Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Profesi farmasi merupakan profesi yang berhubungan dengan seni dan ilmu
penyediaan (pengolahan ) bahan sumber alam dan bahan sintesis yang cocok dan
menyenangkan untuk di distribusikan dan digunakan dalam pengobatan dan
pencegahan suatu penyakit.
Islam menyeru umatnya agar mereka menggunakan akal dan logika serta
menyandarkan sesuatu pada penelitian, eksperimen, dan pemikiran untuk sampai pada
fakta ilmiah yang berhubungan dengan alam dan kehidupan. Maka dari itu farmasi
sudah dikenal pada masa terdahulu, keyakinan ini didukung dengan adanya penemuan
yang menunjukkan bahwa orang-orang mesir kuno telah sampai pada ilmu
pengetahuan mengenai pengobatan yang berusaha dibukukan agar dapat dijadikan
sebagai dasar yang bisa digunakan oleh anak cucu. Resep obat-obatan yang ditulis di
kertas papyrus yang bertanggalkan tahun 1550 SM, merupakan ramuan obat paling
kuno yang diketahui oleh manusia dari peradaban Mesir kuno. Tulisan ini ditemukan
di Universitas Leipzig yang berisi resep detail tentang obat-obatan, baik yang
sederhana maupun yang berupa kombinasi.

B. TUJUAN
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah agama dan etika
2. Mengetahui siapa saja tokoh keilmuan dalam sejarah islam yang berjasa dibidang
kefarmasian

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan farmasi?
2. Siapa saja tokoh keilmuan dalam sejarah islam yang berjasa dibidang
kefarmasian?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGETIAN FARMASI

Farmasi atau apotek adalah ilmu obat dengan berbagai macamnya yang berupa
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral. Untuk membuat dan meramu obat-obatan ini
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ilmu tumbuh-tumbuhan, hewan, mineral
dan kimia.

Asal kata Shaidalah (farmasi) adalah dari kalimat Varmxa dari bahasa Fir’aun
yang berarti menyajikan obat dari ramuan. Sedangkan asal kata Shaidaliyah atau
Ajzakhanah (apotek) adalah ibotika dari bahasa yunani yang berarti tempat
menyimpan. Ia adalah nama kuno untuk wilayah Abu Tig yang berada di Mesir jauh,
yang dijasikan sebagai tempat penyimpanan minyak wangi dan obat-obatan oleh
bangsa Mesir Kuno.

B. SEJARAH FAERMASI ISLAM


Abad Kegemilangan Farmasi di Peradaban Arab-Islam. Setelah abad pertama
masehi terlewati, perlahan-lahan kemajuan dibidang pengetahuan termasuk farmasi di
barat mengalami kemunduran, dikenal dengan abad kegelapan (Dark Age).
Kebangkitan di dunia farmasi selanjutnya diilhami dengan turunnya Al-Qur’an seiring
dengan kemajuan bangsa arab yang merupakan pusat peradaban dunia termaju saat
itu, dimana ilmuan ilmuan islam berpatokan pada Al-Qur’an dan metode pengobatan
nabawi (Nabi), disamping penelitian dan pengembangan lainnya.
Mulai Abad ke-9 terus berkembang hingga abad ke-13 melalui berbagai karya asli dan
terjemahan, dunia arab telah menjembatani ilmu yang menghubungkan yunani dengan
dunia farmasi modern saat sekarang ini.
Puncak sumbangan dunia Arab-islam dalam perkembangan farmasi dapat
dikatakan  ketika adanya suatu panduan praktek kefarmasian pada tahun 1260 yang
disusun oleh seorang ahli kefarmasian berpengalaman dari mesir (Abu’l-Muna Al-
Kohen al-Attar), dalam panduan praktek kefarmasian tersebut attar menuliskan
pengalaman hidupnya serta ilmu dalam seni apotek atau seni dalam meracik obat,
yang sebagian besar juga menguraikan etika farmasis sebagai profesi kesehatan.
Ilmuan Farmasi yang terkenal pada zaman ini antara lain: Yuhanna bin Masawayah

2
(777-875), Abu Hasan Ali Bin Sahl Rabban Al-tabari (808), Sabur bin Sahl, Zayd
Hunayn bin Ishaq al ibadi (809-873) dan yang lainnya.

C. SEJARAH PERKEMBANGAN FARMASI ISLAM


Menurut Abu Al-Wafar Abdul Akhir, sejarah farmasi Islam terbagi dalam empat
fase6, yakni fase pertama adalah hasil kerja keras pakar kimia Muslim, sekaligus
perintis ilmu farmasi Jabir bin Ibnu Hayyan (720 M-815 M). Fase kedua, ilmu farmasi
dikembangkan oleh Yuhanna Ibnu Masawayh (777-857 M), Al-Kindi (809-873),
Sabur Ibnu Sahl (Wafat 869 M), Abu Hasan Ali bin Shal Rabani AtTabari (838-870
M), dan Zakariya Ar-Razi (864 M-930 M). Fase ketiga, ilmu kedokteran dan ilmu
farmasi melalui tangan Al-Zahrawi (936-1013), Ibnu Sina (980-1037 M), Abu Raihan
Muhammad Al-Biruni (973-1050 M), Ibnu Aldan Abu Ja’far Al-Ghafiqi (Wafat 1165
M). Fase keempat, para ilmuwan farmasi Muslim mulai memperluas studi mereka
mulai memperluas studi mereka lewat perindustrian di bidang farmasi. Hasil akhir
dari studi tersebut adalah seni menyajikan obat-obatan. Empat dari dari mereka
adalah Ibnu Zuhr (1091-1131 M, Ibnu Thufayl (1112-1186 M, Ibnu Rusyd (1128-
1198 M), dan Ibnu Al-Baythar (11971248 M). Fase keempat ini merupakan fase
kebangkitan ilmuwan Muslim era kekhalifaan yang terakhir. Setelah fase ini, umat
islam mengalami kemunduran.

D. TOKOH -TOKOH AHLI FARMASI ISLAM


1. Ibnu Al-Baitar
Lewat risalahnya yang berjudul Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan dan
Obat-obatan yang Sederhana), beliau turut memberi kontribusi dalam dunia
farmasi. Di Dalam kitabnya itu, dia mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat
(sekarang lebih dikenal dengan nama herbal) yang berhasil dikumpulkannya di
sepanjang pantai Mediterania. Lebih dari dari seribu tanaman obat dipaparkannya
dalam kitab itu. Seribu lebih tanaman obat yang ditemukannya pada abad ke-13
M itu berbeda dengan tanaman yang telah ditemukan ratusan ilmuwan
sebelumnya. Tak heran bila kemudian Al-Jami fi Al-Tibb menjadi teks berbahasa
Arab terbaik yang berkaitan dengan botani pengobatan. Capaian yang berhasil
ditorehkan Al-Baitar melampaui prestasi Dioscorides. Kitabnya masih tetap
digunakan sampai masa Renaisans di Benua Eropa.

3
2. Abu Ar-Rayhan Al-Biruni (973 M – 1051 M)
Al-Biruni mengenyam pendidikan di Khwarizm. Beragam ilmu pengetahuan
dikuasainya, seperti astronomi, matematika, filsafat dan ilmu alam. Ilmuwan
Muslim yang hidup di zaman keemasan Dinasti Samaniyaah dan Ghaznawiyyah
itu turut memberi kontribusi yang sangat penting dalam farmasi. Melalui kitab As-
Sydanah fit-Tibb, Al-Biruni mengupas secara lugas dan jelas mengenai seluk-
beluk ilmu farmasi . Kitab penting bagi perkembangan farmasi itu diselesaikannya
pada tahun 1050 M – setahun sebelum Al-Biruni tutup usia. Dalam kitab itu, Al-
Biruni tak hanya mengupas dasar-dasar farmasi, namun juga meneguhkan
peran farmasi serta tugas dan fungsi yang diemban seorang farmasi.
3. Abu Ja’far Al-Ghafiqi (wafat 1165 M)
Ilmuwan Muslim yang satu ini juga turut memberi kontribusi dalam
pengembangan farmasi. Sumbangan Al-Ghafiqi untuk memajukan ilmu tentang
komposisi, dosis, meracik dan menyimpan obat-obatan dituliskannya dalam kitab
Al-Jami’ Al-Adwiyyah Al-Mufradah. Kitab tersebut memaparkan tentang
pendekatan metodologi eksperimen, serta observasi dalam bidang farmasi.
4. Al-Razi
Sarjana Muslim yang dikenal di Barat dengan nama Razes itu juga ikut andil
dalam membesarkan bidang farmasi. Al-Razi memperkenalkan penggunaaan
bahan kimia dalam pembuatan obat-obatan seperti pada obat-obatan kimia
sekarang.
5. Sabur Ibnu Sahl (wafat 869 M)
Ibnu Sahal adalah dokter pertama yang mempelopori pharmacopoeia
(farmakope). Dia menjelaskan beragam jenis obat-obatan. Sumbangannya untuk
pengembangan farmasi dituangkannya dalam kitab Al-Aqrabadhin. dalam
kitabnya beliau memberikan resep kedokteran tentang kaedah dan teknik meracik
obat, tindakan farmakologisnya dan dosisnya untuk setiap penggunaan. formula
ini ditulis untuk ahli-ahli farmasi selama hampir 200 tahun.
6. Ibnu Sina
Dalam kitabnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina juga
mengupas tentang farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang 700 cara pembuatan obat
dengan kegunaannya. Ibnu Sina menguraikan tentang obat-obatan yang sederhana.

4
Ibnu Sina atau  Abu Ali Al-Husain bin Abdullah, lahir di Bukhara, salah satu
desa di Turkistan. Beliau menjelajahi berbagai daerah dalam menuntut ilmu.
Mulai dari Ray, Hamadzan, Ashfasan, Baghdad dan negeri-negeri lainnya. Beliau
menjalani hubungan dengan ulama senior pada masanya. Dan berikut adalah
delapan penemuan besar Ibnu Sina dalam Kesehatan :
a. Penemuan penyakit baru
Di dalam penilitiannya Ibnu Sina telah menghasilkan penemuan berupa
pengaruh kuman dalam penyakit, jangkitan virus seperti TB, penyakit
Rubella, allergy, cacar (smallpox), dan sebagainya.
b. Penemuan dalam bidang Farmasi
Ibnu Sina telah menghasilkan obat bius, menciptakan benang yang
khusus untuk menjahit luka pembedahan, menciptakan alat suntik. Selain
itu Ibnu Sina telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan
dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat
seperti pil, supositoria, sirup. Ibnu Sina menemukan peredaran darah
manusia dan anatominya 600 tahun sebelum William Harvey. Manfaat
Red Wine
1. Ibnu Sina membahas dalam Canon of Medicine tentang manfaat
red wine untuk memperkuat jantung. Tahun 1940-an, dunia
kesehatan Barat membenarkan hal ini dengan adanya antioksidan
fenolik bernama resveratrol yang terdapat dalam red wine.
Resveratrol baru terpublikasi baik di dunia kesehatan pada tahun
1990-an.
2. Di Canon of Medicine Ibna Sina membahas tentang sifat etanol
yang dapat membunuh mikroorganisme. Setiap kali hendak
meracik obat atau menangani pasien, ia selalu mencuci tangannya
dengan khamr, sebab isolat etanol belum ditemukan pada masanya.
c. Penemuan urutan derajat panas
Setiap anggota tubuh digambarkan menjadi masing-masing
temperamen. Masing-masing dengan gelar panas dan kelembaban. Ibnu
Sina menyusun anggota tubuh dalam “urutan derajat panas”, dari terpanas
sampai terdingin

 nafas dan “jantung dimana ia muncul”

5
 darah; yang dihasilkan dari hati
 hati; yang mungkin terlihat sebagai darah yang terkonsentrasi
 Daging
 Otot
 Limpa
 Ginjal
 Arteri
 Vena
 Kulit telapak tangan dan kaki

d. Ibnu Sina membagi tahap kehidupan sebagai berikut :


1. Pertama : Masa bayi, Yaitu periode sebelum anggota badan yang
dipasang untuk berjalan.
2. Kedua : Masa bayi. Yaitu masa pembentukan gigi. Kaki yang telah
dipelajari, tetapi tidak stabil. Gusi tidak penuh gigi.
3. Ketiga : Masa kecil. Yaitu tubuh menunjukkan kekuatan gerakan. Gigi
sepenuhnya keluar.
4. Keempat : Usia muda “Masa pubertas”. Periode sampai dengan
perkembangan rambut pada wajah dan kemaluan.
5. Kelima : Pemuda. Periode sampai dengan batas pertumbuhan tubuh
(menuju awal kehidupan dewasa).
7. Al-Zahrawi
Bapak ilmu bedah modern ini juga ikut andil dalam membesarkan farmasi.
Dia adalah perintis pembuatan obat dengan cara sublimasi dan destilasi.
8. Yuhanna Ibnu Masawayh (777 M – 857 M)
Orang Barat menyebutnya Mesue. Ibnu Masawayh merupakan anak seorang
apoteker. Kontribusinya juga terbilang penting dalam pengembangan farmasi.
Dalam kitab yang ditulisnya, Ibnu Masawayh membuat daftar sekitar 30 macam
aromatik. Salah satu karya Ibnu Masawayh yang terkenal adalah kitab Al-
Mushajjar Al-Kabir. Kitab ini merupakan semacam ensiklopedia yang berisi
daftar penyakit berikut pengobatannya melalui obat-obatan serta diet
9. Abu Hasan ‘Ali bin Sahl Rabban at-Tabari
At-Tabari lahir pada tahun 808 M. Pada usia 30 tahun, dia dipanggil oleh
Khalifah Al-Mu’tasim ke Samarra untuk menjadi dokter istana. Salah satu

6
sumbangan At-Tabari dalam bidang farmasi adalah dengan menulis sejumlah
kitab. Salah satunya yang terkenal adalah Paradise of Wisdom. Dalam kitab ini
dibahas mengenai pengobatan menggunakan binatang dan organ-organ burung.
Dia juga memperkenalkan sejumlah obat  serta cara pembuatannya.
10. Zayd Hunayn b. Ishaq al-Ibadi (809-873)
Beliau adalah anak dari seorang apoteker. Hunayn diantar ke Baghdad, yang
pada masa itu merupakan pusat pendidikan Islam terpenting untuk mengikuti
pendidikan dalam perawatan. Hunayn memainkan peranan yang penting dalam
penterjemahan atau penentuan ketepatan terjemahan yang dilakukan (termasuk
penulis Hippocrate, Gelen dan penulis Yunani lain) di samping menulis buku-
bukunya sendiri. Antara buku dan tulisan Hunayn adalah tentang aspek kebersihan
mulut, pecuci dan penggunaan bahan-bahan pergigian.

7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

 Memberikan perhatian terhadap farmasi sebagai cabang ilmu tersendiri yang terlepas
dari ilmu kedokteran. Ia memiliki kaidah-kaidah dan metode keilmuan tersendiri yang
berlandaskan pada riset dan uji coba. Sebagaimana juga dilakukan penyusunan
terhadap ilmu farmasi dan undang-undang pengobatan oleh Sabur bin Sahal dan Amin
Ad-Daulah bin At-Tilmidz.
 Perkembangan farmasi dari zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan telah banyak
mengalami perubahan walaupun di butuhkan waktu yang relatif lama namun akhirnya
farmasi bisa bersaing dan berkembang dengan cepatnya. Bahkan dari tahun ketahun
peminat profesi di indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Kita pun
dengan mudahnya mencari sekolah tinggi ataupun sekolah menegah farmasi di
indonesia ini.

8
DAFTRA PUSTAKA
https://salmaamouna.wordpress.com/2017/08/18/sejarah-farmasi/
https://rieta.wordpress.com/perihal/tokoh-tokoh-ahli-farmasi-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai