Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan relasi sosial masyarakat dengan
lokalisasi prostitusi sehingga terjadi penerimaan sosial yang dilakukan oleh masyarakat.
Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan proses terbentuknya relasi
sosial masyarakat dengan lokalisasi prostitusi dengan analisis teori strukturasi Anthony
Giddens yaitu teori strukturasi, yang terbentuk atas dualitas agen dan struktur dalam praktik
sosial yang dilakukan dalam ruang dan waktu. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Desa
Ambowetan dan lokalisasi prostitusi Lowa yang berada di Pemalang, Jawa Tengah. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa relasi sosial masyarakat dengan lokalisasi prostitusi
terbentuk melalui produksi dan reproduksi praktik sosial yang dilakukan oleh masyarakat
serta melibatkan agen dari lokalisasi baik PSK maupun mucikari. Struktur dalam hal ini
terdiri dari tata aturan dan sumber daya, tata aturan berbentuk aturan pembayaran iuran oleh
pengurus lokalisasi kepada PSK dan mucikari serta aturan-aturan dalam kehidupan sehari-
hari bersama masyarakat. Sumber daya sendiri adalah lokalisasi prostitusi dan masyarakat
Ambowetan. Relasi sosial terbentuk melalui praktik sosial yang direproduksi melalui
motivasi tak sadar, kesadaran diskursif dan kesadaran praktis, tahap kesadaran praktis
merupakan bentuk dari penerimaan sosial masyarakat dengan lokalisasi prostitusi.
Kata Kunci : Relasi Sosial, Lokalisasi Prostitusi, Penerimaan Sosial
Abstract
The purpose of this study is to describe the social relations of the community with
localization of prostitution so that social acceptance is carried out by the community. Besides
this research also aims to describe the process of the formation of social relations with the
localization of prostitution with Anthony Giddens structuration theory analysis of
structuration theory, which is formed on the duality of agents and structures in social
practice carried out in space and time. This research was conducted in the Ambowetan
village community and localization of Lowa prostitution located in Pemalang, Central Java.
The results of this study indicate that social relations between the community and
localization of prostitution are formed through the production and reproduction of social
practices carried out by the community and involve agents of localization both prostitutes
and pimps. The structure in this case consists of rules and resources, the rules are in the
form of rules for paying fees by the localization office to CSWs and pimps and the rules in
daily life with the community. The resources themselves are prostitution localization and the
Ambowetan community. Social relations are formed through social practices that are
reproduced through unconscious motivation, discursive awareness and practical awareness,
practical awareness stage is a form of social acceptance by prostitution localization.
Keyword : Social Relation, Localization Prostitution, Social Acceptance
PENDAHULUAN Lokalisasi merupakan pembatasan
terhadap suatu tempat tertentu dan khusus
Prostitusi merupakan profesi yang sangat
(daerah atau ruang lingkup), pembatasan
tua usianya, setua umur kehidupan
penyebaran (penyakit), dan penentuan
manusia itu sendiri, dibanyak negara
suatu lokasi. Dewasa ini lokalisasi sangat
pelacuran itu dilarang bahkan dikenakan
dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai
hukuman, juga dianggap sebagai perbuatan
tempat tinggal/ rumah para WTS (wanita
hina oleh segenap anggota masyarakat,
tuna susila), dimana masyarakat pada
akan tetapi sejak adanya manusia yang
umumnya memiliki stigma negatif
pertama hingga dunia akan kiamat nanti
terhadap keberadaan para PSK.4
mata pencaharian pelacuran ini akan tetap
ada, sukar, bahkan hampir-hampir tidak Data Kementrian Sosial
mungkin diberantas dari muka bumi menunjukan bahwa Indonesia merupakan
selama masih ada nafsu seks.1 negara dengan jumlah lokalisasi prostitusi
paling banyak di dunia. Bahkan, total ada
Menurut Witzer Prostitusi adalah
40 ribu pekerja seks komersial menghuni
bagian dari “industri seks” yang jauh lebih
lokalisasi-lokalisasi tersebut. Selain itu
besar pelacuran mengacu pada layanan
yang lebih ironisnya adalah, penelitian
seksual kontak langsung yang dilakukan
negara-negara lain di Indonesia juga
untuk mendapatkan upah. Industri seks
menunjukan bahwa sebanyak 40 ribu PSK
termasuk pijat erotis, tarian erotis, operasi
menghuni lokalisasi prostitusi.5 Banyaknya
seks melalui telepon, pengawalan, layanan
jumlah lokasi prostitusi yang ada di
dominasi, pornografi serta pelacuran.2
Indonesia ini tidak menutup kemungkinan
Menurut Kinsey, bahwa prostitusi bahwa terdapat lokasi-lokasi yang
adalah suatu kejahatan Seksual yang berdekatan dengan lingkungan tempat
paling banyak jumlahnya, dalam tinggal masyarakat. Masyarakat dalam
penyelidikan yang dilakukannya Kinsley ia menyikapi keberadaan lokalisasi protitusi,
mengatakan bahwa di kota-kota besar yang memiliki sikap pro dan kontra. Seperti
mempunyai penduduk jutaan jiwa, rata- halnya masyarakat Surabaya dalam
rata terdapat sejumlah 32.000 orang yang penelitian yang dilakukan oleh Diana
melakukan hubungan seksual dengan Agustianingsih, menunjukan bahwa
pelacur-pelacur dalam jangka waktu masyarakat menolak keberadaan lokalisasi
3
seminggu. prostitusi di lingkungan mereka, karena
nilai-nilai agama dan norma sosial sebagai
pedoman dalam mengatur tata kehidupan norma yang berlaku di masyarakat, namun
masyarakat.6 masyarakat justru mengalami sebuah
penerimaan sosial dan tidak menolak
Berdasarkan penjelasan tersebut
keberadaan lokalisasi prostitusi tersebut di
penelitian ini fokus pada kondisi
lingkungan sekitar masyarakat.
masyarakat yang menerima keberadaan
Kebertahanan lokalisasi prostitusi yang
lokalisasi prostitusi di lingkungan sekitar
cukup lama, perlu dikaji lebih mendalam
masyarakat. Masyarakat Desa Ambowetan
tentang relasi dengan siapa saja yang
merupakan objek dalam penelitian ini.
dilakukan sampai membuat prostitusi
Penelitian ini melihat bahwa masyarakat
tersebut berjalan sangat lama yang
Desa Ambowetan justru menerima
menyebabkan penerimaan sosial yang
kehadiran lokalisasi prostitusi tersebut.
dilakukan oleh masyarakat Desa
Maka dari itu penelitian ini mengacu pada
Ambowetan.
pembahasan mengenai relasi sosial
masyarakat dalam penerimaan sosial Maka dari itu penelitian ini akan
dengan lokalisasi prostitusi. membahas mengenai terbentuknya
lokalisasi prostitusi Lowa yang berada
Relasi yang terbangun tersebut,
didekat Desa Ambowetan, yang kedua
didukung dengan adanya praktik sosial
membahas mengenai relasi sosial
yang terus direproduksi oleh masyarakat.
masyarakat dengan lokalisasi prostitusi
Giddens dalam teori strukturasinya
serta yang ketiga mengenai penerimaan
menjelaskan bahwa struktur itu sebagai
sosial masyarakat dengan lokalisasi
“rules and resources” yakni tata aturan
prostitusi tersebut.
dan sumber daya, yang selalu diproduksi
dan direporuksi, sumber daya (resources) Kerangka Konsep
yang terbentuk dari dan membentuk
1. Relasi Sosial Dalam Teori
7
perulangan praktik sosial”. Praktik sosial Strukturasi
yang dilakukan dan mengalami perulangan Teori strukturasi merupakan teori yang
ini berupa hubungan interaksi masyarakat muncul dari kritik terhadap teori
tergabungan para PSK dan Mucikari dalam teori strukturalisme. Inti dari teori
Konteks Sosial Mayarakat Desa orang, dan yang ketiga adalah buruh tani
Ambowetan Dan Lokalisasi Prostitusi sebanyak 330 orang.
Lowa
1. Deskripsi Lokasi Desa Ambowetan
Desa Ambowetan merupakan desa yang
dengan jummlah total 4.495 orang dengan Ambowetan juga telah berdiri sejak lama
bahkan sampai tahun 2019 ini. Lokalisasi
total kepala keluarga sebanyak 1.300
prostitusi tersebut yaitu lokalisasi Lowa,
kepala keluarga. Jenis pekerjaan lokalisasi ini hampir tidak jauh berbeda
Akhirnya kaveling-kaveling
tersebut semakin meluas, kedatangan pak
Penjol yang merupakan seorang mucikari
dari kota Semarang yang awalnya
membawa satu sampai dua orang
perempuan, sampai akhirnya banyak pula
mucikari lain yang datang dan bisnis Sumber : Dokumentasi Penulis, 2019
tersebut.
Proses pengrekrutan PSK yang ada
2. Gambaran Umum Lokalisasi
di lokalisasi prostitusi Lowa ini melalui
Prostitusi Lowa
pengurus yaitu salah satunya adalah bapak
Lokalisasi prostitusi Lowa ini berada di
AD yang merupakan warga desa Lowa,
Desa Lowa Kecamatan Comal Kabupaten
jika ada perempuan baru yang akan
Pemalang. Lokalisasi prostitusi Lowa ini
bergabung, prosesnya melalui mucikari
memiliki rumah-rumah yang memiliki
ditempat tersebut, mucikari akan melapor
warung didalamnya dan juga tempat
pada pengurus bahwa terdapat penghuni
karaoke dengan jumlah kurang lebih 21
baru atau karyawan baru yang masuk,
rumah. Lokalisasi prostitusi Lowa ini
yang kemudian akan didata oleh pengurus
memiliki sebutan tersendiri bagi para
tersebut.
PSKnya yaitu sering disebut dengan PL
(pemandu lagu). Setiap rumah-rumah
tersebut juga terdapat kamar-kamar yang
Proses terbentuknya relasi sosial
tersebut melalui aktivitas sehari-hari yang
Relasi Sosial Masyarakat Dengan dilakukan masyarakat dan aktivitas
Lokalisasi Prostitusi Lowa tersebut berhubungan atau
Aktor-aktor yang berperan dalam relasi mengikutsertakan beberapa aktor dalam
sosial. Pertama, pengurus lokalisasi lokalisasi tersebut. proses terbentuknya
berperan dalam pendataan PSK, relasi sosial berawal dari praktik sosial
berhubungan dengan aparat keamanan, yang terjalin melalui aktivitas ekonomi
serta mengkoordinir uang iuran keamanan. masyarakat, aktivitas ekonomi yang
Kedua, PSK dan Mucikari berperan dalam dimaksud merupakan aktivitas ekonomi
menjalin relasi dengan masyarakat, yang melibatkan masyarakat dan juga
memberikan uang iuran pada pengurus. aktor-aktor dalam lokalisasi prostitusi. Hal
Ketiga, masyarakat Desa Ambowetan ini aktivitas ekonomi yang dimaksud
erperan dalam menerima kehadiran PSK seperti aktivitas perdagangan yang
maupun mucikari dalam kegiatan masyarakat lakukan, seperti memiliki
masyarakat, seperti ibadah, arisan, warung makan, berjualan keliling
dasawisma, serta aktivitas perekonomian disekitaran komplek lokalisasi, pembukaan
dan berbagai kegiatan lain. 4) Aparat lahan parkiran bagi pengunjung lokalisasi
pemerintah berperan dalam langgengnya oleh beberapa masyarakat, serta dibuatnya
lokalisasi prostitusi karena belum tetapnya kamar kost-kostan yang dihuni oleh para
peraturan daerah yang melarang berdirinya PSK, yang dibuat oleh beberapa anggota
tempat lokalisasi prostitusi. masyarakat Desa Ambowetan.
Proses terbentuknya relasi sosial Terbukanya peluang untuk akses
masyarakat desa ambowetan dengan ekonomi bagi masyarakat melalui adanya
lokalisasi prostitusi lowa. Relasi sosial lokalisasi tersebut menciptakan sebuah
dapat terbentuk, diawali oleh sebuah relasi sosial yang ada, contohnya bapak
interaksi yang dilakukan oleh masyarakat KR, ia salah satu masyarakat Desa
dari interaksi tersebut terbentuklah sebuah Ambowetan yang menjadikan rumahnya
hubungan sosial diantara keduanya, sebagai lahan parkir bagi pengunjung
hubungan sosial tersebut terus terjalin lokalisasi, ia telah merintis usaha parkir
dengan baik dan terjadi secara terus tersebut sejak tahun 2014. seperti
menerus hal tersebutlah yang dapat keterangan yang bapak KR utarakan
membentuk sebuah relasi yang terjalin berikut.
diantaranya keduanya.
“iya biasanya dari ini mba kan mereka
suka beli disini jajan juga ya ngobrol aja
biasa, ya saya juga sering kadang sama Praktik Sosial Masyarakat Desa
yang kenal deket aja ngobrol-ngobrol Ambowetan dengan Lokalisasi
kadang sama pengurusnya juga mas Prostitusi Lowa
AD.”24
Strukturasi memandang pentingnya praktik
Selain melalui aktivitas ekonomi,
sosial baik dalam aksi maupun struktur
proses relasi yang terbentuk antar
kehidupan masyarakat, praktik sosial
masyarakat Ambowetan dengan lokalisasi
merupakan tindakan yang dilakukan oleh
prostitusi ini, terjadi karena keberadaan
agen, teori strukturasi menunjukkan bahwa
lokalisasi yang ada sejak lama, yaitu sudah
agensi adalah elemen mendasar untuk
ada sejak tahun 1976 yang menyebabkan
menciptakan segala macam perubahan.26
masyarakat tidak dapat berbuat banyak
untuk membubarkan tempat tersebut, Berdasarkan hal tersebut sebuah
karena keberadaanya yang sudah lama, praktik sosial telah dilakukan dalam
bahkan saat masyarakat masih kecil, aktivitas kehidupan masyarakat Desa
maupun ketika masyarakat desa Ambowetan dengan lokalisasi prostitusi.
Ambowetan belum bertempat tinggal di Praktik sosial tersebut berupa aktivitas-
lingkungan tersebut, lokalisasi prostitusi aktivitas seperti aktivitas ekonomi, seperti
tersebut telah ada dan aktif beroperasi. penyediaan lahan parkir oleh masyarakat,
Relasi sosial juga terbentuk karena masyarakat yang menjual makanan dan
praktik sosial yang terjadi dalam aktivitas minuman, masyarakat yang membangun
kegiatan masyarakat . Kegiatan dasawisma rumah kost bagi PSK serta aktivitas
“Ya saya selalu ngikutin kegiatan apabila terdapat masyarakat yang sakit.
masyarakat Desa Ambowetan, kadang
ada jenguk yang sakit saya ikut, iuran- Selain itu praktik sosial juga terjadi
iuran apa lomba Agustusan juga saya
ikutan iuran.”25 apabila menjalankan kegiatan seperti
perayaan hari-hari besar nasional, seperti suatu hal yang tidak dapat terpisah dari
peringatan kemerdekaan Indonesia atau sumber daya tata aturan ini merupakan
peringatan maulid nabi, dan beberapa salah satu kelengkapan dalam bentuk
kegaitan lainnya, untuk menjalankan gugus pembentukan struktur yaitu pada
kegiatan tersebut maka terkadang mucikari gugus dominasi.28 Tata aturan dalam hal
maupun PSK turut serta dalam ini terlihat pada segala tata aturan yang
memberikan bantuan dana dalam tidak tertulis dan dilakukan dalam
terlaksananya kegiatan tersebut. Seperti kehidupan sehari–hari masyarakat.
halnya peringatan kemerdekaan Republik
Praktik sosil yang direproduksi
Indonesia pasti mengadakan perlombaan,
tersebut mempunyai tata aturan
dari kegiatan perlombaan tersebut maka
didalamnya, Maka dari itu tata aturan yang
dibutuhkan beberapa dana sehingga
ada dan telah di praktikan dalam aktivitas
terkadang baik mucikari maupun PSK ikut
sehari-hari yaitu memiliki bentuk seperti
serta dalam membantu terselengaranya
adanya aturan pembayaran iuran oleh
kegiatan tersebut.
pengurus lokalisasi, pembayaran iuran
Giddens mendefinisikan struktur tersebut ditujukan kepada PSK dan
itu sebagai “rules and resources” yakni mucikari setiap minggunya.
tata aturan dan sumber daya, yang selalu
Tata aturan lain yaitu tata aturan
diproduksi dan direporuksi, sumber daya
yang tidak tertulis yang dilakukan oleh
(resources) yang terbentuk dari dan
masyarakat dan bersama dengan PSK
membentuk perulangan praktik sosial”.27
maupun mucikari, tata aturan tersebut
Beberapa praktik sosial yang telah
terdapat pada praktik sosial melalui
dijelaskan sebelumnya telah diproduksi
kegiatan masyakat Desa Ambowetan yaitu
dan reproduksi dalam kehidupan
kegiatan dasawisma.
masyarakat, sehingga hal tersebut dapat
membentuk sebuah relasi sosial serta Kegiatan tersebut dalam
terdapat praktik sosial yang dilakukan oleh tidak tertulis seperti kegiatan dasawisma
30
B Harry Priyono, 2002, Anthony Giddens Suatu Pengantar, Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), hlm 24-
25
31
Mukunda Lamsal, 2012, The Structuration Approach of Anthony Giddens, Himalayan Journal of Sociology &
Antropology-Vol. V, hlm.114.
32
B Harry Priyono., Loc Cit.
33
Mukunda Lamsal., Op. Cit, hlm.115
34
B Harry Priyono, Loc.Cit
35
Antony Giddens, Op.Cit,hlm. 12
36
Anthony Giddens. Loc. Cit
37
George Ritzer, dan Douglas J. Goodman. Loc. Cit
38
Anthony Giddens dan Jonathan H. Turner, 2008, Social Theory Today, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm.484.
39
Ibid.
40
Ibid., hlm 486
41
Septalia Meta dan Suryanto, 2012, Pengaruh Keterbukaan Diri terhadap Penerimaan Sosial pada Anggota Komunitas
Backpacker Indonesia Regional Surabaya dengan Kepercayaan terhadap Dunia Maya sebagai Intervening Variabel.
Jurnal Psiklogi Kepribadian dan Sosial Vol.1 No.2. Hlm.3.
Daftar Pustaka
Peled, L. L. 2011. The Attitudes Toward Prostitutes And Prostitution Scale : A New Tool For
Measuring Public Attitudes Towars Prostitutes and Prostitution. Journal Research on Social
Work Practice Vol 21.
Thompson, John dkk. 2003. Social Theory Of Modern Societies Anthony Giddens And His Critics,
Cambridge University Press.
Fermansyah, A. 2013. Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Anak Yang Bertindak
Sebagai Mucikari Prostitusi Online. Tesis Universitas Muhammadiyah Malang.
Sutrisno. 2003. Dampak Penutupan Lokalisasi/ Resosialisasi WTS Kramat Tunggak Terhadap
Masyarakat Kelurahan Tugu Utara. Tesis : Universitas Indonesia.
Mediani. 2018. CNN Indonesia. 40 Ribu PSK Menghuni Lokalisasi Di Indonesia,dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180419112100-20-291933/kemensos-40-ribu-
psk-menghuni-lokalisasi-indonesia tanggal 17 Mei 2019 pukul 23.00
Sibuea Haris, 2015, Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan Strategis dari
(http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VII-10-II-P3DI-Mei-2015-
46.pdf) , tanggal 13 Agustus 2019 pukul 14.00
Kemensos RI. 2017. Kemensos Berhasil Menutup 118 Lokalisasi Prostitusi dan Memulangkan
20.000 PSK Kembali Kekeluarganya, dari https://www.kemsos.go.id/ tanggal 17 Mei 2019
pukul 23.00.
Agung. Tirto Id. 168 Daerah di Indonesia Memiliki Prostitusi, dari https://tirto.id/168-daerah-di-
indonesia-miliki-lokalisasi-prostitusi-ux, tanggal 17 Mei 2019 pukul 23.00 WIB