Anda di halaman 1dari 10

ULTRASONOGRAFI DASAR GINEKOLOGI

Pemeriksaan USG ginekologi meliputi USG abdomen dan pelvis.


Parameter yang perlu dinilai pada setiap USG ginekologi adalah ukuran uterus,
ketebalan endometrium, ukuran ovarium, kemungkinan tumor di dalam pevis
minor atau adanya cairan bebas intraabdomen. Penilaian ekogenitas dalam
pencitraan USG ginekologi juga penting diketahui. Ekogenitas jaringan umumnya
dibandingkan dengan eko jaringan parenkim hati. Jaringan dengan eko lebih gelap
dari parenkim hati disebut hipoekoik dan yang lebih terang disebut hiperekoik.
Pada uterus, myometrium normal tampak lebih hipoekoik dibandingkan korpus.
Korpus dan serviks uteri tidak berbeda ekogenisitasnya. Berikut ini adalah gradasi
warna pada USG yang menunjukkan unsur penyusunnya (Putra, 2011):

Indikasi pemeriksaan ultrasonografi ginekologi (Putra, 2011):

Nyeri pelvis Konfirmasi kelainan di daerah pelvis


Dismenorea setelah pemeriksaan pencitraan lain
Menoragia (CT Scan, Rontgen, MRI)
Metroragia Evaluasi kelainan kongenital (uterus,
Menometroragia serviks)
Follow up kelainan yang pernah Nyeri pelvis, perdarahan berkepan-
diketahui (kista, mioma, adenomiosis) jangan, demam setelah operasi gine-
Evaluasi pasien infertilitas kologi atau persalinan
Pubertas prekoks Menentukan lokasi AKDR
Perdarahan pascamenopause Skrining keganasan (ovarium,
endome- trium, serviks)
I. UTERUS DAN ADNEKSA NORMAL
I.1 Uterus
Uterus terletak di dalam rongga pelvis di antara vesika urinaria di
anterior dan rektum di posterior. Uterus terdiri dari tiga bagian utama yaitu
fundus uteri, yang terletak di atas muara tuba uterina, korpus uteri, dan serviks
uteri. Dalam keadaan normal, uterus berada pada posisi anteversio antefleksio.
Pada beberapa keadaan, uterus berada dalam posisi retroversio retrofleksi
sehingga menyulitkan evaluasi dengan USG transabdominal. Bagian uterus
yang harus dievaluasi adalah ukuran (panjang, lebar, tinggi, ostium uteri
eksterna), bentuk dan orientasi uterus, endometrium, miometrium, dan serviks
(Rasjidi, 2010; Cunningham, 2010).
Bentuk uterus menyerupai buah pir yang pipih. Ukuran uterus
bervariasi dan dipengaruhi oleh usia dan paritas. Volume uterus juga bervariasi
sesuai dengan siklus menstruasi dimana volume terbesar adalah selama fase
sekresi.

USG transvaginal sangat baik untuk visualisasi endometrium, USG


Color Doppler untuk evaluasi lesi endometrium fokal, USG 3D untuk evaluasi
kelainan duplikasio uterus. Miometrium tampak homogen dengan struktur eko
rendah sampai moderate. Rongga endometrium tampak sebagai suatu garis
ekogenik, akibat permukaan endometrium yang berhadapan. Pengukuran
terbaik endometrium adalah pada potongan sagital midline uterus, dan diambil
dari perbatasan endometrium anterior/miometrium ke perbatasan endometrium
posterior/miometrium.
I.2 Adneksa
Tuba Falopii merupakan saluran telur yang menghubungkan rongga
peritoneum daerah ovarium dengan cavum uteri. Panjang rata-rata tuba adalah
8 – 14 cm (Cunningham, 2010). Pars interstisial dapat dilihat dengan USG
transvaginal di bagian atas kanan dan kiri lateral korpus uteri. Gambaran
sonografik adalah garis lurus ekogenik yang muncul dari kanal endometrium
dan memanjang melalui dinding uterus. Isthmus, ampula dan infundibulum
biasanya tidak tampak pada USG transabdominal atau transvaginal kecuali
terdapat patologi tertentu atau cairan bebas dalam kantong pelvis lateral (Putra,
2011).
Ovarium merupakan organ berbentuk almond, dan saat usia reproduksi
berukuran panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm, dan tebal 0,6 – 1,5 cm.
Ovarium terletak di depan dinding lateral pelvis pada fossa ovarika. Sebagian
besar ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Secara
struktural, ovarium terdiri dari bagian medula dan korteks. Bagian medula kaya
vaskularisasi dan mendapatkan suplai dari bagian hilum. Bagian korteks
mengandung folikel-folikel ovarium dalam berbagai tahapan maturitas
(Cunningham, 2010). Volume ovarium bervariasi bergantung pada usia:
 Anak < 5 th : < 1 cc
 Menarke : 4,2 ± 2,3 cc
 Usia subur : 9,8 ± 5,8 cc
 Menopause : 2,9 ± 2,2 cc
Pada usia subur, umum dijumpai kista fisiologis, dengan ciri-ciri
berukuran ≤ 3 cm dan tanpa sekat/septum dan/atau komponen padat.
II. UTERUS DAN ADNEKSA ABNORMAL
II.1 Kelainan Anatomi
Malformasi uterus bisa merupakan kelainan kongenital atau didapat
dan mengakibatkan timbulnya gangguan siklus menstruasi, nyeri pelvis,
infertilitas, atau abortus berulang. Kelainan uterus yang termasuk kelompok
anomali kongenital dihasilkan dari terhambatnya perkembangan duktus muller
yaitu gangguan dalam penyatuan dan/atau dalam penyerapannya. Terdapat
beberapa klasifikasi malformasi uterus, tetapi yang diterima secara luas adalah
menurut American Fertility Society (AFS) tahun 1988. Klasifikasi ini membagi
malformasi uterus ke dalam tujuh kelompok, tidak hanya berdasarkan faktor
embrional, tetapi juga mempertimbangkan faktor klinis, prognosis dan terapi
(Bermejo, 2010; Schorge, 2008).
Gambar 6. Klasifikasi malformasi uterus berdasarkan American Fertility
Society (Bermejo, 2010)
Beberapa teknik dapat dilakukan untuk mengevaluasi adanya
malformasi uterus. Ketika hanya cavum uterus yang perlu dievaluasi, maka
hysterosalpingography (HSG) dan hysteroscopy dapat digunakan. Laparotomi
dan laparoskopi dapat juga digunakan untuk memeriksa fundus uterus
(Bermejo, 2010).

II.2 Kelainan Non-Malignancy


1. Mioma Uteri (Leiomioma Uteri)
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot polos yang berasal dari
miometrium (Schorge, 2008). Serabut-serabut otot polos dan jaringan
fibrosa membentuk pusaran konsentris (Putra, 2011). Umumnya berlokasi
di korpus uteri, hanya 1 – 3% pada serviks. Berdasarkan lokasinya, mioma
dibagi atas 3 jenis, yaitu:
 Mioma submukosum : berada di bawah lapisan endometrium dan
menonjol ke dalam cavum uteri, dapat tumbuh bertangkai dan keluar
melalui serviks (myomgeburt).
 Mioma intramural : berada di dalam dinding uterus di antara
serabut miometrium.
 Mioma subserosum : tumbuh keluar dinding uterus hingga
menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh lapisan serosa.

Diagnosis mioma uteri umumnya ditegakkan dengan pemeriksaan fisik


ginekologis dan USG. Pada kasus dimana USG tidak memberikan hasil yang
memuaskan, MRI dapat digunakan. Umumnya USG sudah cukup untuk
membedakan mioma dengan polip, adenomiosis, atau suatu keganasan. Hal-hal
yang perlu dievaluasi adalah jumlah mioma, ukuran mioma, lokasi mioma,
pemeriksaan color doppler, dan ada atau tidaknya perubahan sekunder (Rasjidi,
2010).
Pemeriksaan USG pada mioma akan memberikan gambaran pembesaran
uterus dengan distorsi kontur uterus, massa hipoekoik homogen dengan
karakteristik bergantung pada lokasinya, berbatas tegas, licin, bila mengalami
degenerasi dapat bersifat inhomogen dengan/tanpa kalsifikasi. Kalsifikasi dalam
mioma dapat menyebabkan bayangan posterior (posterior shadowing).
Mioma submukosum akan memberikan gambaran berupa massa hipoekoik
di bawah lapisan endometrium. Lapisan endometrium teregang oleh desakan
massa namun tetap intak, kontinu dengan miometrium dan memberikan gambaran
yang homogen dengan banyak bayangan sudut (multiple edge shadow). Dengan
color doppler akan ditemukan lesi dengan vaskularisasi sentral tinggi. Broad base:
multiple vascular pedicles (single vascular pedicle adalah jarang) (Rasjidi, 2010).

Mioma intramural akan memberikan gambaran sebagai massa hipoekoik


homogen di dalam lapisan miometrium. Bersifat hiperekoik dan inhomogen bila
mengalami degenerasi. Dengan color doppler akan terlihat peningkatan sinyal di
perifer dengan penurunan sinyal di pusat atau avasculer core.
Mioma subserosum akan memberikan gambaran berupa massa bulat
hipoekoik, homogen, berbatas tegas, berada di bawah lapisan serosa dan tidak
diliputi oleh miometrium. Dengan color doppler juga akan terlihat peningkatan
sinyal di perifer dengan penurunan sinyal di pusat atau avasculer core. Pada
pedunculated mioma akan terlihat pembuluh darah pada tangkai mioma.

2. Hiperplasia Endometrium
Hiperplasia endometrium merupakan proliferasi abnormal dari
kelenjar endometrium. Hal ini disebabkan oleh stimulasi estrogen tunggal,
yang dihasilkan dari pemberian estrogen sebagai terapi sulih hormon,
gangguan hormonal (misalnya sindrom polikistik ovarium), atau tumor
yang memproduksi estrogen. Ketebalan endometrium lebih dari 14 mm
pada perempuan pramenopause dan lebih dari 5 mm pada perempuan
pascamenopause perlu dipertimbangan kemungkinan hiperplasia
endometrium. (Putra, 2011; Doubilet and Benson, 2003).
Pada hampir semua kasus hiperplasia endometrium, dengan
pemeriksaan USG, endometrium tampak menebal secara luas dan memiliki
ekogenisitas yang homogen. Ketika pemeriksaan USG menunjukkan
penebalan endometrium secara luas, hiperplasia endometrium harus
dipikirkan, di samping adanya polip endometrium dan karsinoma
endometrium. Dengan pemberian salin ke dalam cavum uteri (saline
infusion sonohysterography – SISH), polip endometrium bisa disingkirkan,
tetapi diagnosis definitif hiperplasia hanya dapat dibuat dengan sampling
jaringan (dengan biopsi atau dilatase-kuretase) (Doubilet and Benson,
2003).

Anda mungkin juga menyukai