Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia adalah keadaan massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin yang beredar
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh atau
dapat juga disimpulkan sebagai penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau hitung
eritrosit di bawah normal. Seorang perempuan hamil didiagnosis mengalami anemia
apabila memiliki kadar hemoglobin dibawah 11 g/dl.
World Health Organization (WHO) memerkirakan sebanyak 1,62 milyar
penduduk dunia mengalami anemia dan 56,4 juta dari penderita anemia tersebut
merupakan perempuan hamil. WHO memperkirakan jumlah perempuan hamil yang
menderita anemia di Asia Tenggara sebanyak 18,1 juta. Asia Tenggara memiliki
prevalensi tertinggi dibanding dengan Afrika, Amerika, Eropa, Asia Pasifik, dan
Mediterania Timur.
Penyakit anemia di Indonesia merupakan masalah kesehatan dengan tingkat
berat, terjadi pada lebih dari 40% dari populasi. Prevalensi anemia pada kehamilan di
Indonesia dilaporkan sebanyak 24,5 %. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai macam
hal. Penyebab utama anemia pada kehamilan adalah defisiensi besi, kemudian diikuti
oleh defisiensi folat. Diperkirakan sebanyak 50% anemia merupakan anemia defisiensi
besi. Kehilangan darah yang banyak pada saat menstruasi, infeksi parasit seperti cacing
tambang, infeksi oleh tuberkulosis dan malaria, serta kanker juga dapat menyebabkan
anemia.
Anemia pada kehamilan memberikan dampak buruk terhadap ibu dan janin.
Perempuan hamil dengan anemia akan mengalami peningkatan risiko morbiditas dan
mortalitas, terutama meningkatnya angka kematian jika terjadi hemoragia postpartum,
sedangkan dampaknya pada janin akan meningkatkan risiko kelahiran prematur, berat
badan lahir rendah, dan nilai Apgar yang rendah. Beberapa penelitian melaporkan bahwa
anemia derajat ringan lebih sering terjadi. Beberapa penelitian melaporkan hasil yang
berbeda, dimana dilaporkan bahwa derajat anemia pada kehamilan yang paling sering
terjadi adalah anemia derajat sedang. Anemia pada kehamilan dilaporkan lebih sering

1
terjadi pada trimester ke-2 kehamilan, sementara beberapa hasil penelitian melaporkan
anemia pada kehamilan lebih sering terjadi pada trimester ke-3 kehamilan. Anemia pada
kehamilan dilaporkan lebih sering terjadi pada multigravida, sementara penelitian lain
melaporkan anemia lebih sering terjadi pada grandemultigravida.
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500
mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200
mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100
kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan
2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan
dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg
sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil. Besarnya angka
kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar
70%, dan trimester III sebesar 70%. Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama
kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan
pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah
dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi
untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen
lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg
akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40
mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. (Dinas kesehatan Jabar,
2016).
Dari penelitian pada data dinas kesehatan provinsi jawa barat dapat disimpulkan
bahwa lebih dari ¾ ibu hamil mengalami defisiensi besi dan lebih dari 1/3 mengalami
anemia. Pemberian suplemen besi setara 60 mg elemen besi dan 0,25 mg asam folat per
hari selama 13 minggu dapat menurunkan angka amenia serta meningkatkan status besi
ibu hamil, tetapi 1/3 dari mereka masih menderita defisiensi besi dan 9% masih anemia.
Oleh kerena itu, adalah sangat penting memberikan asupan besi sejak masa pre-maternal
supaya cadangan besi pada saat hamil cukup memadai. (Dinas kesehatan Jabar, 2016).

2
Prevalensi anemia ibu hamil di Kabupaten Bekasi tahun 2016 sebanyak 10% dari
768.324 ibu hamil. Ketidakpatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe dan pengetahuan
yang kurang akan pentingnya tablet zat besi dalam masa kehamilan merupakan salah satu
faktor yang dapat menyebabkan anemia (Marlia dkk, 2006). Selain itu, status gizi, jarak
kehamilan, pendidikan, jumlah paritas, umur ibu, dan frekuensi Antenatal Care (ANC)
ternyata juga mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil (Darmawan, 2003). Depkes
(2005) menyatakan bahwa dampak yang menyebabkan timbulnya anemia pada ibu hamil
ialah mengalami pendarahan saat melahirkan, bayi berat lahir rendah (BBLR), IQ tidak
optimal, bayi mudah terinfeksi dan mudah menderita gizi buruk. Berdasarkan hasil
penelitian terdahulu, terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan ibu yang
mengkonsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini disebabkan
karena kepatuhan ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe memiliki hubungan yang kuat
dengan kadar Hb ibu hamil, sehingga makin patuh ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe
semakin tinggi kadar Hb ibu hamil tersebut (Sifik dan Prayitno 2014).

Hal ini berarti bila semakin patuh ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe maka
resiko terkena anemia semakin kecil. Jumlah paritas juga dapat mempengaruhi kejadian
anemia. Penelitian Febriana (2011) menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara
jumlah paritas dengan kejadian anemia, semakin tinggi jumlah paritas maka resiko
mengalami anemia sebesar 3-6 kali. Hal ini dikarenakan setelah persalinan dan lahirnya
plasenta serta pendarahan, ibu akan kehilangan zat besi sekitar 900 mg. Jika setelah
persalinan kebutuhan zat besi tidak terpenuhi serta terjadi persalinan yang berulang-ulang
maka resiko anemia pada kehamilan berikutnya lebih tinggi (Manuaba, 2010). Faktor
yang mempengaruhi kejadian anemia selanjutnya yang terjadi pada ibu hamil yaitu umur
ibu. Berdasarkan penelitian Sri dan Yuliastanti (2013), terdapat hubungan yang signifikan
antara umur ibu dengan kejadian anemia. Kelompok umur < 20 tahun beresiko anemia
sebab reproduksi belum berkembang dengan optimal dan umur di atas 35 tahun juga
rentan anemia karena dalam hal ini daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terkena
penyakit infeksi selama masa kehamilan.

3
Frekuensi Antenatal Care (ANC) juga dapat mempengaruhi kejadian anemia.
Penelitian Asyirah (2012) menunjukkan hubungan yang bermakna antara Frekuensi
Antenatal Care (ANC) dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan ANC
merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia.
Skrining dini anemia, konseling dan pemberian tablet Fe dapat diperoleh dari asuhan
ANC. Selain itu, kunjungan ANC memberikan informasi kesehatan essensial bagi ibu
hamil salah satunya adalah informasi tentang pemenuhan nutrisi zat besi (Sulistyoningsih,
2011).
Dari uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai faktor-
faktor kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Tarumajaya,
Kabupaten Bekasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tesebut, maka rumusam msalah dan faktor-faktor yang
mempengaruhi penyebab anemia pada kehamilan di puskesmas tarumajaya adalah :
a. Bagaimana cara mengetahui penyebab anemia dilihat dari paritas ?
b. Bagaimana cara mengetahui kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet
Fe?
c. Bagaiaman sosial ekonomi bisa menyebabkan anemia?
d. Bagaimana usia bisa menyebabkan anemia pada kehamilan ?
e. Bagaimana ANC bisa mempengaruhi penyebab anemia dikehamian ?
f. Bagaiaman pendidikan bisa menyebabkan anemia pada kehamilan?
g. Bagaiaman jarak usia anak bisa menyebabkan anemia pada kehamilan ?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
anemia pada ibu hamil di Puskesmas Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.

4
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan jumlah paritas pada ibu hamil.
b. Mendeskripsikan kepatuhan konsumsi tablet Fe pada ibu hamil.
c. Mendeskripsikan usia ibu dalam masa kehamilan.
d. Mendeskripsikan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil.
e. Menganalisis hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
f. Menganalisis hubungan antara sosial ekonomi dengan kejadian anemia pada
ibu hamil
g. Menganalisis hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian
anemia pada ibu hamil.
h. Menganalisis hubungan antara umur ibu dengan kejadian anemia pada ibu
hamil.
i. Menganalisis hubungan antara frekuensi Antenatal Care (ANC) dengan
kejadian anemia pada ibu hamil.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Akademik
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan serta menambah pengalaman
dalam melaksanakan penelitian ilmiah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian anemia pada ibu hamil serta dapat dijadikan referensi bagi peneliti
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
penanganan anemia ibu hamil dan menambah masukan bagi puskesmas tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil sehingga bisa
dijadikan pedoman untuk menentukan kebijakan penanggulangan masalah
anemia.

Anda mungkin juga menyukai