Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN PALIATIF

INTERVENSI TRANSKULTURAL DAERAH KALIMANTAN TIMUR

DISUSUN OLEH :
RANIE ROBIATUL ADAWIYAH 012191009

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TRANSFER


FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
Obat Ajaib dari Rimba Kalimantan

Misteri kekayaan rimba Kalimantan diyakini menyimpan berbagai bahan "herbal ajaib"


kembali mencuat, dibarengi asa baru bagi penyembuhan penyakit-penyakit berbahaya yang
selama ini belum ditemukan obatnya.

Optimisme adanya keajaiban dari rimba Kalimantan berkat sukses dua siswa asal SMA
Negeri Palangkaraya, yakni Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani yang menemukan obat
penyembuh kanker dari tumbuhan Bajakah.

Hasil karya mereka meraih medali emas di World Invention Creativity Olympic (WICO),
Seoul, Korea Selatan, 25 Juli 2018.

Sebenarnya cerita tentang misteri dan harapan obat ajaib dari rimba Kalimantan,
termasuk di Kalimantan Utara (Kaltara) bukan kisah baru. Cerita itu misalnya sudah mencuat
pada 1990-an ketika deforestasi (hilangnya hutan akibat kegiatan manusia) di Kalimantan jadi
sorotan dunia.

Ada pihak yang mengambinghitamkan warga lokal berkontribusi bagi deforestasi, yakni
pembalakan liar dan pembukaan lahan dengan pembakaran.

Namun, pakar kehutanan Universitas Mulawarman Dr. Ir Abubakar M Lahjie M. Agr


membantahnya karena justru dengan kearifan lokal, warga setempat mampu melestarikan hutan
secara turun-temurun.

Pakar agroferestry lulusan Nihon University Jepang itu menjelaskan hasil studinya
ternyata warga lokal membagi beberapa zona hutan, di antaranya untuk berburu, perkampungan,
pemakaman, serta hutan larangan yang menjadi '"apotek hidup".

Warga pedalaman ternyata sudah turun temurun sejak dulu memanfaatkan herbal di
kawasan "apotek hidup" bagi kesehatan mereka.
Bagi warga yang merambah zona larangan ini bisa terkena sanksi oleh lembaga adat, jadi
tidak benar mereka merusak hutan. Berbagai cerita sudah diekspose tentang "kehebatan herbal
ajaib" dari hutan larangan. Namun, kala itu belum ada penelitian mendalam mengenai khasiat
herbal dari rimba Kalimantan. Padahal sudah tersiar tentang serbuk bisa menangkal malaria,
ramuan untuk mengatur kelahiran serta pengobatan kanker.

Pada pertengahan 1990-an, harapan akan ditemukan ramuan ajaib kembali mencuat. Hal
itu seiring hebohnya berita kasus pertama kali warga Kaltim dinyatakan positif terkena Human
Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) pada 1993 di
Lokalosasi Loa Janan Kutai.

Kepanikan dunia kedokteran terhadap HIV/AIDS akhirnya menaruh harapan baru,


termasuk wacana menemukan tumbuhan obat dari "Heart of Borneo" (Indonesia, Malaysia, dan
Brunei). Harapan untuk menemukan ramuan ajaib dari bumi Borneo tampaknya kurang
mendapat respon positif. Pasalnya, berita hutan Borneo memiliki tumbuhan hebat untuk
pengobatan dianggap hanya sebuah "kampanye" dari penggiat lingkungan untuk penyelamatan
hutan Borneo.

Kaya Kandungan antioksidan

Bagi warga Kalimantan, sejak di bangku sekolah dasar sudah akrab dengan akar Bajakah
(namanya berbeda-beda setiap wilayah). Misalnya, pelajar yang mengikuti program
kepanduan/pramuka akan diajarkan cara bertahan hidup di hutan, salah satunya meminum air
dari akar Bajakah. Tapi yang tahu khasiatnya sebagai obat kanker ternyata terbatas, termasuk
hanya warga Dayak di Kalteng.

Pengetahuan itu kian tersebar setelah prestasi siswa Palangkaraya itu terpublikasikan.
Dari pengetahuan itu, keduanya disebut menemukan obat penyembuh kanker dari akar tumbuhan
Bajakah yang diolah menjadi bubuk.

Dalam uji coba terhadap tikus, Anggina dan Aysa menemukan bahwa sel tumor bisa
menghilang dalam waktu dua minggu. Dari uji laboratorium, Bajakah memiliki kandungan
antioksidan ribuan kali lipat ketimbang jenis tanaman lainnya.
Bajakah juga disebut teridentifikasi mengandung 40 zat yang bisa mematikan sel-sel
kanker dalam tubuh. Zat-zat teridentifikasi antara lain saponin, fenolik, steroid, terpenoid, tannin,
alkonoid, dan terpenoid.

Zat-zat itu memiliki fungsi bagi kesehatan, antara lain sebagai antioksidan,
memaksimalkan kerja sistem imun, dan kaya vitamin A. Zat-zat itu juga disebutkan bisa
mematikan sel kanker, memperbaiki struktur DNA yang rusak, dan mendetoksifikasi senyawa
karsinogen. Warga Dayak mengolah Bajakah dengan mengeringkan secara alami dengan dijemur
serta menjadikan sebagai bubuk.

Bubuk itu direbus seperti minuman teh.

Berdasarkan pengakuan warga dengan rutin meminum teh Bajakah itu selama dua bulan
bisa menyembuhkan tumor atau kanker payudara. Warga asli Kalimantan sejak ratusan tahun
silam sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat tumbuh-tumbuhan.

Pengetahuan mereka bukan hanya untuk pengobatan tapi bisa juga untuk "meracun"
dengan memafaatkan getah atau zat dari jenis tumbuhan tertentu yang dirahasiakan. Termasuk
menciptakan racun anak sumpit berasal dari ramuan getah pohon.

Dengan berbagai pengetahuan itu sehingga dulu ada anggapan negatif bahwa suku asli
Kalimantan memiliki "magic" yang bisa meracun orang.
Intervensi Transkultural

No Diagnose Keperawatan Intervensi Keperawatan


1. Kesiapan meningkatkan literasi kesehatan setelah dilakukan asuhan keperawatan
Definisi : selama 5 kali jam kunjungan, klien
Suatu pola dan penggunaan dan menunjukkan Kesiapan meningkatkan
pengembangan seperangkat keterampilan literasi kesehatan dengan kriteria hasil :
dan kompetensi (literasi, pengetahuan, 1. Informasi saat ini bergantung pada
motivasi, budaya, dan bahasa), untuk tenaga kesehatan
menemukan, memahami, mengevaluasi, dan 2. Menerima diagnosis promosi
menggunakan informasi dan konsep kesehatan
kesehatan untuk membuat keputusan 3. Merubah aturan atau regimen yang
kesehatan sehari-hari untuk meningkatkan diarahkan oleh tenaga kesehatan
dan mempertahankan kesehatan,
menurunkan resiko kesehatan dan
memperbaiki seluruh kualitas hidup, yang
dapat diperbuat.
Batasan karakteristik :
1. Mengungkapkan keinginan untuk
meningkatkan kesadaran tentang
proses warga Negara dan/ atau
pemerintah yang memengaruhi
kesehatan public
2. Mengungkapkan keinginan untuk
meningkatan komunikasi kesehatan
dengan pemberian layanan
kesehatan
3. Mengungkapkan keinginan untuk
meningkatkan pemahaman tentang
adat dan keyakinan untuk membuat
keputusan perawatan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai