Anda di halaman 1dari 39

PERSALINAN

NORMAL
PHANTOM
S TA S E O B S G Y N
PERSALINAN
• Persalinan : Pengeluaran fetus dan plasenta dari uterus (Sarwono, 2014)
• Persalinan normal : letak belakang kepala, spontan, bayi cukup umur (37 minggu atau
lebih), letak belakang kepala , melalui jalan lahir alamiah , tenaga ibu sendiri secara
spontan, waktu paling lama 18 jam
• Kelahiran merupakan proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir.
• Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin Bayi tunggal,
aterm, preskep, BB 2500- < 4000 gram, yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-
42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, berlangsung kurang lebih
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
FAKTOR PERSALINAN
• His / kontraksi uterus
POWER • Tenaga saat mengejan

• faktor jalan lahir yaitu pada panggul ibu, ada


PASSAGE atau tidaknya tumor, rigid maupun striktur.

• faktor dari janin, baik besar dan presentasi


PASSANGER janin maupun adanya kelainan kongenital.
SIKAP-SIKAP DALAM PHANTOM
- Lama
Kala I,
Primigra
Tunggu 
vida:
Sesuai kurva
Friedmann 13,5 jam,
multigrav
Bimanual ida: 7.5
examination jam

Pimpin Pecah
mengejan kulit
ketuban,
Ambil akhiri
tindakan persalina
n,
perbaika
n his
TANDA DAN GEJALA INPARTU

Tanda- • Perut melebar dan fundus uteri menurun

tanda • Pola eliminasi urin berubah akibat dari vesica urinaria

permulaan
tertekan oleh bagian bawah janin yang sudah turun

• Nyeri akibat his berpusat pada abdomen bagian bawah

persalinan, • Servix lunak, mendatar dan mengeluarkan lendir

• Kontraksi uterus memiliki interval yang iregular


yaitu :
TANDA DAN GEJALA INPARTU

• Engagement¸ yaitu peristiwa masuknya kepala janin dalam panggul

Periode • Kontraksi uterus meningkat, semakin sering terjadi dan regular

persalinan • Nyeri akibar his semakin kuat pada abdomen dan punggung

• Bloody show yaitu keluarnya cairan kemerahan atau darah yang


sesungguhnya, disertai dengan lendir darah

yaitu : • Servix lunak, kemudian pendataran dan pembukaan semakin


progresif
BIMANUAL EXAMINATION
INDIKASI NILAI

Dalam Kehamilan
• Primi 36 minggu kepala belum masuk PAP Vagina
• Riwayat obstetri jelek
• Pemeriksaan luar tak jelas Jaringan otot antara vagina dan sekitar VU

Dalam persalinan Cervix


• Kelainan letak : ambil tindakan Kulit ketuban
• KK pecah kepala masiih tinggi : partus tidak
berjalan sebagaimana diharapkan
• Pemeriksaan luar tak jelas
HIS
Kekuatan Frekuensi
kontraksi dan lamanya

Relaksasi
cukup
HIS
HIS SESUNGGUHNYA HIS PALSU

 Teratur  Tidak teratur


 Interval makin pendek (10 menit)  Interval panjang
 Semakin lama semakin kuat  Kekuatan tetap
Fase laten (20”-30”), fase aktif (30”-40”)
 Dirasakan terutama di daerah perut
 Dirasakan paling sakit di daerah punggung
 Tak ada perubahan walaupun penderita
 Intensitas makin kuat kalau penderita berjalan berjalan
• Keluar bloody show • Tidak keluar bloody show
• Serviks membuka dan menipis • Serviks tertutup dan tidak ada pembukaan
PIMPIN MENGEJAN & KEMAJUAN
PERSALINAN
• Cara memimpin • Kemajuan persalinan
Diminta untuk mengejan saat Labor adalah rangkaian
ada His dan istirahat bila tidak peristiwa mulai kenceng
ada His –kenceng yang teratur sampai
dikeluarkanya produk konsepsi
• Lama pimpinan mengejan (janin, plasentan, ketuban) dari
P0 : selama 1 jam, P>0 : ½ jam uterus ke dunia luar
KEMAJUAN PERSALINAN NORMAL
Proses persalinan dibagi menjadi 4 fase

1. Kala I : mulai his teratur sampai pembukaan lengkap

• Fase laten : pembukaan serviks sampai 3 cm

• Fase aktif : pembukaan serviks 4 sampai 10 cm (lengkap)

2. Kala II : mulai pembukaan lengkap sampai keluarnya janin, oleh kekuatan his
dan kekuatan ibu mengedan

3. Kala III : mulai keluarnya janin sampai keluarnya plasenta

4. Kala IV : 2 jam pasca persalian -> diamati perdarahan post partus


OBSERVASI 10
Keadaan Umum Tekanan Darah Nadi Frekuensi napas

His Cincin bandl


Denyut Jantung
Suhu (lama, kekuatan, (retraksi
Janin
interval, relaksasi) patologis)

Pengeluaran per Tanda-tanda Kala


vaginam II
KALA 1
• Kala 1 adalah kala pembukaan, dinilai dari majunya pembukaan, meskipun
pada kala 1 terjadi proses penurunan kepala dan putar paksi dalam.
• Pada primigravida, kala 1 bervariasi yaitu antara 12-14 jam, sedangkan pada
multipara antara 6-8 jam.
• Pada kala 1, kadang his menjadi lemah sehingga pembukaan tidak kunjung
bertambah. Pada umumnya jika dalam 2 jam pembukaan tidak
bertambah sebagaimana mestinya atau bahkan tidak bertambah sama sekali
maka dinamakan kala 1 tidak maju atau partus tak maju.
KALA I
FA S E L AT E N FA S E A K T I F

• Pembukaan 0-3 cm • Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan


meningkat bertahap. Kontraksi (his) adekuat jika
• Berlangsung kurang lebih 8 jam terjadi ≥3x dalam kurun 10 menit dengan durasi
≥40 detik.
• Penurunan bagian terbawah janin lebih progresif.
• Pembukaan 4 -10 cm : rata-rata 1 cm/jam pada
primigravida dan 1-2 cm/jam pada multigravida
• Terdapat 3 tahapan pada fase aktif kala 1, yaitu
akselerasi, dilatasi maksimal dan deselerasi.
TATALAKSANA
1. Catat tanda vital dan periksa 6. Kandung kemih harus kosong, penderita
laboratorium rutin harus buang air kecil atau di kateter
2. Janin dengan presentasi kepala, kepala 7. Makanan ringan dan cairan harus cukup,
sudah masuk panggul, ketubah belum makanan yang sulit dicerna sebaiknya
pecah, ibu dan anak baik, maka ibu boleh dihindari
jalan-jalan atau berada di tempat tidur. 8. Bila sakitnya berlebihan dapat diberikan
Ada bukti bahwa dengan berjalan-jalan, analgetik
kala 1 menjadi lebih pendek.
9. Pasien tidak boleh mengejan terlebih
3. Kemajuan pembukaan dikontrol setiap 2- dahulu
4 jam dengan periksa dalam
10. Pasien jangan sampai lost of control
4. His dan DJJ dikontrol setiap 15 menit
5. Dengan enema, rektum menjadi bersih
dan memacu his
KALA 2
• Persalinan kala 2 dimulai ketika pembukaan servix lengkap (10cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi.
• Penilaian kala 2 yang terpenting adalah penurunan kepala dan putar paksi dalam.
• Batas normal untuk lama kala 2 adalah 2 jam untuk primigravida dan 1 jam
untuk multigravida.
• Jika dalam 1 jam pada primigravida atau ½ jam pada multigravida kepala tidak
turun atau putar paksi tidak terjadi maka disebut kala 2 tidak maju atau
partus macet.
• Jika kala 2 tidak maju maka persalinan harus diselesaikan dengan tindakan
seperti ekstraksi vakum atau forseps.
KALA II
Beberapa tanda bahwa pasien telah masuk kala 2, yaitu :

§ Bloody show (lendir semu darah) makin hebat

§ Perasaan ingin mengejan

§ Perasaan ingin defekasi

§ Anus terbuka

§ Ketuban pecah spontan


KALA II
MEKANISME KALA 2 PRESENTASI KEPALA (7 cardinal movement)
1. Engagement : pada primigravida terjadi 2 minggu menjelang aterm, sementara pada multipara
akan terjadi pada awal persalinan
2. Flexion : agar kepala mampu melewati panggul dengan diameter yang terkecil. Fleksi juga
menjamin terjadinya engagement.
3. Descent : adalah penurunan kepala lebih lanjut. Penurunan terjadi akibat adanya his dan
penipisan SBR, serta kontraksi otot perut. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah bentuk
dan ukuran panggul, serta besar dan posisi kepala.
4. Internal rotation : terjadi bersama-sama dengan proses descent. Oksiput akan
memutar ke depan atau ke belakang (sebagian kecil) sehingga sutura sagitalis
dalam posisi anteroposterior. Putar paksi dalam selesai apabila bagian terendah
telah mencapai spina isciadika yang memiliki arti bahwa kepala telah engaged
5. Extension : terjadi setelah kepala menyembul dari introitus, dengan oksiput
dibawah simfisis. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut,
dagu
6. External rotation : terjadi setelah kepala lahir, yang merupakan kebalikan
putar paksi dalam kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu rotasi tubuh
bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah
simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks, abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter
depan dan belakang, tungkai dan kaki.
TATALAKSANA
• Kekuatan pada kala 2 adalah his dan hejan perut. Ibu mengejan hanya
saat ada his tidak menimbulkan kelelahan
• Bila kepala sudah membuka pintu, pengeluaran jangan terlalu cepat. Bila oksiput
telah keluar dibawa simfisis, ekstensi kepala diatur dengan perasat Ritgen agar
tidak terlalu cepat yang dapat menyebabkan robekan pada perineum.
• Episiotomi dilakukan pada primigravida atau penderita dengan perineum kaku.
Dilakukan bila kepala tampak dengan diameter 3-4 cm pada introitus (kepala
membuka pintu)
• Setelah kepala lahir, ia ditahan sambil mengadakan putar paksi luar
• Muka diusap dengan kain steril, lendir di hidung, mulut, dan tenggorokan dihisap
dengan halus
• Bila terdapat lilitan tali pusat, kendorkan atau klem dan potong
• Bahu dilahirkan dengan cara kepala dipegang pada kedua os parietale, atau satu
tangan dimuka, tangan yang lain di oksiput. Kepala ditekan ke bawah untuk
melahirkan bahu depan, lalu diangkat untuk melahirkan bahu belakang. Perlu
ditekankan bahwa operator hanya menekan dan mengangkat kepala tidak
melakukan tarikan agar tidak merusak pleksus brakialis. Kekuatan yang
mendorong keluar adalah tenaga mengejan atau dorongan ringan pada fundus
oleh asisten.
• Usaha resusitasi dilanjutkan, sementara operator memotong tali pusat. Caranya,
klem tali pusat di dua tempat, kira-kira 10 cm kemudian potong diantara kedua
klem tersebut.
KALA 3
KALA III
• Pada kala 3 atau fase pengeluaran plasenta terdapat dua rangkaian peristiwa,
yaitu lepasnya plasenta dan pengeluaran plasenta dari uterus
• Normalnya plasenta akan lepas dalam 5 menit
• Tanda lepasnya plasenta
– keluarnya darah dari vagina
– tali pusat memanjang
– uterus menjadi globuler dan teraba lebih keras
– pada saat plasenta masuk dalam vagina, fundus uteri meninggi
MEKANISME LEPASNYA
PLASENTA
Cara Schultze
Cara Duncan saat plasenta lepas mulai dari
saat plasenta lepas mulai dari pinggir sentral, sehingga terjadi bekuan
sehingga menyababkan perdarahan retroplasenta dan perdarahan tidak
yang aktif sebelum plasenta lahir akan terjadi sebelum plasenta lahir.
PERASAT UNTUK MENGETAHUI
PELEPASAN PLASENTA
Perasat Kutszner Perasat Strassman
adalah dengan tali pusat ditegangkan, adalah dengan cara tali pusat
tekan di atas simfisis, bila tali pusat ditegangkan, fundus uteri diketok,
tidak masuk menandakan plasenta bila tidak terasa getaran
sudah lepas menandakan plasenta sudah lepas.

Perasat klein
adalah ibu diminta mengejan agar
tali pusat turun, jika setelah
mengejan plasenta tidak naik lagi
menandakan plasenta telah lepas.
MANAJEMEN AKTIF
Pemberian injeksi oksitosin
• Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu (bayi diberi ASI)
• Pemeriksaan uterus, untuk memastikan tidak ada bayi lain (undiagnosed twin)
• Oksitosin untuk bantu kontraksi. Jangan sampai menekan dengan keras sehingga
menimbulkan kontraki tetanik yang akan menyulitkan pengeluaran plasenta
• Memberitahukan pada ibu bahwa ia akan disuntik
• Selambat-lambatnya dalam waktu 2 menit setelah bayi keluar, injeksi oksitosin 10
unit IM pada 1/3 bawah paha kanan bagian lateral. Oksitosin merangsang
fundus uteri berkontraksi sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan
mengurangi keluarnya darah.
Penegangan tali pusat terkendali
• Berdiri disamping ibu
• Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala 2 persalinan pada tali
pusat sekitar 5-10 cm dari vulva untuk mencegah opulsi
• Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu tepat diatas tulang pubis,
kemudian tangan ini meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat
melakukan penegangan tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat,
tegangkan tali pusat, kemudian tangan pada dinding abdomen menekan
korpus uteri (dorso-cranial) korpus. Lakukan secara hati-hati untuk
menghindari terjadi inversi uteri.
• Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga ada kontraksi yang kuat (2-3 menit)
§ Saat kontraksi dimulai (uterus menjadi bulat atau tali pusat memanjang), tegangkan kembali tali
pusat ke arah bawah (dengan hati-hati). Lakukan penekanan korpus uteri ke arah
dorsokranial hingga plasenta lepas dari tempat implantasinya.

§ Jika plasenta tidak turun setelah 30 – 40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada
tanda – tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta. STOP penegangan tali pusat!

§ Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya.

§ Pada saat kontraksi berikutnya terjadi. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi
sehingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.
§ Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi PTT dan tekanan dorso – kranial pada
korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi

§ Jika setelah 15 menit PTT dan dorongan dorso-kranial, plasenta belum juga lahir maka
ulangi oksitosin 10 I.U IM, tunggu kontraksi yang kuat kemudian ulangi PTT dan dorongan
dorso kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.

§ Setelah plasenta terlepas dari dinding uterus (bentuk uterus menjadi globuler dan tali pusat
menjulur ke luar), maka anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui
introitus vagina, Bantu kelahiran plasenta dengan cara menegangkan dan mengarahkan tali
pusat sejajar dengan lantai.
§ Pada saat plasenta pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke
atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah
penampung. Karena selaput ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara
lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpelin menjadi satu.

§ Lakukan penarikan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban agar membantu mencegah
tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.

§ Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati
periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT atau steril
atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban tersebut.

§ Apabila plasenta tidak lahir setelah 30 menit dan tidak ada perdarahan, jangan mencoba
untuk melepaskan plasenta dengan cara lain, segera lakukan RUJUK.
Rangsang taktil (pemijatan fundus uteri)
• Telapak tangan diletakkan pada fundus uteri

• Memberi penjelas tindakan kepada ibu, dengan mengatakan bahwa ibu mungkin terasa agak
tidak nyaman karena tindakkan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam
dan perlahan serta rileks

• Segera setelah plasenta dan membran lahir, lakukanlah masase fundus uterus dengan
lembut tetapi mantap, tangan digerakkan dengan arah memutar pada fundus uteri
agar uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, maka
dilakukan penatalaksanaan atonia uteri untuk mencegah perdarahan yang berlebihan, dan
merupakan diagnosis cepat dari atonia uteri
§ Melakukan pemeriksaan plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh :

a) Memeriksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus)

b) Memasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah

c) Memeriksa plasenta sisi fetal (yang menghadap ke bayi)

d) Mengevaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

§ Memeriksa kontraksi uterus setelah 1-2 menit. Jika belum berkontraksi baik, ULANG MASASE

FUNDUS UTERI.

§ Memeriksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama 1 jam kedua pasca persalinan


KALA 4
PEMANTAUAN 2 JAM POST PARTUS

Kontraksi uterus baik VU kosong

Luka baik, hematoma tidak


Tidak ada perdarahan ada

Plasenta lengkap Bayi dan ibu baik


THANK YOU

BY SISKA MARINA

Anda mungkin juga menyukai