Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN BAKU

(ILMU BAHAN PANGAN)


“IKAN BETOK”
Makalah Pengetahuan Bahan Baku ( Ilmu Bahan Pangan ) disusun sebagai
salah satu tugas mata kuliah

Disusun Oleh :

Ricko Dudi Wahyono (175080307111024)


Indri Yanna Rosa (175080301111035)
Sri Sundari (175080301111012)
Safri Nizar (175080300111043)
Ilham Al Fahzri (175080300111023)
Jasmine Larasati (155080307111012)
Raja Dolly Tampubolon (155080301111044)
Arief Pandu Wahyudi (155080300111043)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2018

i
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. Latar belakang....................................................................................................1
1.2. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAAN............................................................................................................3
2.1 Klasifikasi Ikan Betok........................................................................................3
2.2 Ciri Morfologi......................................................................................................4
2.3 Perkembangbiakan/ Reproduksi.....................................................................4
2.4 Habitat..............................................................................................................5
2.5. Teknik Budidaya Ikan Betok...........................................................................6
2.6 Produk Ikan Betok..............................................................................................6
2.7 Kandungan Gizi.............................................................................................7
2.8 Kegunaan dan Manfaat................................................................................9
BAB IV............................................................................................................................12
PENUTUP......................................................................................................................12
1. Kesimpulan...........................................................................................................12
2. Saran......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Ikan Betok adalah sejenis ikan air tawar yang hidup liar di rawa banjiran,
sungai, danau. Ikan Betok termasuk golongan ikan omnivora yang condong ke
karnivora. Jenis ikan ini merupakan ikan agresif dan dapat ditemui di berbagai
macam perairan. Habibat alami ikan ini adalah sungai yang berumput, sungai
kecil, parit, dan berbagai perairan lain. Hal ini didukung oleh adanya labyrinth
yang memungkinkan untuk dapat hidup di berbagai perairan yang defisit oksigen.

Ada beberapa ikan yang komunitasnya sangat ekonomis salah satunya


yaitu ikan betook Ikan betok ini adalah ikan lokal air tawar yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi terutama di daerah Kalimatan, namun masih belum banyak
orang yang membudidayakannya. Di Kalimantan ikan ini sangat digemari dan
mempunyai harga jual yang tinggi. Ikan ini disukai karena dari rasa dagingnya
yang terbilang enak dan juga gurih, karenanya ikan jenis ini sangatlah potensial
untuk dibudidayakan.

Dalam budidaya secara kontinyu dengan mutu yang baik dilakukan


dengan sistem pembenihan yang intensif pada kolam-kolam khusus, yaitu kolam
pematangan induk, pemijahan, peneneran dan kolam pembesaran. Untuk
pemijahan untuk melanjutkan keberlangsungan benih – benih ikan betok.
Pemijahan ikan biasanya dilakukan terpisah dengan bak budidaya.

Pemijahan merupakan hal yang penting untuk produksi ikan terutama


dalam keberlangsungan produksi. Pemijahan adalah pencampuran induk jantan
dan berina yang telah matang sel sperma dan sel telurnya agar terjadi
pengeluaran (ejakulasi) kedua sel tersebut. Setelah berada di air, sel sperma
akan membuahi sel telur karena sistem pembuahan ikan terjadi diluar tubuh.
Pemijahan dilakukan pada kolam khusus pemijahan.

Ada beberapa teknik yang diperlukan dalam pemijahan yaitu pemijahan


alami, semi buatan dan buatan.untuk buatan dengan menggunakan sel telur dan
sel sperma yang di satukan dalam satu wadah dengan bantuan manusia.
Sehingga pembuahan dilakukan dengan bantuan manusia, dalam beberapa
pemijahana pemijahan buatan harus di perhatikan dengan cemat dan ikan harus
benar – benar matang gonad.

1.2. Tujuan
 untuk mengetahui klasifikasi dan morfologi ikan betok
 Untuk mengetahui teknik budidaya ikan betok
 Untuk mengetahui nilai ekonomis ikan betook

2
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Klasifikasi Ikan Betok

Berikut adalah klasifikasi dari ikan betok menurut Bloch, 1792 dalam

Akbar, 2008) :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Sub kelas : Actinopterygii

Infra kelas : Teleostei

Divisi : Euteleostei

Super ordo : Acanthopterygii

Series : Atherinoporho

Order : Perciformes

Family : Anabantidae

Genera : Anabas

Species : Anabas testudineus Bloch

Nama umum : Climbing perch, Climbing gouramies

Nama lokal : Betok (Jawa dan Sumatera), papuyu (Kalimantan).

Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di


perairan tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti
bethok atau bethik (Jawa.), puyu (Malaysia.) atau pepuyuk (bahasa Banjar
(Kalimantan)). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing

3
gouramyatauclimbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke
daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus(Bloch, 1792 dalam
Akbar, 2008).

Nama sinonim dari Anabas testudineus adalah : Anabas scandens,


Amphiprion scansor, Amphiprion testudineus, Anabas elongatus, Anabas
macrocephalus, Anabas microcephalus, Anabas spinosus, Anabas trifoliatus,
Anabas variegatus, Anthias testudineus, Cojus cobujius, Lutjanus scandens,
Lutjanus testudo, Perca scandens, Sparus scandens, Sparus testudineus.

4
2.2 Ciri Morfologi

Ikan betok umumnya berukuran kecil, panjang hingga sekitar 25 cm,


namun kebanyakan lebih kecil. Berkepala besar dan bersisik keras kaku. Sisi
atas tubuh (punggung) gelap kehitaman agak kecoklatan atau kehijauan. Sisi
samping kekuningan, terutama di sebelah bawah, dengan garis-garis gelap
melintang yang samar dan tak beraturan. Sebuah bintik hitam (terkadang tak
jelas kelihatan) terdapat di ujung belakang tutup insang.Sisi belakang tutup
insang bergerigi tajam seperti duri. Ikan betok memiliki tipe warna abu-abu
sampai kehijauan, dengan satu titik hitam pada bagian dasar ekor dan titik
lainnya lagi hanya pada bagian belakang lempeng insang.Bagian ujung sisik
dan sirip berwarna cerah. Pada bagian operkulum dan preoperkulum
keduanya bergerigi. Pada bagian pertama/depan dorsal dan anal kedua-
duanya panjang. Model tubuh cekung kedalam. Mulut berukuran lebih lebar
dengan gigi berbentuk villiform (Mustakim, 2008)

Menurut Saanin, 1968 betok hanya memiliki satu sirip punggung atau
dua sirip punggung yang bersambungan/berdekatan dengan sirip perut yang
tidak bersatu. Ikan ini dapat mengambil udara di luar air (mempunyai alat labirin).
Sirip punggung dan sirip dubur berjari-jari. Sirip perut jika ada dengan 6
jari-jari, sirip punggung dan sirip dubur dengan satu atau lebih dari satu
jari-jari keras, sirip perut dengan 5 atau kurang dari 5 jari-jari lemah dan 1 jari-
jari keras. Rongga di atas rongga insang beralat berbentuk labirin. Berbentuk
gepeng, agak panjang, hidung pendek, mulut kecil, lobang insang sempit
karena bagian gabungan daun insang lebar.

2.3 Perkembangbiakan/ Reproduksi

Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) bersifat ovipar, dapat memijah


sepanjang tahun dengan puncak pemijahannya pada musim hujan dengan
puncaknya pada bulan oktober hingga desember, telur-telur mengapung
bebas. Ikan dengan kisaran bobot tubuh 15 sampai 110 gram dan bobot
gonad 2,42

sampai 15,96 gram mempunyai jumlah telur (fekunditas) antara 4.882


hingga 19.248 butir. Ketika mencapai usia kematangan seksual ikan betok

5
biasanya sering berkelahi. Dikhawatirkan ikan jantan ini, Menjadi berkurang
untuk membuahi betina yang sudah siap bertelur. Proses pemijahan ikan
betok tidak sulit ketika temperatur memadai. Betina biasanya akan menelan
kembali telur yang telah dikeluarkan pada kondisi darurat. Setelah proses
pemijahan selesai jantan akan meninggalkan betina disarangnya. Induk ini
akan menjaga telur yang telah dibuahi. Telur akan menetas pada waktu 24
hingga 30 jam. Telur yang terlambat menetas dapat bertahan dalam waktu 2
sampai 3 hari (Sterba, 1969).

2.4 Habitat
Ikan betok merupakan jenis ikan agresif dan dapat ditemui di berbagai
macam perairan. Habitat alami ikan ini adalah sungai yang berumput, sungai
kecil, kolam, parit irigasi, rawa banjiran, dan berbagai daerah perairan lainnya.
Hal ini didukung oleh adanya labyrinth pada ikan betok yang memungkinkan
untuk dapat hidup di berbagai wilayah perairan walaupun kondisi perairan
tersebut defisit oksigen dan tidak memungkinkan bagi ikan lain untuk hidup di
daerah tersebut. Ikan betok merupakan ikan danau atau rawa (blackfishes),
namun ketika musim kemarau dan ketinggian air berkurang, ikan ini akan
berusaha menuju sungai besar melalui sungai-sungai kecil yang merupakan
penghubung menuju sungai induk. Ketika musim hujan ikan ini sering terlihat di
wilayah daratan yang hanya dipenuhi beberapa sentimeter air saja, namun ketika
musim kemarau ikan ini biasanya berada di perairan yang berlumpur. 

Di Indonesia, ikan ini dapat ditemukan di Sulawesi, Daratan Sunda,


Sumatra, Kalimantan, dan termasuk ikan introduksi untuk Irian Jaya. Penyebaran
ikan betok di dunia cukup luas mulai dari India, Tiongkok, Srilangka, Cina bagian
Selatan, Philipina, Asia Tenggara lainnya, dan juga sepanjang garis Wallacea.
Ikan ini merupakan ikan asli di wilayah Asia Tenggara, Sri Langka, Filipina, Cina
dan ikan introduksi di wilayah Timur (Papua Nugini). Ikan ini menyebar di
kepulauan Indo-Australia.

Lingkungan Danau Melintang terdiri dari beberapa tipe habitat seperti


rawa, sungai dan danau. Ikan betok merupakan salah satu jenis ikan yang
ditemukan di tiga habitat tersebut diatas, ikan ini memiliki nilai ekonomis tinggi
dan disukai di Kalimantan (Mustakim, 2008).

6
Peningkatan eksploitasi ini juga diiringi dengan kerusakan lingkungan
yang terjadi di Sungai Mahakam dan sekitarnya yang di perkirakan dapat
membawa dampak buruk terhadap sumber daya ikan betok di habitatnya (Media
Indonesia, 2003).

2.5. Teknik Budidaya Ikan Betok


Usaha budidaya ikan betok ini belum banyak dilakukan secara massal
dan luas karena terbatasnya benih yang didapat dari alam, kebanyakan produksi
ikan betok masih merupakan hasil tangkapan dari alam dan saat ini telah mulai
berkurang dan juga menunjukan kelangkaan yang diakibatkan oleh penangkapan
yang tidak ramah lingkungan, seperti penyentruman, penubaan dan lain
sebagainya. Di beberapa perairan jumlahnya mulai berkurang yang diduga
karena terganggu oleh ikan-ikan lain seperti Nila, Bawal dan Lele Dumbo yang
telah berkembang biak di perairan umum (Salami, 2010).

Prospek pengembangan usaha ikan lokal di Kabupaten Kuantan Singingi


sangat besar sekali dilihat dari keadaan alam yang sangat mendukung yang
banyak terdiri dari rawa-rawa sebagai habitat dari jenis ikan betok (Salami,
2010)..

Menurut (Salami, 2010) dalam upaya mendukung terjaganya kelestarian


dari populasi ikan betok, dan dilihat dari keunggulan-keunggulan tersebut, Dinas
Perikanan Kabupaten Kuantan Singingi berupaya melakukan penguasaan
teknologi pembudidayaan, dalam hal ini telah melakukan uji coba tingkat
pembenihan ikan betok dengan berbagai metode pembenihan seperti :

1.      Pembenihan secara massal di kolam.

2.      Pembenihan secara polyculture dengan ikan patin.

3.      Pembenihan dengan manipulasi lingkungan.

4.      Pembenihan dengan sistem induce spawning di dalam bak plastik.

Untuk saat ini di BBSAT baru dilakukan tingkat penguasaan pembenihan


dengan sisteminduce spawning yang telah menghasilkan larva, sedangkan 3
metode yang lain dalam tahap proses.

7
2.6 Produk Ikan Betok
Produksi ikan batok per tahun di Kalimantan Selatan sebesar 8443 ton
atau 12,8% dari seluruh produksi ikan perairan umum (Anonim,1997). Pada awal
musim kemarau ikan rawa melimpah, termasuk ikan betok, namun pada puncak
musim kemarau hingga awal musim penghujan ikan betok segar sukar diperoleh.
Pengolahan wadi adalah cara yang banyak dilakukan masyarakat Kalimantan
untuk mengawetkan ikan betok.

Masyarakat Banjar dan pesisir Kalimantan Tengah memiliki menu khas


dari ikan betok (papuyu dalam bahasa setempat). Papuyu bakar terkenal sebagai
masakan yang enak dari daerah Banjarmasin. Dikenal pula wadi papuyu, ikan
betok yang dibuang sisik, jerohan, dan insangnya dan difermentasi dengan
bantuan garam dalam wadah beling, stoples plastik, ember plastik yang ada
tutup, dan lain-lain. Wadi papuyu dimasak sesuai selera, digoreng atau disayur.

Wadi adalah produk fermentasi ikan tradisional, berbentuk ikan utuh semi
basah, berwarna agak hitam (mendekati warna ikan segar), bertekstur liat,
beraroma khas ikan fermentasi dengan rasa asin. Pada umumnya wadi dibuat
dengan cara penggaraman kering dalam wadah bertutup dengan konsentrasi
garam yang tinggi (±28%) samapai terbentuk aroma wadi yang biasanya
terbentuk setelah 7 hari. Daya tahan wadi berkisar 15-20 hari (Khairina et al.,
1999)

2.7 Kandungan Gizi

Kandungan yang terdapat didalam daging ikan betok antara lain adalah :

 Omega 3 diperlukan oleh anak dimasa pertumbuhan dan juga janin


didalam kandungan ibunya. Ini karena omega 3 berfungsi untuk meningkatkan
kecerdasan janin dan anak.
 Protein didalam tubuh berguna untuk membangun masa otot dan
meregenerasi sel – sel lama dengan sel baru.
 Zat besi berfungsi untuk meningkatkan kadar hemoglobin didalm darah
merah untuk mengikat oksigen. (
 Fosfor bermanfaat bagi kesehatan tulang.

8
2.8 Kegunaan dan Manfaat
Ikan betok memiliki kegunaan untuk dapat dijadikan sebagai salah satu
target ikan budidaya, mengingat masih jarang pemanfaatan dari ikan ini. Ikan
betok yang jarang dimanfaatkan ini ternyata memiliki nilai ekonomis yang bisa
dijadikan suatu alternatif target pembudidayaan. Ikan betok memiliki beberapa
keunggulan, selain rasa dagingnya yang gurih, ikan ini juga dapat mentoleransi
perubahan kualitas air yang radikal khususnya oksigen terlarut, sehingga sangat
berpotensi untuk di kembangkan sebagai ikan target budidaya (Muchlisin, 2013).

Selain menjadi alternatif target ikan budidaya, ikan betok juga memiliki
manfaat untuk dijadikan olahan atau masakan yaitu berupa papuyu dalam
bahasa masyarakat Banjar Kalimantan Tengah. Dikenal pula wadi papuyu, ikan
betok yang dibuang sisik, jerohan, dan insangnya dan difermentasi dengan
bantuan garam dalam wadah beling, stoples plastik, ember plastik yang ada

9
tutup, dan lain-lain. Wadi papuyu dimasak sesuai selera, digoreng atau disayur
(Wikipedia, 2017).

Ikan betok merupakan ikan konsumsi di pasaran Asia dan umumnya


dijual dalam bentuk hidup (Pellokila, 2009). Selain itu, ikan ini juga dimanfaatkan
sebagai target pancingan dan ikan hias di Eropa (Kuncoro, 2009).

Selain menjadi ikan yang bisa dijual secara langsung maupun diolah
menjadi masakan, ikan betok juga berpotensi untuk dijadikan sebagai ikan hias.

Potensi betok menjadi ikan konsumsi dan ikan hias yang diiringi
dengan meningkatnya permintaan konsumen, membuat nelayan lebih
mengandalkan hasil tangkapan dari alam sehingga menimbulkan kekhawatiran
terhadap penurunan populasi ikan ini di kemudian hari (Isriansyah dan Sukarti,
2007).

Ikan betok memiliki kegunaan untuk dapat dijadikan sebagai salah satu
target ikan budidaya, mengingat masih jarang pemanfaatan dari ikan ini. Ikan
betok yang jarang dimanfaatkan ini ternyata memiliki nilai ekonomis yang bisa
dijadikan suatu alternatif target pembudidayaan. Ikan betok memiliki beberapa
keunggulan, selain rasa dagingnya yang gurih, ikan ini juga dapat mentoleransi
perubahan kualitas air yang radikal khususnya oksigen terlarut, sehingga sangat
berpotensi untuk di kembangkan sebagai ikan target budidaya (Muchlisin, 2013).

Selain menjadi alternatif target ikan budidaya, ikan betok juga memiliki
manfaat untuk dijadikan olahan atau masakan yaitu berupa papuyu dalam
bahasa masyarakat Banjar Kalimantan Tengah. Dikenal pula wadi papuyu, ikan
betok yang dibuang sisik, jerohan, dan insangnya dan difermentasi dengan
bantuan garam dalam wadah beling, stoples plastik, ember plastik yang ada
tutup, dan lain-lain. Wadi papuyu dimasak sesuai selera, digoreng atau disayur
(Wikipedia, 2017).

Ikan betok merupakan ikan konsumsi di pasaran Asia dan umumnya


dijual dalam bentuk hidup (Pellokila, 2009). Selain itu, ikan ini juga dimanfaatkan
sebagai target pancingan dan ikan hias di Eropa (Kuncoro, 2009).

Selain menjadi ikan yang bisa dijual secara langsung maupun diolah
menjadi masakan, ikan betok juga berpotensi untuk dijadikan sebagai ikan hias.

10
Potensi betok menjadi ikan konsumsi dan ikan hias yang diiringi
dengan meningkatnya permintaan konsumen, membuat nelayan lebih
mengandalkan hasil tangkapan dari alam sehingga menimbulkan kekhawatiran
terhadap penurunan populasi ikan ini di kemudian hari (Isriansyah dan Sukarti,
2007).

11
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di
perairan tawar.. Ikan betok merupakan jenis ikan agresif dan dapat ditemui di
berbagai macam perairan. Ikan ini juga memiliki kegunaan untuk dapat
dijadikan sebagai salah satu target ikan budidaya yang memiliki nilai
ekonomis yang bisa dijadikan suatu alternatif target pembudidayaan. Di
berbagai daerah di Indonesia juga telah banyak olahan sajian makanan
dengan bahan dasar ikan betok. Banyaknya kandungan nilai gizi pada ikan
betok juga tidak kalah dengan ikan bernilai ekonomis lainnya.

2. Saran
Di zaman yang modern seperti sekarang ini kita di haruskan membuat
suatu inovasi lebih dalam bidang perikanan khususnya. Terlebih
memanfaatkan ikan yang dianggap kurang memiliki nilai non ekonomis tetapi
memiliki kandungan nilai gizi yang setara dengan ikan ekonomis penting.
Selain hanya bisa mengolah alangkah baiknya masyarakat juga ikut andil
dalam pelestarian spesies ikan betok dengan cara budidaya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, H. 2008. Studi karakter morfometrik - meristik ikan betok (Anabas


testudineus Bloch) di das mahakam tengah propinsi kalimantan timur.
Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Https://id.wikipedia.org/wiki/Betok. Diakses pada tanggal 23 September 2018.

Isriansyah & Sukarti, K. 2007. Efektivitas suplementasi L-askorbil-2-


monofosfat magnesium dalam ransum terhadap prosesrematurasi dan
kualitas telur ikan papuyu (Anabas testudineusBloch). Laporan
penelitian. Tidak dipublikasikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Mulawarman. 1-3.

Khairina, R., Tyas U., dan Eni H.1999. Perubahan Sifat-Sifat Biokimiawi,
Fisikawi, Mikrobiawi, dan Sensoris Produk “Wadi” Ikan
Betok.Agritech.Vol(19):181-189

Kuncoro, E.B. 2009. Ensiklopedia Populer Ikan Air Tawar. Lily Publisher.
Yogyakarta. hlm. 134 : 27-28.

Media Indonesia. 2003. Sungai Mahakam harus segera diselamatkan 85%


ekosistemnya rusak parah. http://www.inawater.com/news/wmview.ph p?
ArtID=896. Diunduh tanggal 23 September 2018.

Muchlisin, Z. A. 2013. Potency of freshwater fishes in Aceh waters as a basis for


aquaculture development program. Jurnal Iktiologi Indonesia, 13(1): 91-
96.

Mustakim, M. 2008. Kajian kebiasaan makanan dan kaitannya dengan aspek


reproduksi ikan betok (Anabas testudineus, Bloch) pada habitat yang
berbeda di lingkungan danau melintang kutai kartanegara kalimantan
timur. Tesis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.

Mustakim, M. 2008. Kajian kebiasaan makanan dan kaitannya dengan aspek


reproduksi ikan betok (Anabas testudineus, Bloch) pada habitat yang

13
berbeda di lingkungan danau melintang kutai kartanegara kalimantan
timur. Tesis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Paul, B. N., Chanda , S., Bhowmick ., N. Sridhar ., G.S. Saha dan S.S. Giri. 2015.
Nutrient Profile Of Indian Climbing Perch, Anabas Testudineus. SAARC J. Agri.,
15(1): 99-109.

Pellokila, N. A. Y. 2009. Biologi Reproduksi Ikan Betok (Anabas testudineus


Bloch, 1792) di Rawa Banjiran Das Mahakam , Kalimantan Timur.
[Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan. Binacipta. 256 hlm.
Salami, Samuel O. (2010). Job Stress and Counterproductive Work Behavior:
Negative Affectivity as a Moderator. The Social Science. Vol. 5, No 6: 486- 492.

Sterba, G. 1969. Freshwater Fishes of The World. The Pet Library, Ltd.
New York. Fourth Edition. 877 hlm.

14

Anda mungkin juga menyukai