Anda di halaman 1dari 11

Penindasan yang terjadi pada masa kecil merusak kehidupan pada saat dewasa

Penindasan yang terjadi pada masa kecil memberikan efek jangka panjang terhadap kehidupan korban
ketika dewasa dan penelitian menyebutkan konsekuensi negatif yang jangka panjang terhadap kesehatan,
pekerjaan dan relasi dengan orang lain.

Beberapa studi telah mendeteksi lebih dari 1,400 orang yang berusia antara 9 dan 26 tahun. Penindasan yang terjadi
di sekolah biasanya berkembang menjadi kriminal pada saat dewasa. Dari studi yang dilakukan di Warwick
University di Inggris dan Duke University di Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa penindasan tidak lagi
dipandang sebagai sesuatu yang tidak berbahaya. Dampak jangka panjang dari penindasan yang terjadi sekolah
diteliti melalui pengalaman-pengalaman dari tiga kelompok yang berbeda- yaitu mereka yang telah ditindas, mereka
yang pernah ditindas dan mereka yang pernah menjadi korban penindasan dan juga pernah melakukan penindasan.

Dampak negatif dalam jangka waktu yang lama


Penelitian yang dipublikasikan di Psychological Science menyatakan bahwa dampak paling buruk dari korban
maupun penindas, yang dalam studinya disebut sebagai “penindas-korban”. Biasanya dideskripsikan sebagai orang-
orang yang mudah terprovokasi, memiliki kepercayaan diri yang rendah, sulit memahami masalah sosial, dan
terkucilkan dari teman-teman sebayanya, yang membuat anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa dengan
kemungkinan 6 kali lipat memiliki gangguan yang serius, cenderung memiliki kebiasaan merokok ataupun dapat
berkembang menjadi gangguan psikiatri. Pada pertengahan abad ke-20 istilah “penindas-korban ” tersebut menjadi
populer, dan biasanya orang-orang tersebut meninggalkan pendidikannya, meninggalkan pekerjaannya serta
mengucilkan dirinya dari lingkungan sosial.

Kita tidak dapat terus mengabaikan masalah penindasan sebagai sesuatu yang dapat diabaikan, karena hal
tersebut merupakan hal yang tidak dapat dihindari karena menjadi bagian dari proses perkembangan menjadi
dewasa. Kita juga perlu mengubah pola pikir dan menganggapnya sebagai suatu masalah yang serius. - Dieter
Wolke, University of Warwick

Orang-orang yang pernah terlibat dalam penindasan baik sebagai korban maupun sebagai penindasan pada akhirnya
memiliki hasil yang lebih buruk dibandingkan orang-orang yang tidak pernah terlibat dalam penindasan. Orang-
orang yang pernah menjadi korban penindasan, tanpa merasa adanya gangguan pada dirinya sendiri umumnya
memiliki masalah kesehatan mental, gangguan yang lebih serius dan biasanya lebih cenderung mengalami
kemiskinan. Namun jika dibandingkan dengan “penindas-korban”, mereka lebih cenderung berhasil dalam
pendidikan dan dalam bersosialisasi. Mereka juga memiliki pola yang berbeda dibandingkan mereka yang telah
menindas, tetapi tidak merasa ada gangguan pada dirinya sendiri.
Mereka yang terkenal sebagai betul-betul penindas cenderung dipecat dari pekerjaan, cenderung melakukan
kekerasan dalam relasinya dengan orang lain, terlibat dalam perilaku yang beresiko atau ilegal misalnya mabuk-
mabukan, berkelahi, memiliki kebiasaan berbohong, dan bermalam dengan orang asing. Mereka juga cenderung
umelakukan pelanggaran seperti merusak properti umum. Namun dalam hal kesehatan dan kekayaaan, mereka
cenderung lebih berhasil dibandingkan korban penindasan atau mereka yang menindas dan menjadi korban.

Penindasan yang parah biasanya terlihat memiliki jiwa yang kuat, sehat, mampu secara sosial- dimana perilaku
manipulative dan agresifnya terlihat sebagai suatu “tindakan menyimpang ” daripada mencerminkan bahwa mereka
sebenarnya memiliki “kondisi emosional yang tergganggu”. Studi melibatkan penindasan secara verbal, fisik, dan
psikologis dan perbandingannya dilihat dari latar belakang sosial, misalnya kesulitan yang terjadi dalam keluarga,
stabilitas keluarga dan disfungsi.

“Kita tidak dapat terus mengabaikan penindasan sebagai sesuatu yang dapat diabaikan kondisi tersebut merupakan
bagian dari proses perkembangan menjadi dewasa. Kita juga perlu mengubah pola pikir dan menganggapnya
sebagai suatu masalah serius baik untuk individu maupun negara secara keseluruhan; efeknya pun bersifat jangka
panjang dan signifikan” disebutkan oleh Prof Dieter Wolke of the University of Warwick.
“Pada kasus penindas-korban, menunjukkan bahwa penindasan dapat menyebar jika tidak dilakukan intervensi.
Beberapa intervensi telah tersedia di sekolah namun alat-alat yang baru juga dibutuhkan oleh para professional
dalam bidang kesehatan untuk mengindentifikasi, memantau, dan berurusan dengan efek negatif dari penindasan.
Tantangan yang saat ini dihadapi yaitu masalah komitmen dengan waktu dan sumber terhadap intervensi tersebut
agar dapat mengakhiri penindasan.”

Emma-Jane Cross, penemu komunitas anti-penindasan menyatakan bahwa : “Studi ini telah memberikan secercah
harapan terhadap apa yang selama ini diabaikan oleh lingkungan sosial dan ekonomi. Temuan-temuan yang ada
mendemonstrasikan untuk pertama kalinya mengenai dampak jangka panjang yang timbul dari penindasan”.

Pencegahan Intimidasi Pada Dunia Maya /10 tips terbaik untuk remaja
1.Edukasi diri sendiri. untuk mencegah intimidasi pada dunia maya yaitu harus mengerti terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan intimidasi. Cari tahu mengenai definisinya, seperti bagaimana dan dimana sering terjadi.
Diskusikan dengan teman mengenai pendapat dan pengalaman mereka mengenai hal tersebut.

2. Jaga password. Jaga password dan informasi pribadi lainnya dari orang lain. Jangan biarkan password atau
informasi pribadi lainnya terlihat oleh orang lain, dan juga jangan berikan informasi tersebut kepada siapapun,
meskipun sahabat sendiri. Jika orang lain mengetahuinya, maka segeralah untuk menggantinya.

3. Simpan foto yang bersifat pribadi. Sebelum mempublikasikan atau mengirimkan foto seksi ke orang lain, harus
mempertimbangkan terlebih dahulu apakah foto tersebut merupakan foto yang kamu ingin orang tuamu,
kakek/nenek, dan seluruh orang lihat. Para penindas akan menggunakan foto tersebut sebagai bahan untuk membuat
hidupmu menjadi tidak senang.
4. Jangan pernah membuka pesan yang tidak teridentifikasi. Jangan buka pesan (email, pesan teks, pesan Facebook,
dll) dari orang-orang yang tidak dikenal, atau yang diketahui sebagai penindas. Hapus pesan tersebut tanpa
membacanya terlebih dahulu. Pesan tersebut dapat berisi virus yang secara otomatis dapat merusak alat komunikasi
jika dibuka. Dan juga jangan pernah membuka link ke situs yang dikirimkan oleh seseorang yang tidak dikenal. Link
tersebut juga dapat berisi virus yang dirancang untuk mengumpulkan data pribadimu.

5. Log out dari akun yang sedang digunakan. Jangan pernah menyimpan password pada situs website atau web
browser ketika sudah tidak menggunakan komputer atau handphone. Jangan berikan kesempatan kepada orang lain
supaya akunmu terlihat online dari perangkat sendiri. Jika kamu lupa untuk log out dari Facebook ketika
menggunakan komputer lain, maka orang selanjutnya yang akan menggunakan komputer tersebut dapat mengakses
akunmu dan dapat menyebabkan masalah yang signifikan.

6. Berpikir sebelum mempublikasikan sesuatu. Jangan publikasikan sesuatu yang dapat merusak reputasimu. Orang
lain akan menilaimu berdasarkan apa yang kamu publikasikan. Orang lain juga akan memberikan atau menolakmu
berdasarkan apa yang telah kamu publikasikan (misalnya pekerjaan, beasiswa ataupun kesempatan untuk magang).

7. Tingkatkan kesadaran. Mulai lakukan sebuah pergerakan, buat klub, buat kampanye, atau buat sebuah acara uang
dapat meningkatkan kesadaran terhadap intimidasi pada dunia maya, dan kamu juga dapat memahami mengenai apa
sebenarnya hal tersebut, dan menganggap kamu belum betul-betul memahaminya jika orang lain belum sadar
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan.

8. Atur kontrol privasi. Akses yang sulit terhadap profil hanya untuk teman-teman yang dapat dipercaya.
Kebanyakan sosial media seperti Facebook dan Google + dapat membagikan informasi hanya untuk teman-teman
tertentu.

9. “Google” diri sendiri. Sebaiknya kamu mencari tahu namamu pada mesin pencari misalnya Google, Bing, dan
Yahoo). Jika terdapat informasi atau foto pribadi yang digunakan oleh orang lain, maka kamu harus menghapus foto
itu sebelum menimbulkan masalah.

10. Jangan mengintimidasi orang lain. Perlakukan orang lain seperti dirimu ingin diperlakukan. Ketika kamu
mengintimidasi orang lain di sosial media maka secara tidak langsung kamu memberikan contoh bahwa perilaku
tersebut merupakan hal yang dapat diterima.

Efek trauma pada pemuda


Pada saat ini, pemuda lebih beresiko mengalami trauma dibandingkan pada zaman dahulu. Berita internasional
menyebutkan adanya peningkatan kekerasan dan trauma dan kelihatannya mengalami peningkatan setiap hari.
Sedangkan cerita mengenai orang dewasa, biasanya melibatkan anak kecil. Populasi pengungsi juga meningkat dan
negara-negara semakin sedikit untuk merelokasi mereka. Anak-anak menjadi saksi kekerasan dan bencana alam dan
dapat dipengaruhi oleh kejadian yang terdapat disekitarnya, dan konsekuensi yang ditimbulkan berlangsung seumur
hidup. Kejadian yang traumatik dapat berasal dari kekeraan pada lingkungan sekitar, terabaikan dari lingkungan
sosial, banjir, gempa bumi, kekerasan menggunakan senjata, perang, kekerasan fisik dan kecelakaan.

Panduan Remaja Terhadap Depresi/Tips dan Alat untuk menolong diri sendiri atau teman
APA ITU DEPRESI REMAJA?
Depresi remaja lebih dari sebuah perasaan sedih atau merasa jatuh yang bersifat sementara. Hal tersebut merupakan
suatu gangguan kondisi jiwa yang serius dan melemahkan yang dapat mengubah cara berpikir, merasakan dan
beberapa fungsi dalam kehidupan sehari-hari. ketika kamu merasa depresi, kamu merasa putus asa dan merasa tidak
ditolong serta nampaknya tidak seorang pun yang dapat memahami. Namun, depresi jauh lebih umum terjadi pada
remaja. Kamu tidak sendiri dan depresimu bukan merupakan suatu kasus yang tidak memiliki harapan. Meskipun
kamu merasa depresi tidak bisa hilang, terdapat beberapa hal yang dapat kamu lakukan untuk menolong dirimu
sendiri, dan mulai untuk mendapatkan keseimbangan dan merasa lebih positif, lebih energik dan lebih
berpengharapan.

TANDA DAN GEJALA DARI DEPRESI PADA REMAJA :


 Sedih atau merasa putus asa
 Sensitif, mudah marah, memiliki kebencian
 Sering menangis
 Terkucilkan dari teman dan keluarga
 Minat melakukan aktivitas menjadi berkurang
 Tidak semangat bersekolah
 Perubahan pola makan dan tidur
 Sulit beristirahat dan agitasi
 Merasa tidak berharga dan merasa bersalah
 Kurang antusias dan motivasi
 Lelah atau kekurangan enegeri
 Sulit berkonsentrasi
 Memiliki rasa sakit yang sulit dijelaskan
 Memiliki pemikiran untuk mati atau bunuh diri

Depresi pada remaja vs orang dewasa


Depresi pada remaja terlihat sangat berbeda dengan depresi yang dialami oleh orang dewasa. Berikut ini
merupkan simptom yang umum ditemukan pada remaja dan pada orang dewasa

1. Sensitif atau mudah marah. Seperti yang diketahui bahwa sifat yang sensitif lebih sering ditemukan pada remja
dibandingkan kesedihan. Remaja yang depresi biasanya suka marah, mudah frustasi, mudah berseteru, atau
cenderung marah dengan meledak-ledak.
2. Memiliki rasa sakit dan nyeri yang tidak dapat dijelaskan. Remaja yang depresi umumnya mengeluhkan sakit
kepala atau sakit perut. Jika dalam pemeriksaan klinis menunjukkan tidak ada penyebab medis, maka sakit yang
dirasakan mengindikasikan depresi.
3. Memiliki sensitivitas yang ekstrim terhadap kritikan. Remaja yang depresi dapat tergganggu dengan perasaan
tidak berharga sehingga menyebabkan mereka sangat sensitif terhadap kritikan, penolakan, dan kegagalan. Hal ini
merupakan masalah yang dihadapi oleh orang-orang yang berprestasi.
4. Mengucilkan diri dari beberapa orang, namun tidak semua orang. Sedangkan, orang dewasa cenderung
mengisolasi diri ketika depresi, namun remaja biasanya tetap bersosialisasi dengan orang lain. Namun, remaja yang
depresi biasanya bersosialisasi dengan orang-orang yang lebih sedikit dibandingkan sebelumnya, mengucilkan diri
dari orang tua atau nongkrong dengan orang-orang yang berbeda.

TANDA DAN GEJALA DARI GANGGUAN BIPOLAR


Bipolar “mood episodes” melibatkan perubahan mood yang tidak biasa disertai dengan gangguan tidur, aktivitas atau
perilaku yang tidak biasa. Pada anak-anak perubahan mood dan aktivitas ini sangat berbeda dari perilaku biasanya
dan dari perilaku anak-anak pada umumnya. Seseorang dengan gangguan bipolar biasanya memiliki episode mania,
episode depresif atau episode yang bercampuran. Episode yang bercampuran memiliki episode manida dan depresif.
Episode mood ini menyebabkan simptom yang dapat bertahan selama satu minggu atau terkadang lebih lama.
Selama episode tersebut, simptom dapat terjadi setiap hari.

Anak-anak dan remaja memiliki episode mania biasanya merasa sangat senang dan bertingkahlaku bodoh yang
biasanya merupakan hal yang tidak biasa untuk mereka dan untuk orang-orang seusianya, memiliki kesabaran yang
sedikit, berbicara sangat cepat mengenai banyak hal yang berbeda, memiliki kesulitan tidur, memiliki kesulitan
untuk fokus, lebih sering berbicara dan berpikir mengenai seks, dan melakukan hal-hal yang beresiko.

Anak-anak dan remaja yang memiliki episode depresif biasanya merasa sangat sedih, sangat sering mengeluhkan
sakit misalnya sakit perut dan sakit kepala, tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak, makan terlalu sedikit atau terlalu
banyak, merasa bersalah dan tidak berharga, memiliki sedikit energi dan tidak bersemangat melakukan aktivitas,
memiliki pikiran untuk mati atau bunuh diri

TANDA DAN SIMPTOM DARI SKIZOFRENIA


Simptom dari skizofrenia biasanya dimulai pada usia antara 16 dan 30 tahun. Anak-anak juga dapat mengalami
skizofrenia, namun sangat jarang ditemukan. Simptom dari skizofrenia tergolong dalam tiga kategori yaitu : positif,
negatif, dan kognitif.

Simptom positif
Simptom positif merupakan perilaku psikotik yang tidak lazim ditemukan dalam masyarakat. Orang-orang yang
memiliki simptom positif biasanya kehilangan beberapa aspek dari realitas. Adapun simptomnya yaitu : halusinasi,
delusi, memiliki gangguan pikiran (cara berpikir yang tidak biasa atau disfungsional), gangguan pergerakan
(pergerakan tubuh yang agitasi).

Simptom negatif
Simptom negatif biasanya berkaitan dengan gangguan emosi dan perilaku. Adapun simptomnya yaitu : penurunan
ekspresi terhadap emosi melalui ekspresi wajah atau nada suara/ekspresi yang datar, kurangnya rasa senang dalam
kehidupan sehari-hari, kesulitan dalam memulai atau mempertahankan aktivitas yang dilakukan sehari-hari, menjadi
pendiam.

Simptom kognitif
Untuk beberapa pasien, simptom kognitif dari skizofrenia tidak nampak, namun pada orang lain, terlihat lebih parah
dan pasien merasakan perubahan pada ingatan dan aspek berpikir lainnya. Adapun simptomnya yaitu : fungsi
eksekutif yang buruk (kemampuan untuk memahami informasi dan menggunakannya dalam mengambil keputusan),
kesulitan untuk berfokus atau memberikan perhatian, memiliki masalah dengan kerja ingatan (kemampuan untuk
menggunakan informasi setelah mempelajarinya), menyakiti diri sendiri dan melakukan tindakan bunuh diri.

PENDAHULUAN
Menyakiti diri sendiri dan memiliki keinginan untuk bunuh diri yang terjadi pada orang muda (misalnya yang
berusia <25 tahun) merupakan masalah besar kesehatan global. Tindakan bunuh diri menyebabkan kehilangan orang
muda dalam jumlah yang besar, tindakan menyakiti diri sendiri berdampak terhadap orang-orang yang berkaitan
dengan orang muda tersebut seperti keluarganya, pemberi layanan kesehatan dan komunitas yang lebih luas.
Tindakan menyakiti diri sendiri merujuk kepada perilaku yang menyebabkan kerusakan, mutilasi atau merusak
tubuh tanpa keinginan membunuh diri. Hal tersebut termasuk memotong, overdosis, membakar, menelan objek
berbahaya atau bahan berbahaya, menggaruk, menggigit, menarik rambut, membenturkan kepala, atau menyebabkan
memar pada tubuh sendiri. Beberapa istilah lainnya yang serupa dengan “menyakiti diri sendiri” yaitu : “mutilasi diri
sendiri”, “melukai diri sendiri”, “menyakiti diri sendiri dengan sengaja”, “melukai diri sendiri tanpa ada pikiran
membunuh diri”, “menyakiti diri sendiri namun tidak fatal”, “meracuni diri sendiri ”, “memiliki perilaku melukai
diri sendiri”, “melakukan kekerasan pada diri sendiri”, “melukai diri sendiri.
Dalam artikel ini “menyakiti diri sendiri” merujuk pada seluruh perilaku yang telah disebutkan diatas. Keinginan
untuk bunuh diri merupakan suatu tindakan dimana seseorang ingin membunuh diri, tetapi tetap bertahan. Keinginan
untuk bunuh diri merujuk pada pikiran untuk bunuh diri dan keinginan tersebut berasal dari pikiran untuk
menrencanakan sesuatu dengan cepat.

SEBERAPA UMUM PERILAKU MENYAKITI DIRI DAN MEMBUNUH DIRI?


Menyakiti diri
Perilaku menyakiti diri sendiri merupakan hal yang jarang terjadi sebelum pubertas dan menjadi sering ditemukan
pada saat dewasa dengan episode awal dari menyakiti diri terjadi pada usia antara 12 dan 16 tahun. Tingkat perilaku
menyakit diri pada remaja menurun dan tetap menurun hingga akhir 20’s.
Studi komunitas pada negara yang berpenghasilan tinggi melaporkan 10% orang muda menyakiti diri sendiri
setidaknya sekali dalam hidup mereka. Hal tersebut lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria dan
menyakiti diri sendiri dengan cara menggunakan benda tajam merupakan hal yang paling umum ditemukan yang
diikuti dengan meracuni diri sendiri atau overdosis. Hanya sedikit orang muda yang menyakiti diri sendiri (hanya 1
dari 8) yang mendapatkan pelayanan kesehatan untuk perawatannya, yang menandakan kebanyakan perilaku ini
dihilangkan dari statistik resmi. Di sisi lain, perilaku menyakiti diri sendiri di Inggris merupakan satu dari lima
alasan yang umum untuk dirujuk ke rumah sakit. Terdapat 120,000 rujukan, yang hampir setengahnya merupakan
episode yang berulang dan 90% diantaranya yaitu overdosis medikasi.
Perilaku menyakiti diri sendiri pada orang muda telah diteliti pada negara dengan penghasilan rendah dan
penghasilan sedang, namun dari bukti yang ada menyatakan bahwa mungkin sama, dan jika tidak, lebih banyak
ditemukan pada negara dengan penghasilan tinggi. Tinjauan sistematik terbaru menunjikkan bahwa orang muda
pada negara yang berpenghasilan rendah dan sedang melaporkan 15-31% dari usia 12-25 tahun dilaporkan memiliki
perilaku menyakiti diri. Beberapa perilaku menyakiti diri berkaitan dengan penderitaan akut dengan resiko yang
sedikit terhadap orang muda. Namun terkadang, perilaku tersebut menjadi indikator masalah kesehatan mental dan
peningkatan resiko dari bunuh diri. Dalam populasi secara menyeluruh dilaporkan bahwa 4% orang dewasa, 13-45%
remaja dan 14-35% mahasiswa memiliki riwayat perilaku menyakit diri sendiri. Hal tersebut lebih umum lagi
ditemukan pada subpopulasi seperti gay dan orang-orang bisekusal dan pada subkultur remaja misalnya “goths ”. Hal
tersebut umum ditemukan pada orang muda, sebuah kelompok dengan tingkat gangguan diri dan gangguan medis
yang mengalami peningkatan. Studi jangka panjang menemukan bahwa kebanyakan orang muda yang memiliki
perilaku menyakiti diri sendiri selama remaja tidak lagi memiliki perilaku tersebut ketika memasuki usia dewasa
muda. Namun kelompok ini biasanya mengalami kesulitan dalam lingkungan dewasa termasuk tingginya
penggunaan alkohol dan obat-obatan, gangguan mental dan masalah dalam mempertahankan relasi yang intim
dengan orang lain.

Bunuh diri
Setiap tahum diperkirakan terdapat 800,000 kematian karena bunuh diri di seluruh dunia dan pada orang muda
merupakan penyebab kedua dari kematian secara global. Untuk setiap kematian, terdapat lebih banyak keinginan
untuk mendapatkan kembali hidupnya. Tidak seperti perilaku menyakiti diri, mati karena bunuh diri umum
ditemukan pada pria dibandingkan wanita. Lebih dari tiga kuarter (78%) dari seluruh kematian karena bunuh diri
secara global terjadi pada negara dengan penghasilan rendah dan sedang. Meskipun jumlah pria yang mati karena
bunuh diri lebih tinggi dibandingkan wanita di negara Eropa dan Amerika Serikat dengan perbandingan 4:1, rasio
jenis kelamin di Asia lebih rendah sekitar 2:1. Menelan pestisida, menggantung diri merupakan metode bunuh diri
paling umum digunakan secara global.

Apakah terdapat hubungan antara menyakiti diri sendiri dan membunuh diri?
Menyakiti diri sendiri sengat berkaitan erat dengan bunuh diri. Resiko dari bunuh diri tertinggi dalam enam bulan
pertama setelah episode menyakiti diri sendiri, dan perilaku tersebut juga berkaitan dengan peningkatan kematian
karena kecelakaan atau disabilitas permanen. Untuk setiap orang muda yang meninggal karena bunuh diri meningkat
50-100 kali dari bunuh diri yang ditemukan dalam populasi secara keseluruhan. Kurang lebih 1% orang muda
dirujuk ke unit gawat darurat diikuti oleh kematian karena menyakiti diri lalu membunuh diri dalam tahun yang
sama. Dari gambaran tersebut meningkat hingga 4% dalam waktu 10 tahun , 9% dalam waktu 22 tahun dan 10% di
keseluruhan tahun. Kurang lebih setengah dari orang yang meninggal karena bunuh diri memiliki riwayat menyakiti
diri dengan kurang lebih 25% memiliki perilaku tersebut dalam tahun sebelumnya. Adanya hubungan tersebut antara
menyakiti diri dan membunuh diri, dengan intervensi secara efektif maka dapat mengurangi perilaku tersebut pada
orang muda, dan jumlah kematian karena bunuh diri juga berkurang.

Kenapa orang muda menyakiti diri sendiri?


Kebanyakan orang muda melakukan hal tersebut karena memiliki rasa sakit emosional atau perasaan negatif, pikiran
atau ingatan. Pada beberapa, mungkin terlihat tidak ada jalan lain untuk menyelesaikan apa yang mereka alami atau
mengekspresikan apa yang mereka rasakan. Terkadang, dijadikan sebagai jalan keluar dari situasi sosial yang tidak
dapat ditolerir atau tidak mendapatkan kepedulian dari orang lain. Meskipun memberikan rasa lega yang sementara,
namun tindakan menyakiti diri sendiri hanya membantu sedikit untuk menyelesaikan masalah emosional. Terdapat
fungsi emosional dari tindakan menyakiti diri, termasuk menghukum diri sendiri, mengekspresikan kemarahan,
meredakan ketegangan, mendistraksi diri dari situasi yang tidak diinginkan, menegaskan otonomi mereka, atau
menetapkan batas antara diri sendiri dengan orang lain, dan menciptakan kegembiraan.

Masalah kesehatan mental LGBTQ


Usia remaja merupakan periode penting untuk kesehatan mental. Beberapa gangguan mental terjadi selama periode
pertama usia tersebut. Namun, tingkat bunuh diri tinggi pada seluruh orang dengan rentang usia 10 hingga 24 tahun.
Remaja dan orang dewasa muda yang lesbian, gay,bisexual, transgender, and queer (LGBTQ) memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk kesehatan mental yang buruk. Masalah kesehatan mental yaitu depresi, gangguan mood,
kegelisahan, stress pasca traumatik. Terdapat juga resiko penggunaan alkohol dan melakukan tindakan yang
beresiko (misalnya seks tanpa pengaman). Kebanyakan hal tersebut disebabkan oleh stigma menjadi LGBTQ.
Remaja dan orang muda yang LGBTQ memiliki ketakutan tidak diterima dalam lingkungan keluarga, teman, guru,
kerja, komunitas agama dan komunitas secara keseluruhan. Terdapat juga ketakutan ditindas atau tidak dapat
menerima beberapa hal karena bias. Hal ini disebut sebagai stress minoritas.
Cara untuk meningkatkan kesehatan
Mayoritas remaja dan orang dewasa muda LGBTQ merupakan individu yang gembira dan percaya diri. Mereka
dapat berkembang dalam seluruh aspek kehidupannya. Hal ini biasanya karena lingkungan rumah dan sekolah yang
aman, bahagia dan suportif. Jika kamu merupakan orang tua atau guru dari remaja LGBTQ, terdapat dua area
dimana kamu dapat meningkatkan kesehatan sosial, emosional dan fisiknya yaitu :
Kebanyakan LGBTQ takut memberitahu orangtua mereka bahwa mereka homoseksual, biseksual atau transgender.
Anak-anak takut kehilangan cinta, dukungan orang tua atau bahkan diusir dari rumah. Sebagai orang tua, hal terbaik
yang dapat dilakukan yaitu memberikan cinta dan dukungan tanpa batas. Untuk membantu remaja disekitarmu,
berikan dukunganmu dengan :
 berbicara dengan tenang dan jujur mengenai perasaan anakmu
 mendorong anakmu untuk berbicara denganmu kapanpun,
 ajak anakmu untuk berbicara dengan konselor atau terapis,
 hindari melakukan penghakiman berdasarkan pilihanmu sendiri, genggam anakmu sama seperti ketika
dirimu menginginkan anakmu tumbuh sebagai heteroseksual,
 tetap terlibat dalam kehidupan remaja dan dewasanya, dapat diandalkan,
 bantu anakmu mendapatkan bantuan medis, edukasional dan emosional.
 Jika anakmu memutuskan untuk memberitahu temannya bahwa dia LGBTQ, pastikan mereka aman di lingkungan
sekolahnya, bicarakan pada anakmu mengenai pandangannya mengenai kultur sekolah, lihat apakah mereka menghargai
perbedaan dan perhatikan kebijakan yang berkaitan dengan penindasan dan kekerasan, kemudian perhatikan bagaimana
anakmu di sekolah :
 identifikasi ruangan yang aman misalnya ruangan konselor atau ruangan kelas dimana pemuda dapat
mendapatkan dukungan dari guru atau pegawai sekolah. Bentuk klub sekolah yang menciptakan lingkungan
yang aman, ramah dan dapat menerima (misalnya aliansi gay atau aliansi seksualitas. Klub sekolah ini terbuka
untuk seluruh orientasi seksual dan jenis kelamin)
 Pastikan mendapat edukasi kesehatan mengenai HIV dan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
yang berkaitan dengan LGBTQ.
 Latih dan rekruit staff sekolah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan suportif untuk seluruh
siswa tanpa memperhatikan orientasi seksual atau identitas jenis kelamin.
 Fasilitasi akses komunitas yang berpengalaman menyediakan layanan kesehatan termasuk tes HIV/STD dan
konsultasi, pelayanan sosial dan psikologis terhadap pemuda yang LGBTQ.

The American Academy of Family Physicians (AAFP) percaya bahwa para professional kesehatan mental berguna
untuk orang-orang yang berjuang untuk kesehatan mental mereka. Beberapa orang tetap lanjut untuk mendapatkan
bantuan dari psikiatrinya. Memberikan dukungan emosional merupakan bagian penting dari keluarga. Deteksi awal
dari masalah kesehatan mental dapat terjadi melalui kunjungan yang sering dengan dokter keluarga. Psikiater
keluarga untuk merawat keseluruhan anggota keluarga. Mereka lebih baik dalam mengetahui masalah dan
memberikan intervensi dalam keluarga. Psikiater keluarga juga mampu merawat orang-orang yang belum memiliki
akses terhadap pelayanan kesehatan mental. Hal ini sering disebabkan oleh stigma sosial yang berkaitan dengan
gangguan mental,

Dampak dari Kekerasan dan Penindasan di Sekolah

Sektor edukasi, yang bekerjasama dengan sektor lainnya dan pemegang wewenang lainnya bertanggungjawab untuk
melindungi anak-anak dan pemuda dari kekerasan untuk memberikan lingkungan belajar yang aman dan inklusif
untuk seluruh siswa. Sekolah juga tempat dimana sikap terhadap kekerasan dapat berubah dan perilaku yang tidak
bersifat kekerasan dapat dipelajari; kedua lingkungan belajar tersebut dan isi edukasi merupakan pemahaman dari
hak asasi manusia, persamaan gender, nilai terhadap respek dan solidaritas dan kemampuan untuk berkomunikasi,
negosiasi dan menyelesaikan masalah dengan baik. Sekolah yang bebas dari kekerasan juga dapat menginisiasi
komunitas bebas kekerasan yang lebih luas.

Pendekatan dibutuhkan tidak hanya untuk mengurangi kekerasan dan penindasan, namun juga berkontribusi
terhadap pengurangan tingkat kebolosan siswa, meningkatan prestasi akademik dan meningkatkan kemampuan
sosial siswa. Sektor pendekatan edukasi yang komprehensif dan efektif terhadap kekerasan dan penindasan yang
terjadi di sekolah membutuhkan berbagai elemen yaitu :
# Kepemimpinan – termasuk: mengembangkan dan menegakkan hukum dan kebijakan nasional yang melindungi
anak-anak dan remaja dari kekerasan dan penindasan di sekolah, dan mengalokasikan sumber daya yang adekuat
terhadap kekerasan dan penindasan yang terjadi di sekolah.
# Lingkungan sekolah - termasuk: menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif; manajemen sekolah
yang kuat; mengembangkan dan menegakkan kebijakan sekolah dan memastikan staf yang melanggar harus
bertanggung jawab.
# Kapasitas - termasuk: pelatihan dan dukungan pada guru dan staff lainnya untuk memastikan mereka memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam menggunakan pendekatan kurikulum untuk mencegah kekerasan dan sebagai
respon terhadap insidensi kekerasan dan penindasan yang terjadi di sekolah, mengembangkan kapasitas anak-anak
dan remaja, mengembangkan pengetahuan yang baik, sikap dan kemampuan untuk mencegah kekerasan pada anak
dan remaja.
# Kerja sama- termasuk: mempromosikan perhatian terhadap dampak negatif dari kekerasan dan penindasan yang
terjadi di sekolah, kolaborasi dengan sektor lainnya di tingkat lokal dan nasional, kerja sama dengan guru dan ikatan
guru, dan partisipasi aktif dari anak-anak dan remaja.
# Pelayanan dan dukungan - termasuk:memberikan mekanisme yang mudah diakses, sensitif terhadap anak-anak,
dan dapat dipercaya sehingga konseling dan dukungan tersedia dan rujukan terhadap pelayanan kesehatan dan
lainnya
# Bukti- termasuk: implementasi dari koleksi data komprehensif, pemantauan yang teliti dan evaluasi dari
perkembangan dan dampaknya dan meneliti untuk memberikan informasi rancangan program dan intervensi.
Contoh spesifik dari tindakan yang dilakukan pada negara-negara yang berbeda berkaitan dengan elemen yang
berbeda dari respon yang efektif dan komprehensif sekolah terhadap kekerasan dan penindasan berdasarkan laporan
global UNESCO “Kekerasan dan Penindasan di Sekolah”.

Anda mungkin juga menyukai