Anda di halaman 1dari 2

Lit.

az zanurji dan mulyo salah (ikutin dapusnya aja), Pokoknya sitasinya ikutin jurnal wes

Muchtar, M. 2012. Distibusi Zat Hara Fosfat, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Natuna. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kelautan Tropis. 4(2) : 304 – 317.

Yumame, R. Y., R. Rompas N.P.L., Pangemanan. 2013. Kelayakan kualitas air kolam di lokasi pariwisata
Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Budidaya Perairan. 1(3) : 56 – 62.

Az – Zarnuji, A. T. 2011. Analisis Efisiensi Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Boyolali. Skripsi. Universitas
Diponegoro

Monalis, S. S., I. Minggawati. 2010. Kualitas Air yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis sp.) di Kolam Beton dan Terpal. Journal of Tropical Fisheries. 5(2) : 526 – 530.

Sunarto, Sabriah. 2009. Pemberian Pakan Buatan Dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan
Konsumsi Pakan Benih Ikan Semah (Tor douronensis) Dalam Upaya Domestikasi. Jurnal
Akuakultur Indonesia. 8(1) : 67 – 76.

Wicaksono, D. L., M. Zainuri, Widianingsih. 2014. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Kepiting Sioka Di Tambak Desa Mangunharjo Kecamatan Tugu. Journal
of Marine Research. 3(3) : 265 – 273.

Robisalmi, A., P. Setyawan, B. Gunadi. Efek nisbah kelamin jantan dan betina yang berbeda terhadap
kinerja pertumbuhan yuwana ikan nila biru, Oreochromis aureus (Steindachner1864). Jurnal
Ikhtiologi Indonesia. 17(1) : 55 – 65.

Kristanto, A.H. dan E. Kusrini. 2007. Peranan faktor lingkungan dalam pemulian ikan. Media Akuakultur.
Vol 2 (1) : 183 – 188.

Nugroho, Ahmadi. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelectual Capital Disclosure (ICD).
Accounting Analysis Journal. Vol. 1, No. 2, Hal: 1- 10.

Puspaningsih,D. Dan Y.R. Widyastuti.2012. KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN PLANKTON DAN PERIFITON
DALAM KOLAM IKAN MAS DENGAN KOMPOSISI PUPUK YANG BERBEDA. Jurnal akuakultur.
Vol.1(1):1-8.

Widiyati , A dan M. T. D, Sunarno. 2010. Dampak Penggunan Pakan Buatan Terhadap Keberlanjutan
Perikanan Budidaya di Perairan Waduk . Badan research kelautan dan perikanan. Bogor. ( Yg
dilaptik tulisannya 2012 tarserah kalo mau di kondisiin )

Mustafa, A., Hasnawi, A. Athirah, A. Sommeng, S. A. Ali. 2014. Karakteristik, Kesesuaian, Dan
Pengelolaan Lahan Untuk Budidaya Di Tambak Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. J. Ris.
Akuakultur. 9(1) : 135 – 149.
Lit. az zanurji dan mulyo salah (ikutin dapusnya aja), Pokoknya sitasinya ikutin jurnal wes

Menurut Sanarto dan Sabriah (2009), Pemberian makanan untuk benih ikan jelawat (Leptobarbus
hoeveni) sebesar 3-7 % (Departemen Pertanian,1987). Selanjutnya Sahwan (1999) mengatakan
bahwa setiap jenis ikan memiliki dosis pakan yang berbeda, misalnya ikan bandeng (Chanos-
chanos) dosisnya 5-10%, ikan nila (Oreochromis nilotica) 3-7%, Kakap (Lates calcaliver) 5-10%,
Udang windu (Panaeus monodon) 4-10%, Lele dumbo (Clarias gariepinus) 5-10% dan gurami
(Osphreonemus gouramy) sebesar 5- 7% dari berat tubuhnya perhari . (ini buat ganti
literaturnya pter dan swar soalnya gak ketemu jurnalnya)

  Menurut Wicaksono (2014), Feed Convertion Ratio  adalh suatu ukuran yang menyatakan ratio jumlah pakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan kultur. Nilai FCR=2 artinya untuk memproduksi 1 kg
daging ikan dalam sistem akuakultur maka dibutuhkan 2 kg pakan. Semakin besar nilai FCR, maka
semakin semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg ikan daging kultur. FCR
seringkali dijadikan indikator kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu usaha akuakultur. (Literatur
Pengganti Sunama 2008 (FCR))

Menurut Robisalmi (2017), Dalam perkembangan budi daya, populasi ikan nila tung-gal kelamin jantan
diyakini memberikan hasil produksi lebih baik dibandingkan kelamin campuran. Kegiatan ini
bertu-juan untuk mengevaluasi performa pertumbuhan yuwana ikan nila biru yang dipelihara
dengan nisbah kelamin jantan dan betina berbeda. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian
Pemuliaan Ikan Sukamandi selama 90 hari. Ikan yang di-gunakan adalah ikan nila biru dengan
bobot awal tebar 32,32±2,34 g. Yuwana nila biru dipelihara di hapa berukuran 2x1 m2 dengan
padat tebar 30 ekor per hapa. Perlakuan adalah perbedaan nisbah kelamin jantan dan betina
yaitu A (100% jantan), B (75% jantan : 25% betina), C (50% jantan : 50% betina), D (25% jantan :
75% betina) dan E (100% betina). (Buat ganti literatur produksi jauhari)

Anda mungkin juga menyukai