Disintegrasi Bangsa
Disintegrasi Bangsa
Disintegrasi Bangsa
“Pemberontakan DI/TII”
Oleh :
XII – MIA
T.A 2019/2020
Sejarah Pemberontakan DI TII Di Indonesia : Latar Belakang,
Penyebab dan Tujuannya
Pemberontakan DI/TII - Tentara Islam Indonesia atau TII yang biasa disebut dengan Darul
Islam atau DI. Adalah sebuah gerakan politik yang di dirikan di tanggal 7 Agustus 1949, oleh
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di sebuah desa yang lokasi nya berada di
dearah Tasikmalaya.
NII atau Negara Islam Indonesia juga di proklamasikan pada saat Negara Pasundan di
bentuk oleh Belanda yang mengangkat seorang Raden yang bernama Raden Aria Adipati
Wiranatakoesoema, yang juga menjabat sebagai presiden atau pemimpin bagi Negara Pasundan
tersebut.
Sedangkan Hukum tertingginya yaitu adalah Al – quran dan Hadist. Proklamasi Negara Islam
Indonesia (NII) menyatakan dengan tegas bahwa, kewajiban negara adalah untuk membuat
undang – undang Negara yang berdasarkan pada syariat islam, serta menolak keras ideologi
terhadap ideologi lain yang selain dari alquran dan hadist. Atau yang sering disebut dengan kafir
oleh mereka.
Dalam rangka untuk menjalankan perundingan Renville. Pada Pasukan Siliwangi tersebut
berhijrah, lalau kelompok DI/TII dengan leluasa melakukan gerakan nya dengan cara merusak
dan juga membakar rumah-rumah penduduk, membongkar jalan kereta api, serta menyiksa
dan juga merampas harta benda yang di miliki oleh penduduk di daerah tersebut . Akan tetapi
ketika Pasukan Siliwangi membuat jadwal untuk kembali ke Jawa barat, kelompok DI/TII pun
kemudian berhadapan dengan Pasukan Siliwangi.
Tempat tinggal DI/TII berada di daerah pegunungan, dimana lokasi tersebut sangat
mendukung organisasi tersebut untuk bergerilya.
Pasukan Sekarmadji dapat bergerak dengan lebih leluasa pada lingkungan penduduk
sekitar .
Pasukan DI/TII juga memperoleh bantuan dari orang Belanda, di antaranya pemilik
perkebunan, dan juga para pendukung Negara Pasundan.
Suasana politik yang ketika itu tidak konsisten, serta perilaku dari beberapa golongan
partai politik yang telah mempersulit usaha untuk pemulihan keamanan.
Saat menghadapi para pasukan DI/TII pemerintahpun mengerahkan TNI untuk
meringkus kelompok tersebut.
Pada tahun 1960 Pasukan Siliwangi bekerjasama dengan rakyat untuk melaksanakan operasi
Baratayuda serta Pagar Betis. Dalam upaya untuk menumpas dan juga meruntuhkan organisasi
tersebut . pada tanggal 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo dan juga para
pengawalnya berhasil ditangkap, oleh Pasukan Siliwangi dalam operasi Baratayudha yang di
lakukan di Gunung Geber Majalaya tersebut . Sesudah Sekarmadji berhasil ditangkap oleh
pasukan TNI, lalu Mahkamah Angkatan Darat pun menyatakan bahwa Sekarmadji telah dijatuhi
hukuman mati. Setelah Sekarmadji meninggal dunia pemberontakan DI/TII pun dapat di
musnahkan.
Amir Fatah mempunyai pengikut dengan jumlah yang cukup banyak, sehingga pada tanggal 23
Agustus 1949 ia juga turut memproklamasikan bahwa organisasi Darul Islam tersebut telah
berdiri di Jawa Tengah yaitu tepatnya di Desa Pesanggrahan Tegal. Sesudah proklamasi
tersebut dilaksanakan, kemudian Amir Fatah juga menyatakan bahwa gerakan yang ia pimpin
tersebut bergabung dengan organisasi Di/TII yang berada di Jawa barat. Yang ketika itu
dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Selain itu di Kebumen juga terdapat sebuah organisasi yang bernama Angakatan Umat Islam
atau AUI yang di dirikan oleh seorang Kyai yang bernama Mohamad Mahfud Abdurrahman.
Organisasi tersebut juga bermaksud guna membentuk Negara Islam Indonesia atau NII.
Dan bersekutu dengan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Gerakan tersebut telah di desak
oleh TNI, akan tetapi pada tahun 1952 organisasi tersebut bangkit kembali lalu menjadi kuat
sesudah terjadi nya pemberontakan Battalion 423 dan 426 di Magelang dan Kudus.
Pada akhirnya pemerintah RI pun mengadakan Gerakan Operasi Militer atau yang disebut
dengan GOM, yang di bawa ke Kalimantan Selatan. Untuk menumpas pemberontakan yang
terjadi di sana. Pada tahun 1959 Ibnu Hajar berhasil diringkus lalu kemudian di jatuhi hukuman
mati pada tanggal 22 Maret 1965.
Konflik tersebut juga telah mengakibatkan perang saudara di antara kedua kelompok tersebut,
yang telah berlangsung sejak Desember 1945 hingga pada Februari 1946. Dalam upaya
menanggulangi masalah tersebut , pemerintah RI pun memberikan status Daerah Istimewa
tingkat provinsi pada Aceh. Dan juga mengangkat Daud Beureuh menjadi pemimpin atau
Gubernur ketika itu .
Setelah NKRI berhasil terbentuk pada bulan Agustus 1950, pemerintah RI kemudian
mengadakan sistem penyerdehanaan administrasi pemerintahan yang kemudian mengakibatkan
beberapa daerah yang berada di Indonesia mengalami penurunan status. Salah satu dari daerah
yang mengalami penurunan tersebut adalah Aceh. Yang semula menjabat sebagai Daerah
Istimewa, namun setelah terjadi penyederhanaan tersebut dimulai maka Aceh menjadi daerah
keresidenan yang di kuasai oleh Provinsi Sumatera Utara.
Kejadian tersebut tentunya membuat Daud Beurehu merasa kecewa, hingga pada akhirnya ia
memutuskan untuk bergabung dengan NII. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 20 September
1953. Sesudah Daud Beureuh bergabung dengan NII, merekapun melakukan operasi yang
dilakukan untuk menguasai kota yang berada di Aceh. Merekapun juga melakukan propaganda
untuk memperkeruh citra dari pemerintah RI.
Pemberontakan yang di lakukan oleh Daud Beureuh dengan para anggota NII yang dipimpin
oleh Sekarmadji, di atasi oleh pihak pemerintah dengan menggunakan kekuatan senjata dan
juga operasi militer dari TNI. Setelah pemerintah RI melakukan operasi tersebut , kelompok
DI/TII mulai terkikis dari beberapa kota yang ditempati nya.
TNIpun memberikan pencerahan kepada para penduduk setempat untuk menghindari kesalah
pahaman serta mengembalikan kepercayaan, kepada pemerintah RI. Di tanggal 17 sampai 28
Desember 1962, atas nama Prakasa Panglima Kodami Iskandar Muda, kolonel M. Jasin pun
mengadakan sebuah musyawarah kerukunan Rakyat Aceh. Yangmana musyawarah tersebut
mendapatkan dukungan dari para tokoh masyarakat Aceh, dan juga musyawarah yang
dilakukan di tempat itu telah berhasil memulihkan keamanan yang ada di Aceh.
Pemberontakan DI/TII Di Sulawesi Selatan
Pemberontakan pun terjadi juga di Sulawesi Selatan, yang di pimpin oleh Kahar Muzakar.
Organisasi tersebut telah di dirikan sejak tahun 1951 dan baru berhasil di runtuhkan oleh
pemerintah pada tahun 1965. Untuk menumpas organisasi itu, maka di butuhkan banyak biaya,
tenaga serta juga waktu karena kondisi medan nya yang ketika itu sangat sulit.
Meskipun begitu para pemberontak DI/TII menjadi sangat menguasai kawasan tersebut.
Setelah pemerintah RI mengadakan operasi penumpasan DI/TII dengan anggota TNI, barulah
Kahar Muzakar berhasil ditangkap pada tanggal 3 Februari 1965.
Akhirnya TNI juga mampu dalam menghalau seluruh pemberontakan, yang terjadi pada saat itu.
Seperti yang telah di ketahui Indonesia terbentuk atas beragam suku dan juga keberagaman
budaya, selain itu UUD 1945 yang juga melindungi beberapa kepercayaan sehingga tidak
mungkin untuk menjadikan nya sebagai salah satu hukum agama untuk di jadikan sebagai dasar
negara.