Moeck : membagi menjadi 2 kelompok besar yaitu Convection dominated dan Conduction dominated
CV1 “ volcanic type, CV2 : plutonic type dan CV3 : extentional domain type
Sistem yang sering ditemukan di Indonesia : CV1, sistem panas bumi yang panasnya bersumber dari
adanya magma pada suatu daerah vulkanik yang mengalami pendinginan. Magma yang mendingin ini
melepas panas yang menyebabkan air didekatnya terpanaskan, dan air tersebut sampai permukaan.
Sistem CV2 juga berkaitan dengan magma yang mendingin, namun bukan dalam sistem vulkanik, pada
sistem plutonik. Magma tidak akan pernah mencapai pemrukaan, hanya ada batuan intrusi. Magma
mengalami pendinginan (menjadi batu granit), melepaskan panas dan emningkatkan geothermometer
di daerah dan air dingin yang kemudian terpanaskan.
CV3 terdapat suatu sedimentary baisn, karena basement mengalami penipisan menyebabkan daerah
bawahnya memiliki heat flow yang tinggi dan terpanaska dengan cepat. Dalam pembentukan cekungan
terdapat crustal thinning, kerak makin lama makin tipis karena extentional, semakin tipis maka akan
semakin dekat dnegan mantel sehingga semakin panas.
CD1 : intracratonic basin type, tidak terdapat magma yang membeku (bukan sumber panas), terdapat
cekungan sedimen (intracratonik/ cekungan yang terdapat didalam suatu craton yang stabil) biasanya
cekungan ini memiliki aquifer yang cukup dalam yang akan terpanaskanoleh heat flow (temperature
biasa saja, sedikit lebih tinggi dari normal).
CD2 : orogenic belt type, pegunungan yang tinggi di zona orogeny terdapat sesar-sesar yang bisa
mengakar hingga cukup dalam menyebabkan air-air meteoric bisa masuk ke kedalaman tertentu hingga
ke daerah yang memiliki temperature gradient yang normal (atau lebihs sedikit), terpanaskan dan
tersirkulasi keatas. Tidak ada magma yang mendingin
CD3 : basement type, tidak terdapat magma yang membeku dan tidak terdapat fracture. Terdapat
batuan beku yang sudah beku dan banyak mengandung unsur radioaktif, unsur radioaktif mengalami
peluruhan yang akhirnya menghasilkan panas, akibatnya temperature gradient akan lebih tinggi
dibandingkan area sekitarnya. Fracture tidak banyak sehingga panas terakumulasi di suatu daerah dan
fracture dibuat sendiri (fracture buatan). Batuan basement pun diharapkan memiliki batuan sedimen
yang cukup tebal agar panas bisa segera lepas ke permukaan
CV : daerah vulkanik, plutonik, crustal thinning sehingga CV banyak ditemukan didaerah subduksi,
karena pada zona tersebut dapat ditemukan vulkanik (merah), plutoik (orange) dan extentional crustal
thinning (ungu).
Prosesnya : lempeng menunjam mengalami partial melting, magma yang densitasnya lebih rendah akan
naik ke atas, jika sampai ke permukaan maka akan membentuk sistem CV1 (volcanic type, jika magma
tidak mampu sampai permukaan, dan membeku didalam akan emmbentuk sistem CV2 (plutonik type).
CV3 membutuhkan daerah yang mengalami crustal thinning, terdapat di daerah subduksi seperti back
arc dan fore arc. CV3 juga banyak ditemukan didaerah continental rifting, intracontinental rifting
CD : kuncinya “kita tidak membutuhkan magma yang membeku” , sehingga terdapat pada daerah yang
jauh dari zona subduksi, seperti stable craton, biasanya cukup sulit untuk diekplorasi karena
kenampakkannya kurang jelas
Di Indonesia kemungkinan CD ada di Klaimantan (yang memiliki kemungkinan sebagai stable craton)
Untuk CD2 (orogenic) : Papua, Kalimantan. Banyak ditemukan juga diwilayah collision (tubrukan)
Tektonik setting pada akhirnya mengindikasi ciri-ciri geothermal yang akan ditemukan (systemnya
apa)
Perbandingan CV1, 2, 3 : adanya perbedaan karakteristik, misalnya CV1 dan CV2 dilihat dari Recovery
factor (seberapa banyak fluida yang bisa diekstraksi) CV2 memiliki lebih banyak panas yang bsia
diekstrak, berdasarkan volume reservoir, CV3 dan CV1 mmeiliki volume reservoir yang lebih besar,
Berdasarkan kedalama reservoir (bottom of reservoir), CV2 memiliki reservoir yang dalam, CV3 dangkal,
CV1 intermediet.
Setiing tektonik membantu kita dalam menentukan sitem geothermal pada suatu wilayah serta
strategi eksplorasi panas bumi di suatu wilayah
Indonesia bagian dari ring of fire, jika ingin menemukan CV1 maka dicari zona vulkanisme, jika mencari
CV2 maka dicari zona back arc (karena potensi plutonik yang masih proses pendinginan sehinggga
melepas panas)
Basement type ditemukan di cekungan sedimen yang bagian bawahnya memiliki tubuh batuan beku
yang besar: CD3 (orange?)
Keberadaan tubuh plutonik memungkinkan tipe CD3 jika meengandung unsur radioaktif. Pada gambar
diatas memperlihatkan adanya pluton yang tersingkap, kemungkinan terdapat pluton yang tidak
tersingkap, jika granit maka yang sifatnya radiogenic yg tidak tersingkap dan diatasnya terdapat
cekungan sedimen.
Daerah Orogenik di Indonesia terdapat di pegunungan kucing dan pegunungan papua (ungu), di
sumatera juga terdapat
Jika ada panas maka kita butuh adanya fluida untuk mengalirkan panas tersebut. Jika terdapat air yang
sudah terpanaskan, kita membutuhkan zona permeabel agar air dapat mencapai permukaan (air mausk
dan air keluar).
Batuan beku dan piroklastik bisa memiliki permeabilitas, dan dapat ditingkatkan dengan keberadaan
permeabilitas sekunder. Permeabilitas sekunder terbentuk akibat proses fracturing.
Dalam suatu sistem panas bumi, keberadaan sesar atau kekar sangat penting sebagai fluid pathway, baik
ketika air masuk atau air ekluar ke permukaan.
1. PROSES TEKTONIK
Tektonik proses dapat mengontrol sistem dari persebaran, dan potensi sistem panas bumi. Proses
tektonik juga mengontrol keberadaan fracture pada suatu geothermal system
Jika sigma 1 horizontal : menghasilkan reverse fault atau strike slip faulr, tergantung orientasi sigma 3
dan 2
Variasi stress regime pada berbagai area dalam suatu sistem tektonik. Kalo garis merah lebih panjang
yang vertikal : sigma 1 orientasi vertikal, begitu pun sebaliknya
Pada daerah magmatic/vulkanisme, sigma 1 cenderung vertikal, sheingga lebih banyak ditemukan sesar
normal
Seperti saat terbentuk kaldera/post caldera, yang ditekan magma yang menekan dari bawah dan adanya
gravitasi yang ditekan
Kaitan remote stress dengan panas bumi : jika terdapat suatu sistem panas bumi, maka dapat
diketahui flow/arah fluida panas bumi karena dikontrol oleh fracture
Sedangkan pada local stress, pembentukan sesar biasnaya diiringi oleh pembentukan kekar yang kecil.
Ciri kekar pada local stress : ditemukan secara lokal saja (di area dekat sesar), baik kekar gerus atau
kekar tarik. Fluida dari reservoir akan mengalir melalui kekar-kekar tersebut , bisa juga lewat sesar
Kekar juga bisa terbentuk akibat remote stress, tapi skalanya lebih besar.
Kekar juga dapat terbentuk di daerah lipatan, namun jarang ditemukan di daerah panas bumi
2. PROSES VULKANIK
Proses vulkanik dapat membentuk fracture seperti columnar joint dan sheeting joint yang terbentuk
akibat magma yang membeku.
Fracture : struktur yang membentuk permeabilitas pada batuan
Adanya proses breksiasi, magma bagian dalam impermeable, namun bagian luarnya permeabel karena
adanya breksiasi.
Ketika terbentuk dike (magma mendorong batu dan masuk kedlamanya), proses pembentukannya dapat
membentuk kekar (kekar gerus atau kekar tarik)
Dike impermeable sebenarnya, namun karena prosesnya yang mendorong batuan diatasnya
menyebabkan terdapatnya kekar yang akhirnya mengaami pengembangan permbeabilitas.
Dike kadang memiliki pola radial karena pressure magma di vulkanik yang radial
Maka dapat diketahui bahwa akan terdapat pola dike yang radial serta adanya pola fracture yang radial
dalam suatu sistem panas bumi di gunungapi
Pada sistem vulkanisme, sigma 1 secara vertikal, sedangkan sigma 2 parallel terhadap sabuk vulkanik.
Sementara sigma 3 tegak lurus terhadap sigma 2
Ketika magma mulai kosong di dapur magma, maka akan membentuk kaldera, akibat adanya gravitasi
juga menyebabkan adanya stress vertikal dan membentuk sesar.
Jika magma didapur magma terdapat suplly magma (dapur magma menggendut) maka terjadi lagi stress
vertikal hasilkan sesar normal.
Local stress akibat magmatic pressure (magma yang mendorong batuan diatasnya menghasilkan
dike) : membentuk fracture yang bentukannya radial terhadap gunungapi
Local stress menghasilkan fracture akibat pembentukan kaldera dan sigma 1 vertikal : akan
membentuk sesar yang sirkular bentuknya
Masukin gambar
Remote stress (kuning), fracture akibat magmatic pressure (biru), fracture akibat pembentukan kaldera
(merah)
3. HYDROTHERMAL ACTIVITIES
Adanya zona breksi dan terisi breksi dapat meningkatkan permeabilitas, sementara fracture yang belum
diisi mineral (belum jadi vein) dapat membentuk permeabilitas pula
4. PROSES EKSOGENIK
Thermal expansion : ketika ada batu terkena panas, mengalami ekspansi lalu menyebabkan batu
mengalami fracturing (pecah)
Pembentukan sheeting joint/ exfoliation joint : terjadi ketika terdapat batu terpendam dibawah
permukaan, terlitifikasi, dan terangkat lagi. Saat naik akan mengalami fracturing
Stress yang berkaitan ddengan topografi , daerah yang memiliki topografi tinggi sigma 1 biasanya
vertikal dan menghasilkan fracture
Stress yang diakibatkan oleh gravitasi batuan berinteraksi dengan remote stress yang diakibatkan oleh
proses tektonik.
Daerah ayng memiliki daerah tinggian namun terdapat kompresi tektonik yang kuat, stress akibat gravity
dapat membatalkan stress dari tektoniknya, sehingga tidak banyak fracture.
Ketika daerah tinggian dan stress tektonik kompresi tidka begitu kuat, maka kita akan menemukan
fracture yang lebih banyak
Fracture banyak tdiak begitu diharapkan, karena menyebabkan fluida geothermal tidak terkonsentrasi
dengan baik
5. PROSES LAINNYA
Proses hydrofracturing
Data lineamen yang sudah kita dapati kemudian dapat diolah untuk menjadi FFD, daerah lineamen
diberi warna yang menunjukkan daerah dengan densitas fracture terbanyak
DFN : model fracture 3Dimensi
Analisis geomekanik : studi yang mempelajari interaksi antara batuan dan stress, pressure dan
temperature yang ada disekitarnya. Dapat mempengaruhi bagaimana fluida mengalir pada
fracture/lokasi dengan pressure tinggi (fluida ngalir dari pressure tinggi dan rendah, serta gradient
temperature
Dynamic analysis : mengetahui stress pada suatu daerah dan kaitannya dengan deformasi didaerah
(present atau paleo)
Seringkali bor nyangkut karena adanya borehole breakout (ketika ngebore, akibat perbedaan stress yang
diterima oleh lubang bor, menyebabkan adanya break out, daerah yang mengalami kerusakan yaitu
daerah stress lemah)
Stress mempengaruhi permeabilitas suatu fracture, fracture yang memiliki critical stress yang paling
efisien dalam migrasi fluida. Kita harus tau daerah yang memiliki critically stress fracture untuk tahu
migrasi fluida. Saat ingin mendapatkan fluida dengan produksi yang baik, maka kita harus bor ke daerah
yang critically stress fracture, tapi pelru pertimbangan pula terkait temperature.
Daerah yang terpisah akibat adanya sesar ( ABCSEF) memiliki pressure yang berbeda-beda.
Mempengaruhi fluida mana yang bisa kita ekstrak
Landsubsidence terjadi ketika reservoir diekstrak, fluida yang didalamnya yang diambil dapat
menyebabkan reservoir kosong (jika tidak aja injeksi), sebelumnya sudah terdapat sigma 1 vertikal
karena setting vulkanik, reservoir yang kosong + sigma 1 vertikal menyebabkan land subsidence
Ketika ekstrak fluida dari bawah permukaan, menyebabkan stress akan berubah dan sebabkan adanya
land subsidence
Perubahan Stress yang terjadi didalam sistem panas bumi dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi