Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA II – TL 2201


MODUL 03
LONCATAN HIDROLIS

Nama Praktikan : Deni Cahyadi


NIM : 15318030
Kelompok/Shift : 1B (07.30 – 09.00)
Tanggal Praktikum : 13 Januari 2020
Tanggal Pengumpulan : 20 Februari 2020
PJ Modul : Putri Shafa Kamila (15317054)
Jason Junaidi Sumargo (15317079)
Asisten yang Bertugas : Givanny Maiherlia (15316100)
Puti Rizqi adani (15316065)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
I. Tujuan
1 Menentukan debit aktual aliran untuk mengetahui kecepatan dan jenis kekritisan aliran
2 Menentukan bilangan Froude (NFr) untuk menentukan jenis loncatan hidrolis
3 Menentukan Energi Spesifik (Es) untuk menentukan kehilangan energi yang terjadi
4 Menentukan efesiensi energy terhadap loncatan air untuk menganilisis pengaruhnya
terhadap bilangan Froude
II. Data Awal
1 Data yang diketahui
Massa beban = 2.5 kg Suhu akhir = 26o C
Massa air = 7.5 kg Suhu rata-rata = 24 o C
Suhu awal = 22o C Lebar Saluran = 0,075 m

2 Data yang diukur


a. Data Awal

Tabel II.1 Data awal pengukuran waktu

Waktu (s)
Variasi
t1 t2 t3 𝑡̅
1 5.39 5.43 5.51 5.44333
2 4.77 4.92 5.01 4.9
3 4.3 4.36 4.37 4.343
4 5.05 5.14 5.22 5.13667
5 5.32 5.42 5.42 5.38667

Tabel II.2 Data awal pengukuran jarak


Jarak antar titik (m)
Variasi
x1 x2 x3 x4 x5 x6
1 1.1 1.33 2.185 2.24 2.275 3.6
2 1.1 1.33 2.91 2.945 2.99 4.2
3 1.1 1.33 3.94 3.995 4.06 4.7
4 1.1 1.33 2.855 2.895 2.935 4
5 1.1 1.33 2.26 2.305 2.35 3.6
Tabel II.3 Data awal kedalaman saluran
Variasi Kedalaman (m)
y1 y2 y3 y4 y5 y6
1 0.055 0.0184 0.15 0.223 0.0428 0.0396
2 0.08314 0.0173 0.0286 0.0315 0.0464 0.0313
3 0.1057 0.0167 0.0244 0.0282 0.0367 0.0416
4 0.0702 0.0179 0.0258 0.0296 0.0375 0.0316
5 0.0643 0.017 0.0145 0.0214 0.0393 0.0386

Tabel II.4 Hubungan temperatur dengan massa jenis


Suhu (°C) Densitas (kg/m3)
0 999,9
5 1000
10 999,7
15 999,1
20 998,2
30 995,7
40 992,2
50 988,1
60 983,2
70 977,8
80 971,8
90 966,3
100 958,4
(Sumber: Shaughnessy, E. J., and Katz, I. M., and Schaffer, J. P, 2005)

1005
1000
995
Densitas (kg/m3)

990
985
980
y = -0,0035x2 - 0,0729x + 1000,6
975 R² = 0,9991
970
965
960
955
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (oC)

Gambar II.1 Grafik hubungan massa jenis air terhadap suhu.


III. Pengolahan Data

a. Menghitung Massa Jenis Air


Untuk menghitung massa jenis air, dapat menggunakan hubungan antara massa
jenis air dan temperatur, berdasarkan Tabel II.1 yang diplotkan pada Gambar II.1,
didapat persamaan :
y = -0.0035x2 - 0.0729x + 1000.6
Nilai x = Suhu rata-rata = 24oC sehingga didapat nilai massa jenis air adalah
996.834 kg/m3.
b. Menghitung Nilai Massa Air
Berdasarkan perbandingan antar lengan pada hydraulic bench yang diletakkan
beban, didapat kesimpulan bahwa massa air sama dengan tiga kali massa beban atau
dapat ditulis,
Massa air = Massa beban × 3 Massa air
= 2.5 kg × 3
= 7.5 kg
c. Menghitung Volume Air (Vair)
Untuk menghitung volume air yang digunakan pada saat praktikum dengan
hydraulic bench, dapat diketahui dengan persamaan,
massa air
Vair = massa jenis air
7.5 kg
= 996.834 kg/m3

Vair = 0.007523817 m3.


Volume air pada variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
d. Menghitung Waktu Rata-rata (tavg)
Untuk menghitung t avg Variasi 1 pada Tabel 2.5 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut,
Σt 5.39 + 5.43 + 5.51
t̅ = = = 5.44333 s
N 3
Waktu rata-rata pada variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
e. Menghitung Debit Aktual (Qaktual)
Untuk menghitung Qaktual Variasi 1 pada Tabel 2.5 dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut,
Vair 0.007523817 m3 3
Q aktual = = = 0.001382208 m ⁄s
t̅ 5.443 𝑠
Debit aktual pada variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

f. Menghitung Keliling Basah (P)


Untuk menghitung keliling basah (P) pada Variasi 1 pada titik 1 dapat
menggunakan rumus:
𝑃 = 𝑏 + 2yakt ; 𝑏 = 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 yakt = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑃 = 0.075 𝑚 + 2(0.055 m)
𝑃 = 0.185 m
Keliling basah variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

g. Menghitung Luas Penampang (A)


Untuk menghitung luas penampang (A) pada Variasi 1 titik 1 dapat menggunakan
rumus:
𝐴 = 𝑏 ∗ yakt
𝐴 = 0.075 𝑚 𝑥 (0.055 m)
𝐴 = 0.004125 m2
Luas penampang variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

h. Menghitung Jari Jari Hidrolis (R)


Untuk jari-jari hidrolis (R) Variasi 1 titik 1 dapat dihitung dengan rumus :
A
R=
P
Dimana nilai R adalah jari-jari hidrolis saluran, A adalah luas penampang basah,
dan P adalah keliling basah. Subsitusi nilai A dan P maka didapatkan nilai jari – jari
hidrolis saluran sebagai berikut,
0.004125 m2
R= = 0.022297297 m
0.185 m
Jari-jari hidrolis (R) variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
i. Menghitung Kecepatan Aliran Air (v)
Untuk menghitung kecepatan aliran air (v) pada variasi 1 titik 1 dapat menggunakan
rumus sebagai berikut,
Q 0.001382208 𝑚3 /𝑠
v= = = 0.335080661𝑚/𝑠
A 0.004125 𝑚2
Kecepatan aliran (v) pada variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

j. Menghitung Bilangan Froude (NFR )


Untuk menghitung bilangan Froude variasi 1 titik 1 dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut,
v
NFR =
√g x yaktual
0.335080661 𝑚/𝑠
NFR =
m
√9.81 x 0.055m
s2
NFR = 0.456177137
Sedangkan untuk nilai N𝐹𝑅 2 didapat dengan menguadratkan nilai diatas, sehingga
didapat nilai N𝐹𝑅 2 = 0.20809758
Bilangan Froude (NFR ) dan N𝐹𝑅 2 variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang
sama.
k. Menghitung besar Energi Spesifik (ES)
Untuk menghitung energi spesifik (ES) variasi 1 titik1 dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut,
v2
ES1 = yaktual +
2g
(0.335080661 𝑚/𝑠)2
ES1 = 0.055 + m
2 x 9.81 2
s
ES1 = 0.060722683 m
Energi spesifik (ES) pada variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
l. Menghitung nilai Panjang Loncatan (L)
Untuk menghitung panjang loncatan (L) pada variasi 1 dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut
𝐿 = x5 − x3
𝐿 = (2.275 − 2.185)𝑚
𝐿 = 0.09 m
Panjang loncatan (L) pada variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

m. Menghitung nilai Hi
Untuk menghitung panjang loncatan (L) pada variasi 1 dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut
𝐻𝑖 = y6 − y2
𝐻𝑖 = (0.0396 − 0.0184)𝑚
𝐻𝑖 = 0.0212 m
Tinggi loncatan (Hi) pada variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama
n. Menghitung nilai Ycteroritis
Untuk menentukan nilai Yteoritis pada variasi 1 dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut,

Q2
𝑌𝑐𝑡𝑒𝑜 = √ 2
𝑏 𝑔

(0.001382208 𝑚3 /𝑠)2
𝑌𝑐𝑡𝑒𝑜 = √ m
0.075 𝑚 2 𝑥 9.81 2
s

Nilai Ycteroritis variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

o. Menghitung nilai Efektifitas Loncatan (y6/y2 teoritis)


Untuk menentukan nilai efektifitas loncatan (y6/y2 teoritis) pada variasi 1 dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut,
𝑦6 1
⁄𝑦2 = (√1 + 8Fr 2 − 1)
𝑡𝑒𝑜 2
𝑦6 1
⁄𝑦2 = (√1 + 8(0.20809758)2 − 1)
𝑡𝑒𝑜 2
𝑦6
⁄𝑦2 = 2.871285679
𝑡𝑒𝑜

Nilai y6/y2 teoritis variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
p. Menghitung nilai y6/y2 aktual
Untuk menentukan nilai y6/y2 aktual pada variasi 1 dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut,
𝑦6 𝑦6
⁄𝑦2 =
𝑎𝑘𝑡 𝑦2
𝑦6 0.0396
⁄𝑦2 =
𝑎𝑘𝑡 0.0184
𝑦6
⁄𝑦2 = 2.152173913
𝑎𝑘𝑡

Nilai y6/y2 aktual variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

IV. Data Akhir


Tabel IV.1 Data hasil perhitungan variasi 1

Titik V (m3) Q (m3/s) A (m2) v (m/s) P (m) R (m) Fr Fr2


1 0.00752 0.00138 0. 00413 0.33508 0.185 0.0223 0.45618 0.2081
2 0.00752 0.00138 0.00138 1.0016 0.1118 0.01234 2.3575 5.55778
3 0.00752 0.00138 0.00413 0.33508 0.185 0.0223 0.45618 0.2081
4 0.00752 0.00138 0.00138 1.0016 0.1118 0.01234 2.3575 5.55778
5 0.00752 0.00138 0.00321 0.43059 0.1606 0.01999 0.66453 0.44159
6 0.00752 0.00138 0.00297 0.46539 0.1542 0.01926 0.74668 0.55753

Tabel IV.2 Data hasil perhitungan variasi 2

Titik V (m3) Q (m3/s) A (m2) v (m/s) P (m) R (m) Fr Fr2


1 0.00752 0.00154 0.00624 0.24625 0.24128 0.02584 0.27267 0.07435
2 0.00752 0.00154 0.0013 1.18341 0.1096 0.01184 2.87261 8.25191
3 0.00752 0.00154 0.00215 0.71584 0.1322 0.01623 1.35144 1.82639
4 0.00752 0.00154 0.00236 0.64994 0.138 0.01712 1.16918 1.36698
5 0.00752 0.00154 0.00348 0.44123 0.1678 0.02074 0.65399 0.4277
6 0.00752 0.00154 0.00235 0.65409 0.1376 0.01706 1.1804 1.39335

Tabel IV.3 Data hasil perhitungan variasi 3

Titik V (m3) Q (m3/s) A (m2) v (m/s) P (m) R (m) Fr Fr2


1 0.00752 0.00173 0.00793 0.21851 0.2864 0.02768 0.21459 0.04605
2 0.00752 0.00173 0.00125 1.38305 0.1084 0.01155 3.417 11.6759
3 0.00752 0.00173 0.00183 0.94659 0.1238 0.01478 1.93479 3.74343
4 0.00752 0.00173 0.00212 0.81904 0.1314 0.0161 1.5572 2.42489
5 0.00752 0.00173 0.00275 0.62934 0.1484 0.01855 1.04887 1.10012
6 0.00752 0.00173 0.00312 0.55521 0.1582 0.01972 0.86912 0.75537
Tabel IV.4 Data hasil perhitungan variasi 4

Titik V (m3) Q (m3/s) A (m2) v (m/s) P (m) R (m) Fr Fr2


1 0.00752 0.00146 0.00527 0.2782 0.2154 0.02444 0.33524 0.11239
2 0.00752 0.00146 0.00134 1.09104 0.1108 0.01212 2.60364 6.77896
3 0.00752 0.00146 0.00194 0.75697 0.1266 0.01528 1.50464 2.26393
4 0.00752 0.00146 0.00222 0.65979 0.1342 0.01654 1.2244 1.49916
5 0.00752 0.00146 0.00281 0.52079 0.15 0.01875 0.85865 0.73727
6 0.00752 0.00146 0.00237 0.61803 0.1382 0.01715 1.11002 1.23214

Tabel IV.5 Data hasil perhitungan variasi 5

Titik V (m3) Q (m3/s) A (m2) v (m/s) P (m) R (m) Fr Fr2


1 0.00752 0.0014 0.00482 0.28963 0.2036 0.02369 0.36467 0.13299
2 0.00752 0.0014 0.00128 1.09549 0.109 0.0117 2.68256 7.19611
3 0.00752 0.0014 0.00109 1.28437 0.104 0.01046 3.40542 11.5969
4 0.00752 0.0014 0.00161 0.87025 0.1178 0.01362 1.89934 3.60748
5 0.00752 0.0014 0.00295 0.47388 0.1536 0.01919 0.76319 0.58246
6 0.00752 0.0014 0.0029 0.48247 0.1522 0.01902 0.78405 0.61473

Tabel IV.6 Data hasil perhitungan energi spesifik, kehilangan energi, dan efesiensi
energi untuk setiap variasi

Variasi Es1 (m) Es2 (m) Es3(m) Es4(m) Es5(m) Es6(m) ΔEs(m) Es6/Es2
1 0.06072 0.06953 0.15077 0.22335 0.05225 0.05064 0.01889 0.72829
2 0.08623 0.08868 0.05472 0.05303 0.05632 0.05311 0.03557 0.59886
3 0.10813 0.11419 0.07007 0.06239 0.05689 0.05731 0.05688 0.50188
4 0.07414 0.07857 0.055 0.05179 0.05132 0.05107 0.0275 0.64995
5 0.06858 0.07817 0.09858 0.06 0.05075 0.05046 0.0277 0.6456

Tabel IV.7 Data hasil perhitungan akhir untuk setiap variasi

Variasi L (m) Hi (m) Yc teoritis (m) y6/y2 teoritis y6/y2 aktual


1 0.09 0.0212 0.03259 2.87129 2.15217
2 0.08 0.014 0.03496 3.59314 1.80925
3 0.12 0.0249 0.03789 4.35816 2.49102
4 0.08 0.0137 0.03388 3.2159 1.76536
5 0.09 0.0216 0.03282 3.32652 2.27059
V. Analisis A
V.2.1 Analisis Cara Kerja
Pada praktikum ini, percobaan diawali dan diakhiri dengan mengukur suhu
fluida menggunakan termometer. Pengukuran suhu dilakukan untuk menentukan besar
massa jenis fluida (densitas) karena suhu merupakan faktor penentu besar massa jenis
fluida tersebut. Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah
menghubungkan hydraulic bench ke sumber listrik bertegangan 110 V. Namun apabila
sumber tegangan melebihi 110 V, maka hydraulic bench akan mengalami kerusakan.
Kemudian menekan tombol power button berfungsi untuk menyalakan hydraulic
bench. Kemudian menutup valve bench, lalu nyalakan pompa, periksa apakah terjadi
kebocoran dalam saluran atau di bagian lainnya. Setelah itu, tutup drain valve dalam
weight tank dengan cara memtar tuas cam lever. Tujuan ditutupnya
drain valve agar saluran keluar air tertutup dari weight tank sehingga air yang masuk
mengisi weight tank. Kemudian buka valve bench maka air akan mengalir ke weight
tank dan kembali ke bench. Siapkan stopwatch untuk menghitung berapa waktu yang
diperlukan hingga tuas terangkat kembali. Setelah beberapa saat, tuas beban akan
terangkat dan beban 2.5 kg langsung diletakan di tuas tersebut, saat beban tuas terangkat
nyalakan stopwatch. Kemudian tuas beban akan kembali terangkat dan stopwatch
dihentikan. Kemudian, hal yang harus dilakukan adalah kalibrasi alat pengukur
kedalaman. Tujuannya adalah agar dicapai ketelitian pengukuran atau dengan kata lain
untuk memastikan akurasi alat ukur kedalaman tersebut. Pada percobaan ini harus
diukur lebar saluran terbuka. Lalu, ukur kedalaman 6 titik sepanjang saluran, yaitu 2
titik di posisi sebelum dan sesudah melewati pintu air, 2 titik disaat tepat belum terjadi
loncatan hidrolis dan ditengah-tengah kenaikan kedalaman, 1 titik pada puncak hidrolis
dan 1 titik saat aliran sudah stabil setelah terjadi loncatan hidrolis dengan menggunakan
alat pengukur kedalaman yang menggunakan prinsip jangka sorong. Percobaan
dilakukan sebanyak 5 variasi debit agar didapatkan hasil yang akurat serta representatif
dengan setiap kali variasi debit dilakukan 3 kali pengukuran waktu. Pengukuran suhu
dilakukan sekali lagi untuk mendapat suhu akhir. Dan terakhir matikan hydraulic
bench.
V.2.2 Analisis Grafik
V.2.2.1 Grafik kedalaman tiap titik terhadap jarak antartitik
0,12

0,1

0,08
Variasi 1
yakt (m)

0,06 Variasi 2
Variasi 3
0,04
Variasi 4
0,02 Variasi 5

0
0 1 2 3 4 5
X (m)

Gambar V.2.1.1 Grafik Hubungan antara yakt dengan X


Dari grafik tersebut, pada titik di hulu lebih tinggi dibandingkan titik
yang ada di hilir. Pada titik kedua turun sangat signifikan akibat adanya
sluice gate yang menyebabkan penurunan kedalaman. Pada titik ketiga,
kembali naik karena terjadi fenomena loncatan hidrolis untuk
menyeimbangkan energi sehingga aliran menjadi normal kembali.
Kemudian ketinggian di titik lima adalah ketinggian tertinggi setelah titik
pertama dan turun lagi pada titik enam dengan ketinggian yang berbeda
dengan titik satu.

V.2.2.2 Grafik y6/y2 aktual terhadap Fr22 antar titik

2,5
y6/y2 aktual

1,5
y = 1,3102x0,2271
1 R² = 0,1793

0,5

0
0 2 4 6 8 10 12 14
Fr22

Gambar V.2.1.2 Grafik Hubungan antara y6/y2 aktual terhadap Fr22


Dari grafik diatas (Gambar V.2.1.2), didapat nilai koefisien determinasi atau R²
sebesar 0.1793 yang positif dan sangat jauh dari 1 menunjukan bahwa data yang diambil
memiliki variasi yang sangat tinggi. Selain itu didapat nilai korelasi (R) sebesar 0.524907187
membuktikan bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak terlalu kuat.

Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai pangkat dari
Bilangan Froude dari penurunan rumus efektifitas loncatan dibawah ini dengan nilai pangkat
variabel x pada persamaan grafik diatas yaitu 0.2271.
𝑦6 1
⁄𝑦2 = (√1 + 8Fr 2 − 1)
𝑡𝑒𝑜 2
Dengan membuat nilai-nilai perhitungan menjadi sebuah konstanta maka didapat didapat
persamaan hubungan
𝑦6
⁄𝑦2 ≈ √Fr 2
𝑡𝑒𝑜
𝑦6
⁄𝑦2 ≈ (Fr 2 )0.5
𝑡𝑒𝑜

Untuk menentukan besarnya galat dapat dihitung dengan rumus berikut,


|𝐹𝑟𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |
Galat = x 100%
𝐹𝑟𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
|0.5 - 0.2271|
Galat = x 100%
0.5
Galat = 54.58 %

V.2.2.3 Grafik Efisiensi Energi terhadap Fr22


0,8

0,7

0,6

0,5
ES6/ES2

0,4 y = 1,7053x-0,497
R² = 0,9963
0,3

0,2

0,1

0
0 2 4 6 8 10 12 14
Fr2 2

Gambar V.2.1.3 Grafik Hubungan antara ES6/ES2 terhadap Fr22


Dari grafik diatas (Gambar V.2.1.3), didapat nilai koefisien determinasi atau R²
sebesar 0.9963 yang positif dan cukup mendekati 1 menunjukan bahwa data yang diambil
cukup bagus dan presisi. Selain itu didapat nilai korelasi (R) sebesar -
0.982674079membuktikan bahwa hubungan kedua variabel tersebut sangat kuat dan
berbanding terbalik.

Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai pangkat dari
Bilangan Froude dari penurunan rumus efisiensi energi dibawah ini dengan nilai pangkat
variabel x pada persamaan grafik diatas yaitu -0.497.
3
ES6 (1 + 8𝐹𝑟 2 )2 − 4𝐹𝑟 2 + 1
=
ES2 8𝐹𝑟 2 (2 + 𝐹𝑟 2 )
3
ES6 (𝐹𝑟 2 )2 − 𝐹𝑟 2
≈ ; 𝐷𝑖𝑏𝑎𝑔𝑖 𝐹𝑟 2
ES2 𝐹𝑟 2 + (𝐹𝑟 4 )
ES6 𝐹𝑟1 − 1

ES2 1 + 𝐹𝑟 2
ES6 (𝐹𝑟 2 )0.5

ES2 𝐹𝑟 2
ES6
≈ 𝐹𝑟2 −0.5
ES2

Untuk menentukan besarnya galat dapat dihitung dengan rumus berikut,


|𝐹𝑟𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |
Galat = x 100%
𝐹𝑟𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−0.5 − (−0.497)
Galat = | | x 100%
−0.5
Galat = 6 %

V.2.2.4 Grafik Tinggi Loncatan (Hi) terhadap Fr22


0,03

0,025

0,02 y = 0,0103x0,288
R² = 0,0847
Hi (m)

0,015

0,01

0,005

0
0 2 4 6 8 10 12 14
Fr22

Gambar V.2.1.4 Grafik Hubungan antara Hi dengan Fr22


Dari grafik diatas (Gambar V.2.1.4), didapat nilai koefisien determinasi atau R²
sebesar 0.0847 yang positif dan sangat mendekati 0 menunjukan bahwa data yang diambil
memiliki variasi yang sangat tinggi. Selain itu didapat nilai korelasi (R) sebesar 0.420073389
membuktikan bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak terlalu kuat.

Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai pangkat dari
Bilangan Froude dari penurunan rumus tinggi loncatan dibawah ini dengan nilai pangkat
variabel x pada persamaan grafik diatas yaitu 0.288.
𝐻𝑖 = 𝑦6 − 𝑦2
𝑣2 2
𝐻𝑖 = 𝑦6 −
g x 𝐹𝑟2 2
1
𝐻𝑖 ≈
𝐹𝑟2 2
𝐻𝑖 ≈ (𝐹𝑟2 2 )−1

Untuk menentukan besarnya galat dapat dihitung dengan rumus berikut,


|𝐹𝑟𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝐹𝑟𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |
Galat = x 100%
𝐹𝑟𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1 − 0.288
Galat = | | x 100%
−1
Galat = 128.8 %
V.2.2.5 Grafik Panjang Loncatan terhadap Efektifitas Loncatan (y6/y2 aktual)

0,14
0,12
0,1 y = 0,0438x0,9991
R² = 0,7962
0,08
L (m)

0,06
0,04
0,02
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
y6/y2 aktual

Gambar V.2.1.5 Grafik Hubungan antara L dengan y6/y2 aktual


Dari grafik diatas (Gambar V.2.1.5), didapat nilai koefisien determinasi atau R²
sebesar 0.7962 yang positif dan mendekati 1 menunjukan bahwa data yang diambil memiliki
diambil cukup bagus dan presisi. Selain itu didapat nilai korelasi (R) sebesar
0.887489916membuktikan bahwa hubungan kedua variabel tersebut sangat kuat dan
berbanding lurus. Dari grafik tersebut juga dapat disimpulkan bahwa semakin besar efektifitas
loncatan yang dialami fluida, maka panjang loncatannya akan semakin besar.

V.2.2.6 Grafik Panjang Loncatan terhadap Debit aktual (Qaktual)

0,14
0,12
0,1
(m3/s)

y = 284,24x1,2373
0,08
R² = 0,4677
0,06
Qakt

0,04
0,02
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002
L (m)

Gambar V.2.1.6 Grafik Hubungan antara L dengan Qakt


Dari grafik diatas (Gambar V.2.1.6), didapat nilai koefisien determinasi atau R²
sebesar 0.4677 yang positif dan mendekati 1 menunjukan bahwa data yang diambil memiliki
variasi data yang cukup tinggi. Selain itu didapat nilai korelasi (R) sebesar
0.742522638membuktikan bahwa hubungan kedua variabel tersebut cukup kuat dan
berbanding lurus. Dari grafik tersebut juga dapat disimpulkan bahwa semakin besar efektifitas
loncatan yang dialami fluida, maka panjang loncatannya akan semakin besar. Dari grafik ini
juga dapat dilihat bahwa semakin besar Qaktual suatu fluida, maka akan semakin besar panjang
loncatannya. Secara teori, debit mempengaruhi kekritisan suatu aliran. Debit yang besar
mempengaruhi loncatan yang jauh

V.2.2.7 Grafik Energi Spesifik terhadap kedalaman air (yaktual)

Grafik Energi Spesifik terhadap yaktual dapat merepresentasikan kekritisan air pada
kedalaman tertentu. Dari grafik ini akan didapat garis yc aktual dan titik yang berada diatas
garis tersebut memiliki karakteristik aliran subkritis dan titik yang berada dibawah garis
tersebut memilki karakteritristik aliran superkritis. Selain itu, terdapat juga garis y=ES yang
merupakan batas garis yang tidak akan bersinggungan ataupun berpotongan dengan kurva y
terhadap ES. Hal ini disebabkan karena energi spesifik suatu aliran terdiri dari energi potensial
v2
dan energi kinetik fluida (ES1 = yaktual + 2g). Jika kurva menyinggung garis tersebut, berarti

v2
energi kinetik (2g )dari fluida harus memiliki nilai 0, dimana hal tersebut hanya dapat terjadi

disaat fluida tidak memiliki kecepatan /tidak bergerak.


V.2.2.7.1 Variasi 1

Gambar V.2.1.7 Grafik Hubungan antara ES dengan yaktual variasi 1


Dari grafik diatas (Gambar V.2.1.7), didapat nilai yc aktual sebesar 0.0319. Nilai yc
𝑑𝐸𝑆
aktual mengartikan bahwa di saat tersebut = 0. Hal itu diartikan pada grafik yaitu saat
dy

grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan garis y=2/3 ES.
Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai yc aktual dari
grafik hubungan ES dan yaktual dengan nilai yc teoritis yang didapatkan dari perhitungan
|𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |
Galat = x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.03259 − 0.0319
Galat = | | x 100%
0.03269
Galat = 2.125 %

V.2.2.7.2 Variasi 2

Gambar V.2.1.8 Grafik Hubungan antara ES dengan yaktual variasi 2


Dari grafik diatas (Gambar V.2.1.8), didapat nilai yc aktual sebesar 0.0312. Nilai yc
𝑑𝐸𝑆
aktual mengartikan bahwa di saat tersebut = 0. Hal itu diartikan pada grafik yaitu saat
dy

grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan garis y=2/3 ES.
Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai yc aktual dari
grafik hubungan ES dan yaktual dengan nilai yc teoritis yang didapatkan dari perhitungan
|𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |
Galat = x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.034959424 − 0.0312
Galat = | | x 100%
0.034959424
Galat = 10.75 %

V.2.2.7.3 Variasi 3

Gambar V.2.1.9 Grafik Hubungan antara ES dengan yaktual variasi 3


Dari grafik diatas (Gambar V.2.1.9), didapat nilai yc aktual sebesar 0.0351. Nilai yc
𝑑𝐸𝑆
aktual mengartikan bahwa di saat tersebut = 0. Hal itu diartikan pada grafik yaitu saat
dy

grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan garis y=2/3 ES.
Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai yc aktual dari
grafik hubungan ES dan yaktual dengan nilai yc teoritis yang didapatkan dari perhitungan
|𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |
Galat = x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.037886069 − 0.0351
Galat = | | x 100%
0.037886069
Galat = 7.354 %
V.2.2.7.4 Variasi 4

Gambar V.2.1.9 Grafik Hubungan antara ES dengan yaktual variasi 4


Dari grafik diatas (Gambar V.2.1.9), didapat nilai yc aktual sebesar 0.0332. Nilai yc
𝑑𝐸𝑆
aktual mengartikan bahwa di saat tersebut = 0. Hal itu diartikan pada grafik yaitu saat
dy

grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan garis y=2/3 ES.
Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai yc aktual dari
grafik hubungan ES dan yaktual dengan nilai yc teoritis yang didapatkan dari perhitungan
|𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |
Galat = x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.033877191 − 0.0332
Galat = | | x 100%
0.033877191
Galat = 1.999 %
V.2.2.7.3 Variasi 5

Gambar V.2.1.10 Grafik Hubungan antara ES dengan yaktual variasi 5


Dari grafik diatas (Gambar V.2.1.9), didapat nilai yc aktual sebesar 0.0339. Nilai yc
𝑑𝐸𝑆
aktual mengartikan bahwa di saat tersebut = 0. Hal itu diartikan pada grafik yaitu saat
dy

grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan garis y=2/3 ES.
Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai yc aktual dari
grafik hubungan ES dan yaktual dengan nilai yc teoritis yang didapatkan dari perhitungan
|𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |
Galat = x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.032820731 − 0.0339
Galat = | | x 100%
0.032820731
Galat = 3.288 %
V.2.3 Jenis-Jenis Loncatan Hidrolis

Terdapat 5 tipe loncatan air pada saluran berdasarkan bilangan Froudenya

1. Untuk Fr = 1, aliran kritis, sehingga tidak dapat terbentuk loncatan.

2. Loncatan Berombak
Loncatan ini terjadi untuk Fr =1 sampai 1.4. Terjadi ombak pada permukaan
air

3. Loncatan Lemah
Loncatan ini terjadi untuk Fr = 1.7 sampai 2.5. Terbentuk rangkaian gulungan
ombak pada permukaan loncatan, tetapi permukaan air dihilir tetap halus.
Secara keseluruhan kecepatannya seragam dan kehilangan energi dalam
jumlah yang kecil

4. Loncatak Berosilasi
Terjadi pada aliran dengan Fr = 2.5 sampai 4.5. ujung-ujung permukaan hilir
akan bergulung dan titik kecepatan semburannya tinggi cenderung
memisahkan diri dari aliran. Gerakan dan letak loncatan yang terjadi tidak
begitu dipengaruhi oleh kedalaman air bawah. Loncatan hidrolisnya sangat
seimbang dan peredaman energinya sebesar 45 - 70%.

5. Loncatan Kuat
Terjadi pada aliran dengan Fr = 4.5 sampai 9. Loncatan Kuat
Loncatan ini terjadi untuk Fr yang lebih besar dari 9. Kecepatan semburan
yang tinggi akan menimbulkan hempasan gelombang gulung dari permukaan
loncatan dan menimbulkan gelombang-gelombang hilir namun gerakan
loncatan jarang terjadi
Gambar V.2.3.1 Tipe-tipe Loncatan Hidrolis
(Sumber:Van Techow, 1999)

V.2.4 Penurunan Rumus


V.2.4.1 Penurunan Rumus Efektivitas Loncatan
Lj

garis energi
EL

Vb 2
2g
Va 2
2g
Ea Eb

Wsin q yb
Pb
Wcos q W
Pa ya
Fs

aliran superkritis loncatan air aliran subkritis


a b

Gambar V.2.4.1 Loncatan air


Berdasarkan gambar V.2.4.1 dapat dilihat daerah dibatasi oleh penampang (a) dan
penampang (b). Dengan menerapkan persamaan Momentum pada kedua penampang tersebut,
maka
 Fx  M b  M a
Pa  Pb  FS  W sin q  M b  M a
dimana :

Pa  1
2  b ya 2  gaya hidrostati s pada penampang (a)
Pb  1
2  b yb 2  gaya hidrostati s pada penampang (b)
Fs  gaya geser antara badan saluran dengan air yang mengalir
W  berat air pada control volume yang dibatasi oleh penampang (a) dan (b)
M a  flux momentum aliran pada penampang (a)   a  Q Va
M b  flux momentum aliran pada penampang (b)  b  Q Vb

Sedangkan dasar saluran horizontal, q  0, maka W sin q  0 dan Fs  0 sehingga


persamaan momentum di atas menjadi sebagai berikut :
1
2  b y a 2  1 2  b yb 2   a  Q Va   b  Q Vb
Diasumsikan distribusi kecepatan merata di penampang (a) maupun penampang (b),
maka  a   b  1 , dan dengan menggunakan prinsip persamaan kontinuitas bahwa debit

persatuan lebar saluran q  Va y a  Vb yb , sehingga :

1
2  y a 2  1 2  yb 2   q Va   q Vb
2 q2  1 1 
( yb 2
 ya ) 
2
  
g  a
y y b 

2 q2
y a yb ( y a  yb )   2 yc 3
g
yb  y  2 q2
1  b   3
 2 Fra 2
ya  ya  g ya

Va
dimana Fra = bilangan Froude pada penampang (a) sama dengan Fra  sehingga
g ya

didapat hubungan antara ya (kedaman awal loncatan) dan yb (kedalaman akhir loncatan),
sebagai berikut :
yb
 1   1  1  8Fra 2  atau :
ya
2
 
ya
 1   1  1  8Frb 2 
yb
2
 
𝑦6 1
⁄𝑦2 = (√1 + 8Fr 2 − 1)
2

V.2.4.2 Penurunan Rumus Efesiensi Energi

Untuk penurunan rumus efisiensi energi adalah sebagai berikut :


v2
ES = y +
2g
q2
ES = y +
2gy 2
ES d2
=1+
𝑦 2gy 2
2
ES 1 v2
=1+ ( )
𝑦 2 √𝑔𝑦
ES 1
= 1 + (𝐹𝑟)2
𝑦 2

Sehingga dapat dimodifikasi kembali sebagai berikut :


𝑣2 𝑣2 (𝑌2 − 𝑌1)2
∆𝐸 = (𝑌1 + ) − ( 𝑌2 + ) =
2𝑔 2𝑔 4𝑌1. 𝑌2
2
∆𝐸 (𝑌2 − 𝑌1 )2 (−3 + √1 + 8𝐹𝑟1 2 )
= = 2
𝑦1 4𝑌1 . 𝑌2
16 (−6 + √1 + 8𝐹𝑟1 2 )
𝐸2 ∆𝐸
=1−
𝐸1 𝑦1
2
𝐸2 (−3 + √1 + 8𝐹𝑟1 2 )
=1− 2
𝐸1
16 (−6 + √1 + 8𝐹𝑟1 2 )

𝐸2 (1 + 8 𝐹𝑟1 )2 − 4𝐹𝑟1 2 + 1
=
𝐸1 8𝐹𝑟1 2 ( 2 + 𝐹𝑟1 )2
V.2.5 Kesalahan dalam percobaan

Ketidakvalidan data percobaan dengan data teoritis disebabkan karena data teoritis
diasumsikan terjadi pada kondisi ideal, sedangkan pada nyatanya pemenuhan kondisi ideal
tersebut merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk mungkin terjadi. Tidak terpenuhinya
kondisi ideal tersebut disebabkan oleh bebarapa faktor seperti beberapa variabel yang
diasumsikan tidak ada, ketidaktelitian alat, dan kesalahan dalam melakukan percobaan dan
mengamati hasil percobaan. Contoh dari kesalahan tersebut antara lain adalah termometer yang
menyentuh kulit (tangan) sehingga nilai suhu tidak valid, ketidaktepatan memulai waktu
pengukuran, variasi nilai debit yang terlalu besar atau kecil, ketinggian muka air yang bergerak-
gerak sehingga pengukuran menjadi tidak tepat.
VI. Analisis B
1. Spillway

Spillway atau disebut dengan pelimpah merupakan bangunan air beserta


instalasinya yang berfungsi untuk mengalirkan debit banjir yang masuk ke dalam
waduk agar tidak membahayakan keamanaan bendungan terhadap overtopping dan
gerusan di hilir. Pada spillway terbuka, aplikasi loncatan hidrolis adalah agar tidak
terjadi overtopping pada puncak bendungan, untuk itu dibuat pelimpah guna
mengalirkan debit banjir ke hilir sehingga kontruksi bendungan tetap aman. Kondisi
aliran di hulu pelimpah adalah subkritis dan berubah perlahan menjadi superkritis
setelah melalui puncak pelimpah.

Gambar VI.1 Open Spillway


(Sumber: http://pendidikan-teknikbangunan.blogspot.com/2011/05/allabout-
spillway.html)

2. Aerasi Limbah Industri

Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan untuk meningkatkan


kontak antara udara dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama bertujuan
untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan konsentrasi
oksigen di dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan limbah.
Proses aerasi sangat penting terutama pada pengolahan limbah yang proses pengolahan
biologinya memanfaatkan bakteri aerob. Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang
mutlak memerlukan oksigen bebas untuk proses metabolismenya. Dengan tersedianya
oksigen yang mencukupi selama proses biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat
bekerja dengan optimal. Hal ini akan bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat
organik di dalam air limbah. Selain diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob,
kehadiran oksigen juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di
dalam air limbah serta untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami,
difusi, maupun mekanik. Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke dalam
air limbah melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya akan
berbentuk gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat berupa
gelembung halus (fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung dari
jenis diffuser yang digunakan.

Gambar VI.2 Proses Aerasi dengan Metode Terjunan


(Sumber : Agus, 2011)
VII. Kesimpulan
1. Nilai debit pada setiap variasi dan titik sebagai berikut

Tabel VII.1 Hasil Akhir Debit Aliran

Variasi Variasi
Titik Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3
4 5
1
2
3
4 0.00146 0.0014
0.001382208 m3/s 0.00154 m3/s 0.00173 m3/s
5 m3/s m3/s
6
7
8

2. Nilai bilangan Froude pada setiap variasi dan titik sebagai berikut

Tabel VII.2 Hasil Akhir Bilangan Froude Aliran

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4 Variasi 5


Titik
NFR NFR NFR NFR NFR
1 0.456177137 0.27267 0.21459 0.33524 0.36467
2 2.357495188 2.87261 3.417 2.60364 2.68256
3 3.202879951 1.35144 1.93479 1.50464 3.40542
4 1.766933704 1.16918 1.5572 1.2244 1.89934
5 0.664525875 0.65399 1.04887 0.85865 0.76319
6 0.746680433 1.1804 0.86912 1.11002 0.78405

3. Nilai Energi Spesifik pada setiap variasi dan titik sebagai berikut

Tabel VII.3 Hasil Akhir Energi Spesifik Aliran

Variasi Es1 (m) Es2 (m) Es3(m) Es4(m) Es5(m) Es6(m)


1 0.06072 0.06953 0.15077 0.22335 0.05225 0.05064
2 0.08623 0.08868 0.05472 0.05303 0.05632 0.05311
3 0.10813 0.11419 0.07007 0.06239 0.05689 0.05731
4 0.07414 0.07857 0.055 0.05179 0.05132 0.05107
5 0.06858 0.07817 0.09858 0.06 0.05075 0.05046
4. Nilai Efesiensi Energi pada setiap variasi sebagai berikut

Tabel VII.4 Hasil Akhir Efisiensi Energi

Variasi Es6/Es2
1 0.72829
2 0.59886
3 0.50188
4 0.64995
5 0.6456

VIII. Daftar Pustaka


1. Akan, A. Osman. 2006. Open Channel Hydraulics. Oxford : Elsevier.
2. Chow, Ven Te, 1979, Open-Channel Hydraulics. Tokyo : McGraw Hill
3. Finnemore, E. John. 2002. Fluid Mechanics with Engineering Applications. New York
: McGraw Hill
4. Potter, Merle C. 2011. Schaum’s: Mekanika Fluida. Jakarta: Erlangga.
5. Raju, Rangga, K. G, 1986, Aliran Melalui Saluran Terbuka, Erlangga, Jakarta.
IX. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai