Anda di halaman 1dari 14

Nama Anggota: Ahsanul Buduri A.

(1808086015)
Norma Fitriani (1808086022)
Muhammad Ainul Yaqin (1808086024)
Zahrotul Khafifah (1808086025)
PB 4A
Mata Kuliah : Genetika
Dosen Pengampu: Bapak Sutrisno, M.Si.

PAPER
Penerapan Genetika dalam Kehidupan Sehari-hari

A. Genetika di Bidang Kesehatan


1. Pembuatan insulin

Gambar di atas adalah rekayasa genetika pada bakteria guna menghasilkan hormon insulin
yang penting untung pengendalian gula darah pada penderita diabetes. Tahap-tahapnya adalah
sebagai berikut (Untoro, 2011):

1. Tahap pertama dalam membuat bakteria yang bisa menghasilkan insulin adalah dengan
mengisolasi plasmid pada bakteri tersebut yang akan direkayasa. Plasmid adalah materi
genetik berupa DNA yang terdapat pada bakteria namun tidak tergantung pada kromosom
karena tidak berada di dalam kromosom.
2. Kemudian plasmid tersebut dipotong dengan menggunakan enzim di tempat tertentu
sebagai calon tempat gen baru yang nantinya dapat membuat insulin.

3. Gen yang dapat mengatur sekresi (pembuatan) insulin diambil dari kromosom yang
berasal dari sel manusia.

4. Gen yang telah dipotong dari kromosom sel manusia itu kemudian ‘direkatkan’ di
plasmid tadi tepatnya di tempat bolong yang tersedia setelah dipotong tadi.

5. Plasmid yang sudah disisipi gen manusia itu kemudian dimasukkan kembali ke dalam
bakteria.

6. Bakteria yang telah mengandung gen manusia itu selanjutnya berkembang biak dan
menghasilkan insulin yang dibutuhkan. Dengan begitu diharapkan insulin dapat
diproduksi dalam jumlah yang tidak terbatas di pabrik-pabrik.

2. Pembuatan vaksin

Gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi dari mikrobia yang
bersangkutan.Kemudian gen ini disisipkan pada plasmid bakteri yang sama, tetapi telah
dilemahkan (tidak berbahaya). Bakteri atau mikroba ini menjadi tidak berbahaya karena telah
dihilangkan bagian yang menimbulkan penyakit, misalnya lapisan lendirnya.
Bakteri yang telah disisipi gen ini akan membentuk antigen murni.
Bila antigen ini disuntikkan pada manusia, sistem kekebalan manusia akan membuat senyawa
khas yang disebut antibodi. Munculnya antibodi ini akan mempertahankan tubuh dari pengaruh
senyawa asing (antigen) yang masuk dalam tubuh.

3. Antibodi Monoklonal

Antibodi monoklonal ini didapat dari kultur sel. Pembuatan antibodi monoklonal adalah
melalui sel fusi antara sel B dari hati dan sel penghasil tumor. Sel B hati digunakan karena sel
inilah yang menghasilkan antibodi. Sel tumor yang dapat digunakan terus-menerus Langkah
pertama untuk membuat antibodi monoklonal adalah hewan disuntikkan sel antigen B tersebut.
Kemudian, sel B hewan diisolasi dan difusikan dengan sel tumor. Bagaimana sel hibrid yang
menghasilkan satu antibodi tertentu dan terus membelah. (Novita dkk, 2011)

B. Genetika di Bidang Pertanian

Rekayasa Genetika di Bidang Pertanian

Pada tumbuhan/tanaman Teknologi produksi tanaman transgenik.

Ahli rekayasa genetik tanaman melakukan transformasi gen dengan tujuan untuk
memindahkan gen yang mengatur sifat-sifat yang diinginkan dari satu organisme ke organisme
lainnya. Beberapa sifat yang banyak dikembangkan untuk pembuatan tanaman transgenik
misalnya (1) gen resistensi terhadap hama, penyakit dan herbisisda, (2) gen kandungan protein
tinggi, (3) gen resistensi terhadap stres lingkungan seperti kadar alumium tinggi ataupun
kekeringan dan (4) gen yang mengekspresikan suatu ciri fenotipe yang sangat menarik seperti
warna dan bentuk bunga, bentuk daun dan pohon yang eksotik.
Dalam hubungannya dengan pembuatan tanaman transgenik terdapat tiga komponen
penting yaitu:

1. Isolasi gen target.

Gen target yang kita inginkan misalnya gen Bt (gen tahan terhadap penggerek yang
diisolasi dari bakteri Bacillus thurigenensis) diekstrak kemudian dipotong dengan enzim
restriksi. Gen yang sudah terpotong-potong kemudian diseleksi bagian gen mana yang
menyandikan gen Bt dan diisolasi.

2. Proses transfer gen ke tanaman target.

Agar sel DNA rekombinan get Bt dapat terintegrasi pada inti sel tanaman maka
diperlukan vektor yang lain lagi untuk memindahkan gen Bt ke dalam inti sel tanaman. Vektor
tersebut adalah bakteri Agrobacterium tumefaciens. Bakteri ini menyebabkan penyakit tumor
pada tanaman. Penyakit ini akan terjadi bila terdapat luka pada batang tanaman sehingga
memungkinkan bakteri menyerang tanaman tersebut. Segmen ini dikenal dengan nama T-DNA
(transfer DNA) Metode kerjasama antara tanaman dan A. tumefaciens ini digunakan oleh ahli
rekayasa genetika tanaman untuk memindahkan gen Bt agar dapat terintegrasi dalam sel
tanaman. Oleh karena itu langkah selanjutnya adalah menyisipkan DNA rekombinan yang sudah
membawa gen Bt ke dalam plasmid Ti dari A. tumefaciens. Setelah itu A. tumefaciens yang
membawa gen Bt diinokulasikan pada tanaman. Proses inokulasi tersebut dilakukan pada
tanaman target yang sedang diregenerasikan dalam kultur jaringan. Hal ini memudahkan bagi
proses transfer gen Bt ke dalam inti jaringan tanaman dimana tanaman masih dalam proses
pembelahan sel yang sangat aktif .

3. Expresi gen pada tanaman transgenik.

Gen yang sudah dimasukkan ke dalam tanaman target dalam hal ini adalah gen Bt yang
mengekspresikan tanaman transgenik tahan terhadap hama penggerek harus dapat diexpresikan.
Untuk mengetahui apakah gen tersebut terekspresi atau tidak digunakan penanda yaitu selectable
and scoreable marker, dimana apabila tanaman target dapat tumbuh pada media yang
mengandung antibiotika atau tanaman target menampakan warna khusus (warna biru untuk
penanda gen gus) maka tanaman target itu adalah tanaman transgenic sehingga setiap tanaman
dapat dibuat menjadi varietas unggul yang membuat hasil tanaman tersebut meningkat, juga
ketahanan terhadap hama penyakit.

Di Indonesia jagung merupakan bahan pangan kedua setelah padi. Selain itu, jagung juga
digunakan sebagai bahan baku industri pakan dan industri lainnya.perbaikan genetik jagung
melalui rekayasa genetik akan menjadi andalan dalam pemecahan masalah perjagungan di masa
mendatang. Seperti diketahui, pemuliaan secara konvensional mempunyai keterbatasandalam
mendapatkan sifat unggul dari tanaman. Dalam rekayasa genetik jagung, sifat unggul tidak hanya
didapatkan dari tanaman jagung itu sendiri, tetapi juga dari spesies lain sehingga dapat dihasilkan
tanaman transgenik. Jagung Bt merupakan tanaman transgenik yang mempunyai
ketahananterhadap hama. Jagung ini setelah proses transgenk akan tahan terhadap hama, sebab
gen-gen jagung tersebut telah diteliti dulu sekaligus hasilnya akan meningkat dari jagung
organik. Sekira 20 produk pertanian hasil modifikasi genetik telah beredar di pasaran Amerika,
Kanada, bahkan Asia Tenggara. Dalam enam tahun ke depan, berbagai perusahaan telah
menyiapkan 26 produk lainnya, mulai dari kedelai, jagung, kapas, padi hingga stroberi. Dari
yang tahan hama, herbisida, jamur hingga pematangan yang dapat ditunda.

 Tanaman yang telah Menggunakan Rekayasa Genetika

Karena berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada bidang pertanian


khususnya yang menghasilkan tanaman transgenik, banyak menghasilkan tanamaan perkebunan
yang unggul pada bidang-bidang tertentu seperti tanamaan perkebunan tahan hama,
meningkatkan tanaman perkebunan dengan kualitas tinggi, meningkatkan hasil panen tanaman
perkebunan, tanaman yang tahan pada segala cuaca atau musim dan lain sebagainya. Contoh
tanaman yang telah menggunakan rekayasa genetik adalah sebagai berikut.

a. Kedelai

Dengan rekayasa genetika, dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama,
tahan terhadap herbisida dan memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara global telah
dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai toleran herbisida dan kedelai dengan
kandungan asam lemak tinggi.
b. Jagung

Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah mengalami rekayasa genetika melalui


teknologi rDNA, yaitu dengan memanfaatkan gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) untuk
menghindarkan diri dari serangan hama serangga yang disebut corn borer sehingga dapat
meningkatkan hasil panen. GenBacillus thuringiensis yang dipindahkan mampu memproduksi
senyawa pestisida yang membunuh larva corn borer tersebut

c. Kapas

Gen yang paling banyak digunakan adalah gen cry (gen toksin) dari Bacillus
thuringiensis, gen-gen dari bakteri untuk sifat toleransi terhadap herbisida, gen yang menunda
pematangan buah. Bagi para petani, keuntungan dengan menggunakan kapas transgenik adalah
menekan penggunaan pestisida atau membersihkan gulma tanaman dengan herbisida secara
efektif tanpa mematikan tanaman kapas. Serangga merupakan kendala utama pada produksi
tanaman kapas. Di samping dapat menurunkan produksi, serangan serangga hama dapat
menurunkan kualitas kapas.Saat ini lebih dari 50 persen areal pertanaman kapas di Amerika
merupakan kapas transgenik dan beberapa tahun ke depan seluruhnya sudah merupakan tanaman
kapas transgenik.
d. Buah tanpa biji

Tren baru dalam budi daya buah-buahan adalah menghasilkan buah tanpa biji
(seedless), terutama untuk buah yang harganya mahal seperti anggur, jeruk, dan durian. Selain
meningkatkan daya tarik konsumen, harga buah tanpa biji juga lebih mahal. Secara alami, biji
sebenarnya diperlukan tanaman untuk berkembang biak, terutama bagi tanaman yang tidak bisa
diperbanyak secara vegetatif.

 DAMPAK REKAYASA GENETIKA TERHADAP KEHIDUPAN

Rekayasa teknologi tidak semuanya berdampak positif bagi kehidupan manusia maupun bagi
makhluk hidup lain dan lingkungan. Teknologi yang diciptakan dengan tujuan untuk
memakmurkan umat manusia bisa saja menghancurkan manusia itu sendiri jika tidak diikuti
dengan keimanan dan ketaqwaan.

Dampak positif rekayasa genetik sebagai berikut.

a. Menciptakan bibit unggul

b. Meningkatkan gizi masyarakat.

c. Melestarikan plasma nutfah.

d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi


Dampak negatif rekayasa reproduksi sebagai berikut:

a. Pada perbanyakan keturunan dengan kultur jaringan yang memiliki materi genetis yang sama
akan mudah terkena penyakit.

b. Merugikan petani dan peternak lokal yang mengandalkan reproduksi secara alami.

c. Mengganggu proses seleksi alam.

C. Genetika di Bidang Hukum dan Forensik

Pelacakan identitas forensik akan dilakukan dengan mencocokkan antara DNA korban
dengan terduga keluarga korban. Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk
sampel tes siik DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, , usapan mulut pada pipi bagian
dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk kasus- kasus forensik, sperma, daging, tulang, kulit, air
liur atau sampel biologis apa saja yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dapat
dijadikan sampel tes sidik DNA (Lutfig and Richey, 2000)

D. Genetika di Bidang Lingkungan

Bioteknologi Lingkungan

Bioteknologi lingkungan adalah salah satu pemanfaatan bioteknologi yang banyak


melibatkan mikroorganisme untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup manusia dan alam
sekitarnya. Peningkatan kualitas lingkungan tersebut seperti pencegahan terhadap masuknya
berbagai polutan agar lingkungan tidak terpolusi, membersihkan lingkungan yang terkontaminasi
oleh polutan, dan memberdayakan sumber daya alam yang masih memiliki nilai tambah untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia Bioteknologi lingkungan dalam biologi merupakan
kajian yang menjanjikan mengenai analisis dampak lingkungan untuk kesejahteraan dalam
meningkatkan penjagaan lingkungan hidup dalam kehidupan modern yang lebih baik lagi di
masa industrialisasi. Salah satu perlakuan teknologi dalam bioteknologi lingkungan dilakukan
melalui mikrobiologi, seperti mengaktivasi berbagai kotoran (hewan dan manusia) dan
pencernaan anaerobik hewan.

Berikut beberapa contoh penerapan bioteknologi di bidang lingkungan:


1. Biogas
Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi
kedap udara). Pada dasarnya semua jenis bahan organik bisa di proses untuk menghasilkan
biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan
urine hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Jenis bahan organik yang
diproses sangat mempengaruhi produktivitas sistem biogas di samping parameter-parameter
lain seperti temperatur digester, pH, tekanan, dan kelembapan udara. Biogas merupakan
teknologi pembentukan energi dengan memanfaatkan limbah, seperti limbah pertanian,
limbah peternakan, dan limbah manusia. Selain menjadi energi alternatif, biogas juga dapat
mengurangi permasalahan lingkungan, seperti polusi udara dan tanah. Prinsip dasar teknologi
biogas adalah proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme dalam kondisi
tanpa udara (anaerob) untuk menghasilkan campuran dari beberapa gas, di antaranya metana
dan CO2. Biogas dihasilkan dengan bantuan bakteri metanogen atau metanogenik, bakteri ini
secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik, seperti limbah ternak
dan sampah organik. Proses tersebut dikenal dengan istilah anaerobic digestion atau
pencernaan secara anaerob. Umumnya, biogas diproduksi menggunakan alat yang disebut
reaktor biogas (digester) yang dirancang agar kedap udara (anaerob), sehingga proses
penguraian oleh mikroorganisme dapat berjalan secara optimal.

2. Biomassa
Biomas Semua materi organik mempunyai potensi untuk dikonversi menjadi
energi. Biomassa dapat secara langsung dikonversi menjadi bahan padatan, cair atau gas
untuk menghasilkan panas dan listrik. Teknologi biomassa adalah cara-cara untuk
mengubah bahan baku biomassa menjadi energi yang lebih bersih dan efisien. Teknologi
biomassa meliputi sistem pembakaran langsung (direct combustion), pembriketan
(briquetting), perancangan tungku yang effisien (improved stove), gasification, pirolysis,
anaerobic digestion dan liquefaction.

3. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif dari sumber terbarukan (renewable)
yang bersifat ramah lingkungan, dengan komposisi ester asam lemak dari minyak nabati
Biodiesel juga didefenisikan sebagai bahan bakar yang berasal dari minyak nabati yang
mempunyai kualitas menyerupai minyak diesel ataupun solar. Minyak diesel digunakan
sebagai bahan bakar pada mesin diesel stationer (pada PLN atau keperluan industri)
sedangkan solar digunakan sebagai bahan bakar pada mesin diesel moveable (alat-alat
transportasi). Tanaman di Indonesia yang berhasil dikembangkan sebagai sumber energi
alternatif biodiesel antara lain yaitu jarak pagar, kelapa sawit, dan alga.

4. Bioremediasi
Mikroorganisme dapat pula dijadikan sebagai pembersih bahan pencemar
lingkungan yang dikenal dengan istilah bioremediasi. Bioremediasi merupakan proses
pembersihan lingkungan tercemar dengan menggunakan mikroorganisme, seperti jamur
dan bakteri. Bioremediasi bertujuan untuk menghilangkan, memecah atan mendegredasi
zat-zatpencemar, seperti tumpahan minyak, pestisida atau sisa-sisa bahan kimia lainnya,
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbondioksida dan air). Bakteri
yang biasa digunakan untuk bioremediasi, antara lain dari genus Pseudomonas,
Flavobacterium, Arthrobacter dan Azotobacter

5. Pengolahan Limbah
Mikroorganisme terutama bakteri dan protozoa, memainkan peran penting dalam
pengolahan lombah. Limbah mengandung bakteri dari saluran pencernaan manusia yang
mungkin membahayakan. Bakteri-bekteri tersebut harus dimusnahkan untuk penyebaran
penyakit saluran pencernaan. Limbah juga mengandung bahan-bahan dari buangan rumah
tangga (seperti sabun dan detergen) serta bahan-bahan kimia dari pabrik. Semua kota
harus memiliki tempat-tempat pengolahan limbah. Pengolahan limbah membersihkan
bahan-bahan buangan padat dan cair dari limbah sehingga air yang keluar dari tempat
pengolahan limbah aman untuk digunakan.

E. Genetika di Bidang Industri

1. Produksi Biodiesel
Produski biodesel dapat menggunakan berbagai jenis cadangan tanaman seperti minyak
biji-bijian, minyak tropis, minyak sawit, limbah minyak, dan lemak hewan. Oleh karena itu,
wajar jika industri biodesel mulai menggunakan minyak kedelai selain minyak sawit. Namun
demikian, minyak kedelai dapat lebih menguntungkan jika dikaitkan dengan produksi
bungkil sebagai pakan ternak. Sebaliknya, Asia Tenggara yang tidak memiliki pasokan
kedelai yang memadai, menggantungkan pada minyak sawit yang merupakan produk utama
pabrik kelapa sawit. Dengan situasi ini, pengembangan tanaman kedelai merupakan program
strategis untuk meningkatkan pasokan bahan pakan dan minyak kedelai.
Secara umum teknologi produksi biodesel yang terintegrasi dengan penggilingan kedelai
dapat dilihat pada Gambar berikut.

Minyak tersebut kemudian mengalami proses degumming (untuk memisahkan gum dan
lesitin), serta biasanya dimurnikan, dijernihkan, hidrogenasi parsial, deodorisasi, dan
winterisasi (untuk menghindari pembekuan/ pengkeruhan jika dalam keadaan dingin) untuk
membuat berbagai produk populer, seperti salad dan minyak goreng, shortening, dan
margarin (Shurtleff dan Aoyagi, 2007). Dari sisi keseimbangan energi, maka produksi
biodesel dari minyak kedelai layak dikembangkan. Persoalan masih terletak pada
perbandingan harga dengan bahan bakar fosil. Oleh karena itu, tantangan terbesar adalah
memperbaiki produktivitas untuk menekan harga bahan baku dan memperbaiki proses
(teknologi dan peralatan) untuk menekan biaya produksi.
2. Produksi Minyak dan Bungkil Kedelai
Minyak kedelai adalah minyak yang baik untuk kesehatan karena mengandung Omega-3,
Omega-6 dan Vitamin E dengan harga relatif kompetitif (Mounts, dkk., 1986). Minyak
kedelai secara intensif dikonsumsi sebagai minyak sayur di seluruh dunia. Meskipun banyak
digunakan sebagai minyak goreng, penggunaan utamanya adalah sebagai bahan lemak dalam
industri pangan, yang bersama-sama dengan minyak sawit merupakan lemak yang paling
banyak digunakan. Hal ini terkait dengan peran minyak sebagai nutrisi dalam menu dan
kesehatan, termasuk untuk menghindari penyakit. Minyak kedelai mengandung lebih banyak
vitamin E dibandingkan minyak lainnya. Tokoperol adalah antioksidan alami sehingga dapat
mencegah minyak kedelai mengalami proses oksidasi. Dengan berbagai kelebihan
ini,permintaan minyak kedelai diperkirakan akan meningkat di masa mendatang.
Dalam banyak kasus, ekstraksi minyak menguntungkan secara ekonomi sekaligus
menghilangkan senyawa antinutrisi. Industri kecil menggunakan alat penggiling untuk
mengepres bji dalam mengekstrak minyak. Pilihan lain adalah dengan menggunakan pelarut
untuk mengestrak semua jenis minyak seperti heksana. Teknologi ekstraksi menggunakan
pelarut lebih banyak digunakan yang melibatkan tahap pengeringan biji, pembersihan,
pemecahan, pelepasan kulit, pemipihan, ekstraksi pelarut, penghilangan pelarut, pengeringan
serta pedinginan dan penggilingan. Proses yang sederhana ini akan menghasilkan minyak dan
bungkil yang mempunyai nilai tambah yang menguntungkan. (Tajuddin, 2017)

3. Modifikasi Sapi Transgenik


Transfer materi genetik dengan teknologi rekombinan DNA merupakan suatu metode
penemuan baru untuk menghasilkan ternak transgenik. Ternak transgenik memperlihatkan
bermacam-macam fenotipe baru melalui ekspresi molekul DNA eksogen. Ternak transgenik
dihasilkan dengan injeksimikro gen ke dalam pronukleus sesaat setelah fertilisasi dan sebelum
terjadi pembelahan pertama zigot, selanjutnya ditanam di dalam rahim induk pengganti.
Transfer gen (transgenik) artinya penyatuan stabil dari suatu gen dari spesies lain atau bangsa
ternak lain dalam satu spesies, sehingga gen itu berfungsi pada ternak penerima dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ternak transgenik adalah seekor ternak
yang DNA keturunannya telah ditingkatkan melalui penambahan atau penggantian DNA dari
sumber lain melalui rekombinan DNA. Para ilmuwan telah menggunakan teknologi tersebut
untuk mengembangkan ternak transgenik misalnya sapi transgenik yang mempunyai laju
pertumbuhan yang tinggi dan kualitas daging yang baik dan juga telah menghasilkan domba
transgenik yang mempunyai bulu yang tebal dll. Hewan transgenik dapat dijadikan andalan
sebagai hean yang potensial dalam memajukan dunia peternakan. (Sutarno, 2016)

DAFTAR PUSTAKA

Bantacut, Tajuddin . 2017. Jurnal Pangan, Vol. 26 No. 1 April 2017 : 81 – 9. Pengembangan
Kedelai untuk Kemandirian Pangan, Energi, Industri, dan Ekonomi Soybeans. Bogor:
IPB
Damayanti, novita, Dkk. 2011. Antibodi Monoklonal. Depok: FMIPA UI
Lutfig, M. A. and Richey S. 2000. DNA and Forensic Science. New England Law Review. Vol.
35:3
Sutarno. 2016. Proceeding Biology Education Conference Vol 13(1) 2016: 23-27. Rekayasa
Genetik dan Perkembangan Bioteknologi di Bidang Peternakan
Untoro, Joko. 2011. Target Nilai Rapor 10 Kupas Habis Semua Pelajaran. Jakarta: Wahyu
Media

Anda mungkin juga menyukai