Oleh :
Ayu Amalia
(2015-83-042)
Pembimbing
dr. Ninoy Mailoa Sp. B
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan cinta kasih-Nya saya dapat menyelesaikan referat guna penyelesaian tugas
kepaniteraan klinik pada bagian Psikiatri dengan judul “FRAKTUR MANDIBULA”
Dalam penyusunan laporan kasus ini, banyak pihak yang telah terlibat
untuk penyelesaiannya. Oleh karena itu, penulis ingin berterima kasih kepada:
1. dr. Achmad Tuahuns,Sp.B, FINACS selaku dokter spesialis pembimbing
referat, yang membimbing penulisan referat ini sampai selesai.
2. Orangtua dan semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa sesungguhnya referat ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan banyak masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perkembangan penulisan referat
diwaktu yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Tujuan .............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Mandibula ......................................................................... 2
2.2. Fraktur mandibula ............................................................................ 4
2.2.1 Defenisi ................................................................................... 4
2.2.2 Epidemiologi ........................................................................... 4
2.2.3 Etiologi .................................................................................... 5
2.2.4 Klasifikasi ............................................................................... 6
2.2.5 Diagnosis ................................................................................. 8
2.2.6 Tatalaksana .............................................................................. 11
2.2.7 Komplikasi .............................................................................. 14
2.2.8 Perawatan pasca tatalaksana .................................................... 15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui fraktur mandibula dengan lebih baik mulai dari definisi,
etiologi hingga gejala yang ditimbulkan, serta penanganan yang diberikan pada
pasien.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mandibula merupakan tulang yang besar dan paling kuat pada daerah muka.
Dibentuk oleh dua tulang simetris yang mengadakan fusi dalam tahun pertama
kehidupan. Tulang ini terdiri dari korpus, yaitu suatu lengkungan tapal kuda dan
sepasang ramus yang pipih dan lebar yang mengarah keatas pada bagian belakang
dari korpus. Pada ujung dari masing-masing ramus didapatkan dua buah penonjolan
disebut prosesus kondiloideus prosesus koronoideus. Prosesus kondiloideus terdiri
dari kaput dan kolum. Permukaan luar dari korpus mandibula pada garis median,
didapatkan tonjolan tulang halus yang disebut simfisis mentum yang merupakan
tempat pertemuan embriologis dari dua buah tulang.1,2
2
mandibula. Fungsi muskulus pterigoid sangat penting dalam proses penyembuhan
pada fraktur intrakapsular.2
Mandibula mendapat nutrisi dari arteri alveolaris inferior yang merupakan cabang
pertama dari arteri maksilaris yang masuk melalui foramen mandibula bersama vena
dan nervus alveolaris inferior berjalan dalam kanalis alveolaris. Arteri alveolaris
inferior memberi nutrisi ke gigi-gigi bawah serta gusi sekitarnya, kemudian di
foramen mentalis keluar sebagai arteri mentalis. Arteri mentalis memberi nutrisi ke
dagu. Aliran darah balik dari mandibula melalui vena alveolaris inferior ke vena
fasialis posterior. Daerah dagu mengalirkan darah ke vena submentalis, yang
selanjutnya mengalirkan darah ke vena 4 fasialis anterior. Vena fasialis anterior dan
vena fasialis posterior bergabung menjadi vena fasialis komunis yang mengalirkan
darah ke vena jugularis interna. Mandibula dipersarafi oleh saraf mandibular, alveolar
inferior, pleksus dental inferior dan nervus mentalis.1,2
3
2.2. Fraktur Mandibula
2.2.1. Defenisi
Fraktur mandibula adalah salah satu cedera wajah yang sering ditemukan dan
biasanya disebabkan oleh trauma langsung. Penyebab utama dari fraktur di seluruh
dunia adalah kecelakaan lalu lintas dan kekerasan. Sepertiga fraktur mandibula terjadi
di daerah kondilar-subkondilar, sepertiga terjadi di daerah angulus, dan sepertiga
lainnya terjadi di daerah korpus, simfisis, dan parasimfisis. Daerah-daerah tersebut
merupakan daerah lemah pada mandibula. Angulus diperlemah oleh adanya gigi
molar ketiga dan ke anterior, daerah parasimfisis diperlemah oleh akar gigi taring
yang panjang, dan daerah subkondilar merupakan daerah yang tipis.1,3
2.2.2. Epidemiologi
4
dkk, didapatkan bahwa fraktur maksilofasial akibat kecelakaan lalu lintas pada
pengendara sepeda motor.3,4
2.2.3. Etiologi
Mandibula merupakan tulang yang kuat, tetapi pada beberapa tempat dijumpai
adanya bagian yang lemah. Daerah korpus mandibula terutama terdiri dari tulang
kortikal yang padat dengan sedikit substansi spongiosa sebagai tempat lewatnya
pembuluh darah dan pembuluh limfe. Daerah yang tipis pada mandibula adalah
angulus dan subkondilus sehingga bagian ini termasuk bagian yang lemah dari
mandibula. Selain itu titik lemah juga didapatkan pada foramen mentale, angulus
mandibula tempat gigi molar III terutama erupsinya sedikit, kolum kondilus
mandibula terutama bila trauma dari depan langsung mengenai dagu maka gayanya
akan diteruskan kearah belakang.3,4
5
2.2.4. Klasifikasi Fraktur Mandibula
6
Gambar 2.3 : Hubungan dengan ada tidaknya hilangnya gigi
Sumber: Christina M. Classifications of Mandibular Fractures. In Journal of IMAB-
Annual proceeding.2006.6
3. Berdasarkan arah fraktur yang direposisis
horizontal dan vertikal yang dibagi menjadi favourable dan unfavourable.
Kriteria favourable dan unfavourable berdasarkan arah satu garis fraktur
terhadap gaya muskulus yang bekerja pada fragmen tersebut. Disebut favourable
apabila arah fragmen memudahkan untuk mereduksi tulang waktu reposisi,
sedangkan unfavourable bila garis fraktur menyulitkan untuk reposisi.6
7
4. Berdasar tipe fraktur dibagi menjadi :6
a. fraktur greenstick atau incomplete; fraktur yang tidak sempurna dimana
pada satu sisi dari tulang mengalami fraktur sedangkan pada sisi yang
lain tulang masih terikat. Fraktur greenstick biasanya didapatkan pada
anak-anak karena periosteum tebal.
b. Fraktur tunggal; fraktur hanya pada satu tempat saja.
c. Fraktur multipel; fraktur yang terjadi pada dua tempat atau lebih,
umumnya bilateral.
d. Fraktur kominutif; terdapat adanya fragmen yang kecil bisa berupa
fraktur simple atau compound.
e. fraktur patologis; fraktur yang terjadi akibat proses metastase ke tulang,
impacted fraktur; fraktur dengan salah satu fragmen fraktur di dalam
fragmen fraktur yang lain.
f. Fraktur atrophic; adalah fraktur spontan yang terjadi pada tulang yang
atrofi seperti pada rahang yang tidak bergigi. Indirect fraktur; fraktur
yang terjadi jauh dari lokasi trauma
8
a. Anamnesis, pada anamnesis keluhan subyektif berkaitan dengan fraktur
mandibula dicurigai dari adanya nyeri, pembengkakan oklusi abnormal, mati
rasa pada distribusi saraf mentalis, pembengkakan, memar, perdarahan dari
soket gigi, gigi yang fraktur atau tanggal, trismus, ketidakmampuan
mengunyah. Selain itu keluhan biasanya disertai riwayat trauma seperti
kecelakaan lalu lintas, kekerasan, terjatuh, kecelakaan olah raga ataupun
riwayat penyakit patologis.
b. Pemeriksaan klinis meliputi;6,7
1. pemeriksaan klinis pasien secara umum: pada umumnya trauma
maksilofasial dapat diketahui keberadaannya pada 12 pemeriksaan awal
atau primary survey atau pemeriksaan sekunder atau secondary survey.
Pemeriksaan saluran nafas merupakan suatu hal penting karena trauma
dapat saja menyebabkan gangguan jalan nafas. Penyumbatan dapat
disebabkan oleh lidah terjatuhnya lidah ke arah belakang, dapat pula oleh
tertutupnya saluran nafas akibat adanya lendir, darah, muntahan dan benda
asing.
2. Pemeriksaan lokal fraktur mandibula, antara;
1. Pemeriksaan klinis ekstraoral, tampak diatas tempat terjadinya
fraktur biasanya terjadi ekimosis dan pembengkakan. Sering pula
terjadi laserasi jaringan lunak dan bisa terlihat jelas deformasi dari
kontur mandibula yang bertulang. Jika terjadi perpindahan tempat
dari fragmen-fragmen pasien tidak bisa menutup geligi anterior dan
mulut menggantung kendur dan terbuka. Pasien sering kelihatan
menyangga rahang bawah dengan tangan. Dapat pula air ludah
bercampur darah menetes dari sudut mulut pasien. Palpasi lembut
dengan ujung-ujung jari dilakukan terhadap daerah kondilus pada
kedua sisi, kemudian diteruskan kesepanjang perbatasan bawah
mandibula. Bagian-bagian melunak harus ditemukan pada daerah-
9
daerah fraktur, demikian pula terjadnya perubahan kontur dan
krepitasi tulang.
2. Pemeriksaan klinis intraoral, setiap serpihan gigi yang patah harus
dikeluarkan dari mulut. Sulkus bukal diperiksa adanya ekimosis dan
kemudian sulkus lingual. Hematoma didalam sulkus lingual akibat
trauma rahang bawah hampir selalu patognomonik fraktur
mandibular.6,7
3. Pemeriksaan penunjang; pada fraktur mandibula dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang antara lain;
1. Foto Rontgen untuk mengetahui pola fraktur yang terjadi. Setiap
pemeriksaan radiologis diharapkan menghasilkan kualitas gambar
yang meliputi area yang dicermati yaitu daerah patologis berikut
daerah normal sekitarnya.
2. Foto Eisler, foto ini dibuat untuk pencitraan mandibular bagian
ramus dan korpus, dibuat sisi kanan atau kiri sesuai kebutuhan.
3. Town′s view ; dibuat untuk melihat proyeksi tulang maksila,
zigoma dan mandibula.
4. Foto Reverse Town′s view.
dilakukan untuk melihat adanya fraktur neck condilus mandibula
terutama yang displaced ke medial dan bisa juga untuk melihat
dinding lateral dari maksila.
5. Foto Panoramic; disebut juga pantomografi atau rotational
radiography dibuat untuk mengetahui kondisi mandibula mulai
dari kondilus kanan sampai kondilus kiri beserta posisi geliginya
termasuk oklusi terhadap gigi maksila. Keuntungan panoramic
adalah; cakupan anatomis yang luas, dosis radiasi yang rendah,
pemeriksaan cukup nyaman, bisa dilakukan pada penderita
trismus. Kerugiannya tidak bisa menunjukkan gambaran anatomis
10
yang jelas daerah periapikal sebagaimana yang dihasilkan foto
intraoral.
6. Temporo mandibular Joint; pada penderita trauma langsung
daerah dagu sering didapatkan kondisi pada dagu baik, akan tetapi
terjadi fraktur pada daerah kondilus mandibula sehingga penderita
mengeluh nyeri daerah TMJ bila membuka mulut, trismus kadang
sedikit maloklusi. Pada pembuatan foto TMJ standard biasanya
dilakukan proyeksi lateral buka mulut atau Parma dan proyeksi
lateral tutup mulut biasa atau Schuller.
7. Orbitocondylar view; dilakukan untuk melihat TMJ pada saat
membuka mulut lebar, menunjukkan kondisi strutur dan kontur
dari kaput kondilus tampak dari depan.
8. CT Scan; Pemeriksaan ini dilakukan pada kasus emergency
masih belum merupakan pemeriksaan standart. CT Scan terutama
untuk fraktur maksilofasial yang sangat kompleks.
2.2.6. Penatalaksanaan Fraktur Mandibula
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan
seperti jalan nafas atau airway, pernafasan atau breathing, sirkulasi darah termasuk
penanganan syok atau circulation, penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi
sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah
penanganan fraktur secara definitif. Penanganan fraktur mandibula secara umum
dibagi menjadi dua metoda yaitu reposisi tertutup dan terbuka.
1. Reposisi terbuka bagian yang fraktur dibuka dengan pembedahan, segmen
direduksi dan difiksasi secara langsung dengan menggunakan kawat atau plat
yang disebut wire atau plate osteosynthesis. Teknik terbuka dan tertutup tidak
selalu dilakukan tersendiri, tetapi kadangkadang dikombinasi. Pendekatan
ketiga adalah merupakan modifikasi dari teknik terbuka yaitu metode fiksasi
skeletal eksternal. Pada penatalaksanaan fraktur mandibula selalu diperhatikan
prinsip-prinsip dental dan ortopedik sehingga daerah yang mengalami fraktur
11
akan kembali atau mendekati posisi anatomis sebenarnya dan fungsi mastikasi
yang baik.8,9
Reposisi terbuka (open reduction); tindakan operasi untuk melakukan koreksi
deformitas maloklusi yang terjadi pada patah tulang rahang bawah dengan
melakukan fiksasi secara langsung dengan menggunakan kawat (wire
osteosynthesis) atau plat (plat osteosynthesis) . Indikasi untuk reposisi terbuka
(open reduction):
a) displaced unfavourable fraktur melalui angulus,
b) displaced unfavourable fraktur dari corpus atau parasymphysis,
c) multiple fraktur tulang wajah,
d) fraktur midface disertai displaced fraktur condylus bilateral.
Tehnik operasi open reduction merupakan jenis operasi bersih kontaminasi,
memerlukan pembiusan umum. Keuntungan dari open reduction antara lain:
mobilisasi lebih dini dan reaproksimasi fragmen tulang yang lebih baik.
kerugiannya adalah biaya lebih mahal dan diperlukan ruang operasi dan
pembiusan untuk tindakannya.
2. Pada reposisi tertutup atau konservatif , reduksi fraktur dan imobilisasi
mandibula dicapai dengan menempatkan peralatan fiksasi maksilomandibular.
Reposisi tertutup (closed reduction) patah tulang rahang bawah yaitu,
penanganan konservatif dengan melakukan reposisi tanpa operasi langsung
pada garis fraktur dan melakukan imobilisasi dengan interdental wiring atau
eksternal pin fixation. Indikasi untuk closed reduction antara lain: 8,9
a. fraktur komunitif selama periosteum masih utuh sehingga dapat diharapkan
kesembuhan tulang,
b. fraktur dengan kerusakan soft tissue yang cukup berat dimana rekontruksi
soft tissue dapat digunakan rotation flap dan free anak-anak,
c. fraktur condylus. Tehnik yang digunakan pada terapi fraktur flap bila luka
tersebut tidak terlalu besar.
d. edentulous mandibula
12
e. fraktur pada condyles
Tehnik yang digunakan pada terapi fraktur mandibula secara closed reduction adalah
fiksasi intermaksiler. Fiksasi ini dipertahankan 3-4 minggu pada fraktur daerah
condylus dan 4-6 minggu pada 15 daerah lain dari mandibular. Keuntungan dari
reposisi tertutup adalah lebih efisien, angka komplikasi lebih rendah dan waktu
operasi yang lebih singkat. Tehnik ini dapat dikerjakan di tingkat poliklinis.
Kerugiannya meliputi fiksasi yang lama, gangguan nutrisi, resiko ankilosis TMJ atau
temporomandibular joint dan masalah airway.8,9
Beberapa teknik fiksasi intermaksiler antara lain;
a. Teknik eyelet atau ivy loop, penempatan ivy loop menggunakan kawat 24-
gauge antara dua gigi yang stabil dengan menggunakan kawat yang lebih kecil
untuk memberikan fiksasi maksilomandibular (MMF) antara loop ivy.
Keuntungan teknik ini, bahan mudah didapat dan sedikit menimbulkan
kerusakan jaringan periodontal serta rahang dapat dibuka dengan hanya
mengangkat ikatan intermaksilaris. Kerugiannya kawat mudah putus waktu
digunakan untuk fiksasi intermaksiler.
13
gambar 2.8 : Teknik arch bar
sumber : Madzen MJ, McDanier CA, Haug RH. A Biomechanical Evaluation of
Plating Techniques for Reconstructing Mandibular Symphisis/Parasymphisis
Fracture.2008.8
b. Teknik arch bar, indikasi pemasangan arch bar adalah gigi kurang atau
tidak cukup untuk pemasangan cara lain, disertai fraktur maksila dan
didapatkan fragmen dentoalveolar pada salah satu ujung rahang yang perlu
direduksi sesuai dengan lengkungan rahang sebelum dipasang fiksasi
intermaksilaris. Keuntungan penggunaan arch bar adalah mudah didapat,
biaya murah, mudah adaptasi dan aplikasinya. Kerugiannya ialah
menyebabkan keradangan pada ginggiva dan jaringan periodontal, tidak
dapat digunakan pada penderita dengan edentulous luas.8
2.2.7. Komplikasi
Komplikasi setelah dilakukannya perbaikan pada fraktur mandibula umumnya
jarang terjadi. Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula adalah
infeksi atau osteomyelitis yang nantinya dapat menyebabkan berbagai komplikasi
lainnya. Tulang mandibula merupakan daerah yang paling sering mengalami
gangguan penyembuhan fraktur, baik itu malunion ataupun nonunion. Keluhan yang
diberikan dapat berupa rasa sakit dan tidak nyaman yang berkepanjangan pada sendi
rahang atau temporo mandibular joint oleh karena perubahan posisi dan
ketidakstabilan antara sendi rahang kiri dan kanan. Hal ini tidak hanya berdampak
pada sendi tetapi otot-otot pengunyahan dan otot sekitar wajah juga dapat
memberikan respon nyeri.8,9
14
2.2.8. Perawatan Pasca Fiksasi
Setelah melakukan perawatan fraktur mandibula dengan reposisi, fiksasi dan
immobilisasi dilajutkan dengan perawatan; pemeliharaan kesehatan umum meliputi;
a. pemberian antibiotika, analgetika, roborantia dan makanan yang bergizi,
b. menyelenggarakan hygiene mulut,
c. pemeliharaan alat fisasi,
d. menyelenggarakan fisioterapi
Tindak lanjut setelah dilakukan operasi adalah dengan memberikan analgetika serta
memberikan antibiotik spektrum luas pada pasien fraktur terbuka dan dievaluasi
kebutuhan nurisi, pantau intermaxilla fixation selama 4-6 minggu. Kencangkan kabel
setiap 2 minggu. Setelah wire dibuka, evaluasi dengan foto panoramik untuk
memastikan fraktur telah union.8,9
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibular yang dapat
disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung. Fraktur mandibula
dapat terjadi pada bagian korpus, angulus, ramus maupun kondilus. Fraktur
mandibula adalah salah satu cedera wajah yang sering ditemukan dan biasanya
disebabkan oleh trauma langsung. Penyebab utama dari fraktur di seluruh dunia
adalah kecelakaan lalu lintas dan kekerasan. Sepertiga fraktur mandibula terjadi di
daerah kondilar-subkondilar, sepertiga terjadi di daerah angulus, dan sepertiga
lainnya terjadi di daerah korpus, simfisis, dan parasimfisis. Daerah-daerah tersebut
merupakan daerah lemah pada mandibula. Kejadian fraktur mandibula dan maksila
menempati urutan terbanyak yaitu masingmasing sebesar 29,85%, disusul fraktur
Zigoma 27,64% dan fraktur nasal 12,66%. Berbagai factor penyebab fraktur
mandibular adalah Kecelakaan berkendara 43% , Kekerasan 34% , Kecelakaan kerja
7%, jatuh 7% ,Olahraga 4%, dan Sebab lain 5%.
Klasifikasi fraktur mandibula terdiri atas menurut letaknya, hubungan dengan
gigi pada garis fraktur, arah fraktur. Untuk diagnosis fraktur mandiula dapat dengan
pada anamnesis keluhan subyektif berkaitan dengan fraktur mandibula dicurigai dari
adanya nyeri, pembengkakan oklusi abnormal, mati rasa pada distribusi saraf
mentalis, pembengkakan, memar, perdarahan dari soket gigi, gigi yang fraktur atau
tanggal, trismus, ketidakmampuan mengunyah. Memiliki riwayat jatuh,atau
kecelakaan. Ada 2 teknik pembedahan yang digunakan untuk tatalaksana fraktur
mandibular yaitu reposisis terbuka dan reposisi tertutup.
16
DAFTAR PUSTAKA
iv
Principles of Surgery 7th ed. United States of America:McGraw-Hill
Companies Inc. 1999
10. Donald R. Garza. Mandibular Fracture. ( cited 24 februari 2020). Available at
http://www.doidxsborl.com/97842
iv