PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lupus Eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang kompleks
ditandai oleh adanya autoantibodi terhadap inti sel dan melibatkan banyak sistem
organ dalam tubuh. Inflamasi yang tersebar luas disertai deposisi autoantibodi dan
kompleks imun mengakibatkan terjadinya berbagai kerusakan jaringan.
Etiopatologi LES belum diketahui dengan pasti, diduga melibatkan interaksi yang
kompleks dan multifaktorial antara variasi genetik dan lingkungan. Apabila
seseorang memiliki gen yang rentan terhadap LES, kemudian berinterkasi dengan
faktor lingkungan yang mendukung dapat menyebabkan penyimpangan sistem
imun. Penyimpangan inilah yang mendasari terjadinya LES.
Penyakit ini masih tergolong awam bagi masyarakat Indonesia. Namun kasus
LES memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia dan dunia. Penyandang
penyakit LES yang terdeteksi mencapai lima juta dengan lebih dari 100 kasus baru
setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Yayasan Lupus Indonesia (YLI), jumlah
odapus di Indonesia meningkat di tahun 2004 sampai tahun 2007 sebanyak 6950
orang. Sampai akhir tahun 2007, jumlah odapus yang tercatat sebanyak 8018 orang.
LES dapat ditemukan pada semua jenis kelamin dan usia, namun lebih sering
mengenai wanita usia produktif. LES juga dapat ditemukan pada semua jenis ras
dengan insidensi tiga kali lipat lebih tinggi pada wanita Afrika-Amerika dengan
kulit hitam dibanding kulit putih. Manifestasi klinik dari LES bergantung organ
yang terlibat, dapat melibatkan banyak organ dalam tubuh manusia dengan
perjalanan klinis yang kompleks, sangat bervariasi, dan dapat ditandai oleh
serangan akut, periode aktif, terkendali ataupun remisi. Berdasarkan berat-
ringannya gejala yang muncul, LES dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu ringan,
sedang, dan berat. Manifestasi yang dapat terjadi antara lain manifestasi
konstusional, muskuloskeletal, kulit, kardiovaskular, respirasi, ginjal, hemopoetik,
susunan saraf, dan gastrointestinal.
Depresi merupakan komplikasi psikopatologis dari berbagai macam penyakit
kronis termasuk lupus eritematosus sistemik. WHO memprediksikan pada tahun
2030, depresi akan mengakibatkan disabilitas pada penyakit-penyakit kronis.
1
Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan alam perasaaan (mood) yang
ditandai dengan kemurungan, lesu, tidak adanya gairah hidup, perasaaan tidak
berguna, putus asa, dan disertai menurunnya gairah hidup, serta komponen somatik
berupa konstipasi, anoreksia, kulit lembab, hipotensi, dan penurunan nadi.
Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas tahun 2007, terdapat 11,6% populasi orang
dewasa yaitu sekitar 1.740.000 orang mengalami gangguan mental emosional
seperti gangguan kecemasan dan depresi.
Angka prevalensi ini meningkat sejalan
dengan pertambahan usia, stresor psikososial semakin berat, penyakit kronis
semakin beragam, dan kehidupan beragama semakin ditinggalkan.
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan prevalensi depresi pada pasien
LES adalah antara lain 11,5% - 47%.
Depresi yang terjadi merupakan manifestasi
dari kelainan neuropsikiatrik yang sering terjadi pada pasien LES disamping
gangguan lain seperti stroke, kecemasan, dan disfungsi kognitif. Selain itu,
pengobatan yang dijalani oleh penderita LES akan menimbulkan berbagai efek
samping yang akan memperburuk kualitas hidup pasien dan mencetuskan simptom
depresi. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan kecenderungan depresi
meningkat seiring dengan meningkatnya keparahan penyakit LES.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut SLE?
2. Apa penyebab terjadinya SLE?
3. Bagaimana menifestasi klinis dari SLE?
4. Menjelaskan patofisiologis SLE?
5. Bagaimana pathway SLE?
6. Bagaimana penatalaksanaan SLE?
7. Bagaimana askep SLE?
2
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi SLE
2. Untuk mengetahui etiologi SLE
3. Untuk mengetahui bagaimana menifestasi klinis dari SLE
4. Untuk mengetahui patofisiologi SLE
5. Untuk mengetahui pathway SLE
6. Untuk mengetahui penetalaksanaan SLE
7. Untuk mengetahui askep SLE
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Lupus atau lebih lengkapnya systemic lupus erythematosis (SLE) adalah penyakit
autoimun sistemik yang terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan
organ tubuh sendiri. Peradangan yang disebabkan oleh lupus dapat mempengaruhi
banyak sistem tubuh yang berbeda, termasuk sendi, kulit, ginjal, sel darah, otak,
jantung,dan paru-paru (Budhy Ermawan 2019)
B. Etiologi / Penyebab
Lupus terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat di tubuh
(penyakit autoimun). Kemungkinan lupus berasal dari gabungan genetika dan
lingkungan orang dengan predisposisi turunan lupus dapat mengembangkan penyakit
ini ketika mereka berhubungan dengan sesuatu dilingkungan yang dapat memicu
lupus. Penyebab lupus dalam banyak kasus sebenarnya tidak diketahui.(Budhy
Ermawan 2019) Beberapa pemicu potensial meliputi
1. Sinar matahari
2. Infeksi
3. Obat-obatan
C. Patofisiologis
Kerusakan organ pada SLE didasari oleh reaksi imunologi. Proses diawali dengan
faktor pencetus yang ada dilingkungan, dapat pula infeksi, sinar ultraviolet atau bahan
kimia. Cetusan ini menimbulkan abnormalitas respon imun didalam tubuh yaitu :
4
kompleks imun tersebut terdeposisi pada jaringan / organ yang akhirnya
menimbulkan gejala inflamasi atau kerusakan jaringan.
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunnya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan
oleh kombinasi antara faktor-faktor genetika, hormonal (sebagaimana terbukti
oleh penyakit yang biasannya terjadi selama usia prodiktif) dan lingkungan
(cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obatan tertentu seperti hidralazin,
prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan
disamping makanan seperti kecambah alfa-alfa turut terlihat dalam penyakit SLE
akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
5
Pathway SLE
(kasjmir,Yoga dkk,2011)
6
D. Tanda & Gejala
Tanda gejala yang paling umum antar lain kelelahan, demam, nyeri sendi, kaku,dan
bengkak, ruam merah berbentuk kupu-kupu di wajah yang menutupi pipi dan
jembatan hidung atau ruam di tempat lain di tubuh. Seain itu kulit yang tampak atau
buruk dengan paparan sinar matahari (photosenditivity) serat jari tangan dan kaki
yang menjadi putih atau biru saat terkena flu atau selama masa stress.
Namun tidak semua tanda tersbut muncul pada individu dengan SLE, setiap individu
memunculkan tanda dan gejala yang berbeda.
E. Pemeriksaan diagnostik
1. Arthritis
2. Tes ANA
3. Butterfly rash
4. Fotosensitif bercak reaksi sinar matahari
5. Kelainan darah
6. Bercak diskoid
7. Pemeriksaan ginjal
8. Pemeriksaan sensoritis
9. Pemeriksaan neurologis
10. Pemeriksaan mulut
11. Tes anti ds DNA
F. Penatalaksanaan/ Pengobatan
1. Obat antinfarmasi non steroid (NSAID)
2. Obat anti malaria
3. Kortikosteroid
4. Imuno supresan
5. Biologi
6. Rituximab
G. Diagnosis keperawatan utama dan penting
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidak mampuan fisik-psikososial kronis
(metastase kanker, injuri neurologis, arthritis).
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan inflamasi
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit imunologi
7
H. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
.
1. Nyeri kronis berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan
dengan ketidak mampuan fisik- tindakan keperawatan selama 1. Monitor kepuasan
psikososial kronis (metastase 24 jam nyeri kronis pasien pasien terhadap
kanker, injuri neurologis, berkurang dengan kriteria manajemen nyeri
arthritis). hasil: 2. Tingkat istirahat dan
1. Tidak ada gangguan tidur yang adekuat
tidur 3. Kelola antianalgesik
2. Tidak ada gangguan 4. Jelaskan pada pasien
konsetrasi penyebab nyeri
3. Tidak ada gangguan 5. Lakukan tehnik
hubungan nonfarmakologis (
intrerpersonal relaksasi masase
4. Tidak ada ekspresi punggung)
menahan nyeri dan
ungkapan secara
verbal
5. Tidak ada tegangan
otot
8
lipat paha dan aksila
9. Tingkatkan sirkulasi
udara
10. Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
11. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit,
kelembaban mukosa
9
infeksi local, formasi
traktus
12. Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
13. Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKT,
vitamin, cegah
kontaminasi feses dan
urin
14. Lakukan teknik
perawatan luka dengan
steril
15. Berikan tekanan pada
luka
10
BAB III
ISI
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Ny. O
Pendidikan : S.2
Pekerjaan :PNS
Ruangan : RPD A
2. Keluhan utama
Pasienmasuk ke Rumah Sakit Jend Ahmad Yani metro pada tanggal 17 Februari jam
11:00 WIB dengan keluhan nyeri di area sendiyang biasanya kambuh ketika malam
hari.Nyeri sendi yang dirasakan seluruh tubuh nyeri terasa seperti linu-linu dengan
skala nyeri 5 , dan nyeri dirasakan hilang timbul.
11
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Pasien sebelumnya memiliki riwayat batu ginjal dan sudah dilakukan pengobatan dan
perawatan dari rumah sakit.
Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti
pasien. Karena tidak pernah ada anggota keluarga yang didiagnosis memiliki penyakit
seperti pasien.
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan tetangga ataupun rekan
kerjanya.
Pasien mengatakan alergi dengan obat sipro. Untuk alergi makanan pasien tidak ada
alergi pada makanan tertentu.
Suhu : 36,5ºC
Nadi :90x/menit
Nyeri : skala 5
12
Pengkajian skala nyeri
1. Pola/Kebutuhan Oksigen
2. RR: 20x/menit
5. SPO2: 90%
= 700+1500cc
13
= 2200cc/hari
3. Peristaltik 20x/menit
4. BB Pasien53 kg
Ds : 1. Pasien mengatakan tidak tidur siang, tidur malam di atasa jam 12:00 malam dan
sering terbangun karena nyeri di sendi
2.Konjungtiva anemis
2. Tampak gelisah
3. terdapat nyeri di area persedian, nyeri terasa seperti linu-linu, skala nyeri 5 hilang
timbul
5. Pola/Kebutuhan Aktivitas
14
6. Pola/Kebutuhan Eliminasi
IWL= 15 x BB
= 15 x 53
= 795 cc/hari
Input Cairan=
Minum = 700 cc
Infus = 1500 cc
Urine = 1500 cc
IWL = 15 x 53 = 795
= 2.295 cc
= 2.465cc/hari-2295cc/hari
= 170cc/hari
7. Pola/Kebutuhan Belajar
15
Pengkajian psikososial
1. Data Psikososial
a. Data/status emosi
Emosi Pasien tampak stabil dan berbicara dengan nada pelan.
b. Gaya komunikasi
Cara bicara Pasiensedikit lesu
c. Dampak di rawat di RS
Pasien merasa cemas tentang penyakitnya
2. Data Sosial
Pasien sangat dekat dan percaya kepada keluarganya
3. Data Spiritual
Pasien rajin dalam beribadah dan sering berdoa
B. PEMERIKSAAN FISIK
GCS : E :4 V :5 M :6 = 15
1. Kulit
Warna kulit pasien putih pucat, tugor kulit elastis, tidak ada nyeri tekan , tidak ada
lesi dan pembengkakan,CRT <2 s, akral kulit hangat
2. Kepala
Kepala simetris, tidak terdapat bekas luka, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
area kepala, persebaran rambut merata, rambut berwarna hitam ikal, konjungtiva
ananemis, skleraanikterik,bibir tampak pucat, tidak ada sianosis pada bibir, tidak ada
sariawan di mulut , gigi bersih, tidak ada karang gigi,ataupun gigi berlubang, tidak
ada pernapasan cuping hidung, untuk bagian leher tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis.
16
3. Dada/Thorax
1) Inspeksi
Paru: Gerakan dada simetris, tidak terdapat bekas luka, jejas ,tidak ada retraksi
dada
Jantung: ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi
Paru premitus taktik simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
3) Perkusi
Paru: terdengar suara sonor di seluruh lapang paru
Jantung: bunyi pekak di bagian jantung
4) Auskultasi
Paru: bunyi napas vesikuler,wheezing (-), ronki (-)
RR=20 x/menit
Jantung: suara jantung normal lup dup tidak ada murmur dan gallop
4. Payudara
Bentuk payudara simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan, dan tidak ada benjolan
5. Abdomen
1) Inspeksi
Simteris , tidak ada lesi, tidak ada benjolan dan pembengkakan, tidak ada
nyeri tekan , dan tidak ada asites
2) Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan di keempat kudran .
3) Perkusi
Bunyi abdomen timpani dan tidak terdapat suara tambahan
4) Auskultasi
Peristaltik usus15x/menit.
6. Punggung & Tulang belakang
Tidak terdapat luka pada punggung sebelah kanan dan sebelah kiri, tidak ada kelainan
di tulang belakang.
17
7. Panggul & Genetalia
Tidak dilakukan pemerikasaan karena pasien tidak mengeluhkan masalah panngul dan
genetalia
Akral hangat, tidak ada abses, dan tidak terdapat edema di kedua ekstermitas bawah.
Pengkajian neurologi
Pasien tidak mengalami gangguan memori jangka pendek (-), sedang (-) maupun
panjang (-)
3. 12 syaraf kranial
- Nervus I : Pasien mampu membedakan bau teh dan minyak kayu putih
- Nervus II : lapang pandang positif, pasien dapat melihat benda seperti jam dalam
jarak 6 meter
- Nervus III : Pasien mamapumenggerakan bola mata, adanya reflek pupil
- Nervus IV : akomodasi mata normal
- Nervus V : Pasien dapat menggerakan rahangnya
- Nervus VI : Pasien dapat mengangkat kedua alis
- Nervus VIII: Pasien dapat merasakan getaran garputala
- Nervus IX : Pasien dapat membedakan rasa manis dan asin
- Nervus X : Pasien dapat menelan ludah
- Nervus XI : Pasien dapat menggerakan bahu
- Nervus XII: Pasien dapat menggerakan lidah
4. Tanda perangsangan meningeal
- Kaki kuduk: negatif (-)
- Brutinsky : negatif (-)
- Kerning :negatif (-)
- Laseque :negatif (-)
18
5. Pemerikasaan kekuatan otot
5 5
5 5
C. PEMERIKASAAN PENUNJANG
19
Pola : Cytoplasmic Speckled, titer 1:
100
Pola ini dapat ditemukan pada kondisi/
keadaan : Primary Billiary Cholangitis
(PBC), System Autoimmune
Rheumatic Disease, Neurological and
autoimmune conditions, SLE,
Polymiositis/ Dermatomyositis,
Systemic sclerosis (limited form),
Interstisial lug fibrosis, Raynaud’s
syndrome, Polysinovitis, Necrotosing
myopathy, Idiopathic pleura effusion,
Anti-synthetase syndrome, Juvenile
SLE, Neuropsychiatric SLE.
Disarankan pemeriksan lanjut ANA
profile dan Anti dsDNA NcX jika ada
indikasi klinis yang mengarah ke
penyakit autoimun.
20
Ondansetron 2x1/ melalui IV 17 Februari Mencegah mual Diare, demam,
2020 dan mutah sakit kepala
Methylprednisolen 2x62.5 melalui 17 Februari Imun , alegri Mual muntah,
sodium succinate IV 2020 sakit kepala, sulit
tidur
21
D. ANALISA DATA
22
pernah bisa tidur siang
selama dirumah sakit
5. Lamanya pasien tidur
dalam 1 hari hanya 4
jam/hari
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi)
2. Gangguan pola tidur b. Nyeri di persendian
23
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
24
G. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN
25
- kolaborasi pemberian obat - Pasien tidur hanya 4 jam
- skala nyeri 5
A: gangguan pola tidur belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
- ajarkan teknik relaksasi
- atur posisi nyaman
- pantau skala nyeri
- manajemn lingkungan
yang nyaman
- atur suhu yang sesuai
Hari ke- 2
26
13.00 WIB - ajarkan teknik relaksasi S: Pasien mengatakan sudah
- atur posisi nyaman dapat tidur dengan nyenyak
- pemantauan nyeri - tidur di jam 10 malam
- manajemn lingkuangan dan siang tidur juga
yang nyaman O: -Pasien tamapk ceria
- atur suhu yang sesuai - kangantung mata sudah
- kolaborasi pemberian obat tersamarkan
- Pasien tidur sudah 7 jam
27
BAB IV
PENUTUP
A. RESUME KLIEN
Pasien masuk ke Rumah Sakit Jend Ahmad Yani metro pada tanggal 17 Februari jam
11:00 WIB dengan keluhan nyeri di area sendi seluruh tubuh nyeri terasa seperti linu-linu
di sendi dengan skala nyeri 5 , nyeri hilang timbul dengan durasa kurang lebih 3-5 menit,
nyeri dirasakan hilang timbul..Dengan pengkajian lebih lanjut ditemukan Data Sebagai
Berikut:
Data Subyektif:
- Pasien mengatakan nyeri di persendiannya .
- Pasienmengatakan tidak bisa tidur karena nyeri
- Tidur di atas jam 12 malam, siang tidak bisa tidur
Data Obyektif:
- Pasien tampak meringis
- Tampak gelisah
- Terdapat nyeri di persendian
- Skala nyeri 5,nyeri hilang timbul.
- Tidur hanya 4 jam dalam sehari
- Tekanan Darah:130/800 mmHG
- Frekuensi nafas: 20x/menit
- Suhu: 36,5ºC
- Nadi:90x/menit
- Pasien lesu dan tidak bergairah
- Berbicara pelan dan lirih
- Terdapat kantung mata
28
Dengan ditegakannya diagnosa keperawatan tersebut maka tersusunlah rencana untuk
masing diagnosa pada Klien:
Diagnosa 1 :
29
N: 87x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,5 ºC
P: Hentikan Intervensi
Diagnosa 2:
Suhu: 36,5 ºC
P: Hentikan Intervensi
Kesimpulan:
Selama diruang RPD A mahasiswa telah melakukan pengkajian sampai dengan
tahap evaluasi pada pasien dengan gangguan sistem imun. Setelah Asukep dilakukan selama
2x24 jam, maka dapat kita lihat bahwa masalah yang teratasi yaitu:
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (inflamasi) (Teratasi)
2. Gangguan pola tidur b.d nyeri di persendian ( teratasi)
30
DAFTAR PUSTAKA
31
LAMPIRAN
32
33