Anda di halaman 1dari 8

Best Practice sekolah model SPMI 2019

SEKOLAH MODEL SPMI DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN EDS


YANG LEBIH BAIK DI UPT SDN 064023

A.      PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang bertugas menciptakan budaya mutu untuk
mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah dicanangkan
pemerintah. Dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional, yang dituangkan dalam undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai pusat pengembangan mutu sekolah, setiap
satuan pendidikan bertanggungjawab atas ketercapaian mutu yang diharapkan.
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab setiap satuan pendidikan tentu bertugas
mengembangkan mutu sekolah yang mengarah pada ketercapaian tujuan tersebut.  Kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut hasil evaluasi sebagai dasar
pengembangan selanjutnya akan sangat menentukan mutu sekolah yang dipimpinnnya.
Perencanaan yang dilakukan suatu sekolah sering kali tidak berdasarkan kebutuhan
yang baik. Pada umumnya perencanaan diperkirakan bukan dianalisa dari kebutuhan,
sehingga pada pelaksanaannya sering tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Hal ini
yang menjadi polemik pada pengelolaan terutama masalah keuangan sekolah.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan kondisi yang menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya, perlu dilakukan analisa yang benar dengan alat yang menghasilkan data yang
lebih valid, sebagai data awal perencanaan pengelolaan pendidikan di setiap satuan
pendidikan.

2.      Permasalahan
Berdasarkan hasil supervisi awal yang telah dilakukan terhadap hasil EDS dan
pemanfaatannya bagi perencanaan sekolah, diperoleh permasalahan sebagai berikut.
a.   EDS disusun hanya untuk keperluan pelengkap administrasi untuk pemeriksaan atau akreditasi
b.      Format EDS yang digunakan kurang mengakomodir kepentingan sekolah
c.       Format EDS kurang detail dan tidak sesuai 8 standar pendidikan
d.      Hasil yang diperoleh tidak digunakan senagai bahan perencanaan sekolah
3.      Pendekatan  Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dilakukan dengan cara pendampingan secara terencana dan
berkelanjutan. Adapau langkah yang ditempun sebagai berikut.
a.   Diakukan sosialisasi pelaksanaan Sekolah Model SPMI yang diprogramkan oleh LPMP
b.      Dilakukan penawaran progran ke seluruh warga sekolah
c.    Dibuat komitmen keikursertaan menjadi calon penerima bantah dari program Sekolah Model
SPMI
d.      Dikukuhkan sebagai sekolah model SPMI
e.       Disertakan pada pelatihan peserta sekolah model SPMI
f.       Dilakukan pendampingan pelaksanaan sekolah model sesuai siklus yang ditentukan pada
instrumen
g.      Dilakukan pemenuhan mutu
h.      Silaksanakan ekspos peserta sekolah model di tingkat kabupaten Sukabumi

4.      Tujuan Penulisan
Secara umum penulisan ini sebagai upaya peningkapan pemahaman kepala sekolah tentang
pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah dengan benar.
Secara khusus, duharapkan kepala sekolah dapat
a.       Melakukan evaluasi diri sekolah dengan menggunakan format PMP
b.      Melakukan analisis atau pemetaan muru
c.       Melakukan perencanaan pemenuhan mutu
d.      Merencakana perencanaan tindakan aksi pemenuhan muru
e.       Menuangkan hasil perencanaan aksi menjadi rencana kergiatan sekolah (RKT/RAKS)
f.       Memancfaatkan hasil EDS untuk berbagau keperluan

5.      Manfaat
a.       Bagi Penulis
1)      Dapat mengoptimalkan pemahaman tentang EDS dan pemanfaatannya bagi sekolah binaan
2)      Dapat mengetahui kondisi sekolah yang sebenarnya sebagai bahan prioritas pembinaan yang
akan dilakukan`

b.      Bagi Kepala Sekolah


1)      Meningkatkan pemahaman tentang EDS
2)    Memahani manfaat pelaksanaan EDS bagi perencanaan kegiatan pengelolaan sekolah
3)    Dapat melaksanakan kegiatan EDS dan menggunakan hasilnya untuk pengelolaan sekolah
c.       Bagi Warga sekolah lainnya
1)      Mengetahui kondisi sekolah secara detail
2)      Membantu melaksanakan pelaksanaan pemenuhan mutu sekolah

B.     Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Langkah-langkah Evaliasi Diri Sekolah dalam


Kegiatan Sekolah Model SPMI
1.      Pengertian EDS
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah suatu proses evaluasi yang bersifat internal dengan
melibatkan  pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang digunakan  sebagai dasar penyusunan RKS dan RKAS
dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah secara konsisten dan berkelanjutan, serta
sebagai masukan bagi perencanaan investasi pendidikan tingkat kab/kota
2.      Tujuan Pelaksanaan EDS
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah:  (a) Menilai kinerja sekolah  berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan (SNP), (b) Mengetahui tahapan pengembangan dalam
pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai dasar peningkatan mutu pendidikan;
dan (c)  Menyusun RKS/RKAS sesuai kebutuhan nyata dalam rangka pemenuhan Standar
Nasional Pendidikan (SNP)
3.      Manfaat EDS
Manfaat Evaluasi Diri Sekolah (EDS) untuk tingkat sekolah, antara lain:
a.       Sekolah dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangannya sendiri dan  merencanakan
pengembangan dan peningkatan ke depan.
b.      Sekolah dapat memiliki data dasar yang akurat sebagai dasar   untuk pengembangan dan
peningkatan di masa mendatang.
c.       Sekolah dapat mengidentifikasi peluang untuk    meningkatkan mutu pendidikan, mengkaji
peningkatan tersebut  berjalan dengan baik dan menyesuaikan program sesuai dengan
hasilnya.
d.      Sekolah dapat memberikan laporan formal kepada  pemangku kepentingan demi
meningkatkan akuntabilitas sekolah
4.      Manfaat Evaluasi Diri Sekolah (EDS) untuk Tingkat Lain
a.       Menyediakan data dan informasi yang penting untuk perencanaan, pembuatan keputusan,
dan perencanaan anggaran pendidikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.
b.      Mengidentifikasikan bidang prioritas untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan.
c.       Mengidentifikasikan jenis dukungan yang dibutuhkan terhadap sekolah dari berbagai
kalangan.
d.      Mengidentifikasikan pelatihan serta kebutuhan program pengembangan lainnya.
e.       Mengidentifikasikan keberhasilan sekolah berdasarkan berbagai  indikator pencapaian sesuai
dengan  Standar Pelayanan Minimal dan Standar Nasional Pendidikan.
5.      EDS Berdasarkan Konsep SPMI
Sistem pendidikan nasional yang didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Setiap satuan pendidikan
pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan baik secara
eksternal maupun internal sebagaimana diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 19 tahun 2005. Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk
memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Setiap satuan pendidikan beserta seluruh komponen didalamnya memiliki
tanggungjawab dalam peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan. Peningkatan mutu di
satuan pendidikan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh
komponen satuan pendidikan. Untuk peningkatan mutu sekolah secara utuh dibutuhkan
pendekatan yang melibatkan seluruh komponen satuan pendidikan (whole school approach)
untuk bersama-sama memiliki budaya mutu. Agar penjaminan mutu dapat berjalan dengan
baik di segala lapisan pengelolaan pendidikan telah dikembangkan sistem penjaminan mutu
pendidikan yang terdiri dari Sistem Penjaminan Mutu Internal (SMPI) dan Sistem
Penjaminan Mutu Eksternal (SMPE).
Sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh
seluruh komponen dalam satuan pendidikan disebut sebagai SPMI. SPMI mencakup seluruh
aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk
mencapai SNP. Sistem penjaminan mutu ini dievaluasi dan dikembangkan secara
berkelanjutan oleh satuan pendidikan dan juga ditetapkan oleh satuan pendidikan untuk
dituangkan dalam pedoman pengelolaan satuan pendidikan serta disosialisasikan kepada
pemangku kepentingan satuan pendidikan. Agar pelaksanaan SPMI dapat dilakukan oleh
seluruh satuan pendidikan dengan optimal, perlu dikembangkan satuan pendidikan yang akan
menjadi model penerapan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri, yang selanjutnya
disebut sekolah model, sebagai gambaran langsung kepada satuan pendidikan lain yang akan
menerapkan penjaminan mutu pendidikan sehingga terjadi pola pengimbasan pelaksanaan
penjaminan mutu hingga ke seluruh satuan pendidikan di Indonesia.
Pada tahun 2016 ini akan di laksanakan program sekolah model. Sekolah model adalah
sekolah berbasis standar nasional pendidikan, yang mencakup 8 standar nasional pendidikan
yakni standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, standar penilaian, standar
PTK ,standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar sarpras . Sekolah model adalah
sekolah yang ditetapkan dan dibina oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP)
untuk menjadi sekolah acuan bagi sekolah lain di sekitarnya dalam penerapan penjaminan
mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah model menerapkan seluruh siklus penjaminan mutu
pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga budaya mutu tumbuh dan
berkembang secara mandiri pada sekolah tersebut.
Sekolah model dipilih dari sekolah yang belum memenuhi SNP untuk dibina oleh
LPMP bersama sama pemerintah daerah agar dapat menerapkan penjaminan mutu pendidikan
di sekolah mereka sebagai upaya untuk memenuhi SNP. Pembinaan oleh LPMP dan
pemerintah daerah dilakukan hingga sekolah telah mampu melaksanakan penjaminan mutu
pendidikan secara mandiri. Sekolah model dijadikan sebagai sekolah percontohan bagi
sekolah lain yang akan menerapkan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah
model memiliki tanggungjawab untuk mengimbaskan praktik baik penerapan penjaminan
mutu pendidikan kepada lima sekolah di sekitarnya, sekolah yang diimbaskan ini selanjutnya
disebut dengan sekolah imbas.
Sekolah model akan dibina oleh LPMP dibantu oleh fasilitator daerah. Pembinaan yang
diterima oleh sekolah dalam bentuk pelatihan, pendampingan, supervisi serta monitoring dan
evaluasi. Pembinaan tersebut dilakukan oleh LPMP hingga sekolah tersebut mampu
melaksanakan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Kemandirian sekolah diukur oleh
LPMP pada kegiatan monitoring dan evaluasi sesuai instrumen yang disediakan.
C.    Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanakan 
Pelaksanaan EDS yang dikembangkan oleh LPMP dengan model SPMI merupakan hal
yang baru sehingga dalam pelaksanaannya banyak hal-hal yang ditemukan. Pada umumnya
hal yang banyak dirasakan adalah hambatan atau kesulitan. Hambatan yang ditemua beradal
dari dalam team SPMI sendiri maupun dari pihak luar yang bersinggungan dengan program
SPMI. Adapun hmbatan dimaksud adalah sebagai berikut
1.      Hambatan Internal
Hambatan internal banyak ditemukan dari dalam team SPMI sendiri atau guru lain yang
tidak terlibat dalam team. Hambatan dimaksud adalah sebagai berikut.
a.       Rendahnya pemahaman anggota team sehingga terdapat keraguan dalam melaksanakan
setiap tahapan kegiatan sesuai panduan LPMP
b.      Bamyaknya kesibukan yang dialami para guru sehingga efektivitas kegiatan EDS terganggu
c.       Rendahnya semangat para guru dan team berkaitan dengan kemampuan penggunaan IT
d.      Belum memiliki komitmen yang kuat untuk melaksanakan segala langkah-langkah EDS
sesuai dengan penduan dari LPMP

2.      Hambatan Eksternal
a.       Rendahnya respon sekolah imbas sehingga ikut menganggu siklus yang seharusnya
dilaksanakan
b.      Banyaknya kegiatan lain yang membuat terhambatnya siklus sehingga mengurangi kuapitas
yang diharapkan
c.       Rendahnya tanggapan lembaga yang ada di sekitar, sehingga komunikasi kurang berjalan
sesuai perencanaan

D.    Faktor Pendukung
Faktor pendukung yang membantu terlaksannya seluruh siklus kegiatan SPMI adalah sebagai
berikut
1.      Fasilitas sekolah yang memungkinkan aktivitas berjalan dengan baik
2.      Tingginya semangat dari kepala sekolah sehingga keseluruhan kegiatan dapat dilaksanakan
dengan tepat waktu
3.      Solidnya team dalam setiap kegiatan
4.      Kesiapan seluruh warga sekolah
E.     Langkah Pencapaian Kegiatan
Langkah yang ditempuh dalam mendampingi sekolah model dalam melaksanakan EDS
berdasarkan sistem yang dikembangkan LPMP dalam bentuk sekolah model SPMI adalah
sebagai berikut.
1.   Sosialisasi sekitar kesiapan Calon Sekolah Model untuk progran SPMI, berdasarkan hasil
pelatihan Fasda
2.    Sosialisasi terhadap warga sekolah sebagai bentuk motivasi, dengan cara kegiatan paparan
materi, diskusi dan curah gagasan berdasarkan hasil pelatihan Fasda sehingga menghasilkan
kesepakan untuk siap melaksanakan fase-fase SPMI dengan menghasilkan komitmen
3.      Membentuk team SPMI, dengan mengoptimalkan guru yang ada berdasarkan kemampuan
dan kesiapan. Dalam kegiatan ini diperoleh Team TPMPS dengan beranggotaka guru dan
komite sekolah.
4.      Penyiapan berbagai perangkat yang dibutuhkan, baik sarana maupun prasarana untuk
berbagai kegiatan pelaksanaan pemetaan mutu dan pemenuhan mutu.
5.      Melaksanakan pendampingan I oleh LPMP
6.    Melakukan pendampingan kedua sekolah model sedang melakukan pemetaan mutu sebagai
bentuk EDS berdasarkan raport sekolah dari hasil PMP tahun sebelumnya
7.  Mendampingi sekolah melakukan siklus-siklus pemenuhan mutu, rencana aksi, rencana
pelaksanaan program, dan pelaksanaan program.
8.  Mendampingi petugas monev dalam menyusun instrumen dan melaksanakan monev saat
pelaksanaan program pemenuhan mutu berlangsung.
9.      Melaksanaan pendampingan II sebagai bentuk evaluasi dan refleksi diri dari kegiatan paska
in 1, dalam bentuk :
a.       pemetaan mutu dengan bersandar pada hasil pemetaan PMP tahun 2018 berupa nilai rapor
sekolah
b.      rencana pemenuhan mutu, dengan mengisi instrumen yang telah disiapkan LPMP
berdasarkan hasil pemetaan sebelumnya
c.       menyusun rencana aksi, berdasarkan rencana pemenuhan mutu sertarekomendasi yang telah
disusun
d.      membuat program pemenuhan mutu, berdasarkan rekomendasi hasil pemetaan mutu dalam
bentuk program kegiatan serta proposal kegiatan
e.       melaksanakan program pemenuhan mutu dalam berbagai bentuk kegiatan seperti IHT, surah
gagasan, workshop, dll
10.  Mendampingi persiapan ekspos, dalam berbagai kegiatan seperti :
a.       Persiapan alat dan bahan
b.      Berbagai aktivitas selama expose
c.       Menyiapkan dan memposisikan petugas
F.     Hasil yang Diperoleh
Pelaksanaan program pemetaan mutu  dengan siklus yang telah dilewati, tentu saja
memperlihatkan beberapa hasil yang dicapai. Adapun hasil yang begitu signifikan, adalah
sebagai berikut
1.      Peningkatan Kompetensi
a.      Kepala sekolah lebih memahami langkah-langkah EDS yang benar berdasarkan pemetaan
mutu dari raport sekolah hasil PMP tahun sebelumnya, sehingga dalam penyusunan RKT dan
RAKS telah sesuai dengan kebutuhan sekolah yang sesungguhnya.
b. Guru mengetahui peranan dalam perencanaan pengelolaan pendidikan sehingga dapat
memebantu kepala sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaan
c.       Komite sekolah memahami peranannya dalam memberikan masukan dan pengawasa
terhadap pelaksanaan pemetaan, perencanaan, pemenuhan mutu yang dilaksanakan sekolah
d.      Warga sekolah lainnya memiliki pemahaman tentang proses perencanaan dan EDS sehingga
dapat memberikan berbagai masukan bagi sekolah

2.      Dimilikinya sikap positif bagi budaya mutu dalam bentuk


a.       Motivasi dan semangat yang tinggi
b.      Komitmen menciptakan budaya mutu
c.       Kerjasama yang solid seluruh komponen sekolah
d.      Aktivitas warga sekolah yang dinamis
e.       Saling membantu dan kekeluargaan

3.      Diperoleh berbagai perangkat berupa


a.       Daftar isian pemetaan mutu berdasarkan analisa team
b.      Rekomendasi hasil pemetaan debagai dasar penusunan rencana
c.       Rencana pemenuhan mutu
d.      Rencana aksi
e.       Program pemehuhan mutu
f.       Instrumen monitoring dan evaluasi

4.      Meningkatnya kemampuan kepala sekolah dalam


a.       Menganalisis kebutuhan berdasarkan pemetaan
b.      Menysun EDS yang sesuai kebutuhan sekolah
c.       Menyusun RKS/RKT atau RAKS
d.      Menyusun program pegiatan pemenuhan mutu
e.       Melaksanakan berbagai kegiatan pemenuhan mutu

5.      Meningkatnya kemampuan guru dan warga sekolah dalam


a.       Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang kebutuhan proses pembelajaran
b.      Membantu sekolah dalam penyusunan perencanaan pengelolaan sekolah
c.       Waga sekolah memiliki rasa percaya diri yang kuat b erkaitan dengan tugas dan tanggung
jawabnya dalam kegiatan sekolah model SPMI
6.      Guru memiliki keterampikan yang lebih baik berkaitan dengan hasil pemenuhan mutu yang
telah dilaksanakan, berupa:
a.       RPP yang sesuai dengan permen no 22 tahun 2017 yang memuat PPK, literasi, saintifik dan
penilaian HOTS
b.      Penggunaan model pembelajaran dalam perencanaan proses pembelajaran (RPP)
c.       Pelaksanaan proses pembelajaran yang menggunakan berbagai model pembelajaran
d.      Kompetensi penggunaan komputer untuk keperluan penilaian terutama aplikasi exel dan
kegunaannya

G.    PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
a.       Kegiatan pendampingan sekolah model SPMI dapat meningkatkan kemampuan kepala
sekolah dalam pengelolaan sekolah, khususnya dalam penyusunan rancana kerja sekolah, hal
ini ditandai dengan memiliki EDS yang sesuai kebutuhan, diperolehnya RKS yang sesuai
dengan kebutuhan riil di sekolah, dan berbagai prorgam pemenuhan mutu yang sesuai dengan
hasil EDS.
b.      Kegiatan proses SPMI dapat meningkatkan pemahaman warga sekolah untuk berperan aktif
dan membantu kepala sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaan program sekolah.
c.       Kegiatan SPMI dapat menciptakan budaya mutu warga sekolah ditandai dengan adanya
komitmen, motivasi, kerja sama, dan kepedulian terhadap perkembangan kualitas pendidikan
d.      Kegiatan pemenuhan mutu dengan berbagai kegiatan, dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam penyusunan perencanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan evaluasi terhadap hasil pembelajaran, dan melaksanakan penilaian pembelajaran
dengan menindaklanjuti hasil evaluasi.

2.      Rekomendasi
Berdasarkan simpulan di atas, penulis dapat merekomendasikan beberapa has seperti berikut
ini.
a.       Sekolah imbas perlu melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan siklus yang diperoleh
pada saat pendampingan, sehingga mendapat manfaat yang sama seperti sekolah model SPMI
b.      Kepada pemangku kepentingan, diharapkan dapat bekerja sama dalam setiap proses
pemetaan mutu sehingga dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi sekolah
c.       Para pengambil kebijakan, diharapkan dapat mensosalisasikan kepada seluruh sekolah di
lingkungan kecamatan, dengan memenfaatkan Fasilitator Daerah yang ada di wlayahnya.

Anda mungkin juga menyukai