jika ada
ancaman dari luar. Prinsip dari vaksin adalah memancing aktifnya antibodi dengan cara
memasukkan virus ke dalam tubuh. Namun, virus ini telah dilemahkan, atau hanya diambil
satu bagiannya yang dinamakan antigen, atau bakan telah dimatikan, sehingga tidak akan
membahayakan. Saat antibodi sudah mengenali virus jenis ini, maka ketika ada virus yang
sebenarnya masuk dan menyerang tubuh, akan lebih mudah bagi antibodi untuk segera
mematikannya.
3. Tujuan dari vaksin
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu padaseseorang dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia. Program imunisasi bertujuan untuk
memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta
anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umun tujuan imunisasi
adalah :
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian) pada balita

4. Manfaat dari vaksin


Ada beberapa manfaat dari vaksinasi, antara lain :
1. Bagi anak, sebagai upaya pencegahan untuk melindungi anak dari serangan penyakit
tertentu, yang mungkin bisa menyebabkan penderitaan atau bahkan cacat permanen.
2. Bagi keluarga, vaksinasi bermanfaat untuk menghilangkan kecemasan akan
kesehatan dan biaya pengobatan jika anak sakit. Menumbuhkan keyakinan dan
harapan bahwa anak-anak akan menjalani masa pertumbuhannya dengan amandan
ceria. Sehingga, orang tua bisa sedikit terlepas dari kekhawatiran anaknya terserang
dari penyakit-penyakit tertentu yang selalu menjangkiti anak-anak.
3. Bagi negara, vaksinasi merupakan salah satu bentuk tanggung jawab negara untuk
meningkatkan taraf kesehatan wargananya. Dengan vaksinasi diharapkan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan lebih meningkat dan citra negara di
mata dunia menjadi lebih baik.

5. Efek samping vaksin


Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari resiko efek samping. Namun
keputusan untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau
lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain. Resiko komplikasi serius dari vaksin selalu
jauh lebih rendah daripada risiko jika anak Anda jatuh sakit dengan salah satu penyakit.
Vaksin terhadap Difteri, Tetanus, Batuk rejan, Polio dan Hib dapat menyebabkan area
merah dan bengkak di tempat vaksinasi. Hal ini akan hilang dalam beberapa hari. Anak Anda
mungkin mendapatkan demam pada hari suntikan dan hingga 10 hari kemudian.
Efek samping yang paling sering terkait dengan Vaksin Pneumokokus adalah reaksi di
tempat suntikan seperti rasa sakit, nyeri, kemerahan atau bengkak, demam dan lekas marah.
Anak Anda mungkin juga mengantuk.
Vaksin MMR dapat menyebabkan reaksi singkat yang dapat dimulai dari beberapa hari
sampai tiga minggu setelah vaksinasi. Anak Anda mungkin mendapatkan gejala-gejala ringan
seperti penyakit yang sedang divaksinasi, misalnya dingin, reaksi kulit, demam atau kelenjar
ludah membengkak. Penelitian intensif selama beberapa tahun terakhir telah menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan penyakit Crohn dan autis belum
terbukti.
Vaksin Meningitis C mungkin mempunyai efek sebagai berikut:
a. Bayi: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat suntikan diberikan.
b. Balita selama 12 bulan: beberapa pembengkakan dan kemerahan di tempat suntikan
diberikan. Sekitar satu dari empat anak mungkin telah terganggu tidur.
c. Anak-anak Pra-sekolah: sekitar 1 dalam 20 mungkin memiliki beberapa bengkak di
tempat suntikan. Sekitar 1 dalam 50 mungkin mengalami demam ringan dalam
beberapa hari vaksinasi.
d. Anak-anak dan remaja: sekitar satu dari empat mungkin memiliki beberapa
pembengkakan dan kemerahan di tempat injeksi. Sekitar 1 dalam 50 mungkin
mengalami demam ringan. Sekitar 1 dari 100 mungkin mengalami sakit pada lengan
yang diinjeksi, yang bisa berlangsung satu atau dua hari.
Efek samping yang paling sering berkaitan dengan Vaksin HPV adalah rasa sakit,
kemerahan dan bengkak di tempat suntikan. Efek samping umum lainnya antara lain adalah:
sakit kepala, sakit otot atau sendi, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan, demam,
pusing, iritasi kulit, seperti gatal dan ruam, gangguan usus, seperti mual dan muntah, diare,
sakit perut.

6. Kontraindikasi dari vaksinasi


Penting sekali untuk memberi imunisasi semua anak, termasuk anak yang sakit dan
kurang gizi, kecuali bila terdapat kontraindikasi.
Hanya terdapat 3 kontra-indikasi imunisasi:

 Jangan beri BCG (Bacillus Calmette Guerin) (Vaksinasi BCG 3 menimbulkan


sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi
mengurangi risiko terjadi tuberkulosis berat seperti meningitis TB dan tuberkulosis
milier) pada anak dengan infeksi HIV/AIDS simtomatis, tetapi beri imunisasi lainnya
 Beri semua imunisasi, termasuk BCG(Bacillus Calmette Guerin), pada anak dengan
infeksi HIV asimtomatis
 Jangan beri imunisasi DPT-2 atau -3 pada anak yang kejang atau syok dalam jangka
waktu 3 hari setelah imunisasi DPT(Difteri Pertusis Tetanus) sebelumnya
 Jangan beri DPT pada anak dengan kejang rekuren atau pada anak dengan penyakit
syaraf aktif pada SSP (sistem saraf pusat).

Anak dengan diare yang seharusnya sudah waktunya menerima vaksin oral polio harus
tetap diberi vaksin polio. Namun demikian, dosis ini tidak dicatat sebagai pemberian
terjadwal. Buat catatan bahwa pemberian polio saat itu bersamaan dengan diare, sehingga
petugas nanti akan memberikan dosis polio tambahan.

7. Penyimpanan vaksin
Standar Penyimpanan Vaksin Menurut Depkes RI dan WHO

Terkait dengan penyimpanan vaksin, aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa
vaksin harus didinginkan pada temperature 2-8° C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin
(DPT, Hib, Hepatitis B dan Hepatitis A) akan tidak aktif bila beku. Vaksin yang disimpan
dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya. Instruksi pada lembar
penyuluhan (brosur) informasi produk harus disertakan. Penyimpanan vaksin membutuhkan
suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap
perubahan temperatur lingkungan. Pada setiap tahapan rantai dingin maka transportasi vaksin
dilakukan pada temperature 0°C sampai 8°C. Vaksin polio boleh mencair dan membeku
tanpa membahayakan potensi vaksin. Vaksin DPT, DT, dT, hepatitis-B dan Hib akan rusak
bila membeku pada temperature 0° (vaksin hepatitis-B akan membeku sekitar -0,5°C).

Menurut Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi, Depkes RI, 1992, sarana


penyimpanan vaksin di setiap tingkat administrasi berbeda. Di tingkat pusat, sarana
penyimpan vaksin adalah kamar dingin/cold room. Ruangan ini seluruh dindingnya diisolasi
untuk menghindarkan panas masuk ke dalam ruangan. Ada 2 kamar dingin yaitu dengan suhu

+2° C sampai +8° C dan suhu -20° C sampai -25°C. Sarana ini dilengkapi dengan generator

cadangan untuk mengatasi putusnya aliran listrik. Di tingkat provinsi vaksin disimpan pada
kamar dingin dengan suhu -20°C sampai -25°C, di tingkat kabupaten sarana penyimpanan

vaksin menggunakan lemari es dan freezer. Dasar yang menjadi pertimbangan dalam memilih
cold chain antara lain meliputi jumlah sasaran, volume vaksin yang akan dimuat, sumber
energi yang ada, sifat, fungsi serta stabilitas suhu sarana penyimpanan, suku cadang dan
anjuran WHO atau hasil penelitian atau uji coba yang pernah dilakukan. Sarana cold chain di
tingkat Puskesmas merupakan sarana penyimpanan vaksin terakhir sebelum mencapai
sasaran. Tingginya frekuensi pengeluaran dan pengambilan vaksin dapat menyebabkan
potensi vaksin cepat menurun.

Untuk melakukan pemantauan suhu rantai dingin (cold chain) vaksin maka digunakan
pemantau suhu. Pada kamar dingin (cold room) alat pemantau suhu berupa lampu alarm yang
akan menyala bila suhu di dalamnya melampaui suhu yang ditetapkan. Untuk memantau suhu
lemari es selain menggunakan termometer yang terletak pada dinding luar lemari es juga
menggunakan termometer yang diletakkan dalam lemari es.Sementara standar WHO (User’s
handbook for vaccine, 2002), menjelaskan detail susunan vaksin dalam lemari es
sebagaimana pada gambar disamping :
Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu diberikan kepada sasaran maka
vaksin harus disimpan pada suhu tertentu dengan lama penyimpanan yang telah ditentukan di
masing-masing tingkatan administrasi. Untuk menjaga rantai dingin vaksin yang disimpan
pada lemari es di Puskesmas, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pengaturan dan penataan vaksin di dalam lemari es


2. Pengontrolan suhu lemari es dengan penempatan termometer di dalam lemari di tempat
yang benar dan pencatatan suhu pada kartu suhu atau grafik suhu sebanyak dua kali
sehari pada pagi dan siang hari
3. Pencatatan data vaksin di buku catatan vaksin meliputi tanggal diterima atau dikeluarkan,
nomor batch, tanggal kadaluarsa, jumlah diterima atau dikeluarkan dan jumlah sisa yang
ada.
Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi dan daya
antigennya. Beberapa faktor yang mempengaruhi penyimpanan vaksin adalah antara lain
suhu, sinar matahari dan kelemban. Pada awalnya vaksin yang berasal dari virus hidup seperti

polio dan campak, harus disimpan pada suhu di bawah 0°C. Namun berdasarkan penelitian
berikutnya, ternyata hanya vaksin polio yang masih memerlukan suhu dibawah 0°C.

Sementara vaksin campak dapat disimpan di refrigerator pada suhu 2°C-8°C. Sedangkan

vaksin lainnya harus disimpan pada suhu 2°C-8°C.

Sesuai Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Depkes RI, 2005, vaksin
hepatitis B, DPT, TT, dan DT tidak boleh terpapar pada suhu beku karena vaksin akan rusak
akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet yang merusak antigen. Sementara terkait
penyimpanan vaksin, susunannya harus diperhatikan. Karena suhu dingin dari lemari
es/freezer diterima vaksin secara konduksi, maka ketentuan jarak antar kemasan vaksin harus
dipenuhi. Demikian pula letak vaksin menurut jenis antigennya mempunyai urutan tertentu
untuk menghindari penurunan potensi vaksin yang terlalu cepat. Pada pelaksanaan program
imunisasi, salah satu kebijakan yang dipersyaratkan adalah tetap membuka vial atau ampul
baru meskipun sasaran sedikit. Jika pada awalnya indeks pemakaian vaksin menjadi sangat
kecil dibandingkan dengan jumlah dosis per vial/ampul, namun tingkat efisiensi dari
pemakaian vaksin ini harus semakin tinggi. Sementara menurut WHO, prinsip yang dipakai
dalam mengambil vaksin untuk pelayanan imunisasi, adalah, Earliest Expired First Out
(EEFO) (dikeluarkan berdasarkan tanggal kadaluarsa yang lebih dulu). Dengan adanya
Vaccine Vial Monitor (VVM) ketentuan EEFO tersebut menjadi pertimbangan kedua.
Vaccine Vial Monitor sangat membantu petugas dalam manajemen vaksin secara cepat
dengan melihat perubahan warna pada indikator yang ada
BAB III
KESIMPULAN

A. Simpulan

Vaksinasi merupakan imunisasi aktif, ialah suatu tindakan yang dengan sengaja
memberikan paparan antigen dari suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan
menimbulkan kekebalan sehingga nantinya anak yang telah mendapatkan vaksinasi tidak
akan sakit jika terpajan oleh antigen serupa. Secara umun tujuan imunisasi antara lain :
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.
3. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) danmortalitas (angka
kematian) pada balita.
B. Saran
1. Untuk mendapatkan vaksin yang efektif hendaknya, para praktisi kesehatan yang
melakukan vaksinasi mematuhi petunjuk penggunaan vaksin agar efek baik dari
vaksin tersebut didapatkan dan efek samping dikurangi.
2. Praktisi kesehatan yang melakukan vaksinasi hendaknya sudah memiliki latar
belakang ilmu tentang vaksin serta seluk beluknya agar dalam memvaksinasi tidak
terdapat kekeliruan.
3. Dalam memvaksinasi para praktisi kesehatan tersebut sebaiknya juga melakukan
konseling kepada para ibu dari bayi yang diimunisasi tentang efek yang mungkin
timbul dari imunisasi serta
menjelaskan bagimana cara menanggulanginya agar para ibu tersebut tetap
melakukan vaksinasi sehingga cakupan imunisasi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ichrc.org/126-memeriksa-status-imunisasi
http://www.indonesian-publichealth.com/standar-penyimpanan-vaksin/
https://kumparan.com/lampu-edison/bagaimana-cara-kerja-vaksin
https://www.academia.edu/19821444/vaksin

Anda mungkin juga menyukai