Anda di halaman 1dari 3

PATUT DIKETAHUI

KONTRASEPSI
-Keberhasilan kontrasepsi meningkatkan persentase kehamilan ektopik ( terutama iud dan pil
progesteron)
 keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka terjadinya kehamilan uterin, bukan kehamilan
ektopik
-Kontrasepsi IUD  menyebabkan peradangan di dalam rahim
-pil yang mengandung hormon progesteron  meningkatkan kehamilan ektopik  pil
progesteron dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa
sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.

ETIOLOGI
a. Radang panggul (PID)
Terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa
tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu.
Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan
implantasi hasil zigot pada tuba falopii.

Merokok

Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan meningkatkan insiden kehamilan ektopik yang
diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas reseptor andrenergik dalam tuba. 1

Merokok (diduga mempengaruhi motilitas tuba),

 Riwayat Kehamilan Jelek


Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan resiko kehamilan ektopik adalah kehamilan ektopik,
induksi abortus berulang dan mola. Sekali pasien pernah mengalami kehamilan ektopik ia
mempunyai kemungkinan 10 sampai 25% untuk terjadi lagi. Hanya 60% dari wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih
tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14.6%. Sebagai
konsekuensinya, beberapa pasien melaporkan kehamilan ektopik sebelumnya dan mengenal gejala-
gejala sekarang yang serupa.

3.1 Faktor resiko


Faktor risiko untuk kehamilan ektopik telah dirangkum oleh Ankum dkk dalam meta-analisis yang
mencakup 36 studi sebelumnya. Ada hubungan yang kuat antara kehamilan ektopik dengan kondisi
yang dianggap menghambat migrasi sel telur yang telah dibuahi ke rahim.

 Jika penderita belum mempunyai anak, maka dapat dipertimbangkan untuk


salpingostomi (pada kehamilan di ampula dan infundibulum) atau
reanastomosis tuba (pada kehamilan di isthmus).
 Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba
tersebut dapat dipertimbangkan untuk salfingektomi.
 Kehamilan kornu dilakukan salfingooforektomi dan;
 Histerektomi bila umur > 35 tahun.
 Fundektomi bila masih muda untuk kemungkinan masih bisa haid.
 Insisi bila kerusakan pada kornu kecil dan kornu dapat direparasi.
 Salfingektomi dapat dilakukan dalam beberapa kondisi, yaitu:
 Kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok.
 Kondisi tuba buruk, terdapat jaringan parut yang tinggi risikonya akan
kehamilan ektopik berulang.
 Penderita menyadari kondisi fertilitasnya dan menginginkan fertilitasi
invitro, maka dalam hal ini salfingektomi mengurangi risiko kehamilan
ektopik pada prosedur fertilisasi invitro.
 Penderita tidak ingin punya anak lagi.
 Kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila
dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka
dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi.
 Kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang sering
mengakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi
 Apabila tindakan konservatif dipikirkan, maka harus dipertimbangkan:
1. Kondisi tuba yang mengalami kehamilan ektopik, yaitu berapa panjang bagian
yang rusak dan berapa panjang bagian yang masih sehat, berapa luas
mesosalfing yang rusak, dan berapa luas pembuluh darah tuba yang rusak.
2. Kemampuan operator akan teknik bedah mikro dan kelengkapan alatnya, oleh
karena pelaksanaan teknik pembedahan harus sama seperti pelaksanaan bedah
makro.

Anda mungkin juga menyukai