Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI PRAKTEK KONSERVASI TANAH CARA TERAS DI DAS SECANG

KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULONPROGO


DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Siti Fatimah
sitifatimahge@yahoo.com
Suprapto Dibyosaputro
praptodibyo@gmail.com

Abstract

Secang watershed is located in Kokap District, Kulonprogo Regency. The landform is


dominated by denudational process with very intensive erosion. Various conservation efforts
have been made, including terracing. The aims of this research are: (1) Describing terrace
soil conservation in the research area, and (2) evaluating soil terracing in the research area.
The research were conducted using field survey method. Stratified alignment
sampling method using in determining terrace spot. Soil terracing suitability evaluation
using arithmetic matching method based on soil terracing technical requirements and field
measurement result. The measured parameters is slope degree, soil depth, texture and
dominant vegetation.
The result of this research showing that soil terracing were present in all landform.
Most lie on denudational landform with rocky andesite breakthrough strongly eroded (D3).
The evaluated soil terracing method was bench terrace. The land suitability map showing
that 95,56% of the lands support bench terrace method by considering the existing limiting
factors.

Keywords: Secang watershed, landform, conservation, terrace.

Abstrak

DAS Secang terletak di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo. Bentuklahan


didominasi asal proses denudasional dengan erosi yang sangat intensif. Berbagai konservasi
dilakukan diantaranya berupa pembuatan teras. Tujuan dari penelitian ini : (1)
mendeskripsikan konservasi tanah cara teras di daerah penelitian, dan (2) melakukan evaluasi
terhadap praktek penerapan teras di daerah penelitian.
Penelitian menggunakan metode survei lapangan. Metode stratified random sampling
(transek) digunakan dalam menentukan titik penerapan teras. Evaluasi kesesuaian lahan
untuk praktek penerapan teras menggunakan metode arithmatic matching berdasarkan syarat
teknis pembuatan teras dan hasil pengukuran lapangan. Parameter yang diukur adalah
kemiringan lereng, kedalaman tanah, tekstur dan vegetasi dominan.
Hasil penelitian menunjukkan penerapan teras terdapat pada semua bentuklahan.
Sebagian besar terletak pada bentuklahan denudasional berbatuan terobosan andesit terkikis
kuat (D3). Penerapan teras yang dievaluasi berupa teras bangku. Peta kesesuaian lahan
menunjukkan 95,56% lahan bisa dilakukan penerapan teras bangku dengan memperhatikan
faktor-faktor pembatas yang ada.

Kata kunci : DAS Secang, bentuklahan , konservasi, teras.

1
PENDAHULUAN (Arsyad, 2010). Kartasapotra (dalam
Kerusakan sumberdaya alam dan Ariyanto, 2004) menyatakan bahwa teras
lingkungan hidup berkaitan erat dengan merupakan konservasi tanah yang baik
kegiatan manusia dalam mengelola digunakan dalam pengaturan aliran air
sumberdaya. Pengelolaan lingkungan pada daerah dengan sudut lereng besar.
adalah upaya terpadu untuk melestarikan Pemerintah daerah Kulonprogo telah
fungsi lingkungan hidup yang meliputi melakukan program pemberdayaan
kebijakan penataan, pemanfaatan, masyarakat di daerah penelitian yang salah
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, satunya berupa pelatihan pembuatan teras
pengawasan dan pengendalian lingkungan dan gully plug (Survei Lapangan, 2013).
hidup (UU RI no 4 tahun 1982). Tanah Dalam pelaksanaan praktek penerapan
adalah suatu benda alami heterogen yang teras, perlu diketahui apakah penerapan di
terdiri atas komponen-komponen padat, daerah penelitian sudah sesuai atau belum
cair dan gas yang memiliki dengan syarat teknis pembuatan teras.
sifat dan perilaku yang dinamik. Tanah Penelitian ini bertujuan untuk
memiliki dua fungsi utama, yaitu (1) identifikasi dan mendeskripsikan
sebagai matriks tempat akar tumbuhan penerapan konservasi tanah cara teras di
berjangkar dan lengas tanah tersimpan, dan DAS Secang. Hasil identifikasi dilanjutkan
(2) sebagai penyedia unsur hara bagi dengan evaluasi atas bentuk penerapan
tumbuhan. Jika kedua fungsi tersebut konservasi tanah cara teras yang sudah
menurun atau hilang maka terjadi ada. Untuk mencapai 2 tujuan tersebut,
degradasi tanah (Arsyad, 2010). langkah-langkah yang dilakukan adalah
DAS Secang merupakan salah sebagai berikut.
satu DAS yang ada di Kabupaten 1. Melakukan pemetaan satuan analisis
Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. dengan melakukan overlay peta satuan
DAS Secang meliputi Desa Hargowilis bentuklahan dan kemiringan lereng.
dan Hargotirto. Keduanya merupakan desa 2. Membuat garis transek untuk
dengan topografi berbukit dan bergunung, pengambilan sampel.
dengan sebagian besar berasal dari proses 3. Mengukur karakteristik lahan yang
denudasional dengan erosi yang intensif. termasuk dalam persyaratan teknis
Sebagian besar pemanfaatan lahan, belum pembuatan teras.
sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan 4. Melakukan pencocokan antara syarat
air sehingga merupakan potensi besar dari teknis dengan hasil pengukuran
degradasi lahan (Sartohadi, 2008). lapangan.
Luas DAS Secang kurang lebih 5. Melakukan evaluasi atas kesesuaian
2070,88 Ha, dengan variasi kemiringan hasil pengukuran lapangan dan syarat
lereng, mulai dari landai sampai lereng teknis pembuatan teras.
sangat terjal. Erosi yang banyak terjadi di
DAS Secang dikontrol oleh faktor METODE PENELITIAN
kepekaan erosi tanah dan kemiringan Peta satuan bentuklahan diperoleh
lereng. Diantara keduanya yang lebih dari peta hasil penelitian terdahulu, yaitu
dominan di DAS Secang adalah faktor penelitian Dibyosaputro (2012). Peta
lereng (Tarigan, 2012). Bentuk konservasi kemiringan lereng diperoleh dari hasil
yang dilakukan untuk rekayasa akibat erosi analisis garis kontur daerah penelitian.
yang lebih didominasi faktor lereng adalah Data kontur diubah menjadi raster
teras. Teras berfungsi mengurangi panjang menggunakan ArcGIS 10.1. Data garis
lereng dan menahan air, sehingga aliran kontur diubah ke dalam data raster dengan
permukaan berkurang dan terserap oleh menggunakan Arctoolbox 3D Analyst pada
tanah sehingga erosi akan berkurang bagian topo to raster. Analisis data lereng

2
dibuat dengan menggunakan 3D analyst memiliki peluang yang sama untuk
tools dan dipilih analisis slope sehingga dijadikan faktor pembatas.
terbentuk data raster. Data raster yang Syarat teknis kesesuaian teras
terbentuk dari analisis slope dibuat sesuai ditunjukkan pada Tabel 1.
dengan kemiringan lereng menggunakan Tabel 1. Syarat Teknis Pembuatan Teras
reclassify dimana dalam penelitian ini Jenis Kemiringan Kedalam- Vegetasi Tektur
kemiringan lereng menggunakan Teras lereng an Tanah dominan
klasifikasi lereng Van Zuidam dan Zuidam Teras < 3%1 <30 cm1 Tanaman Sedang
Cancelado (1979). Peta satuan bentuklahan Datar semusim1 - kasar1
dan peta lereng ditumpangsusunkan untuk Teras 3 – 10 %1 >30 cm1 Tanaman Sedang
Kredit semusim1 - kasar2
membuat peta satuan analisis. Luas Teras 10 - 30%2 > 20 cm2 Tanaman Sedang
poligon terkecil yang dapat dipetakan 3,06 Guludan semusim, - kasar2
menggunakan perhitungan dari Vink kayu
(1975) (Rossiter, 1999). keras1
Pengambilan data lapangan Teras 15 - 60 %2 > 30 cm1 Tanaman Sedang
Individu kayu,rump - kasar1
menggunakan metode stratified aligned
ut1
sampling (transek). Data lapangan meliputi Teras 10 -40 %2 > 60 cm2 Tanaman Sedang
karakteristik fisik masing-masing satuan Bangku semusim1 - halus3
bentuklahan, identifikasi penerapan teras, Sumber : 1 Priyono et al. (2002), 2 Balai
pengukuran morfometri teras dan Penelitian Tanah dan 3Ayres (1936)
pengukuran syarat teknis kesesuaian lahan
untuk penerapan teras yang ada di titik Klasifikasi kesesuaian lahan untuk
sampel tersebut. praktek penerapan teras menggunakan
Morfometri teras dianalisis dari pencocokan sederhana dari 4 parameter
ukuran lebar teras (jarak horisontal/ syarat teknis kesesuaian teras. Dikatakan
horizontal interval (HI)) dan ukuran lahan sesuai (S) untuk penerapan teras jika
tampingan teras (jarak vertikal/ vertical semua parameter menunjukkan kelas
interval VI)). Lebar teras (HI) diasumsikan sesuai dan tidak sesuai (TS) apabila tidak
dibuat menurut kemudahan pembuatan dan ada sama sekali atau hanya ada satu
pengolahan oleh masyarakat. Ukuran parameter yang sesuai. Apabila hanya satu
tampingan teras (VI) dihitung atau dua yang tidak sesuai maka dikatakan
menggunakan persamaan menurut FAO sebagai kelas Agak Sesuai (AS). Kelas
(1986) dalam Blanco (2008) dan Utomo (AS) menunjukkan bahwa penerapan teras
(1994) sebagai berikut. masih bisa dilakukan dengan
𝐒𝐒 𝐱𝐱 𝐖𝐖𝐖𝐖 memperhatikan faktor pembatas, yaitu
𝐕𝐕𝐕𝐕 =
𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 − (𝐒𝐒 𝐱𝐱 𝐔𝐔) parameter yang masuk tidak sesuai tapi
dimana bisa dilakukan perbaikan-perbaikan.
VI = jarak vertikal (m) Penjelasan mengenai penerapan
Wb = lebar teras (m), selanjutnya konservasi cara teras dijelaskan tiap satuan
disebut HI (m) bentuklahan dengan mengacu pada
S = kemiringan lereng (%) literatur dan penelitian terdahulu.
U = perbandingan HI dan VI
(digunakan angka 0,75 untuk teras yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dibuat manual (Blanco,2008)). Karakteristik Teras di DAS Secang
Evaluasi kesesuaian lahan untuk Berdasarkan hasil dari survei
praktek penerapan teras menggunakan lapangan menggunakan metode transek,
metode arithmatic matching, yaitu diidentifikasi praktek penerapan teras di
mencocokkan syarat teknis kesesuaian daerah penelitian adalah teras bangku.
teras dengan hasil pengukuran lapangan Evaluasi penerapan teras bangku meliputi
dimana semua parameter dianggap

3
evaluasi morfometri dan kesesuaian lahan untuk teras bangku.
Morfometri Teras Bangku
Evaluasi terkait morfometri teras Berdasarkan perbandingan hasil
membandingkan jarak vertikal menurut pengukuran lapangan dan perhitungan
pengukuran lapangan dan hasil diperoleh evaluasi sebagaimana
perhitungan. Pengukuran lapangan ditampilkan pada Tabel 4. Dan persebaran
ditunjukkan pada Tabel 2. keruangannya ditampilkan dengan peta
pada Gambar 1.
Tabel 2. Panjang (HI) dan (VI) menurut
pengukuran lapangan Tabel 4. Evaluasi panjang vertikal teras
No. Simbol S (%) HI (m) Vl (m) (VI) berdasarkan pengukuran lapangan dan
1. D1.V 54,07 3,1 1,3
hitungan
VI VI Evaluasi
2. D1.VI 82,6 3,3 1,05 HI
lapan perhitu
3. D2.VI 77,04 1,3 1,1 No. Simbol S (%) (m Selisih
gan ngan Penyesuaian
4. D2.VI (2) 76,67 4 0,8 ) VI
(m) (m)
5. D3.V 33,33 1,65 0,95
6. D3.V 26,67 3,35 2,36 1. D1.V 54,07 3,10 1,30 2,82 -1,52 Penambahan VI
7. D3.V (2) 50,67 0,8 0,7 2. D1.VI 82,60 3,30 1,05 7,16 -6,11 Penambahan VI
8. D3.VI 62,22 1,9 0,8
9. D4.V 45,93 4,5 1,6 3. D2.VI 77,04 1,30 1,10 2,37 -1,27 Penambahan VI
10. D4.V 54,07 1,2 3,33 4. D2.VI 76,67 4,00 0,80 7,22 -6,42 Penambahan VI
11. D4.V 54,44 1,8 1,5
12. K1.IV 17,78 2,67 1,125 5. D3.V 33,33 1,65 0,95 0,73 0,22 Sesuai
13. K1.V 32,6 0,43 0,3
6. D3.V 26,67 3,35 2,36 1,12 1,24 Pengurangan VI
14. K1.VI 70 3,1 0,4
14. S1.V 23,71 1,5 1,1 7. D3.V 50,67 0,80 0,70 0,65 0,05 Sesuai
16. S1.I 2 1,5 0,3
8. D3.VI 62,22 1,90 0,80 2,22 -1,42 Penambahan VI
Sumber : Cek lapangan, 2015
9. D4.V 45,93 4,50 1,60 3,15 -1,55 Penambahan VI

Lebar teras (HI) diasumsikan 10. D4.V 54,07 1,20 3,33 1,09 2,24 Pengurangan VI
dibuat oleh masyarakat dengan 11. D4.V 54,44 1,80 1,50 1,66 -0,16 Sesuai
pertimbangan kemudahan pembuatan dan 12. K1.IV 17,78 2,67 1,13 0,55 0,58 Pengurangan VI
pengolahan. Lebar teras dan kemiringan 13. K1.V 32,60 0,43 0,30 0,19 0,11 Pengurangan VI
lereng digunakan untuk menghitung jarak 14. K1.VI 70,00 3,10 0,40 4,57 -4,17 Penambahan VI
vertikal menggunakan persamaan menurut
15. S1.V 23,71 1,50 1,10 0,43 0,67 Pengurangan VI
FAO (1986). Hasil perhitungan panjang
16. S1.I 2,00 1,50 0,30 0,03 0,27 Pengurangan VI
vertikal (VI) disajikan pada Tabel 3.
Sumber : Hasil Perhitungan, 2015
Tabel 3. Panjang vertikal (VI) berdasarkan
Berdasarkan selisih morfometri
perhitungan
No. Simbol S (%) HI (m) VI (m)
teras hasil pengukuran lapangan dan hasil
1. D1.V 54,07 3,10 2,82 perhitungan, bisa dilakukan evaluasi dan
2. D1.VI 82,60 3,30 7,16 arahan untuk penyesuaian morfometri teras
3. D2.VI 77,04 1,30 2,37
4. D2.VI (2) 76,67 4,00 7,22
di daerah penelitian. Penyesuaian bisa
5. D3.V 33,33 1,65 0,73 dilakukan dengan tetap memperhatikan
6. D3.V 26,67 3,35 1,12 panjang horisontal dan vertikal pada
7. D3.V (2) 50,67 0,80 0,65
bangunan yang sudah ada. Penyesuaian
8. D3.VI 62,22 1,90 2,22
9. D4.V 45,93 4,50 3,15 dengan mengurangi atau menambahkan
10. D4.V 54,07 1,20 1,09 panjang diantara lebar dan vertikal teras.
11. D4.V 54,44 1,80 1,66
12. K1.IV 17,78 2,67 0,55 Penambahan dan pengurangan merupakan
13. K1.V 32,60 0,43 0,19 aktivitas perekayasaan lereng, yaitu
14. K1.VI 70,00 3,10 4,57 dengan memotong lereng lebih panjang
15. S1.V 23,71 1,50 0,43
16. S1.I 2,00 1,50 0,03
atau menimbun lereng dengan urugan.
Sumber : Hasil perhitungan
Rumus = (S*HI)/(100-(S*U) (m), U = 0,75

4
Gambar 1. Peta Arahan Morfometri (Panjang Vertikal (VI)) Teras Bangku Daerah Penelitian

Kesesuaian Lahan untuk Penerapan


Teras Bangku Tabel 5. Hasil Pengukuran Lapangan
Parameter Kesesuaian Lahan untuk Teras
Kesesuaian lahan untuk penerapan teras Bangku
bangku dilakukan menggunakan metode
arithmatic matching. Pencocokan Kelas Kedalam
No. Kode Tekstur Vegetasi Dominan
dilakukan antara syarat teknis pembuatan Lereng an Tanah
teras bangku dan hasil pengukuran Tanaman kayu,
lapangan. Pencocokan meliputi parameter 1 D1.V V Dangkal Halus tanaman semusim
Agak Tanaman kayu,
kemiringan lereng, kedalaman tanah, 2 D1.VI VI Sedang Kasar tanaman semusim
tekstur tanah dan vegetasi dominan. Hasil Agak Tanaman kayu,
3 D2.VI VI Sedang Kasar tanaman semusim
pengukuran lapangan disajikan pada Tabel Tanaman kayu,
5. 4 D3.VI VI Sedang Halus tanaman semusim
Pembuatan teras bangku butuh 5 D3.V V Dalam Halus Tanaman semusim
persyaratan teknis kemiringan lereng 10 – Agak Tanaman kayu,
6 D4.V V Sedang Kasar tanaman semusim
40% (bisa diterapkan di atas 40% tetapi Agak
bidang olah menjadi sempit), kedalaman 7 K1.V V Sedang Kasar Tanaman kayu
Agak Tanaman kayu,
tanah lebih dari 60 cm, tekstur tanah 8 K1.VI VI Sedang Kasar tanaman semusim
sedang hingga halus dan vegetasi dominan Agak Tanaman kayu,
9 K1.IV IV Dangkal Halus tanaman semusim
di daerah penelitian berupa tanaman Agak Tanaman kayu,
semusim. Hasil analisis menggunakan 10 S1.I I Dangkal Kasar rumput
Agak Tanaman kayu,
metode arithmatic matching ditunjukkan 11 S1.V V Dalam Kasar tanaman semusim
pada Tabel 6. Sumber : Cek Lapangan, 2015

5
Tabel 6. Hasil analisis kesesuaian lahan tanaman kayu-kayuan yang bisa diambil
untuk penerapan teras bangku nilai ekonomisnya dalam jangka pendek
Kelas Kesesuaian maupun jangka panjang, seperti
Ke
Faktor penanaman kakao, cengkeh, kaliandra dan
No Kode Pembat
S d t v las
as
bersiah (albasiah) .

Tabel 7. Luasan Kelas Kesesuaian Lahan


1 D1.V TS TS S S AS S,d
untuk Penerapan Teras Bangku
2 D1.VI TS S TS S AS S,t
Kelas Luas Luas
3 D2.VI TS S TS S AS S,t
No Kesesuaian Letak (Ha) (%)
4 D3.VI TS S S S AS S Pada Perbukitan
Denudasional
5 D3.V S S S S S Berbatuan Andesit
1 Sesuai 448,34 30,70
Terkikis Kuat
6 D4.V TS TS TS S TS
(D3) pada lereng
7 K1.V S S TS TS AS t,v curam

8 K1.VI TS TS S S AS S,t Pada semua


bentuklahan di
9 K1.IV S TS S S AS d
DAS Secang
10 S1.I S TS TS S AS d,t kecuali pada
sebagian D3 dan
11 S1.V S S TS S AS t 2 Agak Sesuai bentuklahan 947,23 64,86
Sumber : Analisis data, 2015 perbukitan
denudasional
Kelas kesesuain = berbatuan breksi
andesit tua
S (Sesuai), AS (Agak Sesuai) dan TS terkikis kuat
(Tidak Sesuai).
Pada Perbukitan
Faktor pembatas = Denudasional
Tidak Berbatuan Breksi
s (kemiringan lereng), t (tekstur), k 3
Sesuai Andesit Tua
64,85 4,44

(kedalaman tanah) dan v (vegetasi). Terkikis Kuat


(D4)
Berdasarkan analisis di atas dapat
diketahui luasan dari lahan di DAS Secang Total 1460,43 100,00
yang terwakili oleh penerapan teras Sumber : Analisis data, 2015
bangku dalam 3 kelas kesesuaian. Luas
lahan kelas sesuai (S) sebesar 448,34 Ha Konservasi tanah cara teras
atau 30,70%. Kelas sesuai (S) artinya digabungkan dengan sistem agroforestry
penerapan teras yang tetap dipertahankan (wanatani) yaitu penanaman berbagai
tanpa adanya perbaikan pada faktor komoditas tanaman secara bersama-sama.
pembatas. Kelas tidak sesuai (TS) seluas Penggabungan konservasi ini memberikan
64,85 Ha atau 4,44%. Pada kelas tidak keuntungan ganda, yaitu pencegahan erosi
sesuai, penerapan teras bangku tidak dengan adanya perbedaan luasan tajuk
dianjurkan. Luas lahan pada masing- pada masing-masing tanaman dan
masing kelas kesesuaian ditunjukkan pada pengawetan tanah dari erosi oleh
Tabel 7. pembuatan teras.
Kesesuaian Lahan untuk penerapan
Bentuklahan Pegunungan Denudasional teras pada bentuklahan D1 termasuk pada
Berbatuan Breksi Andesit Tua Terkikis kelas kesesuaian agak sesuai (AS) dilihat
Kuat (D1) dari syarat teknis pembuatan teras. Faktor
Penerapan konservasi tanah cara pembatas yang dominan adalah
teras pada bentuklahan D1 dimana kemiringan lereng sehingga diperlukan
topografi termasuk topografi bergunung usaha untuk pemilihan kemiringan lereng
dengan lereng yang ekstrim, dilakukan yang masih sesuai atau mendekati syarat
pada beberapa titik untuk penanaman sesuai (kurang dari 40% atau lebih sedikit

6
dengan resiko pengurangan luas bidang Hasil pengecekan lapangan
olah). Faktor pembatas lain yang menunjukkan bahwa penerapan teras yang
membutuhkan perbaikan pada bangunan dilakukan oleh masyarakat banyak
kaitannya dengan tekstur tanah adalah dilakukan pada bentuklahan D3, yaitu
pemilihan vegetasi yang tepat dan bentuklahan perbukitan denudasional
pembuatan bangunan teras yang berbatuan terobosan andesit terkikis kuat.
memperhatikan resiko proses hidrologis Topografi pada bentuklahan ini, yang
yang dipengaruhi oleh tekstur tanah seperti merupakan bentuklahan perbukitan,
akumulasi air pada permukaan tanah memiliki konfigurasi lereng tidak terlalu
maupun akumulasi pada badan tanah yang ekstrim antara satu titik dengan titik yang
beresiko longsor. Pada bentuklahan D1 lain, berbeda dengan bentuklahan yang
dimana batuan breksi yang belum berupa pegunungan. Hal ini menyebabkan
terlapukkan masih banyak terdapat pada aktivitas manusia untuk melakukan
bentuklahan ini menjadi salah sau faktor pengawetan tanah sekaligus
pertimbangan sendiri mengingat batuan pemanfaatannya sebagai salah satu
breksi yang keras menghambat penggalian penambah nilai ekonomi bisa dilakukan.
tanah pada penerapan teras. Penerapan teras yang cukup banyak
ditemui pada bentuklahan ini ditanami
Pegunungan Denudasional Berbatuan dengan tanaman-tanaman yang bisa
Terobosan Andesit Terkikis Kuat (D2) menambah nilai ekonomi jangka pendek
seperti tanaman terong, jagung, dan ketela,
Penerapan teras pada bentuklahan dimana jarang ditemukan pada penerapan
pegunungan denudasional berbatuan teras pada bentuklahan yang lain. Selain
terobosan andesit terkikis kuat (D2) dari itu, penanaman tanaman dengan nilai
hasil pencocokan pengukuran lapangan ekonomi jangka panjang sebagaimana
dan persyaratan teknis pembuatan teras ditemukan pada bentuklahan yang lain
bangku menunjukkan kelas agak sesuai, seperti kaliandra, jati dan tanaman-
yaitu penerapan teras yang sudah ada tanaman berkayu lainnya juga dilakukan.
membutuhkan perbaikan pada faktor Tanaman kayu-kayuan ini selain
pembatas. Penerapan teras bangku pada menambah nilai ekonomi jangka panjang
bentuklahan D2 dimana pada penelitian ini juga memiliki tajuk yang bisa menahan
diwakili satuan lahan D2.VI menunjukkan tumbukan butiran air langsung ke
bahwa penerapan teras ditinjau dari permukaan tanah dan akarnya yang relatif
kedalaman tanah dan penanaman vegetasi dalam bisa mencengkeram tanah sehingga
di daerah penelitian sudah sesuai, akan mengurangi resiko longsor.
tetapi membutuhkan perbaikan berkaitan Kesesuaian Lahan untuk penerapan
dengan kemiringan lereng dan tekstur konservasi tanah cara teras yang dilakukan
tanah. Faktor kemiringan lereng bisa pada bentuklahan D3 termasuk dalam
diperbaiki dengan penambahan atau kelas kesesuaian sesuai (S) dan agak sesuai
pengurangan panjang bidang olah dan (AS). Pada sebagian lahan pada
tampingan teras sedangkan tekstur tanah bentuklahan D3 yang termasuk kelas
lebih bersifat permanen sehingga sesuai, semua faktor yang diteliti baik
perbaikannya adalah dengan memperbaiki kemiringan, tekstur tanah, kedalaman
kelengkapan pada bangunan terasnya maupun vegetasi yang telah ditanam oleh
dalam hal ini bisa dilakukan denagn masyarakat pada penerapan teras
penanaman rumput penguat. menunjukkan penerapan teras bisa
dilakukan dan dilanjutkan dengan tetap
Bentuklahan Perbukitan Denudasional
memperhatikan pola perawatan yang
Berbatuan Terobosan Andesit Terkikis
intensif dan benar, seperti pembangunan
Kuat (D3)
bidang olah dan tampingan yang benar,

7
pembuatan saluran dan perawatannya dari vegetasi dengan agroforestry tanpa perlu
sedimen secara berkala, dan pemangkasan adanya perekayasaan lereng dan tanah
rumput pada saluran. Pada sebagian karena akan lebih beresiko menimbulkan
bentuklahan D3 yang termasuk dalam degradasi lahan yang semakin buruk.
kelas agak sesuai (AS) baik karena faktor
pembatas kemiringan lereng maupun Perbukitan Solusional Berbatuan
tekstur, perlu dilakukan upaya-upaya agar Batugamping Tua Terkikis Kuat (K1)
penerapan teras memenuhi persyaratan
teknis yang dikehendaki dalam pembuatan Pada bentuklahan K1 (perbukitan
teras. Pada sebagian bentuklahan yang solusional berbatuan batugampingan tua
termasuk kelas agak sesuai karena faktor terkikis kuat) penerapan teras bisa
pembatas kemiringan lereng perlu dilakukan dengan melakukan perbaikan
penyesuaian pada bangunan teras agar pada yang berkaitan dengan faktor
tidak menambah resiko terjadinya pembatas, yaitu kemiringan lereng, tekstur
degradasi, sedangkan karena faktor maupun kedalaman pada titik-titik yang
pembatas tekstur, memerlukan perbaikan berbeda. Batuan gamping yang ditemui di
diantaranya dengan kelengkapan teras lapangan diantara batuan-batuan yang
seperti pemberian rumput penguat, mulsa sudah terlapuk bisa dimanfaatkan sebagai
seresah atau tatanan batu agar proses batuan penguat teras. Pada penerapan teras
hidrologi yang terpengaruh oleh tekstur yang sudah ada di daerah penelitian,
tanah tidak menghambat penerapan teras vegetasi yang ditanam adalah tanaman
yang dilakukan. kayu seperti jati, kaliandra, bersiah
(albasiah) dan kakao serta semusim
Perbukitan Denudasional Berbatuan diantaranya adalah tanaman jahe-jahean.
Breksi Andesit Terkikis Kuat (D4) Perkembangan pelapukan batugamping
yang sudah berlangsung lama sehingga
Konservasi tanah cara teras pada kenampakan gampingan tidak banyak
bentuklahan D4 dilakukan pada beberapa ditemui, bersesuaian juga dengan vegetasi
titik dimana pemanfaatan lahan yang ada yang bermacam-macam pada bentuklahan
pada bentuklahan ini adalah tegalan, yaitu K1.
percampuran antara penanaman tanaman
semusim dan kayu-kayuan dengan Perbukitan Homoklinal Berbatuan
tanaman semusim yang lebih dominan. Batupasir Napalan Terkikis Kuat (S1)
Melihat dari kondisi aktual di daerah
penelitian, pada bentuklahan D4 dilakukan Penerapan teras pada bentuklahan
penerapan teras untuk penanaman ketela S1 termasuk dalam kelas Agak Sesuai
dan jagung serta penanaman rumput gajah yaitu dalam penerapan teras perlu
untuk pakan ternak. Hal ini menunjukkan dilakukan pertimbangan pembuatan
penerapan teras bisa dilakukan. Akan bangunan teras dan kelengkapan lain
tetapi, dengan melihat persyaratan teknis seperti rumput penguat yang bisa
pembuatan teras pada bentuklahan ini, digunakan untuk memperbaiki faktor
tekstur, kemiringan lereng dan kedalaman pembatas tekstur dan kedalaman tanah
tanah termasuk pada kelas tidak sesuai pada penerapan teras yang dilakukan.
sehingga penerapan teras tidak dianjurkan Kemiringan lereng datar pada sebagian
diterapkan pada bentuklahan ini. bentuklahan S1 menunjukkan
Penerapan teras tidak sejalan dengan ketidaksesuaian dan penerapan teras
faktor kedalaman tanah yang dangkal (< dianggap tidak perlu karena tanpa
40 cm) dan dibawahnya berupa batuan penerapan teras,erosi masih bisa diterima
induk breksi yang keras. Penggunaan lahan dan penanaman langsung pada lahan tanpa
yang lebih dianjurkan adalah penanaman teras bisa dilakukan, misalnya untuk
penanaman ketela dan tanaman-tanaman

8
musiman dengan memperhatikan kondisi kedalaman tanah pada titik-titik yang
tanahnya. Pada bentuklahan S1 dengan dikehendaki dalam pembuatan teras.
kemiringan-kemiringan lereng yang lebih
dari 10% teras bisa diterapkan dengan Persebaran keruangan kesesuaian lahan
tetap memperhatikan ukuran bangunan untuk penerapan teras ditunjukkan dengan
teras sesuai dengan kemiringan dan Gambar 2.

Gambar 2. Peta Persebaran Kesesuaian Lahan untuk Penerapan Teras Bangku


KESIMPULAN
3. Penerapan teras bangku yang dilakukan
Berdasarkan hasil dan analisis dari pada titik sampel menunjukkan bahwa
penelitian yang telah dilakukan, bangunan teras yang telah dibuat
disimpulkan memiliki panjang vertikal yang belum
1. DAS Secang memiliki karakteristik sesuai dengan lebar teras dan
lahan yang didominasi kemiringan kemiringan lerengnya.
lereng curam (V) dan sangat curam 4. Kesesuaian lahan untuk penerapan teras
(VI), kedalaman tanah sedang dan bangku di daerah penelitian adalah :
dangkal, tekstur tanah halus dan agak a. Sesuai (S) = Pada sebagian
kasar, dan vegetasi berupa Tanaman satuan bentuklahan D3
kayu dan tanaman semusim yang b. Agak Sesuai (AS) = Pada sebagian
ditanam pada lahan yang sama. besar satuan bentuklahan, dan
2. Berdasarkan pengambilan sampel yang c. Tidak Sesuai = Pada satuan
dilakukan dengan melakukan transek, bentuklahan D4
penerapan teras terdapat pada semua 5. Penerapan teras bangku pada satuan
satuan bentuklahan. Penerapan teras bentuklahan yang termasuk kelas Agak
berupa teras bangku. Sesuai (AS) bisa dilakukan dengan
memperhatikan faktor pembatas.

9
DAFTAR PUSTAKA Tarigan,D.Risnain. 2012. Pengaruh
Erosivitas dan Topografi terhadap
Ariyanto, Kus Nugroho. 2004. Evaluasi Kehilangan Tanah pada Erosi Alur di DAS
Praktek Konservasi Tanah Cara Teras Secang Desa Hargotirto Kecamatan Kokap
Bangku di DAS Tinalah Kabupaten Kulonprogo. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Kulonprogo. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.
Geografi UGM.
Utomo, W. H. 1994. Erosi dan Konservasi
Arsyad, Sitanala. 2010. Konservasi Tanah Tanah. Malang: Penerbit IKIP Malang
dan Air. Bogor: Penerbit IPB Bogor
Zuidam Van. R.A. and Zuidam Cancelado,
Ayres, Quincy C. 1936. Soil Erosion and Ing. Geogr., M.Sc., 1979. Terrain Analysis
Its Control. London: Mc Graw-Hill Book and Classification Using Aerial
Company Photographs A Geomorphological
Approach. ITC Textbook of Photo
Balai Penelitian Tanah. Tanpa tahun.
Interpretation Vol VII The Netherlands.
Teknologi Pengelolaan Lahan : Teknologi
Konservasi Tanah Secara Mekanik. Bogor:
Kelompok Peneliti Fisika Konservasi,
Balai Penelitian Tanah.
Blanco, Humberto and Rattan Lal. 2008.
Principles of Soil Conservation and
Management. Springer. Kansas State
University Western Agricultural Research
Center-Hays. USA
Dibyosaputro, Suprapto. 2012. Pola
Persebaran Keruangan Erosi dan
Permukaan sebagai Respon Lahan
terhadap Hujan di Daerah Aliran Sungai
Secang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Disertasi.
Yogyakarta : Sekolah Pasca Sarjana,
UGM.
Priyono. 2002. Konservasi Tanah dan
Mekanisasi Pertanian. Dalam makalah
Teras : Bebas banjir, 2003.
Rossiter, D G. 1999. Soil Geographic
Databases ITC Lectures Notes (SGDB),
Version 2. Soil Science Division. The
Netherlands: ITC
Sartohadi, Junun dan Ratih Fitria Putri.
2008. Evaluasi Potensi Degradasi Lahan
dengan Menggunakan Analisis
Kemampuan Lahan dan Tekanan
Penduduk terhadap Lahan Pertanian di
Kecamatan Kokap, Kabupaten
Kulonprogo.Forum Geografi, Vol. 22, No.
1, Juli 2008: 1 - 12
10

Anda mungkin juga menyukai