Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan air oleh masyarakat cukup tinggi. Sebagian besar masyarakat

memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama mandi dan

mencuci. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebagian dari

masyarakat menggunakannya untuk usaha pengolahan ikan dan menggunakan air

tersebut untuk mencuci dan memasak makanan sehingga diperlukan air yang tidak

tercemar (sulistyani, 2012: 1).

Indeks pencemaran merupakan salah satu metode yang digunakan untuk

menentukan status mutu air suatu sumber air. Status mutu air menunjukkan tingkat

kondisi mutu air sumber air dalam kondisi cemar atau kondisi baik dengan

membandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Kualitas air dipengaruhi

oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan atau sumber air yang

terdekat sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan

aktivitas manusia yang ada di dalamnya. Perubahan kondisi kualitas air pada aliran

sungai merupakan dampak dari buangan dari penggunaan lahan yang ada. Salah satu

parameter dari indeks pencemeran adalah kandungan oksigen yang terdapat di dalam

perairan atau sering disebut dengan Biological Oxygen Demand (BOD) (Sujiwo,

dkk., 2012: 67).

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan

untuk konversi mikroba atau mengoksidasi senyawa organik dalam limbah cair oleh

mikroba pada suhu 20°C selama waktu inkubasi 5 hari. Chemical Oxygen Demand

(COD) adalah jumlah yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa rganik dalam

1
2

limbah cair. Di dalam air terdapat sejumlah oksigen yang terkandung di dalamnya

atau biasa disebut dengan Dissolved Oxygen (DO) (Suharto, 2011: 321-324).

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan percobaan untuk menentukan nilai BOD,

COD dan DO pada sampel air danau mawang.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah berapa kadar Dissolved Oxygen

(DO), Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demind (COD) pada

sampel air danau mawang serta membandingkan hasil yang diperoleh dengan nilai

standar DO, COD dan BOD air bersih?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar Dissolved Oxygen

(DO), Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demind (COD) pada

sampel air danau mawang serta membandingkan hasil yang diperoleh dengan nilai

standar DO, COD dan BOD air bersih.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air bersih dan air tercemar

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Tiga

per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan hidup

lebih dari 4-5 hari tanpa meminum air. Air juga merupakan zat yang paling parah
akibat pencemaran. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan

melalui air (Wandrivel, 2012: 129).

Secara alamiah tidak pernah djumpai dalam keadaan betul-betul murni.

Ketika air mengembun di udara dan jatuh di permukaan bumi, air tersebut telah

menyerap debu atau meartkan oksigen, karbonmonoksida dan berbagai jenis. gas

lainnya. Kemudian air tersebt, baik yang di atas maupun di bawah permukaan tanah

waktu mengalur menuju berbagai tempat yang lebih rendah letaknya, melarutkan

berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat-zat organik lainnya. Selain itu,

sejumlah kecil hasil uraian zat organik seperti nitrit, nitrat, amoniak dan karbon

dioksida akan larut ke dalamnya (Achmad, 2010: 21).

Air yang digunakan oleh manusia adalah air tawar dan air tanah murni. Pada

daerah kering sebagian kebutuhan air berasal dari lautan, suatu sumber yang akan

menjadi penting setelah persediaan air tawar dunia relatif berkurang dibandingkan

kebutuhan. Air merupakan pelarut yang sangat baik untuk bahan, sehingga

merupakan media transfor utama bagi zat-zat makan dan produk buangan atau

sampah yang dihasilkan proses kehidupan. Oleh karena itu, air yang ada di bumi tidak

pernah terdapat dalam keadaan murni, tetapi selalu ada senyawa atau mineral atau

unsur lain yang terdapat di dalamnya (Achmad, 2004: 19).

3
4

Pengadaan air bersih untuk keperluan air minum harus memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Air minum aman bagi kesehatan

apabila memenuhi persyaratan secara fisika, mikrobiologi, kimia dan radioaktif

(Wandrivel, 2012: 129).

Indeks pencemaran merupakan salah satu metode yang digunakan untuk

menentukan status mutu air suatu sumber air. pengendalian pencemaran air

merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan

terjadinya pencemaran air serta pemulihan kualitas air sesuai kondisi alaminya

sehingga kualitas air terjaga sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat yang

akan mengkonsumsinya (Sujiwo, dkk., 2012: 67-68).

Menurut Sujiwo, dkk. (2012: 69), mengatakan bahwa upaya pengendalian

pencemaran air adalah sebagai berikut :

1. Perilaku masyarakat menyumbang terjadinya pencemaran air sungai.

2. Belum optimalnya koordinasi antar intansi yang berkaitan dengan pengelolaan

sumber daya air dan pengendalian pencemaran air

3. Diperlukan instrumen di tingkat kebijakan yang dapat dijadikan pedoman program

pengendalian pencemaran air.

4. Perlunya kegiatan nyata di lapangan baik berupa pembangunan system sanitasi

masyarakat maupun konservasi vegetatif

Beberapa air yang keluar dari mata air cukup jernih. Beberapa ada yang

berasa asin, tetapi beberapa ada yang tidak asin. Air tanah yang pada saat direbus,

akan menghasilkan kerak di sekitar panci. Hal tersebut kemungkinan menandakan

kesadahan ar yang cukup tinggi. Oleh karena itu, air harus diendapkan dan disaring

untuk air minum atau memasak. Gejala kesadahan yang tinggi juga dapat diihat dari
5

sabun yang sulit berbusa. Tingkat kesadahan yang tinggi juga berdampak pada pompa

air yang relatif cepat aus (Sulistyani, dkk. 2012: 34).

Pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem lumpur aktif, mikroba

aerob merupakan organiame yang berperan sangat menonjol. Untuk memperbaiki

peran mikroba dalam pengolahan limbah, terlebih dahulu harus diketahui kandungan

limbah baik menyangkut parameter kualitas limbah yang berpengaruh terhadap

kehidupan mikroba aerob maupun parameter yang diduga mampu dipengaruhi oleh

mikroba tersebut. Parameter kualitas limbah yang berpengaruh terhadap kehidupan

mikroba aerob, adalah suhu, pH, nutrien, dan DO, sedangkan parameter kualitas

limbah yang menggambarkan aktivitas mikroba adalah perubahan kadar BOD

(Komarawidjaja, 2007: 23).

Menurut Suharto (2011: 318), mengatakan bahwa ada 3 klasifikasi dan

kaakteristik dari limbah cair, yaitu:

1. Limbah cair dan limbah dari rumah tangga yang terdiri atas senyawa organik

seperti sayur, buah-buahan dan sebagainya.

2. Limbah cair dari industri dengan nilai BOD tinggi, rendah padatan terlarut,

konsentrasi logam berat sangat tinggi serta senyawa organik sangat tinggi dalam

limbah cair.

3. Limbah cair dari industri dengan nilai COD sangat tinggi namun nilai BOD yang

rendah.

B. Dissolved Oxygen (DO)


6

Dissolved Oxygen (DO) merupakan jumlah oksigen yang terdapat di dalam

perairan. Semakin banyak okigen yang terkandung mka aan semakin baik kualitas air

serta biota laut yang hidup di dalam perairan akan semakin banyak dan menunjang

kehidupan mereka (Suharto, 2011: 324).

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara LH No.Kep-03/MenKLH/10/ 1995,

tentang baku mutu air limbah industri, bahwa parameter suhu, pH, SS dan BOD

sesudah mengalami pengolahan pada unit pengolah system Lumpur aktif telah

memenuhi baku mutu air limbah industri. Menurut Baku Mutu tersebut, kadar

maksimum baku mutu pH 6-9, SS 50 mg/l, BOD 60 mg/l dan COD 150 mg/l. Dengan

mengacu kepada baku mutu limbah cair industri tekstil tersebut, maka parameter pH,

SS, BOD5 dan COD telah memenuhi baku mutu.

C. Chemical Oxygen Demind (COD)

Nilai COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengkonversi

senyawa-senyawa organik dalam air limbah. COD digunakan sebagai alat ukur

pencemaran dalam limbah cair. Sedangkan Dissolved Oxygen (DO) merupakan

jumlah oksigen yang terdapat di dlam perairan (Suharto, 2011: 324).

Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan dampak dari

buangan dari penggunaan lahan yang ada. Perubahan pola pemanfaatan lahan menjadi

lahan pertanian, tegalan dan permukiman serta meningkatnya aktivitas industri akan

memberikan dampak terhadap kondisi hidrologis dalam suatu Daerah Aliran Sungai.

Selain itu, berbagai aktivitas manusia dalammemenuhi kebutuhan hidupnya yang

berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah

yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air. Berbagai aktivitas

penggunaan lahan di wilayah DAS Blukar seperti aktivita permukiman, pertanian dan
7

industri diperkirakan telah mempengaruhi kualitas air Sungai Blukar. Aktivitas

permukiman dan pertanian menyebar meliputi segmen tengah DAS. Hasil

pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan untuk menunjukkan parameter COD

(Agustiningsih, 2012: 64).

D. Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan

untuk konversi mikroba ataumengoksidasi senyawa organik dalam limbah cair oleh

mikroba pada suhu 20°C selama waktu inkubasi 5 hari. Parameter BOD digunakan

untuk mengetahui karakteristik senyawa kimia organik dalam limbah cair. Nilai BOD

harus dilakukan pda suhu 20°C karena pada waktu pengambilan cuplikan limbah cair

di Inggris pada suhu 20°C dan lokasi pegambilan cuplikan limbah kmia berwujud cair

sampai menuju ke panai diperlukan waktu 5 hari. (Suharto, 2011 321).

Oksidasi biologi diperlukan untuk mengurangi senyawa kimia organik dalam

limbah cair. Pada kondisi suhu optimal, maka miroba dapat tumbuh dan berkembang

biak secara maksimal dengan menggunakan substrat senyawa kimia organik dalam

limbah cair. Pertumbuhan mikroba pada fase logaritmik dinyatakan degan rumus:

N = NO.eµ.t

dengan N adalah jumlah sel mikroba sesaat dengan No adalah jumlah sel mikroba

awal, t adaah waktu dan µ adalah laju spesifik pertumbuhan sel mikroba. Reaksi

kimia oksidasi senyawa organik dalam limbah cair dapat oleh bakteri, dengan

mekanisme reaksinya adalah senyawa organik + O2 Bakteri CO2 + H2O + Energi +

bahan seluler dalam air limbah (Suharto, 2011 321).

E. Metode winkler
8

Metode winkler merupakan suatu analisa berdasarkan titrasi iodometri.

Metode volumetri atau titrimetri adalah bagian dari analisis kimia kuantitatif untuk

menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur

banyaknya larutan standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan analit

(zat yang akan ditentukan) reaksi komponen dan analit dengan titran dinyatakan

dengan persamaan umum:

aA Produk

dimana “a” adalah jumlah mol analit (A) yang bereaksi secara stoikiometri dengan

“t” molekul pereaksi atau titran (T) atau “a” dan “t” menggambarkan koefisien reaksi

dalam persamaan reaksi setaranya. Analit adalah komponen dari larutan sampel yang

hendak diketahui kuantitasnya. Titran merupakan larutan yang telah diketahui

konsentrasinya yang dikenal dngan laruan standar, larutan ini juga disebut dengan

titran baku (Chadijah, 2012 :175).

Larutan yang sedang dititrasi biasanya dalam suatu botol erlenmeyer, harus

secara lembut digoyangkan sementara titran diberikan. Satu cara untuk

melaksanakannya sambil tetap dapat mengendalikan kran-tutup dan untuk

memudahkan pembacaan buret adalah dengan menghadap pada buret dengan

kran-tutup di sebelah kanan dan menjalankan kran-tutup dengan tangan kiri dari

sebelah kiri buret sambil mengolang-aling larutan dengan tangan kanan. Ibu jari dan

jari telunjuk diselubungkan tangkai kran-tutup untuk memutarnya dan digunakan

tekanan ke dalam untuk memperhatikan kran-tutup pada lubangnya. Kedua jari-jari

terakhir mendorong pada ujung buret untuk mengimbangi tekanan ke dalam

(Chadijah, 2012: 158-159).


9

Titrasi langsung dikerjakan dengan titrasi menggunakan larutan standar

iodine. Metode ini dikenal sebagai metode iodimetri. Sebaliknya titrasi tidak

langsung melibatkan titrasi iodine yang diproduksi dalam reaksi dengan larutan

standar tiosulfat. Metode ke dua ini dikenal dengan metode iodometri. Prinsip umum

metode iodometri, di mana bebas seperti halogen lain dapat menangkap elektron dari

zat pereduksi, sehingga iod sebagai oksidator. Ion I - siap memberikan elektron

dengan adanya zat penangkap elektron sehingga I- bertindak sebagai zat pereduksi.

Metode iodometri dalam analisis volumetri didasarkan pada proses oksidasi reduksi

yang melibatkan I2 + 2e  2I- (Widodo dan Lusiana, 2010: 129).


10

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini telah dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 4 Desember 2016

pukul 13.00-16.30 WITA di Laboratorium Anorganik Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret asam 50 mL, botol

winkler 300 mL, pemanas air, pipet skala 5 mL, gelas ukur 100 mL, erlenmeyer 250

mL, gelas kimia 100 mL, statif dan klem, corong, batang pengaduk, bulp dan botol

semprot.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air danau mawang,

aquadest (H2O), asam oksalat (H2C2O4) asam sulfat (H2SO4) pekat, asam sulfat

(H2SO4) 4 N, alkali iodida azida (NaOH-KI), indikator amilum ((C6H10O5)n),

kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N, kertas saring, mangan sulfat (MnSO4) 40%

dan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N.

10
11

C. Prosedur Kerja

1. Penentuan DO (Dissolved oxygen)

a. Penentuan DO5
Mengambil sampel air danau mawang 5 hari sebelum praktikum

menggunakan botol winkler tanpa gelembung. Kemudian menambahkan 2 mL larutan

MnSO4 40% sampai hampir menyentuh dasar botol winkler dan mendiamkan larutan 

selama beberapa menit untuk menghomogenkan. Selanjutnya menambahkan 2 mL

alkali iodida, kemudian mendiamkan hingga muncul endapan berwarna coklat dan

memindahkan larutan ke dalam gelas kimia. Menambahkan 2 mL H2SO4 pekat hingga

endapan larut, lalu mengambil  100 mL dan memindahkan larutan ke dalam

erlenmeyer 250 mL. Menitrasi menggunakan larutan Na2S2O3 0,025 N hingga

berubah warna dari kuning tua sampai kuning muda. Lalu menambahkan 5 tetes

indikator amilum (biru tua), melanjutkan kembali dengan titrasi hingga warna biru

muda hilang dan mencatat catat volume titrasi yang digunakan.

b. Penentuan DO0

Mengambil sampel air danau mawang pada saat praktikum menggunakan

botol winkler tanpa gelembung. Kemudian menambahkan 2 mL larutan MnSO 4 40%

sampai hampir menyentuh dasar botol winkler dan mendiamkan larutan  selama

beberapa menit untuk menghomogenkan. Selanjutnya menambahkan 2 mL alkali

iodida, kemudian mendiamkan hingga muncul endapan berwarna coklat dan

memindahkan larutan ke dalam gelas kimia. Kemudian menambahkan 2 mL

H2SO4 pekat hingga endapan larut, lalu mengambil  100 mL dan memindahkan

larutan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian larutan yang berada di dalam
12

erlenmeyer siap untuk dititrasi menggunakan larutan Na2S2O3 0,025N hingga

berubah warna dari kuning tua sampai kuning muda. Lalu menambahkan 5 tetes

indikator amilum (biru tua), melanjutkan kembali dengan titrasi hingga warna biru

muda hilang dan mencatat catat volume titrasi yang digunakan.

2. Penentuan COD

Memasukkan 100 mL sampel kedalam erlenmeyer 250 mL. Menambahkan 5

mL H2SO4 pekat dan 10 mL larutan KMnO4 lalu memanaskannya hingga mendidih.

Tambahkan dengan asam oksalat 10 mL Selanjutnya menitrasi selagi panas dengan

larutan KMnO4 0,05N hingga larutan berwarna merah muda dan mencatat hasil

volume titrasi. 

3. Penentuan BOD

Memasukkan sampel ke dalam botol winkler lalu ditutup hingga tidak ada

gelembung udara. Menginkubasi sampel pada suhu 20°C di ruang gelap selama 5

hari. Menentukan DO5 sesuai cara penentuan DO0.


13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

a. Penentuan DO0

1) Hasil pengamatan DO0

Tabel IV.1. Penentuan DO0

Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

Sampel air + MnSO4 Larutan bening

40%

Ditambahkan alkali Larutan keruh, terbentuk

iodida azida endapan

Ditambah asam sulfat Larutan orange, endapan

(H2SO4) larut kembali

13
14

Dititrasi dengan Larutan kuning muda


Na2S2O3

Ditambahkan amilum Larutan berwarna biru

Dititrasi Na2S2O3 Larutan bening

2) Penentuan DO5
Tabel IV.2. Penentuan DO5

Perlakuan Hasil Pengamatan Gambar

Sampel air + MnSO4


Larutan bening
40%
15

Larutan keruh terbentuk


Ditambahkan alkali
iodida azida endapan

Ditambahkan asam
sulfat Larutan orange, endapan
larut kembali

Dititrasi dengan
Na2S2O3 Larutan kunig muda

Ditambah amilum Larutan tidak berwarna biru


tua
16

Dititrasi Na2S2O3 Larutan bening

b. Penentuan COD

Tabel. IV.3. Penentuan COD

Perlakuan Hasil pengamatan Gambar

100 mL sampel + 5 Larutan bening

mL H2SO4 4N

+10 mL KMnO4 Warna larutan dari jernih

menjadi ungu

Memanaskan hingga Warna larutan bening

mendidih selama 5

menit

Menambahkan 10 mL Larutan ungu bening

H2C2O4 0,05 N
17

Larutan dititrasi selagi Larutan ungu

panas dengan

KMnSO4

2. Reaksi
a. Oksigen terlarut
Mn2+ + O2 → MnO4

MnSO4 + 2KOH → Mn(OH)2 + K2SO4

Mn(OH)2 + ½ O2 → MnO2 + H2O

MnO2 + 2I- + 4H+ → Mn2+ + I2 + 2H2O

b. Chemical Oxygen Demand (COD)

5C2O42- + 2MnO4- + 16 H+→ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

c. Biochemical Oxygen Demand (BOD)

MnSO4 + 2KOH → Mn(OH)2 + K2SO4

2Mn(OH)2 + O2 → 2MnO2 + 2H2O

2MnO2 + 2KI + 2H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2KOH

I2 + S2O3 → S4O6 + 2I

3. Analisis Data

a. Oksigen Terlarut (DO)

1) Untuk DO0
V Na2 S 2 O 3 × N Na 2 S 2 O 3 × Be O 2 ×1000
DO0 =
V Sampel
18

grek g
0,0021 L ×0,025 ×8 ×1000 mg/ g
DO0 = l grek
0,1 L
DO0 = 4,2 mg/L
DO0 = 4,2 ppm

2) Untuk DO5
V Na2 S 2 O 3 × N Na 2 S 2 O 3 × Be O 2 ×1000
DO5 =
V Sampel
grek g
0,0011 L× 0,025 ×8 ×1000 mg/g
DO5 = l grek
0,1 L
DO5 = 2,2 mg/L
DO5 = 2,2 ppm
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
V KMn O 4 × N KMn O 4 × BE KMn O 4 ×1000
COD =
V Sampel
grek g
0,0029 L × 0,05 ×31,6 × 1000 mg/g
COD = l grek
0,1 L
COD = 45,82 mg/L
COD = 45,82 ppm
c. Biological Oxygen Demand (BOD)

BOD = ( DO 0−D 05 )
BOD=(4,2 mg/ L−2,2 mg / L)
BOD=2 mg/ L
19

B. Pembahasan

Penentuan Dissolved Oxygen (DO), di mana pengambilan sampel dilakukan

dengan cara H-5 dari hari praktikum sebagai DO5 dan pengambilan sampel saat hari

praktikum sebagai DO0. Perlakuan awal yang dilakukan ialah memasukkan sampel ke

dalam botol winkler yang bertutup dengan cara mencelupkan botol dalam air

kemudian menutupnya agar tidak terdapat gelembung udara yang dapat

mempengaruhi kandungan oksigen pada sampel. Kemudian menambahkan  larutan

mangan sulfat (MnSO4)40% dalam botol yang berisi sampel, penambahan

MnSO4 ini berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2 yang kemudian akan

teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat. Selanjutnya menambahkan larutan alkali iodida

azida (NaOH-KI) dengan cara yang sama yaitu memasukkan ujung pipet ke dalam

larutan agar tidak terjadi percikan dan pereaksi tidak keluar dari botol karena larutan

ini sangat beracun. Penambahan pereaksi alkali iodida ini berfungsi sebagai

katalisator karena zat organik sangat sukar bereaksi kemudian larutan di biarkan

beberapa saat hingga terbentuk endapan coklat. Setelah terbentuk endapan coklat,

Penambahan larutan asam sulfat (H2SO4) yang berfungsi untuk melarutkan

endapan dengan sempurna. Setelah endapan larut, dilanjutkan dengan menitrasi

larutan dengan menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3) hingga larutan berwarna

kuning kemudian menambahkan indikator amilum (kanji)  hingga berwarna biru.

Indikator kanji ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat  ion I- yang ada

pada larutan alkali iodida.


20

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah DO0 pada sampel sebesar 2,2

ppm. Hal tersebut membuktikan bahwa air tersebut mengandung oksigen yang dapat

dikonsumsi, sesuai menurut (Salmin: 2012), mengatakan bahwa kadar oksigen

terlarut minimum 2 ppm. Pada uji Dissolved Oxygen (DO5), sebesar 4,2 mg/L yaitu

sampel yang digunakan diambil 5 hari sebelum percoban ini bertujuan untuk

mengetahui kandungan oksigen terlarut dalam sampel tersebut. Pada perlakuan uji

Dissolved Oxygen (DO5) sama dengan perlakuan uji DO0, sedangkan berdasarkan

standar baku mutu nilai DO yaitu 6 mg/L (Sepryani, 2016: 38).

Sedangkan pada uji Chemical Oxygen Demand (COD) perlakuan awal yang

dilakukan yaitu memasukkan sampel air danau mawang ke dalam erlenmeyar,

kemudian menambahkan asam sulfat (H2SO4) yang berfungsi untuk mengasamkan

larutan serta berperan dalam pembentukan garam sulfat dan KMnO 4 pada larutan

sehingga larutan yang berfungsi sebagai pengoksidator yang nantinya menyebabkan

larutan berubah warna menjadi ungu, kemudian memanaskan larutan hingga

mendidih dalam beberapa menit. Pemanasan ini bertujuan agar reaksi dapat

berlangsung cepat dan baik. Selanjutnya larutan dititrasi dengan menggunakan

KMnO4 yang ditandai dengan perubahan warna bening ke merah jingga. Berdasarkan

hasil analisis data, maka diperoleh kadar uji Chemical Oxygen Demand (COD)

sebesar 45,82 ppm. Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 nilai maksimum COD

yang diperbolehkan adalah 10 mg/L (Sepryani, 2016: 38). . Nilai COD tersebut tidak

memenuhi syarat baku mutu. Tingginya kadar COD ini mengindikasikan semakin

besarnya pencemaran.
21

Nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) dapat diketahui dengan

mengurangi nilai DO0 yang diperoleh dengan DO5, berdasarkan hasil perhitungan

nilai BODnya yaitu 2 mg/L. Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 nilai maksimum

BOD yang diperbolehkan adalah 2 mg/L ( Sepryani, 2016: 38). Hal ini berarti masih

dapat dikonsumsi karena belum melampaui batas maksimum.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah

1. Penentuan Dissolved Oxygen (DO) digunakan DO0 dengan nilai diperoleh 4,2

mg/L dan DO5 yaitu 2,2 mg/L, COD yaitu 45,82 mg/L dan untuk BOD yaitu 2

mg/L.

2. Nilai DO, COD dan BOD untuk air bersih batas maksimumnya berdasarkan

Pengaturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 yaitu untuk DO sebesar 6 mg/L,

COD sebesar 10 mg/L dan BOD sebesar 2 mg/L.

B. Saran
22

Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya pada percobaan selanjutnya

menggunakan sampel air laut agar dapat membandingkan nilai DO, COD dan BOD

pada sampel air limbah sungai.

21

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi, 2004.

Chadijah, Sitti. Pemisahan Kimia. Makassar: Alauddin University Press, 2014.

Komarawidjaja, Wage. Degradasi BOD dan COD pada Sistem Lumpur Aktif
Pengolahan Limbah Cair Tekstil. Teknik lingkungan., 8, no.1 (2007):
h. 22-27.
Sulistyani, dkk. Uji Kesadahan Air Tanah di Daerah Sekitar Panta Kecamatan
Rembang Provinsi Jawa Tengah. Sains Dasar. 1, no.1 (2012): h.33-38..

Suharto. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: Andi, 2011.

Widodo, Didik Setiyo dan Retno Ariadi Lusiana. Kimia Analisis Kuantitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Wandrivel, Rido. “Kualitas Air Minum yang Di produksi Depot Air Minum isi Ulang
Di kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi.
Kesehatan Andalas. 1, no. 3 (2012): h. 129-133.
23

Anda mungkin juga menyukai