BOD COD DO Dila
BOD COD DO Dila
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama mandi dan
tersebut untuk mencuci dan memasak makanan sehingga diperlukan air yang tidak
menentukan status mutu air suatu sumber air. Status mutu air menunjukkan tingkat
kondisi mutu air sumber air dalam kondisi cemar atau kondisi baik dengan
membandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Kualitas air dipengaruhi
oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan atau sumber air yang
terdekat sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan
aktivitas manusia yang ada di dalamnya. Perubahan kondisi kualitas air pada aliran
sungai merupakan dampak dari buangan dari penggunaan lahan yang ada. Salah satu
parameter dari indeks pencemeran adalah kandungan oksigen yang terdapat di dalam
perairan atau sering disebut dengan Biological Oxygen Demand (BOD) (Sujiwo,
untuk konversi mikroba atau mengoksidasi senyawa organik dalam limbah cair oleh
mikroba pada suhu 20°C selama waktu inkubasi 5 hari. Chemical Oxygen Demand
(COD) adalah jumlah yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa rganik dalam
1
2
limbah cair. Di dalam air terdapat sejumlah oksigen yang terkandung di dalamnya
atau biasa disebut dengan Dissolved Oxygen (DO) (Suharto, 2011: 321-324).
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan percobaan untuk menentukan nilai BOD,
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah berapa kadar Dissolved Oxygen
(DO), Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demind (COD) pada
sampel air danau mawang serta membandingkan hasil yang diperoleh dengan nilai
C. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar Dissolved Oxygen
(DO), Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demind (COD) pada
sampel air danau mawang serta membandingkan hasil yang diperoleh dengan nilai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Tiga
per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak dapat bertahan hidup
lebih dari 4-5 hari tanpa meminum air. Air juga merupakan zat yang paling parah
akibat pencemaran. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan
Ketika air mengembun di udara dan jatuh di permukaan bumi, air tersebut telah
menyerap debu atau meartkan oksigen, karbonmonoksida dan berbagai jenis. gas
lainnya. Kemudian air tersebt, baik yang di atas maupun di bawah permukaan tanah
waktu mengalur menuju berbagai tempat yang lebih rendah letaknya, melarutkan
berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat-zat organik lainnya. Selain itu,
sejumlah kecil hasil uraian zat organik seperti nitrit, nitrat, amoniak dan karbon
Air yang digunakan oleh manusia adalah air tawar dan air tanah murni. Pada
daerah kering sebagian kebutuhan air berasal dari lautan, suatu sumber yang akan
menjadi penting setelah persediaan air tawar dunia relatif berkurang dibandingkan
kebutuhan. Air merupakan pelarut yang sangat baik untuk bahan, sehingga
merupakan media transfor utama bagi zat-zat makan dan produk buangan atau
sampah yang dihasilkan proses kehidupan. Oleh karena itu, air yang ada di bumi tidak
pernah terdapat dalam keadaan murni, tetapi selalu ada senyawa atau mineral atau
3
4
persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Air minum aman bagi kesehatan
menentukan status mutu air suatu sumber air. pengendalian pencemaran air
terjadinya pencemaran air serta pemulihan kualitas air sesuai kondisi alaminya
sehingga kualitas air terjaga sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat yang
Beberapa air yang keluar dari mata air cukup jernih. Beberapa ada yang
berasa asin, tetapi beberapa ada yang tidak asin. Air tanah yang pada saat direbus,
kesadahan ar yang cukup tinggi. Oleh karena itu, air harus diendapkan dan disaring
untuk air minum atau memasak. Gejala kesadahan yang tinggi juga dapat diihat dari
5
sabun yang sulit berbusa. Tingkat kesadahan yang tinggi juga berdampak pada pompa
peran mikroba dalam pengolahan limbah, terlebih dahulu harus diketahui kandungan
kehidupan mikroba aerob maupun parameter yang diduga mampu dipengaruhi oleh
mikroba aerob, adalah suhu, pH, nutrien, dan DO, sedangkan parameter kualitas
1. Limbah cair dan limbah dari rumah tangga yang terdiri atas senyawa organik
2. Limbah cair dari industri dengan nilai BOD tinggi, rendah padatan terlarut,
konsentrasi logam berat sangat tinggi serta senyawa organik sangat tinggi dalam
limbah cair.
3. Limbah cair dari industri dengan nilai COD sangat tinggi namun nilai BOD yang
rendah.
perairan. Semakin banyak okigen yang terkandung mka aan semakin baik kualitas air
serta biota laut yang hidup di dalam perairan akan semakin banyak dan menunjang
tentang baku mutu air limbah industri, bahwa parameter suhu, pH, SS dan BOD
sesudah mengalami pengolahan pada unit pengolah system Lumpur aktif telah
memenuhi baku mutu air limbah industri. Menurut Baku Mutu tersebut, kadar
maksimum baku mutu pH 6-9, SS 50 mg/l, BOD 60 mg/l dan COD 150 mg/l. Dengan
mengacu kepada baku mutu limbah cair industri tekstil tersebut, maka parameter pH,
senyawa-senyawa organik dalam air limbah. COD digunakan sebagai alat ukur
Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan dampak dari
buangan dari penggunaan lahan yang ada. Perubahan pola pemanfaatan lahan menjadi
lahan pertanian, tegalan dan permukiman serta meningkatnya aktivitas industri akan
memberikan dampak terhadap kondisi hidrologis dalam suatu Daerah Aliran Sungai.
berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah
penggunaan lahan di wilayah DAS Blukar seperti aktivita permukiman, pertanian dan
7
pemantauan kualitas air sungai yang dilakukan untuk menunjukkan parameter COD
untuk konversi mikroba ataumengoksidasi senyawa organik dalam limbah cair oleh
mikroba pada suhu 20°C selama waktu inkubasi 5 hari. Parameter BOD digunakan
untuk mengetahui karakteristik senyawa kimia organik dalam limbah cair. Nilai BOD
harus dilakukan pda suhu 20°C karena pada waktu pengambilan cuplikan limbah cair
di Inggris pada suhu 20°C dan lokasi pegambilan cuplikan limbah kmia berwujud cair
limbah cair. Pada kondisi suhu optimal, maka miroba dapat tumbuh dan berkembang
biak secara maksimal dengan menggunakan substrat senyawa kimia organik dalam
limbah cair. Pertumbuhan mikroba pada fase logaritmik dinyatakan degan rumus:
N = NO.eµ.t
dengan N adalah jumlah sel mikroba sesaat dengan No adalah jumlah sel mikroba
awal, t adaah waktu dan µ adalah laju spesifik pertumbuhan sel mikroba. Reaksi
kimia oksidasi senyawa organik dalam limbah cair dapat oleh bakteri, dengan
E. Metode winkler
8
Metode volumetri atau titrimetri adalah bagian dari analisis kimia kuantitatif untuk
banyaknya larutan standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan analit
(zat yang akan ditentukan) reaksi komponen dan analit dengan titran dinyatakan
aA Produk
dimana “a” adalah jumlah mol analit (A) yang bereaksi secara stoikiometri dengan
“t” molekul pereaksi atau titran (T) atau “a” dan “t” menggambarkan koefisien reaksi
dalam persamaan reaksi setaranya. Analit adalah komponen dari larutan sampel yang
konsentrasinya yang dikenal dngan laruan standar, larutan ini juga disebut dengan
Larutan yang sedang dititrasi biasanya dalam suatu botol erlenmeyer, harus
kran-tutup di sebelah kanan dan menjalankan kran-tutup dengan tangan kiri dari
sebelah kiri buret sambil mengolang-aling larutan dengan tangan kanan. Ibu jari dan
iodine. Metode ini dikenal sebagai metode iodimetri. Sebaliknya titrasi tidak
langsung melibatkan titrasi iodine yang diproduksi dalam reaksi dengan larutan
standar tiosulfat. Metode ke dua ini dikenal dengan metode iodometri. Prinsip umum
metode iodometri, di mana bebas seperti halogen lain dapat menangkap elektron dari
zat pereduksi, sehingga iod sebagai oksidator. Ion I - siap memberikan elektron
dengan adanya zat penangkap elektron sehingga I- bertindak sebagai zat pereduksi.
Metode iodometri dalam analisis volumetri didasarkan pada proses oksidasi reduksi
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Percobaan ini telah dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 4 Desember 2016
1. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret asam 50 mL, botol
winkler 300 mL, pemanas air, pipet skala 5 mL, gelas ukur 100 mL, erlenmeyer 250
mL, gelas kimia 100 mL, statif dan klem, corong, batang pengaduk, bulp dan botol
semprot.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air danau mawang,
aquadest (H2O), asam oksalat (H2C2O4) asam sulfat (H2SO4) pekat, asam sulfat
kalium permanganat (KMnO4) 0,05 N, kertas saring, mangan sulfat (MnSO4) 40%
10
11
C. Prosedur Kerja
a. Penentuan DO5
Mengambil sampel air danau mawang 5 hari sebelum praktikum
MnSO4 40% sampai hampir menyentuh dasar botol winkler dan mendiamkan larutan
alkali iodida, kemudian mendiamkan hingga muncul endapan berwarna coklat dan
berubah warna dari kuning tua sampai kuning muda. Lalu menambahkan 5 tetes
indikator amilum (biru tua), melanjutkan kembali dengan titrasi hingga warna biru
b. Penentuan DO0
sampai hampir menyentuh dasar botol winkler dan mendiamkan larutan selama
larutan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian larutan yang berada di dalam
12
berubah warna dari kuning tua sampai kuning muda. Lalu menambahkan 5 tetes
indikator amilum (biru tua), melanjutkan kembali dengan titrasi hingga warna biru
2. Penentuan COD
larutan KMnO4 0,05N hingga larutan berwarna merah muda dan mencatat hasil
volume titrasi.
3. Penentuan BOD
Memasukkan sampel ke dalam botol winkler lalu ditutup hingga tidak ada
gelembung udara. Menginkubasi sampel pada suhu 20°C di ruang gelap selama 5
BAB IV
Hasil Pengamatan
1. Tabel Pengamatan
a. Penentuan DO0
40%
13
14
2) Penentuan DO5
Tabel IV.2. Penentuan DO5
Ditambahkan asam
sulfat Larutan orange, endapan
larut kembali
Dititrasi dengan
Na2S2O3 Larutan kunig muda
b. Penentuan COD
mL H2SO4 4N
menjadi ungu
mendidih selama 5
menit
H2C2O4 0,05 N
17
panas dengan
KMnSO4
2. Reaksi
a. Oksigen terlarut
Mn2+ + O2 → MnO4
I2 + S2O3 → S4O6 + 2I
3. Analisis Data
1) Untuk DO0
V Na2 S 2 O 3 × N Na 2 S 2 O 3 × Be O 2 ×1000
DO0 =
V Sampel
18
grek g
0,0021 L ×0,025 ×8 ×1000 mg/ g
DO0 = l grek
0,1 L
DO0 = 4,2 mg/L
DO0 = 4,2 ppm
2) Untuk DO5
V Na2 S 2 O 3 × N Na 2 S 2 O 3 × Be O 2 ×1000
DO5 =
V Sampel
grek g
0,0011 L× 0,025 ×8 ×1000 mg/g
DO5 = l grek
0,1 L
DO5 = 2,2 mg/L
DO5 = 2,2 ppm
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
V KMn O 4 × N KMn O 4 × BE KMn O 4 ×1000
COD =
V Sampel
grek g
0,0029 L × 0,05 ×31,6 × 1000 mg/g
COD = l grek
0,1 L
COD = 45,82 mg/L
COD = 45,82 ppm
c. Biological Oxygen Demand (BOD)
BOD = ( DO 0−D 05 )
BOD=(4,2 mg/ L−2,2 mg / L)
BOD=2 mg/ L
19
B. Pembahasan
dengan cara H-5 dari hari praktikum sebagai DO5 dan pengambilan sampel saat hari
praktikum sebagai DO0. Perlakuan awal yang dilakukan ialah memasukkan sampel ke
dalam botol winkler yang bertutup dengan cara mencelupkan botol dalam air
azida (NaOH-KI) dengan cara yang sama yaitu memasukkan ujung pipet ke dalam
larutan agar tidak terjadi percikan dan pereaksi tidak keluar dari botol karena larutan
ini sangat beracun. Penambahan pereaksi alkali iodida ini berfungsi sebagai
katalisator karena zat organik sangat sukar bereaksi kemudian larutan di biarkan
beberapa saat hingga terbentuk endapan coklat. Setelah terbentuk endapan coklat,
Indikator kanji ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion I- yang ada
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah DO0 pada sampel sebesar 2,2
ppm. Hal tersebut membuktikan bahwa air tersebut mengandung oksigen yang dapat
terlarut minimum 2 ppm. Pada uji Dissolved Oxygen (DO5), sebesar 4,2 mg/L yaitu
sampel yang digunakan diambil 5 hari sebelum percoban ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan oksigen terlarut dalam sampel tersebut. Pada perlakuan uji
Dissolved Oxygen (DO5) sama dengan perlakuan uji DO0, sedangkan berdasarkan
Sedangkan pada uji Chemical Oxygen Demand (COD) perlakuan awal yang
larutan serta berperan dalam pembentukan garam sulfat dan KMnO 4 pada larutan
mendidih dalam beberapa menit. Pemanasan ini bertujuan agar reaksi dapat
KMnO4 yang ditandai dengan perubahan warna bening ke merah jingga. Berdasarkan
hasil analisis data, maka diperoleh kadar uji Chemical Oxygen Demand (COD)
sebesar 45,82 ppm. Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 nilai maksimum COD
yang diperbolehkan adalah 10 mg/L (Sepryani, 2016: 38). . Nilai COD tersebut tidak
memenuhi syarat baku mutu. Tingginya kadar COD ini mengindikasikan semakin
besarnya pencemaran.
21
mengurangi nilai DO0 yang diperoleh dengan DO5, berdasarkan hasil perhitungan
nilai BODnya yaitu 2 mg/L. Berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 nilai maksimum
BOD yang diperbolehkan adalah 2 mg/L ( Sepryani, 2016: 38). Hal ini berarti masih
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penentuan Dissolved Oxygen (DO) digunakan DO0 dengan nilai diperoleh 4,2
mg/L dan DO5 yaitu 2,2 mg/L, COD yaitu 45,82 mg/L dan untuk BOD yaitu 2
mg/L.
2. Nilai DO, COD dan BOD untuk air bersih batas maksimumnya berdasarkan
B. Saran
22
menggunakan sampel air laut agar dapat membandingkan nilai DO, COD dan BOD
21
DAFTAR PUSTAKA
Komarawidjaja, Wage. Degradasi BOD dan COD pada Sistem Lumpur Aktif
Pengolahan Limbah Cair Tekstil. Teknik lingkungan., 8, no.1 (2007):
h. 22-27.
Sulistyani, dkk. Uji Kesadahan Air Tanah di Daerah Sekitar Panta Kecamatan
Rembang Provinsi Jawa Tengah. Sains Dasar. 1, no.1 (2012): h.33-38..
Suharto. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: Andi, 2011.
Widodo, Didik Setiyo dan Retno Ariadi Lusiana. Kimia Analisis Kuantitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Wandrivel, Rido. “Kualitas Air Minum yang Di produksi Depot Air Minum isi Ulang
Di kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi.
Kesehatan Andalas. 1, no. 3 (2012): h. 129-133.
23