Anda di halaman 1dari 8

Bab I

PENDAHULUAN
1.1 IDENTIFIKASI KONDISI EKSISTING WILAYAH
Masyarakat Jawa terutama dilapisan yang berada di lapisan masyarakat perkotaan, dalam
hal ini adalah terfokus pada daerah Desa Gempol RT 07 RW 02 Kecamatan Menganti, mulai
khawatir terhadap akibat kurangnya perhatian dari orang tua masing-masing anak terhadap
penggunaan Bahasa Jawa putra-putrinya, dan dimungkinkan juga, orang tua anak juga sudah
tidak memahami berbahasa Jawa yang baik dan benar, sehingga tidak mampu mengajari
anak-anaknya dengan sebagai mana mestinya. Akibatnya kesalahan-kesalahan seringkali
terjadi pada kehidupan sehari-hari, utamanya unggah-ungguh atau kesopanan berbahasa
dalam keluarga, antara hubungan anak dengan orang yang lebih tua yang acapkali tidak
sesuai. Hal ini sangat penting, karena mengingat Bahasa Jawa merupakan bahasa yang
berdimensi personal, artinya, terdapat undha-usuk atau tingkat tutur di dalamnya.
Sebenarnya, kemahiran berbahasa Jawa dengan segala macam persoalannya selalu menjadi
topik pembicaraan masyarakat.
Menurut Kridalaksana (2001), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang
digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa komunikasi yang digunakan
secara khusus di lingkungan etnis Jawa. Menurut Hermadi (2010), bahasa Jawa merupakan
bahasa yang digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di daerah Jawa. Bahasa Jawa
juga merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan dan dijaga
karena jika tidak bahasa Jawa dapat terkikis dan semakin hilang dari Pulau Jawa.
Konggres Bahasa Jawa memang sering digelar, lima tahun sekali secara
berkesinambungan, tetapi bukan berarti bahwa masalah kemahiran berbahasa Jawa telah
selesai atau tuntas dibicarakan. Gagasan yang berkembang setiap konggres terhadap
keberadaan bahasa Jawa tetap dilestarikan dan dapat digunakan oleh masyarakat Jawa dalam
era globalisasi. Kunci utama menguasai bahasa Jawa secara benar terletak pada kemampuan
pembelajaran dalam lingkungan keluarga setiap harinya. Pada generasi sekarang para orang
tua dan lingkungan hampir tidak pernah mengajarkan berkomunikasi dengan bahasa Jawa.
Saat ini para kaum muda di Pulau Jawa, khususnya yang masih di usia sekolah, sebagian
besar tidak menguasai bahasa Jawa. Hal ini bisa disebabkan oleh gencarnya serbuan beragam
budaya asing dan arus informasi yang masuk melalui bermacam sarana seperti televisi dan
lain-lain.
Pemakaian bahasa gaul, bahasa asing, dan bahasa seenaknya sendiri (campuran Jawa-
Indonesia Inggris) juga ikut memperparah kondisi bahasa Jawa yang semakin lama semakin
surut. Betapa tidak, saat ini murid tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah yang
mendapatkan pelajaran bahasa Jawa sebagian besar dari bangku sekolah, salah satunya
adalah sekolah MI Miftahul Huda. Sementara pelajaran bahasa Jawa yang dulunya
merupakan pelajaran wajib sekarang hendak (bahkan sudah mulai) dihilangkan dari daftar
matapelajaran sekolah. Meskipun ada, jam mata-pelajarannya juga sangat sedikit, hanya 2 X
45 menit dalam seminggu, sedangkan penggunaan bahasa Jawa di lingkungan rumah pun
tidak lagi seketat seperti di masa-masa dulu. Orang tua tidak lagi membiasakan bahasa Jawa
sebagai bahasa sehari-hari untuk berkomunikasi di keluarga. Sebagian besar malah
mengajarkan bahasa Indonesia atau bahasa asing kepada anak-anak mereka. Bahasa Jawa,
apalagi bahasa Krama Inggil pun semakin terabaikan.
Kondisi tersebut juga kian diperparah dengan adanya pandangan generasi muda terhadap
bahasa Jawa. Mereka menganggap bahasa Jawa adalah bahasa orang-orang desa, orang udik,
orang-orang pinggiran, atau orang-orang zaman dulu. Mereka mengaku malu dan gengsi
menggunakan bahasa Jawa dan memilih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa gaul.
1.2 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN WILAYAH
1. Bagaimana wujud komunikasi dalam Bahasa Jawa?
2. Bagaimana kemahiran Bahasa Jawa dalam menyongsong masyarakat yang global?
3. Bagaimana bentuk unggah-ungguh Bahasa Jawa sesungguhnya?
1.3 IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH
Berdasarkan Badan Pusat Statistika Kecamatan Menganti Tahun 2019, Desa Gempol
Kurung memiliki luas wilayah 3,55 km2 dengan jumlah penduduk mencapai 7.974 jiwa yang
terdiri dari 4.021 laki-laki, 3.953 perempuan, dan 1.988 kepala keluarga. Banyak perbedaan
dalam penggunaan bahasa jawa dengan pola hidup masyarakat desa yang bervariasi.
Dalam potensi wilayah di perkotaan secara sosial, ekonomi, dan lingkungan Pada
umumnya mendukung diajarkannya Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Sasaran untuk
memberi pelajaran kemahiran dan keterampilan berbahasa dan berbudaya Jawa secara
lengkap meliputi aspek sosial dan budaya. Dari Hasil yang diharapkan dapat memperbaiki
perilaku generasi bangsa dengan bahasa Jawa yang baik dan benar serta berbudaya arif.
Masyarakat perkotaan sering disebut (urban community). Pengertian masyarakat kota lebih
ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan
masyarakat pedesaan. Karena, masyarakat kota dominan mengalami pergesaran budayanya
sendiri dari pada masyarakat desa. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota
yaitu :
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung padaorang
lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu.
3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas
yang nyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga
kota dari pada warga desa.
5. Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan dari pada
faktor pribadi.
6. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan
individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka

dalam menerima pengaruh dari luar.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 IDENTIFIKASI ALTERNATIF-ALTERNATIF SOLUSI UNTUK
MENJAWAB PERMASALAHAN YANG ADA
Dalam menjawab permasalahan yang ada di desa Gempol, kecamatan Menganti ada
beberapa metode yang telah di rumuskan sebagai berikut :
No. Metode Penjelasan
1. Survei Lokasi Observasi dilakukan pra pengusulan proposal PKM-M oleh tim
ke Desa Gempol Kurung Kecamatan Menganti Kabupaten
Gresik Jawa Timur diperoleh hasil :
a. Mayoritas masyarakat Desa Gempol Kurung
mengajarkan Bahasa Indonesia daripada Bahasa Jawa
b. Pemuda-pemudi di Desa Gempol Kurung menganggap
bahwa Bahasa Jawa adalah bahasa yang kuno
c. Dalam pengajaran yang dilakukan di sekolah dalam
satu minggu hanya 2 x 45 menit dalam mata pelajaran
Bahasa Jawa.
2. Study Literature Diperoleh Study Literature:
a. Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa komunikasi yang
digunakan secara khusus di lingkungan etnis Jawa.
Bahasa ini merupakan bahasa pergaulan, yang
digunakan untuk berinteraksi antarindividu dan
memungkinkan terjadinya komunikasi dan perpindahan
informasi sehingga tidak ada individu yang ketinggalan
zaman (Ahira, 2010).
b. Menurut Hermadi (2010), bahasa Jawa merupakan
bahasa yang digunakan sebagai bahasa pergaulan
sehari-hari di daerah Jawa.
c. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa
Jawa memiliki fungsi sebagai (1) lambang kebanggaan
daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat
perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah
(Khalim dalam Tubiyono, 2008).
d. Bahasa Jawa memiliki hak hidup yang sama dengan
bahasa Indonesia. Hal ini sesuai dengan penjelasan
Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan
bahasa (daerah) Jawa akan dihormati dan dipelihara
oleh negara, termasuk pemerintah pusat atau pun
daerah (Alwi, 2000).
3. Sosialisasi Awal Metode ini dipilih untuk memberikan pengetahuan dasar
tentang pentingnya pelestarian Bahasa Jawa di era saat ini.
Pada tahapan ini tim PKM-M akan melakukan :
a. Pengenalan awal kepada masyarakat desa mengenai
informasi tentang kegiatan-kegiatan tim PKM-M yang
akan dilakukan di daerah Desa Gempol Kurung.
b. Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan rutin yang
bersifat informal melibatkan masyarakat.
4. Story Telling Metode ini dipilih karena yang menjadi sasaran utama dalam
tim PKM-M ini adalah anak-anak usia dini.
5. Game atau Permainan Metode ini dipilih karena selain untu mengajarkan Bahasa
Jawa tetapi juga untuk tetap melestarikan budaya ataupun
warisan lainnya dalam bentuk permainan yang disenangi anak
usia dini.
6. Video Animasi Metode ini dipilih karena pada anak usia dini di era ini lebih
tertarik melihat video, contohnya saja seringnya mereka
menonton sebuah video di Youtube daripada membaca buku
atau pun lainnya. Dalam video animasi yang akan kelompok
kami buat adalah sebuah video animasi yang berisi konten
mengenai pelestarian budaya Jawa dan juga cara berbicara
serta belajar bahasa Jawa.

2.2 PERENCANAAN SOSIOPRENEUR

Di Desa Gempol Kurung salah satu desa di Menganti , Jawa Timur. Berdasarkan Badan
Pusat Statistika Kecamatan Menganti Tahun 2019, Desa Gempol Kurung memiliki luas wilayah
3,55 km2 dengan presentase terhadap luas kecamatan sebesar 5,16% dan jumlah penduduk
mencapai 7.974 jiwa yang terdiri dari 4.021 laki-laki, 3.953 perempuan, dan 1.988 kepala
keluarga. Memiliki jumlah fasilitas dari tahun 2016-2018 TK sebanyak 2, SD sebanyak 2 dimana
mmpunyai jumlah kelas sebanyak 17 kelas. Salah satunya MI Miftahul Huda yang mempunyai
sistem pendidikan Bahasa Jawa sebanyak 2 x 45 menit dalam satu minggunya tidak menjamin
bahwasanya murid akan mampu berbahasa Jawa dengan baik dan benar terutama berdasarkan
undhak-usuknya. Perhatian masyarakat perkotaan terutama generasi muda terhadap penggunaan
bahasa Jawa sangat rendah, hal ini dibuktikan dengan sudah berkurangnya penggunaan bahasa
Jawa dalam komunikasi sehari – hari.

Rencana yang akan kami buat demi untuk melestarikan , mengajarkan sehingga dapat
diterap kan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbahasa Jawa untuk anak di usia dini di daerah
tersebut ialah dengan awalan memperkenalkan Bahasa Jawa dengan cara yang unik dan dapat
dimengerti anak-anak. Sasaran kami ialah untuk menjadikan anak-anak diusia dini dapat
menggunakan Bahasa jawa yang baik dan benar. Harapan yang kami buat dalam pemaparan
rencana ini yaitu menumbuhkan generasi milenial mahir dalam berbahasa yang sopan di Era
globalisasi serta pengaruh dari luar untuk tidak menggunakan Bahasa jawa. Rencana awal yang
akan kami paparka yaitu ada 2 rencana yang Pertama ; Anak-anak dikenlakan kosakata Bahasa
jawa dikeluarga. Bahasa jawa sering dianggap kuno dan kurang keren di kalangan generasi saat
ini. Dan Bahasa jawa hanya sering diajarkan waktu sekolah saja dan itupun sekali pertemuan per
minggu. Kedua ; Menggunakan media terkini dan terunik agar anak-anak dan generasi muda saat
ini lebih senang untuk mempelajari kosakata Bahasa jawa. Anak-anak di usia dini merupakan
usia bermain sehingga media menjadi vital sebagai kunci mendidik anak.

Orang tua dan guru memiliki konsekuensi untuk meningkatkan kemampuan dalam
berbahasa jawa. Karena dari lingkungan anak-anak juga bisa lebih menguasai Bahasa jawa
tersebut.

2.3 PELAKSANAAN SOSIOPRENEUR

ini dilakukan empat tahapan, yaitu :


 Persiapan (1 minggu)
- Kegiatan administratif internal dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Wijaya
Putra
- Observasi lokasi, pertama kali dilakukan dengan menemui RT dan warga Desa
Gempol Kurung. (waktu 2 hari)
- Pembuatan dan penyelesaian administratif dengan warga (waktu 4 hari)
- Pembuatan materi pelatihan ( waktu 1 minggu)
 Pelaksanaan (10 minggu)
 Pembinaan dan pendampingan : 4 minggu Pembuatan Laporan : 1 minggu

2.4 HASIL PENCAPAIAN SOSIOPRENEUR

Membantu masyarakat untuk lebih mengerti penggunaan Bahasa Jawa secara baik dan
benar secara undhak-usuknya.
b. Menumbuhkan rasa cinta pada Bahasa Jawa pada pemuda-pemudi di desa Gempol
Kurung.
Membangun jiwa sosial, solidaritas, simpati, empati, dan interaksi yang tinggi bagi
mahasiswa terhadap masyarakat luas sebagai agen perubahan.
b. Dapat terus melestarikan Bahasa Jawa di era modern serta mengajak masyarakat dalam
upaya melestarikan penggunaan Bahasa Jawa.

2.5 MONITORING DAN EVALUASI

Pada minggu per 1 hasil observasi tersebut dapat digunakan untuk memulai
sosialisasi terhadap anak-anak. Dengan melakukan sosialisasi kami lebih
dapat memahami setiap anak-anak yang ada di desa Gempol.

Setelah melakukan observasi selama 1 Minggu, kita akan melaksakan


pengenalan bahasa Jawa pada anak-anak di desa Gempol. Dan selanjutnya
kita akan melakukan pembinaan dan pendampingan.

Evaluasi kami berharap dengan adanya kegiatan tersebut anak-anak makin


mengerti akan berbahasa yang sopan kepada orang yang lebih tua darinya ,
dan dapat menghormati orang yang lebih tua.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 REKOMENDASI

Anda mungkin juga menyukai