Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PKN

“ DEMOKRASI PANCASILA ”

DISUSUN

OLEH KELOMPOK 4 :

NAMA : MUTIARA SYAFAATI SIQRA ( C031171002 )

ERWIN ( C031171012 )

NUR ALIAH BAHMID ( C031171309 )

HAMDI SUHERLAN ( C031171507 )

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Republik Indonesia merupakan salah satu Negara yang menganut
demokrasi yang bersumber kepada nilai-nilai kehidupan yang berakar dari budaya
bangsa Indonesia sendiri. Demokrasi adalah pemerintahan rakyat, maksudnya
pemerintahan memberi kekuasaan dan wewenang kepada rakyat,semua keputusan
berdasarkan suara rakyat.Dengan slogan suara rakyat adalah suara Tuhan.
Jadi,Demokrasai Indonesia adalah pemerintahan dari semua rakyat Indonesia,oleh
rakyat Indonesia dan untuk rakyat Indonesia dari Sabang sampai Meroke.Cara
pemerintahan seperti ini menjadi cita-cita semua partai Nasionalis di Indonesia.
Sejak bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 selalu
menjadi pertanyaan bagaimana sistem pemerintahan yang tepat dan paling bermanfaat
baginya.
Dengan kemudian dirumuskannya Pancasila sebagai Filsafah dan Pandangan
Hidup Bangsa serta Dasar Negara Republik Indonesia, mulai jelas apa yang menjadi
Tujuan Bangsa. Hal ini makin tegas setelah dirumuskan dan disetujui Undang-Undang
Dasar 1945 pada 18 Agustus 1945. Dengan begitu juga jelas sistem pemerintahan apa
yang tepat dan bermanfaat bagi bangsa kita.
Secara umum dapat dikatakan bahwa Demokrasi adalah sistem politik yang
memungkinkan semua warga bangsa mempunyai kesempatan mewujudkan
aspirasinya. Dalam sejarah umat manusia tampak bahwa demokrasi berkembang
sesuai dengan kondisi bangsa yang bersangkutan, termasuk nilai budayanya,
pandangan hidupnya serta adat-istiadatnya. Dengan begitu tiap-tiap bangsa
mempunyai caranya sendiri mewujudkan demokrasi. Antara lain tampak bahwa
sekalipun bangsa-bangsa Eropa Barat mempunyai banyak kesamaan budaya,
pandangan hidup dan adat-istiadat, namun demokrasi yang berkembang di Perancis
dan Inggeris tidak sepenuhnya sama. Juga antara bangsa Amerika dan Inggeris yang
sama-sama digolongkan bangsa Anglo Saxon terdapat perbedaan besar dalam
pelaksanaan demokrasi.
Itu memberikan kesimpulan bahwa tidak ada pelaksanaan atau perwujudan
demokrasi yang universal dan berlaku bagi semua bangsa. Bahkan dalam satu bangsa
dapat terjadi perubahan dalam pelaksanaan demokrasi sesuai dengan
perkembangannya, seperti ketentuan dalam hak pilih untuk perempuan. Maka tidaklah
benar anggapan sementara orang, termasuk di Indonesia, bahwa demokrasi Barat
adalah pelaksanaan demokrasi yang universal dan harus diterapkan pada semua
bangsa.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah pengertian demokrasi itu ?
2. Bagaimana pentingnya kehidupan demokrasi ?
3. Bagaiman pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan ?
4. Bagaimana pemimpin yang beriman, bermoral, berilmu, terampil, dan demokrasi?
5. Bagaimana konsekuensi Perilaku Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dalam
Kehidupan Demokratis ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata,
yaitu demos dan kratos. Demos berarti rakyat dan kratos brarti pemerintah. Jika kedua
kata tersebut digabungkan, maka akan berarti kekuasaan rakyat atau pemerintahan dari
rakyat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud demokrasi adalah
suatu system pemerintahan yang berasal dari rakyat dan selalu mengikut sertakan rakyat
dalam pemerintahan negara.
Dengan konsep tersebut tentunya telah menjadikan demokrasi sebagai system
pemerintahan yang paling ideal dibandingkan dengan sistem pemerintahan lainnya.
Namun demikian, penerapan sistem demokrasi saat ini berbeda dengan penerapannya
pada zaman Yunani kuno.
Pada zaman Yunani kuno, rakyat yang menjadi warga Negara terlibat langsung
dalam pemikiran, pembahasan, dan pengambilan keputusan mengenai berbagai hal yang
menyangkut kehidupan negara. Demokrasi zaman Yunani ini sering disebut sebagai
demokrasi langsung atau demokrasi murni. Penerapan system demokrasi dengan cara
tadi tentunya tidak mungkin lagi untuk dilaksanakan, karena saat ini hampir setiap
Negara memiliki wilayah yang sangat luas dan jumlah penduduk yang sangat besar.
Kondisi itulah yang membuat setiap perkara kenegaraan tidak mungkin dibicarakan
secara langsung dengan seliruh rakyat, tetapi cukup diwakilkan kepada wakil rakyat yang
duduk dalam lembaga perwakilan rakyat. Oleh karena dilakukan secara perwakilan,
maka system demokrasi seperti ini sering disebut sebagai demokrasi tak langsung atau
demokrasi perwakilan.
Perkembangan teknologi dan kebudayaan yang begitu cepat, tidak mengubah
anggapan sebagian besar Negara bahwa demokrasi merupakan system pemerintahan
yang paling ideal. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya Negara yang menyatakan
sebagai Negara demokrasi, meskipun dengan sebutan yang berbeda-beda. Misalnya,
demokrasi liberal, demokrasi nasional, demokrasi rakyat, demokrasi parlementer, dan
demokrasi Pancasila.
Meskipun banyak Negara yang mengaku sebagai Negara demokrasi, tetapi apakah
Negara tersebut benar-benar Negara demokrasi. Kriteria ini sangat tergantung pada
bagaimana Negara tersebut menjalankan pemerintahannya, apakah sesuai dengan
prinsip-prinsip dasar demokrasi atau tidak.

B. Pentingnya Kehidupan Demokrasi dalam Bermasyarakat, Berbangsa, dan


Bernegara
1. Pentingnya Kehidupan Demokrasi
Demokrasi merupakan suatu konsep yang mengendapkan keadilan, kejujuran, dan
transparansi [keterbukaan].Dengan demikian, demokrasi bertujuan untuk
menciptakan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. oleh sebab itu,
Demokrasi sangat penting di terapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
Dalam memutuskan atau menyelesaikan suatu masalah, baik itu di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat sangat diperlukan suatu masyarakat yang
demokratis. Selain itu, dalam menentukan pergantian pemimpin, dari mulai rukun
tetangga (RT) sampai presiden diperlukan juga suatu pemilihan umum (pemilu)
yang demokratis dan aman.
2. Demokrasi dalam Kehidupan Politik
Demokrasi dalam kehidupan politik dapat dilakukan dan diterapkan dalam kegiatan
pemilihan umum.
a. Pemilihan Umum (pemilu)
Salah satu bentuk penerapan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yaitu diadakannya pemilihan umum (pemilu). Sebab
pemilu merupakan:
1) wujud pelaksanaan demokrasi,
2) wujud pelaksanaan kedaulatan rakyat,
3) wujud pelaksanaan hak politik warga,
4) partisipasi rakyat terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara,
5) pemilihan kemimpinan yang wajar, demokrtis, dan aman,
6) menjamin keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara, dan
7) sarana mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan nasional.
b. Pelaksanaan Pemilu Tahun 2004 di Indonesia
Pada suasana yang masih dalam proses reformasi di segala bidang dan masih
belum pulih dari krisi ekonomi, bangsa indonesia berhasil mengadakan pemilu
dengan aman dan demokrasi. Pemilu tersebut dilakukan untuk memilih anggota
DPR, DPRD, DPD, serta presiden dan wakil presiden.
 Pemilu DPR dan DPRD
Dilaksanakan dengan sistem proporsional dengan daftar calon
terbuka.Daftar calon terbuka artinya nama-nama calon terdaftar dalam kartu
pemilihan untuk dipilih oleh pemilih. Pemberian namanya dengan cara
mencoblos gambar partai dan mencoblos salah satu nama calon.
 Pemilu DPD
Dilaksanakan dengan sistem distrik berwakil banyak. Artinya, para calon
memperebutkan suara pemilih di daerah pemilihan tertentu.setiap provinsi
mendapat jatah 4 wakil yang akan menjadi anggota DPD.empat kursi inilah
yang akan di perebutkan oleh para calon.pemberian suaranya dengan cara
mencoblos salah satu foto calon dalam kartu pemilihan.
 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
Dilaksanakan dengan sistem absolut majority (suara terbanyak mutlak).
Artinya, pasangan calon yang mendapat suara minimal separuh lebih
(50%+1) dari seluruh jumlah suara yang sah akan ditetapkan menjadi
presiden dan wakil presiden.
3. Demokrasi dalam Kehidupan Ekonomi
Praktek demokrasi dalam kehidupan ekonomi kita diatur dalam Pasal 33 Ayat
(4) hasil amandemen ke 4 UUD 1945 menyatakan bahwa “Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”
Dalam Pasal 33 tersebut tercantum dasar kehidupan demkrasi ekonomi kita,
yakni produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, dibawah pimpinan atau
penilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarkatlah yang
diutamakan bukan kemakmuran orang seorang. Landasan demokrasi ekonomi yang
diartikan sebagai kemakmuran bagi semua, memiliki dua elemen penting, yakni
kemakmuran dan kesempatan bagi seluruh warga masyarakat untuk menikmatinya.
Untuk menciptakan kemakmuran, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
prasyarat. Meskipun demikian, pertumbuhan itu haruslah berlandaskan pada fondasi
baru yakni kondisi institusi publik yang bersih dan kredibel, institusi ekonomi
seperti perbankan dan badan usaha yang sehat dan dikelola dengan baik, serta
kelengkapan peraturan dan penegakan hukum untuk menjaga mekanisme pasar yang
efektif dan berkeadilan.
Elemen kedua dalam demokrasi ekonomi adalah kesempatan yang sama bagi
seluruh masyarakat untuk ikut menciptakan dan menikmti kemakmuran. Ini terkait
dengan konsep keadilan ekonomi. Dalam konteks ekonomi kerakyatan atau
demokrasi ekonomi, kegiatan produksi dan konsumsi dilakukan oleh semua warga
masyarakat dan untuk warga masyarakat, sedangkan pengelolaannya dibawah
pimpinan dan pengawasan anggota masyarakat sendiri. Prinsip demokrasi ekonomi
tersebut hanya dapat diimplementasikan dalam wadah koperasi yang berasaskan
kekeluargaan.

C. Pelaksanaan Demokrasi dalam Berbagai Kehidupan


1. Kebaikan Budaya Demokrasi
Kita berkewajiban untuk melanjutkan dan lebih memantapkan dasar-dasar
demokrasi berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah
diletakkan oleh para tokoh bangsa. Komitmen ini penting untuk dilaksnakan demi
terwujudnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis
menuju masyarakat adil dan makmur.
Pada dasarnya maju atau mundur bangsa kita dimasa datang sangat tergantung
pada seluruh rakyat Indonesia. Untuk itu marilah kita aktif ambil bagian dan
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Partisipasi
semua pihak dalam pembangunan sangat diperlukan agar dalam prosesnya tidak
menyimpang dari nilai-nilai baik yang telah tetanam dalam tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara di negara kita.
Faktor pendukung lainnya yang patut dikembangkan dalam kehidupan bangsa
kita yaitu budaya musyawarah untuk mufakat. Musyawarah dilakukan guna
mengatasi segala permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Namun,
budaya musyawarah ini harus dilandasi akal sehat dan hati nurani yang luhur agar
segala persoalan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dapat dipecahkan.
Semangat kekeluargaan, gotong-royong, kebersamaan, dan musyawarah untuk
mufakat yang telah menjadi ciri bangsa dan merupakan cerminan demokrasi
Pancasila hendaknya selalu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semangat
tersebut dapat diterapkan di berbagai lingkungan sosial, mulai dari lingkungan
keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat sampai bangsa dan negara.
2. Sikap Demokratis dalam Kehidupan Masyrakat
a. Penerapan Sikap Demokratis di Lingkungan Keluarga
Agar budaya demokrasi tumbuh subur dalam kehidupan bewarga Negara,
pendidikan demokrasi harus sejak awal dikenalkan kepada penerus bangsa.
Pendidikan demokrasi dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Musyawarah
untuk mencapai mufakat demi kepentingan bersama pada dasarnya merupakan
inti dari demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dalam keluarga
hendaknya selalu dibiasakan menyelesaikan berbagai persoalan dan kepentingan
dengan cara musyawarah. Kepala keluarga selalu berusaha menyerap aspirasi,
keinginan, kepentingan, atau pendapat dari anggota keluarga, untuk mencapai
kata mufakat demi kepentingan seluruh anggota keluarga.
Sebagai contoh masalah yang dapat dijadikan bahan dalam musyawarah
keluaraga yaitu pembagian tugas bagi setiap anggota keluarga. Sebagai kepala
keluarga tentunya ayah berperan sebagai pemimpin dalam musyawarah
keluarga.
b. Penerapan Sikap Demokratis di Lingkungan Masyarakat
Demikian juga dilingkungan masyarakat, segala keputusan menyangkut
kepentingan bersama harus dimusyawarahkan agar dapat diterima dengan baik
oleh seluruh anggota masyarakat. Kepentingan bersama yang perlu
dimusyawarahkan tersebut, antara lain sebagai berikut.
 Progam-Progam Perkembangan Masyarakat atau Lingkungan
Segala upaya untuk memperbaiki lingkungan dan upaya menuju kemajuan
biasanya selalu melibatkan semua kalangan masyarakat. Oleh sebab itu,
baik perencanaan maupun pelaksaannya haruslah merupakan hasil dari
masyawarah masyarakat. Terlebih lagi kalau sudah menyangkut dana yang
diambil dari masyarakat (iuran masyarakat). Semua itu harus
dimusyawarahkan bersama agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara
anggota masyarakat, sehingga tujuan dapat terpilih oleh masyarakat.
 Pemilihan Ketua RT
Sepertinya halnya pemilihan ketua OSIS,pemilihan ketua RT biasanya uga
dilakukan dengan pemungutan suara (voting). Perlakuan yang sama dan
adil terhadap calon calon yang berhak serta pelaksanan yang baik dalam
proses pemilihan, akan sangat menentukan baik/tidaknya atau
diterima/tidaknya calon terpilih oleh masyarakat.
c. Penerapan Sikap Demokrasi di Lingkungan Negara
Mengenai penerapan budaya dmokrasi di lingkungan Negara, telah dijabarkan
dalam uraian materi sebelumnya, Adapun contoh budaya demokrasi di
lingkugan Negara dapat diliat dala kegiatan-kegiatan berikut.
 Rakyat terlibat dalam pemilu,baik untuk memilih wakil-wakil rakyat
ataupun memilih presiden dan wakil presiden.
 Rakyat melalui wakil-wakilnya terlibat dalam penyusunan uadang-undang.
 Rakyat melakukan pengawasan, baik terhadap wakil rakyat maupun
pemerintah melalui media massa.

D. Pentingnya Pemimpin yang Beriman, Bermoral, Berilmu, Terampil, dan


Demokrasi
Indonesia merupakan suatu Negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kaya
akan sumber alam, dan jumlah penduduk dan menduduki peringkat 4 di dunia.
Masyarakatnya sangat heterogen dan tinggal di pulau-pulau dengan keadan alam yang
berbeda-beda serta latar belakang budaya yang berbeda-beda pula. Keadaan demikian
mengakibatkan perkembangan antara daerah yng satu dan daerah lainnya tidak sama.
Masyarakat yang berada pada daerah terpencil sangat tertinggal dibandingkan
dengan masyarat yang tinggal di perkotaan. Masyarakat kota dapat menikmati berbagai
fasilitas seperti listrik, telepon, air bersih, dan jalan beraspal. Sebaliknya, orang-orang
yang berada di daerah terpencil biasanya hidup terbelakang, taraf kesejahteraannya
rendah serta tidak bias menikmati fasilitas-fasilitas umum seperti di perkotaan.
Kesenjangan tersebut dapat menimbulkan kecemburuan sosial, apabila tidak segera
diatasi akan menimbulkan gejolak sosial yang akhirnya dapat mengancam keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keadaan wilayah Indonesia terdiri dari pulau-pulau yang tersebar dari Sabang
sampai Merauke tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak terwujudnya pembangunan yang
merata diseluruh Indonesia. Mengapa demikian? Karena semua rakyat Indonesia
mempunyai hak sama untuk dapat menikmati hasil-hasil pembangunan dan memperoleh
peningkatan taraf hidup.
Untuk mencapai tujuan Negara di atas diperlukan upaya-upaya yang sunguh-sunguh
dari seluruh apatur Negara. Selain itu, diperlukan pula pemimpin bangsa yang beriman,
bermoral, berilmu, terampil, dan demokratis. Berikut akan dijelaskan makna dari
pemimpin yang memiliki kriteria beriman, bermoral, berilmu, bermoral, dan demokratis.
a) Pemimpin yang beriman memiliki makna bahwa pemimpin yang percaya dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga ia dalam menjalankan wewenangnya tidak
akan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh norma agama. Di samping
itu, ia akan selalu bersikap jujur, tidak sombong, dan menjunjung tinggi kebenaran
serta keadilan.
b) Pemimpin yang bermoral artinya pemimpin tersebut memiliki sikap dan tingkah laku
yang terpuji, tidak melakukan perbuatan tercela yang dilarang oleh norma kesopanan
dan kesusilaan.
c) Pemimpin yang berilmu adalah pemimpin yang memiliki pengetahuan yang luas,
mempunyai pandangan jauh ke depan untuk kemajuan bangsa dan Negara.
Tidakmemiliki wawasan sempit dan hanya mengejar kepentingan sesaat atau jangka
pendek.
d) Pemimpin yang terampil adalah pemimimpin yang mempunyai kecakapan untuk
menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya agar dapat bekerja secara optimal dan
mampu memberdayakan sumber daya yang ada.
e) Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang mau mendengarkan masukan,
pendapat orang lain, bisa menghargai perbeaan yang ada dalam masyarakat, dan
yang terlihat jelas ia tidak memaksakan kehendak pada orang lain dalam mengambil
keputusan. Sebaiknya, selau berusaha mengambil keputusan dengan cara
musyawarah untuk mufakat.

Berkaitan dengan syarat calon presiden dan wakil presiden, udang-undang Negara
kita mengaturnya dalam UU No. 23 Tahun2003 tentang pemilihan wakil presiden harus
memenuhi syarat-syarat berikut.
a) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.
c) Tidak pernah mengkhianati Negara.
d) Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas presiden dan wakil
presiden.
e) Bertempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
f) Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa laporan
kekayaan penyelenggara Negara.
g) Tidak senang memiliki tanggungan secara perorangan dan atau secara badan hokum
yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan Negara.
h) Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan.
i) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hokum tetap.
j) Tidak pernah melakukan tindakan yang tercela.
k) Mendaftarkan sebagai daftar pemilih.
l) Memiliki nomor pokok wajib pajak(NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban
pajak selama 5 tahun terakhir yang dibuktikan dengan surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Waji Pajak Orang Pribadi.
m) Memiliki daftar riwayat hidup.
n) Belum pernah menjabat sebagai presiden dan wakil presiden selama dua kali massa
jabatan dalam jabatan yang sama.
o) Setia kepada Pancasila sebagai dasar Negara, Undan-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi17 Agustus 1945.
p) Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindakan pidana makar
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
q) Berusia sekuran-kurangnya 25 tahun.
r) Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau yang sederajat.
s) Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk
organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung G 30 S.
t) Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hokum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
pidana penjara 5 tahun atau lebih.

Beriman, berilmu, bermoral, dan demokratis tidak hanya dapat digunakan sebagai
syarat untuk memimpin Negara, tetapi dapat pula dijadikan syarat untuk memilih
pemimpin partai politik, pemimpin daerah, pemimpin perushaan, pemimpin organisasi
massa, dan organisasi lainnya. Penerapan syarat tersebut perlu dilakukan agar pimpinan
yang diperoleh brkepribadian jujur, berbudi luhur, arif, bijaksana, dan selalu
mengutamakan kepentingan bersama.
Selain itu,dengan karakter pemimpin yang beriman, bermoral, berilmu, terampil, dan
demokratis diharapkan pemimpin tersebut tidak akan melakukan korupsi, kolusi, dan
nepotisme(KKN). Sebab telah kita maklumi bersama bahwa KKN merupakan salah satu
penyebab keterpurukan bangsa Indonesia. Begitu berbahayanya KKN sehingga wajar
bila menjadikan KKN sebagai musuh bersama demi kemajuan dan kejayaan bangsa
Indonesia.

E. Konsekuensi Perilaku Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dalam Kehidupan


Demokratis
Demi kedilan dan majunya bangsa kita, maka segala perilaku KKN harus dihapus
dan diberantas dari para penyelenggara Negara. Hal ini penting, karena penyelenggara
Negara mempunyai peranan sangat penting dan setrategis dalam mencapai cita-cita
perjuangan bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Menurut UUD No. 28 Tahun 1999 tentang penylenggara Negara yang bersih dari
KKN, yang dimaksud dengan penyelenggara Negara adalah pejabat Negara yang
menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudhikatif serta pejabat lain yang fungsi
dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Agar dapat memahami dengan jelas konsekuensi penerapan korupsi, kolusi, dan
nepotisme (KKN), berikut akan dijelaskan terlebih dahulu apa itu KKN :
a) Korupsi
Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang Negara atau perusahaan
dan sebagainyauntuk keuntungan pribadi atau orang lain. Pada dasarnya, korupsi
merupakan tindak kejahatan atau tindak pidana penyelewengan keuangan untuk
keuntungan sendiri atau orang lain. Penyelewengan keuangan yang akan dijelaskan
disini yaitu penyelewengan keuangan Negara oleh para penyelnggara Negara.
Segala bentuk penyelewengan Negara (Korupsi) jelas merugikan Negara.
Kerugian Negara berarti kerugian masyarakat, karena keuangan Negara seharusnya
dipergunakan untuk pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam artian lain,
apabila keuangan Negara dislewengkan atau dikorupsi oleh para penyelenggara
Negara, berarti pelayanan dan tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi berkurang.
Itulah sebabnya banyak Negara yang tingkat korupsinya tinggi, masyarakatnya
banyak yang miskin.
Sebenarnya,perbuatan korupsi ini bukan saja merugikan Negara atau
masyarakat saja, tetapi juga merugikan pelakunya. Pelaku tindak pidana korupsi
bukan saja membawa dirinya masuk penjara, tetapi secara keimanan juga dapat
membawanya masuk neraka. Sebab perbuatan korupsi merupakan perbuatan dosa
yang bertentangan dengan norma agama.
b) Kolusi
Kolusi adalah pemufakatan atau kerja sama secara melawan hukum
antarpenyelenggara Negara atau antara penyelenggara Negara dengan pihak lain
yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau Negara (Pasal 1 UU No.28 Tahun
1999).
Pada dasarnya, kolusi merupakan perbuatan melawan hukum untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain melalui pemufakatan atau kerja sama
yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau Negara.
Sama dengan korupsi, kolusi juga mengakibatkan kerugian, baik bagi orang
lain, masyarakat maupun Negara. Sebab jika penyelenggara Negara melakukan
praktik kolusi, maka kerja sama yang dilakukan bukan murni tertuju untuk
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang baik dan optimal, melainkan untuk
keuntungan diri dan orang lain yang diajak kerja sama. Oleh sebab itu, sudah
sepantasnya kalau praktik kolusi juga harus dibrantas.
c) Nepotisme
Nepostisme adalah setiap perbuatan penyelenggara Negara secara melawan
hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas
kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara (Pasal 1 UU No.28 Tahun 1999).
Pada dasarnya, nepotisme merupakan yang mengutamakan keluarganya atau
kroninya (kelompoknya) di atas kepentingan masyarakat dan Negara. Perbuatan ini
juga sangat merugikan orang lain, masyarakat, dan juga Negara. Dengan nepotisme,
kesempatan orang lain jadi hilang karena penyelenggara Negara yang melakukan
nepotisme lebih mengutamakan keluarga atau kelompoknya. Misalnya, dalam
penerimaan pegawai negeri. Bila praktik nepotisme dilaksanakan dalam proses
penerimaan pegawai negeri, maka orang lain yang mungkin jauh lebih bermutu
(berkualitas) bisa gagal menjadi pegawai negeri, sementara orang yang tidak
berkualitas karena keluarganya seorang pejabat dapat diterima sebagai pegawai
negeri.
Hal ini jelas bukan saja merugikan orang lain yang berkualitas tapi gagal
diterima, tetapi masyarakat dan Negara turut dirugikan karena tidak mendapat aparat
yang berkualitas untuk pelayanan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut beberapa pakar, demokrasi merupakan system pemerintahan yang paling baik
hingga sekarang ini. Demokrasi sendiri lahir atas adanya kesadaran bahwa dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara segala kebijakan dan pengambil kebijakan harus berasal dari rakyat
dan untuk rakyat. Namun apabila dilihat dari kenyataan, keterpurukan dari berbagai sector
kehidupan Negara penganut demokrasi masih sangat besar, termasuk Indonesia.
Indonesia menggunakan system demokrasi pancasila yang dianggap merupakan
perwujudan nilai-nilai dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang berasaskan kekeluargaan.
Implementasi demokrasi pancasila sendiri telah di buktikan dengan sebuah proses pemilihan
umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Anda mungkin juga menyukai