Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA NATAL CARE

A. KONSEP DASAR PERSALINAN


1. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong
keluar melalui jalan lahir. (Saifuddin, 2012)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Manuaba
membagi persalinan menjadi 3 yaitu : persalinan spontan bila perssalinan
berlangsung dengan tenaga sendiri, persalinan buatan bila persalinan dengan
rangsangan sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan dan persalinan anjuran.
(Manuaba, 2015)
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kelahiran aterm
( bukan premature atau post matur), mempunyai onset yyang spontan (tidak
diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak awitannya, mempunyai
janin tunggal dengan presentasi verteks dan oksiput pada bagian anterior pelvis,
terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forsep), tidak mencakup komplikasi dan
mencakup pelahiran plasenta yang normal. (Farrer, 2014)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janin.

2. Tujuan Pengawasan Persalinan


1) Mengetahui tahap persalinan sebagai acuan penilaian kemajuan persalinan dan
sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan selanjutnya.
2) Mengetahui kelainan – kelainan yang mungkin dapat mengganggu kelancaran
persalinan atau segera mengetahui persalinan beresiko.
3) Memberikan asuhan yang memadai selama persalianan dalam upaya mencapai
pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan
aspek sayang ibu dan sayang bayi.
3. Jenis Persalinan
1) Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
2) Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
3) Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
rangsangan

4. Tahap Persalinan
Menurut Saifuddin (2012), persalinan dibagi dalam empat kala :
a. Kala I
Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses
ini terbagi dalam 2 fase, yaitu :
 Fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm.
 Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat
dan sering selama fase aktif.
Menurut Helen durasi rata-rata kala satu persalinan adalah 10 sampai 12
jam pada primigravida dan sekitar 4-6 jam pada multipara.
b. Kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
c. Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit
d. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum

5. Etiologi
Sebab terjadinya partus sampai kini merupakan teori yang kompleks. Faktor-
faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh
syaraf dan nutrisi mengakibatkan partus mulai. Perubahan dalam biokimia dan
biofisika seperti penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron
mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus. Keadaan uterus yang terus
membesar dan menjadi tegang mengakibatkan ischemic otot uterus. Hal ini
mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplacenter
sehingga plasenta mengalami degenerasi. Bila nutrisi pada janin berkurang maka
konsepsi akan segera dikeluarkan. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus
frankenhauser yang terletak dibelakang serviks dapat membangkitkan kontraksi
uterus. (Wiknjosastro, 2015)
Adapun teori yang menerangkan proses persalinan :
1) Teori kadar progesteron
Progesteron yang mempunyai tugas mempertahankan kehamilan semakin
menurun dengan makin tuanya kehamilan sehingga otot rahim mudah
dirangsang.
2) Teori oksitosin
Menjelang kelahiran oksitosin makin meningkat, sehingga cukup kuat untuk
merangsang persalinan.
3) Teori regangan otot rahim
Dengan merengangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan
kontraksi persalinan dengan sendirinya.
4) Teori prostaglandin
Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga dapat
menyebabkan kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung.
5) Teori hipotalamus pituitari dan glandula suprarenalis
Teori ini diterangkan oleh Linggin menunjukkan pada kehamilan dengan
anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk
hipotalamus. Pemberian kortikosteroid yang menyebabkan maturitas janin
merupakan induksi persalinan. Glandula suprarenalis merupakan pemicu
terjadinya persalinan. (Manuaba. 2015)

6. Tanda dan Gejala


1) Tanda-tanda dini akan dimulainya persalinan
a. Lightening
Menjelang minggu yang ke-36, pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP yang disebabkan oleh :
 Kontraksi braxton hicks
 Ketegangan dinding perut
 Ketegangan ligamentum rontumdum
 Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
Masuknya kepala bayi ke PAP dirasakan ibu hamil :
 Terasa ringan di bagian atas, terasa sesaknya berkurang
 Dibagian bawah terasa sesak
 Terjadi kesulitan berjalan
 Sering miksi
Gambaran ligtening pada primigravida menunjukkan hubungan normal
antara ketiga P yaitu : power, passage dan pasenger.
b. Terjadi his permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks. Kontraksi ini
terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron dan
memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan semakin tua
kehamilan, pengeluaran progesteron berkurang sehingga oksitosin
menimbulkan kontraksi lebih sering sebagai his palsu. Sifat his palsu atau
permulaan :
 Rasa nyeri ringan dibagian bawah
 Datangnya tidak teratur
 Tidak ada perubahan pada serviks
 Durasinya pendek
 Tidak bertambah bila beraktivitas
2) Tanda persalinan
a. Terjadi his persalinan
His persalinan mempunyai sifat :
 Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
 Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatanya
semakin besar
 Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
 Makin beraktivitas kekuatan makin bertambah

b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)


Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
:
 Pendataran dan pembukaan
 Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
serviks lepas
 Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan
pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan
berlangsung dalam waktu 24 jam. (Manuaba, Ida Bagus, 2015)

7. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah cara penyesuaian diri dan lewatnya janin
melalui panggul ibu. Ada enam gerakan dengan overlapping yang jelas yaitu :
1) Penurunan
Penurunan Yang Meliputi Engagement Pada Diameter Obliqua Kanan
panggul, berlangsung terus selama persalinan normal pada waktu janin melalui
jalan lahir. Serakan-serakan lainnya menyertai penurunan ini. Pada primigravida
sebelum persalinan mulai sudah harus terjadi penurunan kepala yang jelas
dalam proses engagement. Penurunan disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus
ke bawah dan pada kala II dibantu oleh daya mengejan dari pasien dan sedikit
oleh gaya berat.
2) Fleksi
Sebelum persalinan mulai sudah terjadi fleksi sebagian oleh karena ini
merupakan sikap alamiah janin dalam uterus. Tahanan terhadap penurunan
kepala menyebabkan bertambahnya fleksi. Occiput turun mendahului sinsiput,
UUK lebih rendah dari bregma dan dagu janin mendekati dadanya. Biasanya ini
terjadi di PAP, tetapi mungkin pula baru sempurna setelah bagian terendah
mencapai dasar panggul. Efek dari fleksi adalah untuk merubah diameter
terendah dari occipitofrontalis (11,0 cm) menjadi suboccipito bregamatika (9,5
cm) yang lebih kecil dan lebih bulat, oleh karena persesuaian antara kepala janin
dengan panggul ibu mungkin ketat, pengurangan 1,5 cm dalam diameter
terendah adalah penting.

3) Putar Paksi Dalam


Sebagian besar panggul mempunyai PAP berbentuk oval melintang,
diameter anteroposterior PTP sedikit lebih panjang dari pada diameter
transversal. PBP berbentuk oval anteroposterior seperti kepala janin. Sumbu
panjang kepala janin harus sesuai dengan sumbu panjang panggul ibu.
Karenanya kepala janin yang masuk PAP pada diameter transversal atau obliqua
harus berputar kediameter anteroposterior supaya dapat lahir. UUK masuk PTP
tempat ia berhubungan dengan dasar panggul (musculus dan fascia levator ani).
Disini UUK berputar 450 ke kanan (menuju garis tengah). Sutura sagitalis pindah
dari diameter obbliqua kanan ke diameter anterioposterior panggul : LOA ke OA.
UUK mendekati sympisis pubis dan cinciput mendekati sakrum. Kepala berputar
dari diameter obliqua kanan kediameter anteroposterior panggul. Tetapi bahu
tetap pada diameter obliqua kiri. Dengan demikian hubungan normal antara
sumbu panjang kepala dengan sumbu panjang bahu berubah, dan leher
berputar 450. keadaan ini terus berlangsung selama kepala masih berada dalam
panggul. Putar paksi dalam yang awal sering terjadi pada multipara dan pada
pasien dengan kontraksi uterus yang efisien. Umumnya putar paksi dalam terjadi
pada kala II.
4) Ekstensi
Ekstensi pada dasarnya disebabkan oleh kedua kekuatan yaitu : kontraksi
uterus yang menimbulkan tekanan ke bawah dan dasar panggul yang
memberikan tahanan. Dinding depan panggul (pubis) panjangnya hanya 4
sampai 5 cm, sedangkan dinding belakang (sakrum) 10 sampai 15 cm. Dengan
demikian sinsiput harus menempuh jarak yang lebih panjang daripada ociput.
Dengan semakin turunnya kepala terjadilah penurunan perineum diikuti dengan
kepala membuka pintu (crowing). Ociput lewat melalui PAP perlahan-lahan dan
tengkuk menjadi titik putar di angulus subpubicus. Kemudian dengan proses
ekstensi yang cepat sinsiput menelurus sepanjang sakrum dan berturut-turut
lahirlah bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu melalui perineum.
5) Restitusi
Pada waktu kepala mencapai dasar panggul, maka bahu memasuki
panggul. Oleh karena panggul tetap berada pada diameter obbliqua sedangkan
kepala berputar kedepan, maka leher ikut berputar kembali dan kepala
mengadakan restitusi kembali 450 (OA dan menjadi LOA) sehingga hubungannya
dengan bahu dan kedudukannya dalam panggul menjadi normal kembali.

6) Putar paksi luar


Putar paksi luar kepala sebenarnya merupakan manifestasi putar paksi dari
dalam dari pada bahu. Pada waktu bahu mencapai dasar panggul bahu depan
yang lebih rendah berputar ke depan di bawah simpisis dan diameter
bisacromialis berputar dari diameter obliqua kiri menjadi diameter
anterioposterior panggul. Dengan demikian maka diameter panjang bahu dapat
sesuai dengan diameter memanjang PBP. Kepala yang telah berputar kembali
450 untuk mengembalikan hubungan normal dengan bahu, sekarang berputar 450
lagi untuk memprtahankannya : LOA menjadi TOA. (Harry, Wiliam, 2014)

8. Pathway
Proses persalinan

Perubahan hormon (peningkatan estrogen dan Kurang Pengetahuan


oksitosin, penurunan progesteron), pembesaran uterus,
sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi
Ansietas
Persalinan dimulai

Kala I

Pembukaan serviks 6 cm (fase aktif)

His semakin kuat

Kepala janin masuk PAP

Dilatasi maksimal Nyeri

Kala II

Distensi PD berulang
Tanda-tanda persalinan

Vesika urinaria Rektum His Blood Sho Dilatasi Servik Engagement Tonjolan Ketuban

Vulva membuka

Perubahan pola
eliminasi Perineum kaku

Episiotomi

Gg. rasa Kerusakan


nyaman nyeri integritas kulit Resti infeksi Pengeluaran bayi

Kala III

Kontraksi uterus

Lemah Kuat Pengeluaran plasenta


Resti kekurangan
Perdarahan Vasokontriksi
volume cairan
Kala IV

Adaptasi psikologis Adaptasi fisiologis

Involusio uteri Perubahan payudara


Perubahan peran
Nyeri Laktasi
9. Penatalaksanaan
1) Kala I
a. Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari
4 cm dan kontraksi terjadi tertur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40
detik.
b. Penanganan
 Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan
 Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan,
lakukan perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan, dll.
 Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
 Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
 Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air besar/kecil.
 Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan
cara: gunakan kipas angina/AC, Kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi
sebelumnya.
 Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup
minum
 Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
c. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada
persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan
yang ada pada partogram. Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal
sebagai berikut :
 Warna cairan amnion
 Dilatasi serviks
 Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan pemeriksaan luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama mungkin
diagnosis in partu belum dapat ditegakkan. Jika terdapat kontraksi yang
menetap periksa ulang wanita tsb setelah 4 jam untuk melihat perubahan
pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita
tersebut dalam keadaan in partu jika tidak terdapat perubahan maka
diagnosanya adalah persalinan palsu.
d. Kemajuan Persalinan dalam Kala I
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan
Kala I :
 Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekwensi dan durasi
 Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan
 Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada
persalinan kala I :
 Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten
 Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif
 Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
e. Kemajuan pada kondisi janin
 Jika didapati denyut jantung janin tidak normal ( kurang dari 100 atau lebih
dari 180 denyut permenit ) curigai adanya gawat janin
 Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks fleksi
sempurna digolongkan kedalam malposisi atau malpresentasi
 Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama
tangani penyebab tersebut.
f. Kemajuan pada kondisi Ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu :
 Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi
atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau I.V. dan
berikan anlgesia secukupnya.
 Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan
 Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi yang kurang
segera berikan dektrose IV.
2) Kala II
a. Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam
untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah
tampak di vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
b. Penanganan
 Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi
ibu agar merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan meijat ibu
 Menjaga kebersihan diri
 Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
 Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
 Mengatur posisi ibu
 Menjaga kandung kemih tetap kosong
 Memberikan cukup minum
c. Posisi saat meneran
 Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
 Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk
mengambil nafas
 Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk
memastikan janin tidak mengalami bradikardi ( < 120 )
d. Kemajuan persalinan dalam Kala II
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan
kala II :
 Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
 Dimulainya fase pengeluaran
 Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat persalinan tahap
kedua
 Tidak turunnya janin dijalan lahir
 Gagalnya pengeluaran pada fase akhir
e. Kelahiran kepala Bayi
 Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala
bayi lahir
 Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
 Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
 Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir/darah
 Periksa tali pusat:
 Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar selipkan tali pusat
melalui kepala bayi
 Jika lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua tempat kemudian
digunting diantara kedua klem tersebut sambil melindungi leher bayi.
f. Kelahiran Bahu dan anggota seluruhnya
 Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
 Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
 Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan
 Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang
 Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi
sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung
bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
 Letakkan bayi tsb diatas perut ibunya
 Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai
pernafasan bayi
 Jika bayi menangis atau bernafas ( dada bayi terlihat naik turun paling
sedikit 30x/m ) tinggalkan bayi tsb bersama ibunya
 Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan dan
segera mulai resusitasi bayi
 Klem dan pototng tali pusat
 Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit
dada siibu.
 Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut dan
pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya
panas tubuh.
3) Kala III
a. Manajemen Aktif Kala III
 Pemberian oksitosin dengan segera
 Pengendalian tarikan tali pusat
 Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
b. Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta :
 Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
 Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan
bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2
mg. IM.
Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :
 Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis.
Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso
kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu.
 Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan
vulva.
 Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat ( 2-
3 menit )
 Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-
menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
 PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
 Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan
atau klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan
gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan
dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum
jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
 Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan masase
fundus agar menimbulkan kontraksi.
 Jika menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam
waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua dalam jarak
waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama.
 Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks
atau vagina atau perbaiki episotomi.
4) Kala IV
a. Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu
dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa –
sio ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedanmg menyesuaikan diri
dari dalam perut ibu ke dunia luar.
b. Penanganan
 Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai
menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit
pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan.
 Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15
menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
 Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
 Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
 Biarkan ibu beristirahat
 Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
 Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
 Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
 Ajari ibu atau keluarga tentang :
 Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
 Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi

B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Adanya kontraksi uterus yang lemah setelah bayi dan plasenta keluar pada
kala III dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan, merupakan faktor resiko
tinggi terjadinya syok hipovolemik.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Adanya kontraksi kuat dan dilatasi maksimal pada PAP akibat dorongan
kepala janin merupakan faktor pencetus timbulnya rasa nyeri.
Kurang pengetahuan tentang proses persalinan dan respon adaptasi
psikologis terhadap penerimaan peran baru dalam keluarga mengakibatkan
timbulnya kecemasan.
Pemeriksaan dalam (PD) berulang dan adanya perlukaan pada jalan lahir
merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.
3. Kebutuhan Aktifitas
Tingginya energi yang digunakan pada proses persalinan mengakibatkan
terjadinya kelemahan fisik dan keterbatasan aktifitas.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
 Nama suami dan istri
Agar dalam melakukan komunikasi dengan pasien keluarga dapat terjalin
komunikasi dengan baik.
 Usia
Penyulit dalam kehamilan remaja lebih tinggi dibanding umur 20 sampai 30
tahun.
 Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan / informasi bila
diperlukan. Bila keadaan mendesak, dengan diketahuinya alamat tersebut
bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien/klien dan lingkungannya.
 Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan pasien.
 Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan pasien/klien.
 Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
 Status perkawinan
Ditanyakan kepada ibu atau calon ibu, untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan, bila diperlukan
ditanyakan tentang keberapa kalinya.
 Lama Perkawinan
Kalau orang hamil suda lama kawin, nilai anak tentu besar sekali dan ini
harus diperhitungkan dalam pimpinan (anak mahal)
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
 Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien/klien
datang mencari pertolongan.
 Riwayat keluhan utama
 P : Provokasi / palatif (penyebab)
 Q : Quality / bagaimana gejala dirasakan
 R : Region / dimana gejala dirasakan
 S : Skala keadaan / seberapa parah yang dialami pasien
 T : Time / sejak kapan keluhan terjadi dan sampai kapan

2. Riwayat kesehatan sekarang


Yang perlu dikaji : sejak kapan ibu merasakan pergerakan anak, umur
kehamilan, ANC berapa kali, dimana imunisasi TT didapatkan, teraphie yang
didapatkan, penyuluhan yang didapatkan, bila mulai didapatkan gerakan
anak,kalau kehamilan masih muda adalah mual, muntah, sakit kepala,
perdarahan.kalau kehamilan tua adalah bengkak di kaki/muka, sakit kepala,
perdarahan, sakit pinggang dan lain-lain.
3. Riwayat kesehatan dahulu
a) Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid
berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit
waktu haid atau tidak.
b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat
atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak.
c) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Perlu dicatat bagi ibu yang mengikuti atau pernah mengikuti KB. Hal
ini penting diketahui apakah kehamilan sekarang direncanakan atau tidak.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau penyakit menular
yang dapat mempengaruhi persalinan.
c Pemeriksaan fisik
1. Penampilan atau keadaan umum
 Tingkat kesadaran:umumnya sadar penuh
 Tanda –tanda vital (tensi, denyut nadi, pernafasan dan suhu)
2. Kepala : Warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi ada atau
tidak, oedema ada atau tidak
3. Mata : Fungsi penglihatan, Tanda-tanda anemis ada atau tidak, warna
kornea, sklera ikterik atau tidak
4. Hidung : Fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak,
kesimetrisan, kebersihan
5. Telinga : Kesimetrisan kedua daun telinga, Fungsi pendengaran,
Kebersihan, Keluhan nyeri, keluaran cairan, adanya nyeri tekan atau tidak,
kesimetrisan, kebersihan
6. Mulut : Fungsi pengecapan, kondisi lidah kotor atau bersih, caries ada atau
tidak, mukosa bibir lembab atau tidak, fungsi mengunyah baik atau
terganggu.
7. Leher : fungsi pergerakan simetris simetris dextra-sinistra, pembesaran
kelenjar thyroid, fungsi menelan.
8. Dada : periksa keadaan puting susu menonjol atau tidak, kesimetrisan
payudara, pengeluaran ASI, palpasi adanya benjolan, periksa bunyi nafas
dan jantung klien.
9. Abdomen:periksa munculnya rasa mules, pada uterus, hitung TFU, periksa
letak janin dengan pemeriksaan leopold 1-4. Periksa DJJ secara teratur
untuk mengetahui kondisi janin, kaji frekuensi dan interval mules yang
timbul, kaji/auskultasi bising usus klien.
10. Genitalia
 Kaji pengeluaran cairan dan lendir, periksa pembukaan serviks melalui
PD, kaji adanya cairan ketuban (bau dan warnanya), dan kaji mengenai
kebersihan vulva.
11. Urinaria
 Kaji adanya distensi blass, frekuensi berkemih, terpasang DC/tidak, kaji
warna dan bau urine.
12. Kuku dan kulit
 Kaji warna kulit, kebersihan, tekstur, kebersihan, turgor kulit, warna
kuku, CRT, kebersihan kuku.
13. Ekstremitas atas dan bawah
 Kaji mengenai tonus otot, terdapat edema atau tidak, terdapat varises
atau tidak.

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


1) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai proses
persalinan, trauma persalinan.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses PD yang berulang, adanya
trauma jalan lahir.
3) Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
perdarahan yang banyak pada persalinan.
4) Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus.
5) Fatique berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi pada persalinan.
3. Intervensi keperawatan
1) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai proses
persalinan, trauma persalinan
Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ......, cemas berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil :
 Klien tampak rileks dengan situasi persalinan dan mengerti kronologis
persalinan
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV secara teratur 1. TTV
dapat menunjukan proses
fisiologis klien
2. Berikan informasi mengenai 2. Dengan di berikan
tenteng perubahan fisiologis dan pengetahuan/informasi di harapkan
psikologis yang berhubungan klien dapat menurunkan ansietas dan
dengan persalinan stress ,meningkatkan kemajuan
persalinan
3. Berikan perawatan dan 3. Kontinuitas pengkajian dan
bimbingan yang baik selama perawatan,dapat membantu dalam
proses persalinan masa penyembuhan klien

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan proses PD yang berulang, adanya


trauma jalan lahir
Tujuan:
 Setelah dilakukan tindakan perawatan selama.........., infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Bebas dari tanda-tanda infeksi
 Cairan amnion jernih, tidak berwarna dan berbau

Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Gunakan tekhnik aseptik 1. Membantu mencegah pertumbuhan
selama perawatan vagina bakteri dan mencegah infeksi siang
2. Membersihkan daerah vulva 2. Daerah vulva yang kotor dapat memicu
dan menjaga kebersihannya perkembangan mikroorganisme bakteri
3. Berikan therapy antibiotik jika 3. Antibiotik dapat menghambat indikasi
di indikasikan bakteri

3) Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan


perdarahan yang banyak pada persalinan.
Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ......., tidak terjadi hyvopolemi,
cairan tubuh seimbang.

Kriteria hasil :
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
 Tekanan darah dan nadi dalam batas normal
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV 1. TTV dapat di gunakan sebagai indikator
dehidrasi
2. Pantau tanda dan gejala 2. Dapat membantu mengetahui
kehilangan cairan berlebih sejauhmana kehilangan cairan/dehidrasi
yang di alami
3. Hindari menarik tali pusat 3. Penarikan yang terlalu kuat dapat
secara berlebihan/terlalu menyebabkan terputusnya tali pusat dan
kuat retensi fragmen placenta yang dapat
meyebabkan pendarahan
4. Berikan therapy IVFD sesuai 4. Dapat memenuhi cairan yang kurang
advis sesuai dosis

4) Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus


Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ........., nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil :
 Klien tampak lebih tenang, tidak meringis
 Klien mengeluh tidak nyeri/mules
 Skala nyeri (0)

Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Atur posisi klien miring kiri 1. Dengan tidur miring kiri,di harapkan
dapat mempercepat penurunan kepala
janin,sehingga mempercepat
pembukaan lengkap dan persalinan
2. Anjurkan pada klien untuk 2. Dengan menarik nafas dalam,di
menarik nafas dalam harapkan dapat mengurangi rasa mules
(Relaksasi)

5) Fatique berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi pada persalinan


Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan perawatan selama......., fatique dapat teratasi
Kriteria hasil :
 Klien dapat menghemat energi
 Klien tidak kelelahan saat proses persalinan

Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji derajat keletihan 1. Untuk mengetahui sejauh mana
keletihan yang di alami klien
2. Anjurkan klien untuk tidak 2. Pengeluaran energi pada waktu
meneran sebelum meneran dapat menyebabkan kletihan
pembukaan lengkap pada saat persalinan
3. Ciptakan lingkungan yang 3. Lingkungan yang tenang dapat
tenang dan atur posisi klien meningkatkan relaksasi klien,dan posisi
senyaman mungkin yang nyaman dapat mempercepat
proses persalinan,sehingga dapat
meminimalisirkan pengeluaran energi
berlebih

DAFTAR PUSTAKA

Abdul bari saifuddin, 2011, Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta.

Abdul bari saifuddin, 2012, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta.

Hacher/moore, 2013, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates, jakarta.

Manuaba, Ida Bagus Gede, 2015, Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan keluarga
berencana, EGC, Jakarta.

Sarwono, 2015, Ilmu Bedah kebidanan, Yayasan sarwono, Jakarta.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai