DI RUANG ANGGREK
Disusun:
T.A 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Ns.Nurhayati,S.Kep.,MNS (……............)
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga tugas makalah ini dapat kami
selesaikan.laporan ini berisi tentang “Manajemen Keperawatan M1-M5di ruangan
Anggrek Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu”.
Laporan ini tentunya masih jauh dari sempurna.Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun sangat diharapkan.Akhirnya penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan
penyelesaian tugas makalah ini.Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Tujuan..............................................................................................
BAB II KONSEP TEORI...............................................................................
A. Timbang Terima...............................................................................
B. Conference.......................................................................................
C. Ronde Keperawaan..........................................................................
BAB III PENGKAJIAN M1-M5...................................................................
A. Gambaran RS...................................................................................
B. M1 (Manusia/ Ketenagakerjaan)......................................................
C. M2 (Material/Sarana dan Prasarana)................................................
D. M3 (Metode)....................................................................................
E. M4 (Money).....................................................................................
F. M5 (Mutu)........................................................................................
G. PEMBAHASAN..............................................................................
BAB IV PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Keperawatan di Indonesia di masa depan perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa
depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia
(Nursalam, 2011).
Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis yang
mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan
profesi dan kebutuhan masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses
pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara
spontan oleh masyarakat. Pemberian asuhan keperawatan profesional perlu di
tunjang dengan adanya manajemen keperawatan. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan
keduanya dapat saling menopang (Nursalam, 2011).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi.Manajemen keperawatan
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan nyata yaitu Rumah Sakit
dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan
aplikasinya.Konsep yang harus dikuasai adalah konsep manajemen
keperawatan, perencanaan yang berupa strategi melalui pengumpulan data
dengan pendekatan 5 M (Man, Money, Material, Metode, Mutu), analisa
SWOT dan penyusunan langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan model
keperawatan profesional dan melakukan pengawasan serta pengendalian
(Nursalam, 2011).
B. Tujuan khusus
C. Manfaat
BAB II
KONSEP TEORI
A. TIMBANG TERIMA
1. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranyahandover, handoffs, shift report, signout, signoverdan cross
coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang
pasien
yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga.Handover adalah
transfer tentang informasi(termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat)
selama perpindahan perawatanyang berkelanjutan yang mencakup
peluang tentang pertanyaan, klarifikasidan konfirmasi tentang pasien.
Handover juga meliputi mekanisme transferinformasi yang dilakukan,
tanggungjawab utama dan kewenangan perawatdari perawat sebelumnya
ke perawat yang akan melanjutnya perawatan (Nursalam, 2011).
Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu
cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan
yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar
dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan rencana
kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
2. Tujuan
Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima
adalah:
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus)
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Manfaat
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat
bagi perawat dan bagi pasien.Bagi perawat manfaat timbang terima
adalah meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin
hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan
asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat
dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.Sedangkan bagi
pasien, saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara
langsung bila ada yang belum terungkap.
4. Prinsip
Nursalam (2011) memperkenalkan enam standar prinsip timbang
terima pasien, yaitu :
a. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien, peran pemimpin
menjadi sangat penting untuk mengelola timbang terima pasien
diklinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif
dari proses timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin.
Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi
pasien yang memburuk.
b. Pemahaman tentang timbang terima pasien, memastikan bahwa staf
bersedia untuk menghadiri timbang terima pasien yang relevan untuk
mereka. Meninjau jadwal dinas staf klinis untuk memastikan mereka
hadir dan mendukung kegiatan timbang terima pasien. Membuat
solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya
kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.
c. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien, Mengidentifikasi staf
yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus
dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan timbang
terima pasien. Dalam tim multidisiplin, timbang terima pasien harus
terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk
pasiennya yang relevan.
d. Waktu timbang terima pasien Mengatur waktu yang disepakati,
durasi dan frekuensi untuk timbang terima pasien. Timbang terima
pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali
terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien diantar
dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan
waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan proses
perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.
e. Tempat timbang terima pasien Sebaiknya, timbang terima pasien
terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika tidak
dapat dilakukan, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk
memastikan timbang terima pasien berlangsung efektif dan aman.
Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang
terima pasien bebas dari gangguan misalnya kebisingan di bangsal
secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.
f. Proses timbang terima pasien
1) Standar protokol Standar protokol harus jelas
mengidentifikasipasien dan peran peserta, kondisi klinis dari
pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang paling
penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis
pasien, penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan.
2) Kondisi pasien memburuk Pada kondisi pasien memburuk,
meningkatkan pengelolaan pasien secara cepat dan tepat pada
penurunan kondisi yang terdeteksi
3) Informasi kritis lainnya Prioritas kan informasi penting lainnya,
misalnya: tindakan yang luar biasa, rencana pemindahan pasien,
kesehatan kerja dan resiko keselamatan kerja atau tekanan yang
dialami oleh staf.
5. Metode
a. Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nursalam (2014)
disebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional
adalah:
Dilakukan hanya di meja perawat menggunakan satu arah
komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya pertanyaan
atau diskusi Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar
memastikan kondisi secara umum. Tidak ada kontribusi atau
feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses informasi
dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date
b. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Nursalam (2014) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien
atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga
baik secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda,
hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
1) Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan
terkait kondisi penyakitnya secara up to date.
2) Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien
dengan perawat.
3) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada
kondisi pasien secara khusus. Bedside handover juga tetap
memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada
informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit
atau persepsi medis yang lain.
6. Langkah-langkah
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan
c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab
shift selanjutnya meliputi:
d. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
e. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
f. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
g. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buri
h. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien
7. Prosedur Pelaksanaan menurut Nursalam (2011)
a. Persiapan
1) Kedua kelompok dalam keadaan siap
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
b. Pelaksanaan
1) Semua perawat jaga shift 1 dan 2 kumpul bersama
2) Didahului dengan do’a bersama
3) Komunikasi antar pemberi dan penerima tanggung jawab
dilakukan dictation dengan suara perlahan
4) Menyebutkan identitas pasien, Dx medis, Dx keperawatan,
tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaanya
5) Menginformasikan jenis dan waktu rencana tindakan
keperawatan yang belum dilakukan
6) Menyebutkan perkembangan pasien yang ada selama shift
7) Menginformasikan pendidikan kesehatan yang telah dilakukan
8) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
9) Menyebutkan terapi dan tindakan medis beserta waktunya yang
dilakukan selama shift
10) Menyebutkan tindakan medis yang belum dilakukan selama
shift
11) Memeberikan salam kepada pasien,keluarga, sereta
mengobservasi dan menginsfeksi keadaan pasien ,menanyakan
keluhan-keluhan pasien (dalam rangka klarifikasi)
12) Menginformasikan kepada pasien/keluarga nama perawat shift
berikutnya pada akhir tugas
13) Memberikesempatan pada shift jaga berikutya mengklarifikasi
semua masalah yang ada termasuk daftar alat-alat dan obat
14) Menutup operan jaga
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan
dalam komunikasi keperawatan digunakan untuk memvalidasi
asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif
memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga
kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan
akan dikerjakan oleh perawat. Yang perlu di dokumentasikan dalam
timbang terima :
1) Identitas pasien
2) Diagnosa medis pesien
3) Dokter yang menangani
4) Kondisi umum pasien saat ini
5) Masalah keperawatan
6) Intervensi yang sudah dilakukan
7) Intervensi yang belum dilakukan
8) Tindakan kolaborasi
9) Rencana umum dan persiapan lain
10) Tanda tangan dan nama terang.
B. CONFERENCE
1. Definisi
Conference merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Conference dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore
atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan.
Conference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat
mengurangi gangguan dari luar.
Conference terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas
pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan.
Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Nursalam, 2011).
Waktu : Setelah operan
Tempat : Meja masing - masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
2) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing - masing
perawat pelaksana.
3) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut
terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.
4) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
5) Ketua tim atau Pj tim menutup acara.
b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada
shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan
hal penting untuk operan (tindak lanjut).Post conference dipimpin
oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.
Tempat : Meja masing – masing tim.
Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
1) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang
telah diberikan.
3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan
klien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
4) Ketua tim atau Pj menutup acara.
2. Tujuan Pre dan Post Conference
a. Tujuan pre conference adalah:
1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan
pasien
b. Tujuan post conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian
masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.
3. Syarat Pre dan Post Conference
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan
keperawatan dan post conference dilakukan sesudah pemberian
asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan
pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu
ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim
4. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi
Menurut Nursalam (2011) Adapun panduan bagi PP dalam
melakukan conference adalah sebagai berikut:
a. Conference dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian
dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.
b. Conference dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya
masing-masing.
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil
evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas
malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
1) Utama klien
2) Keluhan klien
3) TTV dan kesadaran
4) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
5) Masalah keperawatan.
6) Rencana keperawatan hari ini.
7) Perubahan keadaan terapi medis.
8) Rencana medis.
d. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat
associate tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang
meliputi :
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan,
kesalahan pemberian makan, kebisikan pengunjung lain,
kehadiran dokter yang dikonsulkan.
2) Ketepatan pemberian infuse.
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
4) Ketepatan pemberian obat / injeksi.
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
6) Ketepatan dokumentasi.
5. Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
6. Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan
kemajuan masing –masing perawatan associate.
7. Membantu perawatan associate menyelesaikan masalaah yang tidak
dapat diselesaikan.
C. RONDE KEPERAWATAN
1. Definisi
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilakukan oleh perawat
disamping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer
dan atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga
seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2011).
2. Karakteristik
a. Pasien dilibatkan secara langsung.
b. Pasien merupakan fokus kegiatan.
c. Perawat associate, perawat primer, dan konselor melakukan diskusi
bersama.
d. Konselor menfasilitasi kereativitas.
e. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
3. Tujuan
Menurut Nursalam (2011) tujuan ronde keperawatan dibagi menjadi:
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis.
b. Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan cara berfikir kritis (Problem-Based Learning PBL)
2) Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal
dari masalah klien.
3) Meningkatkan pola pikir sistematis.
4) Meningkatkan validitas data klien.
5) Menilai kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan membuat justifikasi, menilai hasil
kerja, dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan (renpra).
4. Kriteria pasien
Menurut Nursalam (2011) pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde
keprawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakuakn tindakan keperawatan
b. Pasien dengan kasus baru atau langka.
5. Tipe-tipe
Menurut Nursalam (2011) ada empat tipe ronde yaitu:
a. Matron rounds adalah seorang perawat berkeliling ke ruangan-
ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal rondenya.
b. Nurse management rounds, ronde ini adalah ronde manajerial yang
melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada
sekelompok pasien dan keluarga pada proses interaksi.
c. Patient comfort rounds, ronde di sini berfokus pada kebutuhan utama
yang diperlukan pasien di rumah sakit.
d. Teaching rounds, dilakukan antara teacher nursedengan perawat atau
siswa perawat, dimana terjad proses pembelajaran.
6. Langkah-langkah
Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah ronde keperawatan dibagi
menjadi:
a. Pra Ronde
1) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka)
2) Menentukan tim ronde
3) Mencari sumber atau literature
4) Membuat proposal
5) Mempersiapkan pasien: informed consent dan pengkajian
6) Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Data apa yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Dan hambatan apa
yang ditemukan selama perawatan?
b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau
kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan
yang akan dilakukan.
c. Pasca Ronde
1) Evaluasi, revisi, dan perbaikan
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis, intervensi
keperawatan selanjutnya
BAB III
PENGKAJIAN M1-M5
A. Gambaran umum RS
1. Deskripsi rumah sakit
B. Penunjang Medis
a. Laboratorium
1) Patologi Klinik
2) Patologi Anatomi
b. Radiologi
1) Rontgen
2) Ultrasonografi (USG)
3) Elektrokardiogram (EKG)
C. Rawat Jalan
3. Tujuan
Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu Meningkatkan
Derajat Kesehatan Masyarakat
4. Strategi
a. Rencana Strategis Rumah Sakit
Program Rumah Sakit B yang dijalankan oleh instalasi rawat inap
yaitu:
1) Identifikasi pasien
Identifikasi pasien dilakukan dengan cara pemberian warna
gelang yang berbeda berdasarkan gender.
2) Cuci tangan
Program ini merupakan program penting yang dijalankan oleh
instalasi rawat inap guna megurangi risiko infeksi pada pasien.
3) Komunikasi, situation, background, assessment, recommendation
(SBAR)
Program ini meliputi pemberian komunikasi efektif antar perawat
dan tenaga kesehatan lain.
i. Keterlibatan Staff Keperawatan dalam Perencanaan
Staff keperawatan terlibat dalam pemberian keperawatan secara
langsung sesuai program yang telah direncanakan
A. M1(Manusia/Ketenagaan)
1. Bagaimanakah struktur organisasi di ruangan? Apakah anda merasa
puas dan sesuai dengan keampuan perawat?
Kepala ruangan mengatakan struktur organisasi ruangan sudah sesuai
dengan kemampuan masing masing perawat
Kepala Ruangan
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana
Ns. Oki Mahendra, S.Kep
Ns. Vera Suryani, S.Kep Ns. Atini Widya, S.Kep
Monalisa, S.Kep
Septiyani, S.Kep Dewi Andayani, Amd.Kep
Ryan Harianto, Amd.Kep
Revi Dartini, Amd.Kep Noveri Ismam, Amd.Kep
Devi Herlina, Amd.Kep
Lia Novrida, Amd.Kep Wiwid Purna, Amd.Kep
Dokter Spesialis :
- dr. Boediono, Sp.Pd
- dr. Abul Khair, Sp.An
- dr. Salius Silih, Sp.Pd
- dr. Yadi, Sp.Pd
- dr. Amin, Sp.Pd
Tenaga Non Medis :
- Cleaning Service : 3 orang
Menurut observasi kami pembagian tugas di ruangan anggrek sudah
sesuai dengan struktur organisasi seperti tertera di pertanyaan pertama.
Hanya saja latar belakang pendidikan kepala tim yang ada di struktur
organisasi ruangan anggrek masih ada kepala tim dengan latar
belakang pendidikan A.md Kep, sedangkan seharusnya syarat kepala
tim adalah sudah Sarjana keperawatan.
BOR = HP x 100 %
TTxPer
= 180x 100 %
24 x 31
= 180 x100 %
744
= 4,13 x 100%
= 4,13
RUMUS GILLES
A x B x 365
(365-C) X jam kerja/hari
Ket :
- A : Jam perwatan/24 jam
- B : Sensus harian/BOR
- C : Jumlah hari libur perawat
= A x B x 365
(365-C) X jam kerja/hari
= 4 x 24 x 365
(365-48) X7 jam
= 35040
2219
=15,7
=16 perawat
Pasal 12
- Desain tata Ruang dan desain komponen bangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf e harus dapat meminimalisir risiko
penyebaran infeksi.
- Desain tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memperhatikan alur kegiatan petugas danpengunjung Rumah Sakit.
Pasal 15
- Bangunan Rumah Sakit harus menyediakan fasilitas yang aksesibel
bagi penyandang cacat dan lanjut usia untuk menjamin terwujudnya
kemudahan bagi semua pengguna baik di dalam maupun diluar
Bangunan Rumah Sakit secara mudah, aman, nyaman dan mandiri.
- Fasilitas yang aksesibel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.toilet; b.koridor; c.tempat parkir; d.telepon umum; e.jalur pemandu;
f.rambu atau marka; g.pintu; dan h.tangga, lift, dan/atau ram.
B T
S
Keterangan: Utara : area parkir
Timur : ruang operasi
Selatan : Apotek atau ruang seruni
Barat : Radiologi
C. M3 (Metode)
I.Macam-macam model asuhan keperawatan
a) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional Model
fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan
orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas (
tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam,
2002).
b) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus Setiap
perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus sep
erti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik
dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).
c) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer Menurut
Gillies (1989) perawat yang menggunakan metode keperawatan primer
dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse). Pada metode keperawatan primer terdapat kontinutas
keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung
jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan
bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit.
Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan
koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan dan juga akan
membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer
sedang tidak bertugas , kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada
perawat lain (associate nurse). Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara si
pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
d) Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim Metode tim
merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatankelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaburatif ( Potter, Patricia 1993).
Kepala ruangan mengatakan model asuhan keperawatan yang
digunakan perawat diruangan saat ini adalah SDKI, SIKI,, SLKI.
Pada hasil pengkajian diiruangan anggrek Rumah Sakit Rafflesia
Bengkulu didapatkan hasilkan observasi bahwa pelayanan menggunkan
model asuhan keperawatan profesional kasus dengan menggunakan
SDKI,SIKI dan SLKI
1. MPKP
Model Asuhan Keperawatan yang digunakan(MAKP)
3. Kenyamanan.
- Menurut observasi kami pasien merasa nyaman berada dalam ruang
perawatan anggrek area ruangannya bersih dan tempat tidur layak dipakai
juga setiap ruangan terdapat kamar mandi dan wc yang bersih.
4. Kecemasan.
- Menurut observasi kami sebagian besar pasien pada saat dilakukan
tindakan keperawatan tidak terlalu merasa cemas karena pendekatan yang
dilakukan perawat.
5. Perawatan diri.
- Menurut observasi kami sebagian pasien memiliki perawatan diri dengan
baik dan sebagian kecil kurang melakukan perawatan diri, terutama pada
pasien yang setelah operasi takut luka atau bekas operasinya basah terkena
air jika mandi.
6. Pengetahuan/perilaku pasien.
- Menurut observasi beberapa pasien ada yang mempunyai pengetahuan
mengenai masalah kesehatan dan yang sudah mengetahui masalah
kesehatan pada saat perawat melakukan tindakan pasien tersebut tidak
merasa cemas sedangkan yang kurang pengetahuan pasiennya akan cemas.
No Pertanyaan 4 3 2 1
PEMBAHASAN
Renca Adalam pengkajian ini sudah cukup jelas karena sesuai
dengan SOP dari perencanaan itu sendiri mulai dari visi misi dan kegiatan
yang sesuai dengan visi misi. Pengorganisasian dari masing-masing tugas
masih ada yang belum dikerjakan, misal nya tugas kepala ruangan sekitar
45% tidak dilakukan, tetapi seharus nya bisa lebih kecil dari itu. Staffing
menempatkan pegawai sudah sesuai, dan orientasi ruang serta
pengembangan staff sudah sesuai dengan SOP. Acetuating untuk masalah
reword dalam pengkajian ini belum ada, seharusnya ,ketika ada
punishment seharusnya ada reword. Controlliong penilaian kinerja perawat
sudah terlihat dan cukup meskipun belum terkaji secara lengkap.
Kesimpulan dari M1-M5
M1 (MEN/Sumber Daya Manusia) :
a. Masalah : Tenaga perwat diruangan Anggrek telah memenuhi kebutuhan
pasien.
b. Solusi : Mempertahankan jumlah tenaga perawat diruangan Anggrek
c. Kelebihan : Adanya struktur organisasi, adanya visi dan misi, dan kinerja
perawat sesuai dengan tugas masing-masing.
d. Kekurangan : Diruangan Anggrek tidak memeiliki kekurangan Karen
tenaga kerja di ruangan Anggrek sudah memenuhu kebutuhan pasien.
M3 (Methode/ Metode )
a. Masalah : Dari hasil pengkajian kepala ruangan mengatakan metode yang
digunakan adalah metode asuhan keperawatan yang digunakan adalah
SDKI, SIKI dan SLKI sedangkan yang di maksud dengan metode adalah
seperti metode fungsional metode tim metode kasus dan metode primer
dan menurut observasi kami ruangan Anggrek ini menggunakan metode
kasus.
b. Solusi : Diharapkan perawat di ruangan Anggrek lebih memahami lagi
tentang metode kasus
c. kelebihan : Dalam pemeberian asuhan keperawatan dengan menggunakan
metode kasus perawat lebih mudah melakukannya
d. kekurangannya : Diruang Anggrek perawat belum terlalu memahami
mengenai metode kasus
M4 (Money/Pembiayaan) :
a. Masalah : Dalam proses pembiayaan pasien diruangan Anggrek tidak
terdapat kendala karena dari pembayaran umum ataupun kartu BPJS
dilayani dengan sama.
b. Solusi : Diharapkan untuk proses pembiayaan yang telah baik ini di
pertahankan untuk proses pelayanan kepada pasien.
c. Kelebihan : Di Rumah Sait Rafflesia Kota Bengkulu khususnya di ruang
Anggrek masalah pembiayaan masih dapat menggunakan kartu BPJS dan
asuransi lainnya.
d. Kekurangan : Dalam proses pembiayaan pasien diruangan Anggrek tidak
terdapat kendala karena dari pembayaran umum ataupun kartu BPJS
dilayani dengan sama.
M5 (Mutu)
a. Masalah : Dari pihak perawat diruang Anggrek kurangnya pemberian
informasi mengenai cara perawatan diri baik terhadap keluarga pasien
maupun pasien
b. Solusi : Menyediakan handscrub setiap ruangan agar keluarga dan pasien
dapat terhindar dari infeksi nosocomial
c. Kelebihan : Pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
perawat pada ruangan Anggrek, karena selalu menyampaikan tindakan
yang akan dilakukan dengan jelas
d. Kekurangan : Kurangn,ya pemberian informasi mengenai cara perawatan
diri pada keluarga pasien maupun pasien.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen di ruangan anggrek Rumah Sakit Rafflesia Kota
Bengkulu belum sepenuhnya terlaksanakan, contohnya belum berjalannya
Ronde Keperawatan pada ruang Melati.
1. M1 (MAN/Sumber Daya Manusia) :
Kelebihan :Adanya struktur organisasi, adanya visi dan
misi,dan kinerja perawat sesuai dengan tugas masing-masing.
Kekurangan :Sumber daya manusia terhadap tenaga keperawatan
jenjang pendidikan S1 masih kurang karena idealnya terdapat 3
tenaga keperawatan dengan pendidikan S1 untuk dijadikan ketua
tim pada setiap shift. Diruangan Anggrek pemilihan katim tidak
berdasarkan tingkat pendidikan melainkan berdasarkan lama masa
kerja setiap perawat.
2. M2 (Material/Sarana dan Prasarana)
Kelebihan :Tata letak gedung ruangan sudah sesuai dengan
standar pelayanan.
Kekurangan :Sarana dan prasarana selanjutnya perlu
ditambahkan lagi seperti alat habis pakaidan EKG.
3. M3 (Methode/metode):
Kelebihan :Dalam pemberian asuhan keperawatan
menggunakan metode tim perawat lebih mudah melakukan
Kekurangan :Diruang melati seharusnya menggunakan metode
fungsional tetapi dilapangkan yang mereka gunakan yaitu metode
tim.
4. M4 (Money/Pembiayaan):
Kelebihan :Di rumah sakit Rafflesia Kota Bengkulu khususnya
ruangan anggrek masalah pembiayaan masih dapat menggunakan
kartu BPJS dan asuransi lainnya.
Kekurangan :Pelayanan yang kurang.
5. M5 (Mutu):
Kelebihan :Pasien merasa puas dengan layanan yang diberikan
oleh prawat pada ruangan anggrek , karena selalu menyampaikan
tindakan yang akan dilakukan.
Kekurangan :Kurangnya pemberian informasi mengenai cara
perawatan diri pada keluarga pasien maupun pasien.
B. SARAN
M5 (Mutu)
Perawat diruang anggrek perlu menginformasikan mengenai
perawatan diri pada keluarga pasien maupun pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Model asuhan keprawatan yang digunakan menurut Hidayah,Nur.2014.
dalam Menajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) Tim dalam Peningkatan Kepuasaan Pasien di Rumah
Sakit.VII(2).2014. Jurnal Kesehatan.