Anda di halaman 1dari 4

WEEK 3

Warna intreferensi = warna yang tidak sebenarnya, hadir di XPL karena adanya perlambatan

Warna interferensi olivin : hijau kuning di ordo 2

Standarisasi 0,03 mm pada thin section karena agar warna bayangan sesuai dengan warna interferensi.
Jika lebih dari itu ketebalannya, maka dapat terjadi perubahan warna karena perlambatan melalui thin
section yang lebih tebal. Misal, seharusnya plagioklas warna putih, eh malah warna kuning berarti thin
sectionnya tidak standar

Olivin

 Colorless saat PPL


 Forsiterite : colorless , kadang keliatan sedikit hijau saat pleokroisme
 Yellow – green + fayalite
 Tidak ada belahan, atau ada sedikit.
 Ditemukan fracture NAMUN DENSITASNYA RENDAH , atau tidka begitu jelas , fracture ga bayak
amat
 Orthorombik

Clinopyroxen

 Augite merupakan anggota yang paling melimpah


 Monoklin
 Memiliki bentuk memanjang, prismatic.
 Warnaya lebih gelap dibandingkan olivin saat PPL, seperti coklat
 Pada saat XPL biru , coklat
 Belahannya lebih sempurna dibandingkan olivin
 Fracture yang lebih banyak dibandingkan olivin
 Memiliki twinning
 Memiliki cleavage yang bertemu antara 87 derajat hamper 90 derajat

Olivin, clinopyroxen, dan amphibole memiliki range interferensi yang sama.

Orthopyroxen

 Orthorombik
 Warna interferensi di orde pertama yaitu abu-abu. (ordo warna lebih rendah dibanding
clinopyroxen)
 Yang ditengah orthopiroksen, yang diluar atau coklat clinopyroxen hal ini dikarenakan adanya
reaction rim
 Extinction angle : membentuk sudut pemadaman (warna mineral gelap, hitam)
Orthopiroksen : saat sumbu c disejajarkan sumbu y mikroskop menghasilkan warna gelap
dnegan sudut 0 derajat
Clinopyroksen : extinction angle didapat saat sumbu c beberapa derajat dengan sumbu y
mikroskop.

Amphibole

 Monoklin
 Interferensi warna yang panjang, dari orde 2 hingga 4
 Cleavage bertemu di sudut 56 dan 124 derajat

Plagioclase

 Prismatik
 Orde 1
 PPL : colorless
 Plagioclase mmeiliki bercak-bercak warna hitam, warna hitam itu merupakan bagian melt nya
atau bolong

Jarang ditemukan batuan ultramafic yang fine grain, pasti coarse grain karena mineral ultramafic
terbentuk dibawah permukaan.
Coarse grain : tidak ditemukan

Coarse grain : ukuran mineral >1mm , interlocking atau tidak ada tempat untuk massa dasar

Di QAPF

Fine grain : posisi basalt dan andesit di kotak yang sama. Maka dilakukan komposisi kimia dengan task
diagram, basalt >52%, andesit <52% SiO2

Coarse grain : Diorit, gabbro, anortosite berada di kotak yang sama. Maka dilakukan lanjutan klasifikasi
dengan diagram gabbroic rocks.

Origin of Igneous Texture

Dipengaruhi oleh : tingkat pembentukan nuclei dan tingkat pertumbuhan kristal.

Course grain : Ta, kristal besar tapi jumlah mineral ga banyak

fine grain : Tb Nukleinya tinggi, growth rate rendah , kristalnya banyak tapi ukurannya kecil

Fine grain : Tc, tidak nuclei dan growth. Sehingga ditemukan tekstur glassy

Porfiritik :batuan memiliki minimal 2 fraksi kristal yang ukurannya berbeda (inequigranular) . Yang besar
disebut fenokris yang kecil dianggap ground mass.

Microfenokris : Mineral yang memiliki ukuran antara fenokris dan grundmass.

Plagioklas sebagai fenokris , sebagai mikrofenokris, dan sebgaai ground mass. Hal ini berarti kristal yang
dianggap fenokris muncul di Ta, entah mengapa system berubah ke Tb (growth rate menurun), lalu
system berubah kembali menjadi ground mass

Gambar disamping merupakan tekstur ophitic. Clinopyroksen


yang mengungkung / mengurung plagioklas. Ada 2 skenario :

1. Plagioklas duluan
2. Bareng-bareng, karena adanya undercooling. Bisa saja nuclei piroksen dan clinopyroxen
terbentuk bersama-sama dengan besaran yang sma, namun growth rate mereka berbeda.
Growth rate plagioklas lebih besar dibandingkan clinopyroxen
Catatn pas praktikum :

Mineral isotrop = mineral yang dapat tembus cahaya (umunya colourless di PPL, dan isometric)

Mineral anisotropy = mineral yang tidak dapat tembus cahaya (umunya opaque dan translucent, non
isometric)

Anda mungkin juga menyukai