Anda di halaman 1dari 21

RELASI SOSIAL MASYARAKAT DALAM PENERIMAAN

SOSIAL LOKALISASI PROSTITUSI


Vivi Maulia Rahma, Program Studi Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Jakarta, DKI
Jakarta, Indonesia
Vivimaulia6@gmail.com
Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan relasi sosial masyarakat dengan
lokalisasi prostitusi sehingga terjadi penerimaan sosial yang dilakukan oleh masyarakat.
Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan proses terbentuknya relasi
sosial masyarakat dengan lokalisasi prostitusi dengan analisis teori strukturasi Anthony
Giddens yaitu teori strukturasi, yang terbentuk atas dualitas agen dan struktur dalam praktik
sosial yang dilakukan dalam ruang dan waktu. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Desa
Ambowetan dan lokalisasi prostitusi Lowa yang berada di Pemalang, Jawa Tengah. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa relasi sosial masyarakat dengan lokalisasi prostitusi
terbentuk melalui produksi dan reproduksi praktik sosial yang dilakukan oleh masyarakat
serta melibatkan agen dari lokalisasi baik PSK maupun mucikari. Struktur dalam hal ini
terdiri dari tata aturan dan sumber daya, tata aturan berbentuk aturan pembayaran iuran oleh
pengurus lokalisasi kepada PSK dan mucikari serta aturan-aturan dalam kehidupan sehari-
hari bersama masyarakat. Sumber daya sendiri adalah lokalisasi prostitusi dan masyarakat
Ambowetan. Relasi sosial terbentuk melalui praktik sosial yang direproduksi melalui
motivasi tak sadar, kesadaran diskursif dan kesadaran praktis, tahap kesadaran praktis
merupakan bentuk dari penerimaan sosial masyarakat dengan lokalisasi prostitusi.
Kata Kunci : Relasi Sosial, Lokalisasi Prostitusi, Penerimaan Sosial
Abstract
The purpose of this study is to describe the social relations of the community with
localization of prostitution so that social acceptance is carried out by the community. Besides
this research also aims to describe the process of the formation of social relations with the
localization of prostitution with Anthony Giddens structuration theory analysis of
structuration theory, which is formed on the duality of agents and structures in social
practice carried out in space and time. This research was conducted in the Ambowetan
village community and localization of Lowa prostitution located in Pemalang, Central Java.
The results of this study indicate that social relations between the community and
localization of prostitution are formed through the production and reproduction of social
practices carried out by the community and involve agents of localization both prostitutes
and pimps. The structure in this case consists of rules and resources, the rules are in the
form of rules for paying fees by the localization office to CSWs and pimps and the rules in
daily life with the community. The resources themselves are prostitution localization and the
Ambowetan community. Social relations are formed through social practices that are
reproduced through unconscious motivation, discursive awareness and practical awareness,
practical awareness stage is a form of social acceptance by prostitution localization.
Keyword : Social Relation, Localization Prostitution, Social Acceptance
PENDAHULUAN Lokalisasi merupakan pembatasan
terhadap suatu tempat tertentu dan khusus
Prostitusi merupakan profesi yang sangat
(daerah atau ruang lingkup), pembatasan
tua usianya, setua umur kehidupan
penyebaran (penyakit), dan penentuan
manusia itu sendiri, dibanyak negara
suatu lokasi. Dewasa ini lokalisasi sangat
pelacuran itu dilarang bahkan dikenakan
dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai
hukuman, juga dianggap sebagai perbuatan
tempat tinggal/ rumah para WTS (wanita
hina oleh segenap anggota masyarakat,
tuna susila), dimana masyarakat pada
akan tetapi sejak adanya manusia yang
umumnya memiliki stigma negatif
pertama hingga dunia akan kiamat nanti
terhadap keberadaan para PSK.4
mata pencaharian pelacuran ini akan tetap
ada, sukar, bahkan hampir-hampir tidak Data Kementrian Sosial
mungkin diberantas dari muka bumi menunjukan bahwa Indonesia merupakan
selama masih ada nafsu seks.1 negara dengan jumlah lokalisasi prostitusi
paling banyak di dunia. Bahkan, total ada
Menurut Witzer Prostitusi adalah
40 ribu pekerja seks komersial menghuni
bagian dari “industri seks” yang jauh lebih
lokalisasi-lokalisasi tersebut. Selain itu
besar pelacuran mengacu pada layanan
yang lebih ironisnya adalah, penelitian
seksual kontak langsung yang dilakukan
negara-negara lain di Indonesia juga
untuk mendapatkan upah. Industri seks
menunjukan bahwa sebanyak 40 ribu PSK
termasuk pijat erotis, tarian erotis, operasi
menghuni lokalisasi prostitusi.5 Banyaknya
seks melalui telepon, pengawalan, layanan
jumlah lokasi prostitusi yang ada di
dominasi, pornografi serta pelacuran.2
Indonesia ini tidak menutup kemungkinan
Menurut Kinsey, bahwa prostitusi bahwa terdapat lokasi-lokasi yang
adalah suatu kejahatan Seksual yang berdekatan dengan lingkungan tempat
paling banyak jumlahnya, dalam tinggal masyarakat. Masyarakat dalam
penyelidikan yang dilakukannya Kinsley ia menyikapi keberadaan lokalisasi protitusi,
mengatakan bahwa di kota-kota besar yang memiliki sikap pro dan kontra. Seperti
mempunyai penduduk jutaan jiwa, rata- halnya masyarakat Surabaya dalam
rata terdapat sejumlah 32.000 orang yang penelitian yang dilakukan oleh Diana
melakukan hubungan seksual dengan Agustianingsih, menunjukan bahwa
pelacur-pelacur dalam jangka waktu masyarakat menolak keberadaan lokalisasi
3
seminggu. prostitusi di lingkungan mereka, karena
nilai-nilai agama dan norma sosial sebagai
pedoman dalam mengatur tata kehidupan norma yang berlaku di masyarakat, namun
masyarakat.6 masyarakat justru mengalami sebuah
penerimaan sosial dan tidak menolak
Berdasarkan penjelasan tersebut
keberadaan lokalisasi prostitusi tersebut di
penelitian ini fokus pada kondisi
lingkungan sekitar masyarakat.
masyarakat yang menerima keberadaan
Kebertahanan lokalisasi prostitusi yang
lokalisasi prostitusi di lingkungan sekitar
cukup lama, perlu dikaji lebih mendalam
masyarakat. Masyarakat Desa Ambowetan
tentang relasi dengan siapa saja yang
merupakan objek dalam penelitian ini.
dilakukan sampai membuat prostitusi
Penelitian ini melihat bahwa masyarakat
tersebut berjalan sangat lama yang
Desa Ambowetan justru menerima
menyebabkan penerimaan sosial yang
kehadiran lokalisasi prostitusi tersebut.
dilakukan oleh masyarakat Desa
Maka dari itu penelitian ini mengacu pada
Ambowetan.
pembahasan mengenai relasi sosial
masyarakat dalam penerimaan sosial Maka dari itu penelitian ini akan
dengan lokalisasi prostitusi. membahas mengenai terbentuknya
lokalisasi prostitusi Lowa yang berada
Relasi yang terbangun tersebut,
didekat Desa Ambowetan, yang kedua
didukung dengan adanya praktik sosial
membahas mengenai relasi sosial
yang terus direproduksi oleh masyarakat.
masyarakat dengan lokalisasi prostitusi
Giddens dalam teori strukturasinya
serta yang ketiga mengenai penerimaan
menjelaskan bahwa struktur itu sebagai
sosial masyarakat dengan lokalisasi
“rules and resources” yakni tata aturan
prostitusi tersebut.
dan sumber daya, yang selalu diproduksi
dan direporuksi, sumber daya (resources) Kerangka Konsep
yang terbentuk dari dan membentuk
1. Relasi Sosial Dalam Teori
7
perulangan praktik sosial”. Praktik sosial Strukturasi
yang dilakukan dan mengalami perulangan Teori strukturasi merupakan teori yang

ini berupa hubungan interaksi masyarakat muncul dari kritik terhadap teori

dengan lokalisasi prostitusi, seperti halnya fungsionalisme dan evolusianisme dalam

tergabungan para PSK dan Mucikari dalam teori strukturalisme. Inti dari teori

mengikuti kegiatan masyarakat. strukturasi terletak pada tiga hal yaitu


struktur, agen dan dualitas struktur,
Masyarakat Desa Ambowetan
struktur di definisikan sebagai hal-hal yang
mempercayai dan menjalankan nilai dan
menstrukturkan (aturan dan sumber daya)
hal-hal yang memungkinkan adanya diskursif. Motivasi tak sadar dijelaskan
praktik sosial yang dapat dipahami hal ini mengenai keinginan atau kebutuhan
kemiripannya di ruangan dan waktu yang yang berpotensi mengarahkan tindakan,
memberi mereka bentuk sistemis.8 tapi bukan tindakan itu sendiri. Kesadaran
Strukturasi memandang pentingnya praktik diskursif mengacu pada kapasitas kita
sosial baik dalam aksi maupun struktur mereflesikan dan memberikan penjelasan
kehidupan masyarakat, praktik sosial bisa rinci serta eksplisit atau tindakan kita.
dipahami sebagai prosedur, metode atau Ketiga adalah kesadaran praktis menunjuk
teknik yang terlatih dilakukan dengan tepat pada gugus pengetahuan praktis yang tidak
oleh agen sosial.9 Giddens menjelaskan selalu bisa diurai, dalam gugus
bahwa struktur dan agensi tidak dapat pengetahuan praktis ini seorang agen tau
dipisahkan bahwa mereka adalah bagaimana melangsungkan kehidupan
terhubung satu sama lain dalam apa yang sehari-hari tanpa harus mempertanyakan
disebut Giddens sebagai dualitas dari terus-menerus apa yang terjadi atau yang
struktur. Giddens membuktikan bahwa mesti dilakukan.12 Kesadaran praktis ini
keberadaan dualitas ini antara struktur dan kunci utama untuk memahami proses
agensi menentukan apa yang sebenarnya bagaimana berbagai memahami tindakan
menyebabkan atau memperkuat dan praktik sosial yang lambat laun
keberadaannya.10 menjadi struktur dan bagaimana struktur
itu mengekang serta menggerakan
Giddens melihat tiga gugus besar
tindakan/praktik sosial agen.
sturktur, yang pertama struktur penandaan
atau signifikasi yang menyangkut skemata Struktur terdiri atas tata aturan dan
simbolik, pemaknaan, penyebutan dan sumber daya, sumber daya merupakan
wacana. Kedua struktur penguasaan atau fasilitas atau basis kekuatan, sumber daya
dominasi yang mencakup skemata yang dibagi menjadi dua yaitu sumber daya
mencakup penguasaan atas orang (politik) otoritatif dan sumber daya alokatif.
dan barang/hal (ekonomi). Ketiga struktur Sumber daya otoritatif merupakan
pembenaran atau legitimasi yang kemampuan yang menunjukan perintah
menyangkut skemata peraturan normatif kepada manusia, sumber daya alokatif
yang terungkat dalam tata hukum.11 merupakan kemampuan yang
memunculkan perintah pada objek-objek
Giddens juga membedakan tiga
material.13
dimensi internal pelaku yaitu motivasi tak
sadar, kesadaran praktis, dan kesadaran 2. Lokalisasi Prostitusi
Menurut Witzer Prostitusi adalah bagian dalam jurnalnya juga mendefiniskan
dari “industri seks” yang jauh lebih besar lokalisasi merupakan pembatasan terhadap
pelacuran mengacu pada layanan seksual suatu tempat tertentu dan khusus (daerah
kontak langsung yang dilakukan untuk atau ruang lingkup), pembatasan
mendapatkan upah. Industri seks termasuk penyebaran (penyakit), dan penentuan
pijat erotis, tarian erotis, operasi seks suatu lokasi.17 Kartini Kartono dalam
melalui telepon, pengawalan, layanan bukunya memaparkan dalam pembagian
dominasi, pornografi serta pelacuran.14 golongan tempat prostitusi, lokalisasi
dikatakan sebagai tempat yang terpisah
Prostitusi atau pelacuran
dari penduduk dan terpetak-petak serta
merupakan masalah sensitif karena
tertutup.18
berkaitan dengan perilaku atau gaya hidup
yang tidak konvensional yang dianggap Berdasarkan penjelasan diatas
oleh beberapa orang sebagai tidak normal, lokalisasi prostitusi merupakan sebuah
berdosa, atau jahat, berasal dari tempat dimana terjadinya perbuatan tindak
masyarakat, di satu sisi, pelacuran asusila yang melanggar norma-norma yang
merupakan alternatif seksual untuk ada dalam masyarakat, yang dilakukan
menikah, keberadaannya merupakan secara sistematis dan terstrtuktur, tindakan
penolakan simbolis dari norma pernikahan asusila tersebut berupa prostitusi dimana
yang berlaku antara satu pria dan satu ada seorang perempuan yang menjual jasa
wanita. Sisi lain menjelaskan, meski sudah seksualnya kepada laki-laki.
ribuan tahun legal penindasan, pelacuran
3. Penerimaan Sosial
sebagai bagian dari industri seks yang
lebih besar masih ada dan bahkan memiliki Penerimaan sosial adalah kemampuan

kecenderungan untuk berkembang di untuk berhubungan dengan orang lain,

beberapa daerah.15 tanpa menilai dan tanpa mengendalikan.


Menerima adalah sikap yang dapat melihat
Lokalisasi prostitusi bukan lah lagi
orang lain sebagai individu, sebagai
hal yang asing dikenal dalam kehidupan
manusia yang patut dihargai. Menerima
masyarakat. Lokalisasi sendiri menurut
berarti lebih menekankan dan memandang
Siregar merupakan lingkungan masyarakat
orang sebagai individu (person) bukan
yang didalamnya seringkali terjadi
sebagai objek. Gambaran tentang manusia
pelanggaran terhadap norma sosial yang
yang merasa diterima adalah jika
dianut masyarakat, dan yang selama ini
seseorang merasa diperhatikan, didukung
diajarkan dalam keluarga.16 Astry Sandra
secara emosional, dan merasakan studi kasus. Menurut Stake peneliti harus
hubungan yang erat dengan orang lain.19 menelusuri secara mendalam seperti
sebuah program, kejadian, aktivitas,
Menurut Hurlock dalam Ellen
proses, atau satu atau lebih individu,
Prima, penerimaan sosial adalah
kasus-kasus tersebut juga dibatasi oleh
bagaimana seseorang dipahami secara
waktu dan aktivitas dan peneliti
positif dalam suatu hubungan yang dekat
menumpulkan informasi detail
dan hangat secara emosional di dalam
menggunakan prosedur pengumpulan
suatu kelompok.20
data.23
Sedangkan menurut Leary
Peneliti menetapkan satu orang dari
penerimaan sosial berarti adanya sinyal
masyarakat Desa Ambowetan sebagai
dari orang pada anggota lain yang ingin
informan kunci yaitu sebagai warga Desa
menyertakan seseorang untuk tergabung
Ambowetan yang berjualan di wilayah
dalam suatu relasi atau kelompok sosial.
lokalisasi prostitusi, dan juga sebagai
Leary juga menyatakan bahwa peneriman
informan yang mengetahui sejarah
sosial terjadi pada kontinum yang berkisar
berdirinya lokalisasi prostitusi tesebut.
dari kepercayaan pada kehadiran orang
Kemudian dua tokoh masyarakat kepala
lain hingga secara menginginkan
desa dan sekretaris Desa, serta tujuh orang
seseorang untuk menjadi partner dalam
masyarakat Desa Ambowetan, PSK dua
suatu hubungan. Hubungan interpersonal
orang, mucikari dua orang dan juga satu
ditandai oleh penerimaan sosial yang
orang pengurus lokalisasi prostitusi.
dilihat sebagai aspek yang fundamental
bagi keberlangsungan hidup manusia.21 Penelitian ini dilakukan di Desa
Ambowetan Kecamatan Ulujami
Metodologi Penelitian
Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Metode yang peneliti gunakan yaitu Teknik pengumpulan data yang digunakan
metode penelitian kualitatif, dengan adalah dengan observasi, wawancara
pendekatan studi kasus. Metode penelitian mendalam, dan studi pustaka. Peneliti
kualitatif merupakan metode-metode untuk langsung mendatangi informan ke
mengeksplorasi dan memahami makna rumahnya masing-masing dan mendatangi
yang oleh sejumlah individu atau langsung tempat lokalisasi prostitusi
sekelompok orang dianggap berasal dari tersebut.
22
masalah sosial atau kemanusian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
harian lepas dengan jumlah sebanyak 437

Konteks Sosial Mayarakat Desa orang, dan yang ketiga adalah buruh tani
Ambowetan Dan Lokalisasi Prostitusi sebanyak 330 orang.
Lowa
1. Deskripsi Lokasi Desa Ambowetan
Desa Ambowetan merupakan desa yang

berada di Kabupaten Pemalang, Jawa

tengah yang bertempat di Kecamatan

Ulujami. Letak Desa Ambowetan

berdekatan dengan jalan raya pantura Jawa


Gambar 1. Peta Geografis Desa Ambowetan
Tengah. Desa Ambowetan memiliki luas
Sumber : Dokumentasi Penulis, 2019
100,0900 Ha, sebanyak 38,5550 Ha
2. Sejarah Kemunculan Lokalisasi
digunakan untuk persawahan, untuk Prostitusi Lowa

pemukiman sebanyak 25,6006 Ha sisa Berawal dari adanya praktik-praktik


prostitusi yang dijalankan oleh
lahan lain digunakan untuk fasilitas umum,
masyarakat, kemudian dibentuk sebuah
pekarangan warga, serta tanah kas desa. lokalisasi yang mewadahi praktik

Jumlah penduduk Desa prostitusi tersebut. Selain lokalisasi


prostitusi yang berdiri di Desa
Ambowetan terdiri dari laki-laki sebanyak
Ambowetan, lokalisasi prostitusi lain yang
2.317, perempuan sebanyak 2.178 orang, lokasinya berdekatan dengan Desa

dengan jummlah total 4.495 orang dengan Ambowetan juga telah berdiri sejak lama
bahkan sampai tahun 2019 ini. Lokalisasi
total kepala keluarga sebanyak 1.300
prostitusi tersebut yaitu lokalisasi Lowa,
kepala keluarga. Jenis pekerjaan lokalisasi ini hampir tidak jauh berbeda

masyarakat Desa Ambowetan mayoritas dengan lokalisasi yang ada di Desa


Ambowetan, awal kemunculannya praktik
sebagai karyawan perusahaan swasta
lokalisasi prostitusi tersebut dari rumah-
dengan jumlah sebanyak 682 orang, rumah warga dan terletak di beberapa desa

pekerjaan kedua yaitu sebagai buruh di Kecamatan Comal.


Adanya warga yang memiliki bisa disewakan untuk para konsumen,
bisnis tersebut di beberapa Desa yang dihargai dengan harga Rp.50.000
Kecamatan Comal, akhirnya pemerintah dalam sekali melakukan atau melayani
juga memberikan tempat yaitu di Desa hubungan seksual, sekitar satu jam
Lowa sebagai tempat lokalisasi prostitusi. penggunaan kamar. Tarif yang harus
Lokalisasi Lowa ini berdiri sejak tahun dibayarkan oleh konsumen untuk
1977 dan tanah yang digunakan untuk mendapatkan pelayanan seks dari PSK
praktik protitusi tersebut merupakan bekas tersebut sejumlah Rp.200.000 dalam sekali
pemakaman etnis Cina. Tanah kosong hubungan seksual. Jam operasional tempat
tersebut kemudian di urus oleh pak lokalisasi prostitusi Lowa ini dimulai pada
Kaspuri dan pak Marsinggih, tanah pukul 15.00-24.00 WIB.
tersebut diurus sampai akhirnya tanah Gambar 2. Suasana Pagi dan Malam Hari
tersebut dibuat menjadi kaveling-keveling Lokalisasi prostusi Lowa

Akhirnya kaveling-kaveling
tersebut semakin meluas, kedatangan pak
Penjol yang merupakan seorang mucikari
dari kota Semarang yang awalnya
membawa satu sampai dua orang
perempuan, sampai akhirnya banyak pula
mucikari lain yang datang dan bisnis Sumber : Dokumentasi Penulis, 2019

tersebut.
Proses pengrekrutan PSK yang ada
2. Gambaran Umum Lokalisasi
di lokalisasi prostitusi Lowa ini melalui
Prostitusi Lowa
pengurus yaitu salah satunya adalah bapak
Lokalisasi prostitusi Lowa ini berada di
AD yang merupakan warga desa Lowa,
Desa Lowa Kecamatan Comal Kabupaten
jika ada perempuan baru yang akan
Pemalang. Lokalisasi prostitusi Lowa ini
bergabung, prosesnya melalui mucikari
memiliki rumah-rumah yang memiliki
ditempat tersebut, mucikari akan melapor
warung didalamnya dan juga tempat
pada pengurus bahwa terdapat penghuni
karaoke dengan jumlah kurang lebih 21
baru atau karyawan baru yang masuk,
rumah. Lokalisasi prostitusi Lowa ini
yang kemudian akan didata oleh pengurus
memiliki sebutan tersendiri bagi para
tersebut.
PSKnya yaitu sering disebut dengan PL
(pemandu lagu). Setiap rumah-rumah
tersebut juga terdapat kamar-kamar yang
Proses terbentuknya relasi sosial
tersebut melalui aktivitas sehari-hari yang
Relasi Sosial Masyarakat Dengan dilakukan masyarakat dan aktivitas
Lokalisasi Prostitusi Lowa tersebut berhubungan atau
Aktor-aktor yang berperan dalam relasi mengikutsertakan beberapa aktor dalam
sosial. Pertama, pengurus lokalisasi lokalisasi tersebut. proses terbentuknya
berperan dalam pendataan PSK, relasi sosial berawal dari praktik sosial
berhubungan dengan aparat keamanan, yang terjalin melalui aktivitas ekonomi
serta mengkoordinir uang iuran keamanan. masyarakat, aktivitas ekonomi yang
Kedua, PSK dan Mucikari berperan dalam dimaksud merupakan aktivitas ekonomi
menjalin relasi dengan masyarakat, yang melibatkan masyarakat dan juga
memberikan uang iuran pada pengurus. aktor-aktor dalam lokalisasi prostitusi. Hal
Ketiga, masyarakat Desa Ambowetan ini aktivitas ekonomi yang dimaksud
erperan dalam menerima kehadiran PSK seperti aktivitas perdagangan yang
maupun mucikari dalam kegiatan masyarakat lakukan, seperti memiliki
masyarakat, seperti ibadah, arisan, warung makan, berjualan keliling
dasawisma, serta aktivitas perekonomian disekitaran komplek lokalisasi, pembukaan
dan berbagai kegiatan lain. 4) Aparat lahan parkiran bagi pengunjung lokalisasi
pemerintah berperan dalam langgengnya oleh beberapa masyarakat, serta dibuatnya
lokalisasi prostitusi karena belum tetapnya kamar kost-kostan yang dihuni oleh para
peraturan daerah yang melarang berdirinya PSK, yang dibuat oleh beberapa anggota
tempat lokalisasi prostitusi. masyarakat Desa Ambowetan.
Proses terbentuknya relasi sosial Terbukanya peluang untuk akses
masyarakat desa ambowetan dengan ekonomi bagi masyarakat melalui adanya
lokalisasi prostitusi lowa. Relasi sosial lokalisasi tersebut menciptakan sebuah
dapat terbentuk, diawali oleh sebuah relasi sosial yang ada, contohnya bapak
interaksi yang dilakukan oleh masyarakat KR, ia salah satu masyarakat Desa
dari interaksi tersebut terbentuklah sebuah Ambowetan yang menjadikan rumahnya
hubungan sosial diantara keduanya, sebagai lahan parkir bagi pengunjung
hubungan sosial tersebut terus terjalin lokalisasi, ia telah merintis usaha parkir
dengan baik dan terjadi secara terus tersebut sejak tahun 2014. seperti
menerus hal tersebutlah yang dapat keterangan yang bapak KR utarakan
membentuk sebuah relasi yang terjalin berikut.
diantaranya keduanya.
“iya biasanya dari ini mba kan mereka
suka beli disini jajan juga ya ngobrol aja
biasa, ya saya juga sering kadang sama Praktik Sosial Masyarakat Desa
yang kenal deket aja ngobrol-ngobrol Ambowetan dengan Lokalisasi
kadang sama pengurusnya juga mas Prostitusi Lowa
AD.”24
Strukturasi memandang pentingnya praktik
Selain melalui aktivitas ekonomi,
sosial baik dalam aksi maupun struktur
proses relasi yang terbentuk antar
kehidupan masyarakat, praktik sosial
masyarakat Ambowetan dengan lokalisasi
merupakan tindakan yang dilakukan oleh
prostitusi ini, terjadi karena keberadaan
agen, teori strukturasi menunjukkan bahwa
lokalisasi yang ada sejak lama, yaitu sudah
agensi adalah elemen mendasar untuk
ada sejak tahun 1976 yang menyebabkan
menciptakan segala macam perubahan.26
masyarakat tidak dapat berbuat banyak
untuk membubarkan tempat tersebut, Berdasarkan hal tersebut sebuah
karena keberadaanya yang sudah lama, praktik sosial telah dilakukan dalam
bahkan saat masyarakat masih kecil, aktivitas kehidupan masyarakat Desa
maupun ketika masyarakat desa Ambowetan dengan lokalisasi prostitusi.
Ambowetan belum bertempat tinggal di Praktik sosial tersebut berupa aktivitas-
lingkungan tersebut, lokalisasi prostitusi aktivitas seperti aktivitas ekonomi, seperti
tersebut telah ada dan aktif beroperasi. penyediaan lahan parkir oleh masyarakat,

Relasi sosial juga terbentuk karena masyarakat yang menjual makanan dan

praktik sosial yang terjadi dalam aktivitas minuman, masyarakat yang membangun

kegiatan masyarakat . Kegiatan dasawisma rumah kost bagi PSK serta aktivitas

tersebut dilaksanakan seminggu sekali, ekonomi lainnya.

kegiatan tersebut berisikan pengajian, Praktik sosial lain juga dilakukan


arisan, dan juga terdapat agenda lain dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang
seperti menjenguk anggota masyarakat diselenggarakan oleh masyarakat Desa
Desa Ambowetan jika ada yang sedang Ambowetan. Kegiatan tersebut seperti
dirawat dirumah sakit. Ibu ST selaku kegiatan dasawisma, dimana kegiatan
mucikari dan merupakan aktor dari dasawisma tersebut memiliki rangkaian
lokalisasi prostitusi yang ikut bergabung kegiatan seperti pengajian, arisan dan juga
dalam kegiatan masyarakat mengatakan menjenguk masyarakat Desa Ambowetan

“Ya saya selalu ngikutin kegiatan apabila terdapat masyarakat yang sakit.
masyarakat Desa Ambowetan, kadang
ada jenguk yang sakit saya ikut, iuran- Selain itu praktik sosial juga terjadi
iuran apa lomba Agustusan juga saya
ikutan iuran.”25 apabila menjalankan kegiatan seperti
perayaan hari-hari besar nasional, seperti suatu hal yang tidak dapat terpisah dari
peringatan kemerdekaan Indonesia atau sumber daya tata aturan ini merupakan
peringatan maulid nabi, dan beberapa salah satu kelengkapan dalam bentuk
kegaitan lainnya, untuk menjalankan gugus pembentukan struktur yaitu pada
kegiatan tersebut maka terkadang mucikari gugus dominasi.28 Tata aturan dalam hal
maupun PSK turut serta dalam ini terlihat pada segala tata aturan yang
memberikan bantuan dana dalam tidak tertulis dan dilakukan dalam
terlaksananya kegiatan tersebut. Seperti kehidupan sehari–hari masyarakat.
halnya peringatan kemerdekaan Republik
Praktik sosil yang direproduksi
Indonesia pasti mengadakan perlombaan,
tersebut mempunyai tata aturan
dari kegiatan perlombaan tersebut maka
didalamnya, Maka dari itu tata aturan yang
dibutuhkan beberapa dana sehingga
ada dan telah di praktikan dalam aktivitas
terkadang baik mucikari maupun PSK ikut
sehari-hari yaitu memiliki bentuk seperti
serta dalam membantu terselengaranya
adanya aturan pembayaran iuran oleh
kegiatan tersebut.
pengurus lokalisasi, pembayaran iuran
Giddens mendefinisikan struktur tersebut ditujukan kepada PSK dan
itu sebagai “rules and resources” yakni mucikari setiap minggunya.
tata aturan dan sumber daya, yang selalu
Tata aturan lain yaitu tata aturan
diproduksi dan direporuksi, sumber daya
yang tidak tertulis yang dilakukan oleh
(resources) yang terbentuk dari dan
masyarakat dan bersama dengan PSK
membentuk perulangan praktik sosial”.27
maupun mucikari, tata aturan tersebut
Beberapa praktik sosial yang telah
terdapat pada praktik sosial melalui
dijelaskan sebelumnya telah diproduksi
kegiatan masyakat Desa Ambowetan yaitu
dan reproduksi dalam kehidupan
kegiatan dasawisma.
masyarakat, sehingga hal tersebut dapat
membentuk sebuah relasi sosial serta Kegiatan tersebut dalam

menciptakan sebuah struktur karena pelaksanaannya terdapat peraturan yang

terdapat praktik sosial yang dilakukan oleh tidak tertulis seperti kegiatan dasawisma

masyarakat dengan lokalisasi prostitusi. dilaksanakan bergantian di rumah-rumah


warga Desa Ambowetan yang saat itu
Bentuk tata aturan dalam praktik
mendapat arisan. Aturan lainnya yaitu
sosial masyarakat ambowetan dengan
kegiatan menjenguk warga masyarakat
lokalisasi prostitusi lowa. Giddens
Desa Ambowetan yang lain apabila
mendefinisikan tata aturan merupakan
terdapat masyarakat yang sakit, tidak praktik sosial antara masyarakat dengan
hanya masyarakat Desa Ambowetan tetapi lokalisasi prostitusi.
dikarenakan PSK dan mucikari ikut serta
Struktur hanya ada di dalam dan
dalam kegiatan tersebut maka jika ada
melalui aktivitas agen, oleh karena itu
keluarga atau PSK dan mucikari itu sendiri
struktur melekat pada tindakan dan praktik
yang sakit maka masyarakat Desa
sosial pelaku. Maka dari itu untuk dapat
Ambowetan akan menjenguknya.
melihat praktik sosial yang terjadi,
Sumber daya dalam praktik sosial tentunya ada dorongan dari dalam agen
yang dilakukan masyarakat dengan untuk melihat peluang yang terbuka.
lokalisasi prostitusi. Giddens Dualitas antara struktur dan agen nantinya
mendefinisikan sumber daya merupakan akan terlihat didalam praktik sosial yang
fasilitas atau basis kekuatan yang terjadi. Terlebih dahulu peneliti akan
kepadanya agen memiliki akses dan yang melihat kajian Giddens yang membahas
dimanipulasi untuk mempengaruhi arah mengenai tiga gugus besar dari struktur itu
interaksi dengan agen lainnya.29 Sumber sendiri, yakni struktur penandaan
daya dapat diposisikan dalam penelitian ini (signifikasi), struktur kekuasaan
yaitu lokalisasi prostitusi itu sendiri dan (dominasi), dan struktur pembenaran
juga lingkungan wilayah Desa (legitimasi).
Ambowetan.
Pertama struktur penandaan atau
Lokalisasi menjadi sumber daya signifikasi, yaitu merupakan struktur
dikarenakan dengan adanya lokalisasi penandaan yang menyangkut skemata
prostitusi terdapat keuntungan yang simbolik, pemaknaan, penyebutan, dan
didapatkan oleh masyarakat dalam hal wacana.30 Signifikasi menghasilkan makna
ekonomi dan juga menjadi perputaran melalui jaringan bahasa yang terorganisir
ekonomi bagi aktor-aktor dalam lokalisasi (kode semantik, skema interpretatif, dan
tersebut. Lingkungan praktik diskursif).31 Signifikasi tersebut
ditandai dengan sadarnya masyarakat Desa
Desa Ambowetan menjadi sumber
Ambowetan bahwa mereka hidup
daya dikarenakan berjalannya aktivitas
berdampingan dengan sebuah lokalisasi
masyarakat yang melibatkan PSK maupun
prostitusi. Masyarakat Desa Ambowetan
mucikari berlangsung di lingkungan Desa
memaknai bahwa mereka hidup
Ambowetan. Sumber daya tersebut
berdampingan dengan lokalisasi prostitusi.
merupakan bagian dari berjalannya sebuah
Pemaknaan masyarakat terlihat pada sikap
masyarakat yang membuka diri dengan kekuasaanya yang ada pada sumber daya,
lingkungan lokalisasi prostitusi. sumber daya tersebut yaitu lokalisasi
prostitusi agen yang memiliki kuasa yaitu
Selain pemaknaan yang dilakukan oleh
pengurus lokalisasi prostitusi, pengurus ini
masyarakat Desa Ambowetan, pemaknaan
mendominasi memiliki kuasa atas PSK
lain juga dilakukan oleh masyarakat luar
dan mucikari, ia meminta iuran setiap hari
dari Desa Ambowetan yang memberikan
untuk membayar keamanan, yang nantinya
simbol kepada masyarakat Desa
akan pengurus berikan kepada aparat
Ambowetan bahwa lokalisasi prostitusi
kemanan setempat baik polisi maupun
tersebut identik dengan milik masyarakat
Satpol PP.
Desa Ambowetan. Namun pada kenyataan
lokalisasi tersebut bukanlah terletak di Selain penguasaan yang dilakukan
Desa Ambowetan, namun di Desa Lowa oleh pengurus lokalisasi prostitusi,
tetapi masyarakat dari desa lain telah penguasaan juga dilakukan oleh
mengenal bahwa tempat tersebut adalah masyarakat Desa Ambowetan itu sendiri,
“komplek ambo”. melalui beberapa masyarakat yang
memiliki ketergantungan ekonomi
Kedua Struktur penguasaan atau
terhadap keberadaan lokalisasi prostitusi
dominasi yaitu, struktur yang merupakan
tersebut.
penguasaan atau dominasi (domination)
yang mencangkup skemata penguasaan Ketiga yaitu, struktur pembenaran
atas orang (politik) dan barang/hal (legitimation) yaitu struktur yang
(ekonomi).32 Dominasi mengacu pada menyangkut skemata peraturan normatif,
skemata asimetri hubungan pada tataran yang terungkap dalam tata hukum.34
struktur, dominasi ada pada tataran langue Legitimasi tidak hanya ada pada peraturan
sedang kekuasaan ada pada tataran parole, tata hukum, namun dalam aturan tradisi,
dalam teori strukturasi, kekuasaan adat istiadat, kebiasaan serta agama
bukanlah gejala yang terkait dengan terdapat unsur legitimasi atau unsur
struktur ataupun sistem, melainkan pada pembenaran.35 Berdasarkan hal tersebut
kapasitas yang melekat pada pelaku, peraturan mengenai pembayaran iuran
dominasi ini identik dengan kekuasaan yang harus dibayarkan oleh PSK dan juga
yang melekat pada sumber daya.33 mucikari kepada pengurus merupakan
bagian dari pembenaran atas
Dominasi ini ditandai dengan
keberlangsungan prakik prostitusi tersebut.
adanya dominasi dari beberapa agen atas
Peraturan lain yaitu aturan yang tidak
tertulis yang terlegitimasi dalam kehidupan Pertama adalah motivasi tak sadar,
masyarakat, salah satunya adalah dalam motivasi tak sadar ini memiliki
pemberian iuran kepada Desa Ambowetan definisi bahwa motivasi tak sadar
oleh PSK maupun mucikari untuk merupakan keinginan atau kebutuhan yang
berpartisipasi dalam kegiatan yang akan berpotensi mengarahkan tindakan, tapi
diselenggarakan oleh masyarakat Desa bukan tindakan itu sendiri.38 Berdasarkan
Ambowetan. Hal tersebut merupakan tata hal tersebut motivasi tak sadar yaitu
aturan tidak tertulis yang telah ditunjukan dengan kondisi masyarakat
terlegitimasi dalam kehidupan masyarakat. desa Ambowetan yang berdekatan
kehidupan sosialnya dengan lokalisasi
Reproduksi Sosial Masyarakat
prostitusi, bahwa motivasi tak sadar
Ambowetan dengan Lokalisasi
tersebut belum mengarahkan pada sebuah
Prostitusi Lowa
tindakan masyarakat.
Reproduksi sosial terjadi karena adanya
Kedua Kesadaran diskursif
motivasi, setiap aktor memiliki motivasi
mengacu pada kapasitas kita mereflesikan
untuk bertindak dan motivasi ini
dan memberikan penjelasan rinci serta
melibatkan keinginan dan hasrat yang
eksplisit atau tindakan kita.39 Hal ini
mengubah tindakan dan motivasi-motivasi
digambarkan dengan keadaan masyarakat
ini melibatkan keinginan dan hasrat yang
Ambowetan yang mulai menyadari bahwa
dilibatkan dalam tindakan.36 Giddens juga
mereka hidup berdekatan dengan lokalisasi
memisahkan ranah kesadaran aktor dimana
prostitusi sehingga interaksi yang terjalin
ada motivasi tak sadar, kesadaran diskursif
dapat mengarahkan pada keuntungan yang
dan kesadaran praktis. Motivasi tak sadar
bisa didapatkan oleh masyarakat.
merupakan keinginan atau kebutuhan yang
berpotensi mengarahkan tindakan, tapi Hubungan sosial yang dilakukan
bukan tindakan itu sendiri, kesadaran oleh masyarakat dengan lokalisasi
diskursif berujung pada kemampuan prostitusi tersebut mulai terjadi karena
menjabarkan tindakan yang dilakukan masyarakat Abowetan tidak lagi hanya
dengan kata-kata, sedangkan kesadaran sekedar berinteraksi tetapi masyarakat
praktis melibatkan tindakan yang diterima mulai meihat dan mempertimbangkan
begitu saja oleh aktor, tanpa mampu bahwa ada peluangan keuntungan dari segi
mengekspresikan apa yang mereka ekonomi yang bisa didapatkan dan
lakukan lewat kata-kata.37 dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
Sehingga interaksi yang terjalin di kesadaran diskursif, serta kesadaran
awal tadi tidak lagi hanya sekedar praktis menggambarkan bahwa
didorong oleh rasa sebagai mahluk sosial penerimaan sosial telah dilakukan oleh
yang menjalankan interaksi, namun masyarakat. Namun reproduksi praktik
motivasi oleh adanya keuntungan yang sosial masyarakat tidak terjadi dengan
bisa didapatkan serta dimanfaatkan oleh mudah dan tidak semua masyarakat di
masyarakat dari keberadaan lokalisasi Desa Ambowetan menerima kehadiran
prostitusi tersebut. lokalisasi prostitusi tersebut. Beberapa
masyarakat memiliki sikap resisten
Ketiga yauitu kesadaran praktis
terhadap keberadaan lokalisasi tersebut.
merujuk pada gugus pengetahuan praktis
yang tidak selalu bisa diurai, dalam gugus Resistensi masyarakat terjadi pada
pengetahuan praktis ini, kita tahu beberapa masyarakat yang tidak
bagaimana melangsungkan hidup sehari- mendapatkan keuntungan apapun dari
hari tanpa harus mempertanyakan terus- lokalisasi prostitusi, seperti halnya
menerus apa yang terjadi atau yang mesti keuntungan ekonomi. Salah satu
dilakukan.40 Kesadaran praktis ini dapat masyarakat yang menolak keberadaan
dilihat pada keadaan masyarakat yang lokalisasi yaitu seperti tokoh agama,
telah terbiasa hidup berdampingan dengan kepala desa Ambowetan, dan beberapa
lokalisasi prostitusi. Masyarakat pada orang masyarakat yang tidak mencari
tahapan ini telah menerima bahwa mereka sumber mata pencaharian ekonomi dari
telah terbiasa dengan keberadaan lokalisasi tempat tersebut.
prostitusi, masyarakat mulai terbiasa
Penerimaan Sosial Masyarakat Desa
melibatkan kegiatan mereka dengan Ambowetan Dengan Lokalisasi
memperbolehkan PSK maupun mucikari Prostitusi Lowa
mengikuti kegiatan masyarakat. beberapa Menurut Leary penerimaan sosial berarti
masyarakat juga terbiasa dengan adanya sinyal dari orang pada anggota
mengantungkan sumber mata lain yang ingin menyertakan seseorang
pencahariannya dari lokalisasi prostitusi untuk tergabung dalam suatu relasi atau
tersebut. kelompok sosial. Leary juga menyatakan
bahwa peneriman sosial terjadi pada
Resistensi Masyarakat dalam
kontinum yang berkisar dari kepercayaan
Proses Reproduksi Sosial Proses
pada kehadiran orang lain hingga
reproduksi praktik sosial yang dilakukan
melalui tiga gugus motivasi tak sadar,
mengingkan seseorang untuk menjadi Pemberian Pendidikan Sebagai Cara
partner dalam suatu hubungan. Untuk Mencegah Dampak Negatif Dari
Lokalisasi Prostitusi Kepada Anak
Hubungan interpersonal ditandai
oleh penerimaan sosial yang dilihat Keberadaan lokalisasi prostitusi Lowa
sebagai aspek yang fundamental bagi yang berdekatan dengan Desa Ambowetan
keberlangsungan hidup manusia.41 juga tentunya memiliki dampak baik
Berdasarkan pengertian dari Leary tersebut positif maupun negatif, yang telah
adanya penerimaan sosial dapat terbentuk dijelaskan pada bab sebelumnya. Dampak
dari adanya pemberian sinyal dan tersebut sejatinya harus diatasi oleh
pemberian kepercayaan pada kehadiran masyarakat, terutama adalah megenai
orang lain. Pemberian sinyal ditandai dampak negatif yang muncul dari relasi
dengan perilaku masyarakat Desa sosial yang telah terbangun antar
Ambowetan yang memberikan sinyal masyarakat Ambowetan dengan lokalisasi
dengan cara memulai dengan membangun prostitusi Lowa. Berikut adalah skema
interaksi dengan aktor dari lokalisasi yang menggambarkan mengenai
prostitusi. Masyarakat memberikan sinyal pemberian pendidikan sebagai sarana yang
dengan sikap masyarakat yang tidak utama dalam mencegah dampak negatif
menutup diri untuk menjalin hubungan pada anak.
sosial dengan PSK maupun mucikari.
Salah satu informan yaitu bapak
Kepercayaan pada kehadiran orang Kepala Desa Ambowetan memberikan
lain tersebut terlihat pula pada sikap penjelasan bahwa tumbuh kembang anak
masyarakat Desa Ambowetan yang pasti menggangu, jadi anak yang harusnya
memberikan kepercayaan pada aktor-aktor mendengar, melihat hal-hal yang baik,
dari lokalisasi prostitusi Lowa, seperti tetapi ternyata melihat yang seperti itu,
PSK maupun mucikari. Masyarakat maka untuk perkembangan jiwa, mental itu
memberikan kepercayaan dalam bentuk tidak baik. Apalagi untuk perkembangan
memberikan izin, mengajak serta remaja itu ya lebih prihatin lagi.
memperbolehkan PSK dan juga mucikari
Penjelasan bapak kepala Desa
untuk aktif mengikuti kegiatan yang
Ambowetan tersebut memperlihatkan
diadakan masyarakat.
bahwa keberadaan lokalisasi prostitusi
yang berdekatan dengan lingkungan
masyarakat, memberikan dampak negatif
pada tumbuh kembang anak. Khusunya dalam hal ini yaitu seperti adanya aturan
remaja dikhawatirkan akan terjerumus dan pembayaran iuran oleh pengurus
menyerap apa yang terjadi di lingkungan lokalisasi, pembayaran iuran tersebut
sekitarnya. ditujukan kepada PSK dan mucikari setiap
minggunya. Terdapat pula tata aturan tidak
Maka dari itu masyarakat
tertulis dalam kegiatan masyarakat yang
Ambowetan menganggulangi dampak
diikuti pula oleh PSK dan mucikari yaitu
negatif prostitusi terhadap anak-anak
dasawisma. Sumber daya dalam hal ini
dengan cara yaitu, masyarakat
yaitu lokalisasi prostitusi dan juga
memberikan pendidikan kepada anak-anak
masyarakat Desa Ambowetan, dengan
mereka. Masyarakat juga memberikan
adanya sumber daya ini praktik sosial
pendidikan agama bagi anak-anaknya.
dapat terbentuk.
Para remaja setiap minggunya mengikuti
kegiatan mengaji keliling atau perjenjen Praktik sosial yang dilakukan
(pengajian) masyarakat dengan lokalisasi prostitusi
terus diproduksi dan direproduksi, melaui
Simpulan
tahapan motivasi tak sadar, kesadaran
Proses terbentuknya relasi sosial tersebut
diskursif, dan kesadaran praktis. Tahap
dilakukan oleh struktur dan juga agen.
kesadaran praktis ini merupakan bentuk
Strukturasi memandang pentingnya praktik
dai penerimaan sosial masyarakat, karena
sosial baik dalam aksi maupun struktur
pada tahapan ini masyarakat tidak lagi
kehidupan masyarakat, strukturasi juga
memikirkan tindakan mereka lakukan,
mengacu pada “suatu cara dimana struktur
karena masyarakat telah menerima
sosial (social structure) diproduksi,
keberadaan lokalisasi prostitusi tersebut.
direproduksi, dan diubah di dalam dan
melalui praktik. sebuah praktik sosial telah Penerimaan sosial menurut Leary
dilakukan dalam aktivitas kehidupan terdiri dari pemberian sinyal dan
masyarakat Desa Ambowetan dengan pemberian kepercayaan. Pemberian sinyal
lokalisasi prostitusi. Praktik sosial tersebut dapat terlihat pada masyarakat yang
berupa aktivitas-aktivitas yang dilakukan terbuka dengan PSK maupun mucikari,
oleh masyarakat dengan lokalisasi masyarakat juga membangun interaksi
prostitusi Lowa. dengan aktor-aktor dalam lokalisasi.
Pemberian kepercayaan yang dilakukan
Struktur dalam hal ini terdiri atas
masyarakat yaitu dengan memperbolehkan
tata aturan dan sumber daya. Tata aturan
PSK maupun mucikari untuk ikut serta
dalam kegiatan masyarakat Desa selalu memberikan kasih sayang dan
Ambowetan dukungan pada penulis. Selain itu, penulis
juga ingin mengucapkan terima kasih
Keberadaan lokalisasi prostitusi
kepada ibu Dian Rinanta Sari,
juga dapat memberikan dampak negatif
S.Sos.,M.A.P selaku dosen pembimbing I
pada perkembangan anak atau remaja,
dan ibu Meila Riskia Fitri, S.Pd.,M.A
maka dari itu terdapat peran orang tua
selaku Dosen Pembimbing II. Penulis juga
yang diperlukan untuk mencegah dampak
mengucapkan banyak terima kasih kepada
negatif tersebut. Hal tersebut dilakukan
informan dalam penelitian ini yaitu bapak
oleh orang tua baik masyarakat Desa
BM, pak DM, pak KR, pak AG, pak MG,
Ambowetan dan juga para PSK maupun
ibu PS, ibu ST, mba AN, mba DW, ibu
mucikari yang memiliki anak. Hal yang
UC, ibu WT, ibu PR, dan pak AD.
dilakukan yaitu dengn memberikan
pendidikan baik formal maupun non
formal pada anak.

Orang tua memberikan akses


pendidikan pada institusi sekolah untuk
anak mereka, serta orang tua juga
memberikan akses pendidikan pengajian
bagi anak-anak yang dilakukan setiap hari.
Sehingga hal tersebut dapat memberikan
aktivitas lain kepada anak yang dapat
membuat anak tersebut lebih sibuk dan
tidak terlalu mementingkan kondisi di
lingkungan sekitarnya

Ucapan Terima Kasih

Penulis ingin mengucapkan terima kasih


kepada kedua orang tua yaitu bapak
Darmanto dan ibu Titim Fatimah, yang
1
Kartini Kartono, 2014, Patologi Sosial, Jakarta:Rajawali Pers, hlm.207-208
2
Ibid.,hlm.3
3
Bawengan Gerson W, 1991, Pengantar Psikologi Kriminal, Jakarta:Pradnya Pramita,hlm. 163.
4
Astry Sandra, 2013, Dampak Lokalisasi Pekerja Seks Komersial (PSK) Terhadap Masyarakat Sekitar, Jurnal
Administrasi Negara Vol 1. No.2, hlm.466.
5
Agus, 2018, CNN Indonesia, 40 Ribu PSK Menghuni Lokalisasi Di Indonesia, Diakses pada tanggal 17 Mei 2019
pukul 23.00 WIB. https://www.cnnindonesia.com
6
Diana Agustianingsih, 2014, “Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Keberadaan Lokalisasi Prostitusi Dolly dan
Maraknya Prostitusi Online Melalui Jejaring Sosial Facebook Serta Implikasinya Pada Ketahanan Sosial Budaya,
Jurnal Ketahanan Nasional Vol.XX (1), hlm.16
7
Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2008, Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi
8
Ibid.
9
Ibid.
10
Mukunda Lamsal, 2012, The Structuration Approach of Anthony Giddens, Himalayan
11
B Harry Priyono, 2002, Anthony Giddens Suatu Pengantar, Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), hlm 24-
25
12
Ibid.,hlm.28-29
13
Anthony Giddens, Op.Cit, hlm.32.
14
Kartini Kartono, 2014, Patologi Sosial, Jakarta:Rajawali Pers, hlm.207-208
15
Liqun Cao, et al. 2017, Acceptance of Prostitution and Its Social Determinants in Canada, Journal International
Journal of Offender Therapy and Comparative Criminology, hlm.2.
16
Nida Isabela dan Wiwin Hendriani, 2010, Resiliensi pada Keluarga yang Tinggal di Lingkungan Lokalisasi Dupak,
Bangunsari, Jurnal INSAN Vol.12, hlm.177.
17
Astry Sandra. 2013, Dampak Lokalisasi Pekerja Seks Komersial (PSK) Terhadap Masyarakat Sekitar, Jurnal
Administrasi Negara Vol 1. No.2, hlm.466.
18
Kartini Kartono., Op.Cit.Hlm.209.
19
Elen Prima, 2015, Peran Penerimaan Sosial Terhadap Psikopatologi Perkembangan Sindrom Tourette Pada
Perempuan, Jurnal Yin Yang Vol. 10 No.2, hlm.138.
20
Ibid.
21
Septalia Meta dan Suryanto, 2012, Pengaruh Keterbukaan Diri terhadap Penerimaan Sosial pada Anggota Komunitas
Backpacker Indonesia Regional Surabaya dengan Kepercayaan terhadap Dunia Maya sebagai Intervening Variabel,
Jurnal Psiklogi Kepribadian dan Sosial Vol.1 No.2, hlm.3.
22
Ibid.
23
Ibid.
24
Wawancara dengan informan Bapak KR, Pada 25 Juli 2019, Pukul 13.00 WIB
25
Wawancara dengan Mucikari Ibu ST pada 24 Juli 2019 Pukul 16.30 WIB.
26
Mukunda Lamsal, 2012, The Structuration Approach of Anthony Giddens, Himalayan Journal of Sociology &
Antropology-Vol. V, hlm.115.
27
Goerge Ritzer dan Douglas J, Goodman, 2008, Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Mutakhir, Yogyakarta: Kreasi Wacana, hlm.571
28
Mukunda Lamsal, Op. Cit, hlm.113
29
Anthony Giddens dan Jonathan H. Turner, 2008, Social Theory Today, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm.484.

30
B Harry Priyono, 2002, Anthony Giddens Suatu Pengantar, Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), hlm 24-
25
31
Mukunda Lamsal, 2012, The Structuration Approach of Anthony Giddens, Himalayan Journal of Sociology &
Antropology-Vol. V, hlm.114.
32
B Harry Priyono., Loc Cit.
33
Mukunda Lamsal., Op. Cit, hlm.115
34
B Harry Priyono, Loc.Cit
35
Antony Giddens, Op.Cit,hlm. 12
36
Anthony Giddens. Loc. Cit
37
George Ritzer, dan Douglas J. Goodman. Loc. Cit
38
Anthony Giddens dan Jonathan H. Turner, 2008, Social Theory Today, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm.484.
39
Ibid.
40
Ibid., hlm 486
41
Septalia Meta dan Suryanto, 2012, Pengaruh Keterbukaan Diri terhadap Penerimaan Sosial pada Anggota Komunitas
Backpacker Indonesia Regional Surabaya dengan Kepercayaan terhadap Dunia Maya sebagai Intervening Variabel.
Jurnal Psiklogi Kepribadian dan Sosial Vol.1 No.2. Hlm.3.
Daftar Pustaka

Creswell, J W. 2016. RESEACH DESIGN Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif dan


Campuran Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gerson, B. W. (1991). Pengantar Psikologi Kriminal. Jakarta: Pradnya Paramita
Giddens, Turner. 2008. Social Theory Today. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Giddens, A. (2016). Teori Strukturasi Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Idrus, M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Akasara Pratama.
Kartono, K. 2014. Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Priyono B, 2002. Anthony Giddens Suatu Pengantar. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia).
Ritzer, G. 2008. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir.
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Agustianingsih D. 2014. Pengaruh Sikap Masyarakat Terhadap Keberadaan Lokalisasi Prostitusi
Dolly dan Maraknya Prostitusi Online Melalui Jejaring Sosial Facebook Serta Implikasinya
Pada Ketahanan Sosial Budaya. Jurnal Ketahanan Nasional Vol.XXI, No 1.
Amalia, M. 2018. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Peningkatan Praktek Prostitusi di Kabupaten
Cianjur. Jurnal MIMBAR Vol.34.
Astuti, S. 2018. Pola Relasi Petani Dengan Butuh Tani Dalam Produksi Pertanian. . Repository
USU.
Hendriani, N. I. 2010. Resiliensi pada Keluarga yang Tinggal di Lingkungan Lokalisasi Dupak,
Bangunsari. Jurnal INSAN Vol.12, No 177.
Munawaroh, S. 2010. Pekerja Seks Komersial Di Wilayah Prampanan, Kabupaten Klaten, Jawa
Tengah. Jurnal DIMENSIA Vol 4, No. 2.
Prima, E. 2015. Peran Penerimaan Sosial Terhadap Psikopatologi Perkembangan Sindrom Tourette
Pada Perempuan. Jurnal Yin Yang Vol. 10 No.2.
Saepudin, J. 2015. Pesantren Darut Taubah dan Pekerja Seks Komersial Saritem Kota Bandung.
Jurnal Social Science and Religion Vol 22, No. 02.
Sandra, A. 2013. Dampak Lokalisasi Pekerja Seks Komersial Terhadap Masyarakat Sekitar. Jurnal
Administrasi Negara Vol 1. No.2.
Annelly, J. C. 2016. Local Community Attitude Toward The Impact Of Tourism On Prostitution.
Jurnal of tourism no.12, 13.
Cao, Liqun dkk. 2015. Acceptance of Prostitution and Its Social Determinants in Canada. Journal
International Journal of Offender Therapy and Comparative Criminology, Vol 2.
García, C. D. 2014. Social Reprecentation Of Prostitution In A Gender Prespective. Journal
Procedia Social And Behavior Scinces.
Green, Struat. 2016. Whats Counts As Prostitution. Journal Of Criminal Law and Criminal Justice
Vol 4.
Jones, Karsten. 2003. Review: Structuration Theory And Information Systems Research, Jugde
Institute of management University Of Cambrigde.
Lamsal Mukunda. 2012. The Structuration Approach of Anthony Giddens. Himalayan Journal of
Sociology & Antropology Vol. 5.

Peled, L. L. 2011. The Attitudes Toward Prostitutes And Prostitution Scale : A New Tool For
Measuring Public Attitudes Towars Prostitutes and Prostitution. Journal Research on Social
Work Practice Vol 21.
Thompson, John dkk. 2003. Social Theory Of Modern Societies Anthony Giddens And His Critics,
Cambridge University Press.
Fermansyah, A. 2013. Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Pelaku Anak Yang Bertindak
Sebagai Mucikari Prostitusi Online. Tesis Universitas Muhammadiyah Malang.
Sutrisno. 2003. Dampak Penutupan Lokalisasi/ Resosialisasi WTS Kramat Tunggak Terhadap
Masyarakat Kelurahan Tugu Utara. Tesis : Universitas Indonesia.
Mediani. 2018. CNN Indonesia. 40 Ribu PSK Menghuni Lokalisasi Di Indonesia,dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180419112100-20-291933/kemensos-40-ribu-
psk-menghuni-lokalisasi-indonesia tanggal 17 Mei 2019 pukul 23.00
Sibuea Haris, 2015, Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan Strategis dari
(http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VII-10-II-P3DI-Mei-2015-
46.pdf) , tanggal 13 Agustus 2019 pukul 14.00
Kemensos RI. 2017. Kemensos Berhasil Menutup 118 Lokalisasi Prostitusi dan Memulangkan
20.000 PSK Kembali Kekeluarganya, dari https://www.kemsos.go.id/ tanggal 17 Mei 2019
pukul 23.00.
Agung. Tirto Id. 168 Daerah di Indonesia Memiliki Prostitusi, dari https://tirto.id/168-daerah-di-
indonesia-miliki-lokalisasi-prostitusi-ux, tanggal 17 Mei 2019 pukul 23.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai