Anda di halaman 1dari 28

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN

SUKU-SUKU DI INDONESIA

TUGAS MATA KULIAH


PERKEMBANGAN ARSITEKTUR NUSANTARA

DOSEN MATA KULIAH


MOH. MUHRIM THAMRIN, ST., MT.

DISUSUN OLEH
TEKNIK ARSITEK KARYAWAN III
FIRDAUS MOH. MAYANG
NIM. T1116012
ABDUL RAHMAN GANI
NIM. T1116027
HANSPITER H. ASWIN
NIM. T1116018
FAISAL S. PULUHULAWA
NIM. T1116009
MOH. DJAFRI HASAN
NIM. T1116008

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO
2017
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
SUKU-SUKU DI INDONESIA

ABSTRAK
Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri
mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan
kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu suku
bangsa, yaitu: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama. Contoh ciri
fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan. Ciri-ciri inilah yang
membedakan satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya. Suku bangsa
merupakan kumpulan kerabat (keluarga) luas. Mereka percaya bahwa mereka
berasal dari keturunan yang sama. Mereka juga merasa sebagai satu golongan.
Dalam kehidupan sehari-hari mereka mempunyai bahasa dan adat istiadat sendiri
yang berasal dari nenek moyang mereka.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Didunia khususnya diindonesia banyak terdapat suku bangsa yang
unik dan menarik untuk dibahas. Diindonesia sendiri terdapat ratusan suku
puluhan mungkin ratusan suku bangsa, dimana suku bangsa itu menepati
daerahnya masing-masing, ada yang masihutuh keaslianya dan ada pula
yang sudah punah keasliannya atau karakter dari suku bangsa tersebut.
Suku bangsa atau  kelompok etnik  adalah suatu
golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya
dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap
sama. Identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas
kelompok tersebut seperti kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan
ciri-ciri biologis. Itu sekilas tentang arti suku bangsa. akan tetapi bagaimana
asal usul terbentuknya, ciri-cirinya, dan bagaimana suku bangsa di Indonesia
dalam perspektif sejarah, hal itu yang masih menjadi pertanyaan bagi kita,
maka dalam makalah ini kami membahas tentang asal mula suku bangsa dan
yang berkaitan
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian suku bangsa ?
2. Bagaimana Sejarah dan perkembangan suku ?
3. Apa Kepercahayaan dan adat istiadat masing-masing suku ?
4. Bagaimana arsitektur bangunan dalam suku
C. Tujuan
Memenuhi tugas mata kuliah perkembangan arsitektur nusantara.
Memberikan pemahaman tentang asal muasal suku bangsa.
Untuk mengetahui kepercayaan dan adat istiadat dalam suku bangsa.
Untuk mengetahui ciri umum dan ciri khusus dalam suku.
Untuk mengetahui arsitektur bangunan dalam setiap suku
PEMBAHASAN
1. Pengertian suku bangsa
Suku bangsa atau kelompok etnik adalah suatu golongan manusia yang
anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya
berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama.Identitas suku ditandai oleh
pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut seperti
kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis.
Pengertian suku bangsa dengan simpel adalah kelompok spesifik yang
mempunyai kesamaan latar belakang. Selanjutnya diterangkan
bahwa pengertian suku bangsa, atau kelompok etnik adalah perkumpulan orang
yang mempunyai latar belakang budaya, bahasa, rutinitas, style hidup, dan ciri-
ciri fisik yang sama. Masing-masing mereka mengidentifikasikan diri pada satu
dengan yang lain.Eksistensi satu suku akan diakui bila telah memperoleh
pengakuan dari masyarakat yang ada di luar suku itu sendiri. Proses terciptanya
sesuatu suku dinamakan etnogenesis. Sistem pengaturan yang dianut oleh
sebagian besar suku bangsa di indonesia adalah sistem menurut garis keturunan
bapak, ibu, atau apalagi keduanya.

2. Pembahasan masing-masing suku


 SUKU DAYAK
Kata Dayak pada awalnya digunakan untuk menyebut penduduk asli di
pedalaman Pulau Kalimantan.Terutama untuk membedakannya dengan
masyarakat di pesisir yang umumnya memeluk agama Islam. Karena itu
istilah Dayak bukanlah nama kelompok etnis atau suku bangsa, tetapi lebih
ditekankan kepada aspek sosio-religiusnya. Kata Dayak terutama dipakai
oleh orang luar untuk menyebut penduduk di pedalaman Kalimantan yang
tidak beragama Islam.Masyarakat suku-suku bangsa di pedalaman
Kalimantan itu sendiri lebih suka disebut orang Daya.Kata ini berasal dari
bahasa Iban yang berarti "manusia".Ada juga yang mengartikan "pedalaman"
atau "hulu".

Sejarah suku dayak

Di Kalimantan Timur penduduk asli yang memeluk agama Islam dan sangat
dipengaruhi oleh sistem pemerintahan kerajaan dan kesultanan zaman dulu
dikenal dengan sebutan Halok atau Halo' atau orang Kutai.Di Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah penduduk asli yang beragama Islam
cenderung menggolongkan diri ke dalam kelompok suku bangsa Banjar.

Menurut para ahli, masyarakat suku-suku bangsa yang mendiami daerah


pedalaman Pulau Kalimantan ini berasal dari dataran Asia Tengah, yaitu di
sekitar Yunan.Mereka datang dalam beberapa gelombang migrasi di zaman
glasial (zaman es) sekitar 3.000-1.500 tahun sebelum masehi. Pada masa itu
mereka menyeberang dengan mudah melalui daratan Semenanjung
Malaysia, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Kepulauan Filipina, Hainan dan
Taiwan (Formosa). Menurut ciri-ciri bahasa dan kebudayaannya, para ahli
menduga bahwa orang Dayak di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
datang lewat Pulau Jawa, berbeda dengan arah kedatangan orang Dayak di
Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Sementara itu salah satu bagian dari
Dayak yaitu orang Murut, mungkin datang lewat Filipina dan telah
terpengaruh oleh kebudayaan pertanian irigasi.

 Agama Dan Kepercayaan Suku Dayak

Selain mengembangkan sistem religi asli dari warisan nenek moyang mereka,
orang Dayak nampaknya juga pernah dipengaruhi oleh agama Hindu Kuno,
Hindu Jawa dan kemudian dipengaruhi pula oleh agama Islam. Pada masa
sekarang orang Dayak di pedalaman banyak yang sudah beragama Kristen,
berkat kegiatan Misi dan Zending yang mampu mencapai daerah-daerah
terpencil tersebut.Selain itu antara berbagai suku bangsa asli Kalimantan
tersebut juga sering terjadi percampuran darah dan kebudayaan.

 ARSITEKTUR DAYAK

Arsitektur Dayak merupakan seni arsitektur yang berkembang pada


masyarakat Dayak yang pada umumnya memiliki kemiripan satu sama lain di
antara sub-sub Rumpun Dayak, umumnya berupa rumah panjang yang
disebut dalam berbagai istilah seperti rumah panjai (Dayuk Iban Sarawak),
rumah radank (Dayak Kanayatn), huma betang (Dayak Ngaju), Rumah Balay
(Dayak Meratus), rumah Baloy (Dayak Tidung). Di kalimantan Timur terdapat
Rumah Lamin, namun setiap sub etnis sebenarnya mempunyai sebutan
sendiri untuk rumah lain tersebut. Orang Tonyooi (Tunjung) menyebutnya
Luuq, orang Benuaq menyebutnya dengan Lou, orang Bahau menyebutnya
sebagai Amin, orang Kenyah menyebutnya dengan nama Amin Bioq dan
orang Aoheng menyebutkannya Baang Adet serta orang Melayu (Kutai)
menyebutkannya dengan nama Lamin.

• Rumah Radank adalah sebutan untuk rumah panjang suku Dayak Kanayatn
di provinsi Kalimantan Barat.

• Rumah betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat diberbagai
penjuru Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah
hulu sungai yang biasanya menjadi pusat permukiman suku Dayak.
• CIRI CIRI BANGUNAN

• Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang.


Panjangnya bisa mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai
sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter. Setiap
Rumah Betang dihuni oleh 100-150 jiwa, Betang dapat dikatakan sebagai
rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang
menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang [Pambakas Lewu].

• Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah Betang haruslah memenuhi


beberapa persyaratan berikut di antaranya pada hulunya haruslah searah
dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam. Hal
ini dianggap sebagai simbol dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari
matahari terbit hingga terbenam.Semua suku Dayak, terkecuali suku Dayak
Punan yang hidup mengembara, pada mulanya berdiam dalam kebersamaan
hidup secara komunal di rumah betang/rumah panjang, yang lazim disebut
Lou, Lamin, Betang, dan Lewu Hante.

• Bagian-Bagian Rumah Betang

Berdasarkan kepercayaan suku Dayak ada ketentuan khusus dalam


peletakan ruang pada Rumah Betang yaitu

• Pusat atau poros bangunan di mana tempat orang berkumpul


melakukan berbagai macam kegiatan baik itu kegiatan keagaman, sosial
masyarakat dan lain-lain maka ruang los, harus berada ditengah
bangunan.
• Ruang tidur, harus disusun berjajar sepanjang bangunan Betang.
Peletakan ruang tidur anak dan orang tua ada ketentuan tertentu di mana
ruang tidur orang tua harus berada paling ujung dari aliran sungai dan
ruang tidur anak bungsu harus berada pada paling ujung hilir aliran
sungai, jadi ruang tidur orang tua dan anak bungsu tidak boleh diapit dan
apabila itu dilanggar akan mendapat petaka bagi seisi rumah.

• Bagian dapur harus menghadap aliran sungai, menurut mitos supaya


mendapat rezeki.

• Tangga. Tangga dalam ruangan rumah adat Betang harus berjumlah


ganjil, tetapi umumnya berjumlah 3 yaitu berada di ujung kiri dan kanan,
satu lagi di depan sebagai penanda atau ungkapan rasa solidaritas
menurut mitos tergantung ukuran rumah, semakin besar ukuran rumah
maka semakin banyak tangga.

• Pante adalah lantai tempat menjemur padi, pakaian, untuk


mengadakan upacara adat lainnya. Posisinya berada didepan bagian luar
atap yeng menjorok ke luar. Lantai pante terbuat dari bahan bambu,
belahan batang pinang, kayu bulatan sebesar pergelangan tangan atau
dari batang papan.

• Serambi adalah pintu masuk rumah setelah melewati pante yang


jumlahnya sesuai dengan jumlah kepala keluarga. Di depan serambi ini
apabila ada upacara adat kampung dipasang tanda khusus seperti
sebatang bambu yang kulitnya diarit halus menyerupai jumbai-jumbai ruas
demi ruas.

• Sami berfungsi ruang tamu sebagai tempat menyelenggarakan


kegiatan warga yang memerlukan.

• Jungkar. Tidak seperti raungan yang pada umumnya harus ada.


Sementara Jungkar sebagai ruan tambahan di bagian belakang bilik
keluarga masing-masing yang atapnya menyambung atap rumah panjang
atau adakalanya bumbung atap berdiri sendiri tapi masih merupakan
bagian dari rumah panjang. Jungkar ditempatkan di tangga masuk atau
keluar bagi satu keluarga, agar tidak mengganggu tamu yang sedang
bertandang. Jungkar yang atapnya menyambung pada atap rumah
panjang dibuatkan ventilasi pada atap yang terbuka dengan
ditopang/disanggah kayu yang sewaktu hujan atau malam hari dapat
ditutup kembali.
 SUKU JAWA
 Sejarah Asal Usul Suku Jawa
Asal usul suku Jawa tidak jauh berbeda dengan asal-usul orang Indonesia
secara keseluruhan yaitu ketika ditemukannya fosil dari Homo Erectus
yang juga dikenal dengan “Manusia Jawa” oleh Eugene Dubois di Trinil. Ia
merupakan ahli anatomi yang berasal dari Belanda. Fosil yang ditemukan
tersebut diperkirakan memiliki umur sekitar 700.000 tahun. Tidak lama
berselang, ditemukan juga fosil lainnya dari spesies yang sama di
Sangiran oleh Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald pada tahun 1930.
Dirinya menemukan perkasas yang jauh lebih maju dibandingkan era
sebelumnya.Diiperkirakan umur dari perkasas tersebut adalah 550.000
hingga 143.000 tahun.
Sedangkan, pada sebuah tulisan kuno memberikan sebuah kejelasan
mengenai asal usul nenek moyang suku Jawa yaitu ketika kedatangan aji
saka. Akan tetapi, di dalam tulisan kuno tersebut terdapat keterangan
mengenai keadaan geologi pula Jawa dalam sebuah tulisan kuno hindu
yang menyatakan bahwa Nusa Kendang, nama pulau Jawa kala itu
merupakan bagian dari India. Sedangkan tanah yang saat ini dikatakan
sebagai Kepulauan Nusantara merupakan daratan yang menyatu dengan
daratan Asia dan Australia yang kemudian terputus dan tenggelam oleh
air bah.
Sementara itu, di Babad Kuno, juga ditemukan sejarah yang samar
mengenai suku Jawa. Diceritakan bahwa ada Arjuna seorang raja dari
Astina yang merupakan kerajaan yang bertempay di Kling membawa
penduduk pertama ke Pulau Jawa.Pada masa tersebut, pulau ini belumlah
mempunyai penghuni.Mereka kemudian mendirikan sebuah koloni yang
letaknya tidak disebutkan.
Sejarah lebih jelas akhirnya didapatkan ketika ditemukannya sebuah surat
kuno yaitu Serat Asal Kereaton Malang. Di dalam surat tersebut
disebutkan bahwa Raja Rum yang merupakan sultan dari negara Turki
namun disurat lainnya disebut sebagai raja dari Dekhan mengirim
penduduk pertama pada 450 SM. Akan tetapi, penduduk yang dikirim
tersebut menderita karena adanya gangguan dari binatang buas. Karena
hal tersebut, maka banyak dari penduduk yang kembali pulang ke negara
asalnya.
Lalu pada 350 SM Raja kembali mengirim perpindahan penduduk untuk
kedua kalinya.Perpindahan tersebut membawa 20.000 laki-laki dan 20.000
perempuan yang berasal dari Koromandel.Perpindahan yang dipimpin
oleh Aji Keler ini menemukan Nusa Kendang dengan dataran tinggi yang
ditutupi oleh hutan lebat serta binatang buas.Sementara itu, di tanah
datarnya ditumbuhi oleh tanaman yang dinamakan jawi. Karena jenis
tanaman tersebut ada di mana-mana maka dirinya menamakan tanah
tempat tersebut dengan nama “Jawi”. Nama tersebut yang kemudian
berlaku untuk nama keseluruhan Pulau Jawa.
Kepercayaan utama yang dianut oleh suku ini adalah animisme.
Kepercayaan tersebut terus bertahan hingga pada akhirnya dai-dai Hindu
dan Budha tiba di indonesia. Mereka melakukan kontak dagang dengan
penduduk dan membuat mereka tertarik untuk menganut agama-agama
baru ini.Hal itu disebabkan karena mereka mampu menyatu dengan
filosofi lokal Jawa yang unik.
Perkembangan serta penyebarluasan dari suku Jawa mulai berlangsung
signifikan ketika Kertanegara memerintah Kerajaan Singasari pada akhir
abad ke-13.Dirinya melakukan beberapa ekspesidi besar seperti ke
Madura, Bali, Kalimantan dan Sumatera.Hingga pada akhirnya, Singasari
berhasil menguasai perdagangan di selat Malaka menyusul kekalahan
kerajaan Melayu.Pada tahun 1292, dominasi dari kerajaan Singasari
terhenti ketika terjadinya pemberontakan oleh Raden Wijaya yang
merupakan anak dari Kertanegara.Raden Wijaya inilah yang kemudian
mendirikan Kerajaan Majapahit yang menjadi kerajaan terbesar di
Nusantara kala itu.
Namun, Majapahit akhirnya mengalami banyak permasalahan karena
tidak adanya penerus.Ketika Majapahit mulai runtuh, pulau Jawa mulai
berubah dengan berkembangnya agama Islam.Ketika Majapahit runtuh,
maka dominasinya digantikan oleh Kesultanan Demak.Kesultanan Demak
inilah yang nantinya memainkan peranan penting dalam menghalau
kekuatan Portugis.Demak melakukan dua kali penyerangan kepada
Portugis ketika kaum Portugis berhasil menundukkan Malaka.
Masyarakat suku Jawa diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan
migrasi penduduk Austronesia menuju Madagaskar pada abad pertama.
Namun demikian, sebenarnya kultur utama dari migrasi ini lebih dekat
dengan suku Ma’anyan di Kalimanyan. Beberapa bagian dari bahasa
Malagasy sendiri diambil dari bahasa Jawa.Pada ratusan tahun
setelahnya, diperkirakan ketika periode kerjaan Hindu tiba, banyak
saudagar kaya yang bermukim di tempat lainnya di Nusantara ini. Ketika
runtuhnya Majapahit dan berkembannya Islam di Pantai Utara Jawa, maka
banyak orang Hindu yang bermigrasi dari Jawa ke Bali dan berperan
dalam majunya kultur Bali. Migrasi yang dilakukan oleh suku Jawa tidak
hanya di dalam negeri saja.Namun, mereka juga melakukan migrasi ke
Semenanjung Malaya.Hubungan antara Malaka dan Jawa menjadi hal
penting dalam perkembangan Agama Islam di Indonesia

2. Adat Istiadat Suku Jawa–Upacara Sekaten

Didalam suku jawa adanya upacara sekaten ini merupakan bentuk rasa
hormat masyarakat Jawa kepada Baginda Nabi Rasulullah SAW yang
mana Rasulullah SAW ini sudah menyebarkan agama yang mulia (Islam)
di tanah Jawa ini.

Selain itu, upacara sekaten juga merupakan upacara peringatan kelahiran


Rasulullah SAW yang mana upacara sekaten ini diadakan selama 7 hari.

Pada saat ini upacara sekaten ini masih dilestarikan di kawasan kerajaan-
kerajaan, seperti di Yogyakarta dan Kota Solo. Bahkan ketika upacara
sekaten dimulai, dari pihak kerajaan keraton didaerah Surakarta ini
mengeluarkan 2 jenis alat musik gamelan, yaitu gamelan Guntur Sari, dan
gamelan Kyai Gunturmadu.

3 Ciri umum dan ciri khusus suku jawa

1. Pemalu, Sungkan Tapi Suka Menyapa


Mungkin kamu pernah bertemu dengan orang Jawa yang hanya
senyum-senyum dan ngangguk ketika berpapasan. Pada dasarnya
orang Jawa adalah pemalu dan sungkan apalagi bila mereka berada
dalam lingkungan yang benar-benar baru.

Mereka suka menyapa, Namun biasanya jarang berani memulai


percakapan.Cobalah untuk memulai percakapan dengannya.Karena
sebetulnya juga mereka adalah orang-orang yang asyik ketika
diajak sharing atau ngobrol ngalor ngidul.

2. Pandai menjaga etika dan sopan santun

Orang jawa itu sopan, baik terhadap orang yang lebih tua ataupun
terhadap sesama, Mereka juga pandai menjaga etika ketika berbaur
dalam lingkungan bermasyarakat.

Merundukan badan ketika berjalan di depan orang yang lebih tua sudah
menjadi kebiasaan bagi masyarakat Jawa sebagai wujud penghormatan,
tata krama, dan sopan santun. Sikap tubuh yang merunduk ini juga
merupakan tanda bahwa seseorang sungguh menghargai dan dapat
menempatkan posisi dirinya.

1. Rumah badui

Rumah adat jawa yang pertama


adalah rumah badui, yang berasal dari Provinsi Banten.Secara
keseluruhan rumah ini terbuat bahan-bahan yang berasal dari alam.Yang
menjadi material utama untuk membuat rumah badui adalah bambu,
sementara batu, kayu dan ijuk menjadi bahan pelengkapnya.

Pondasi rumah badui terbuat batu datar yang dipendam di dalam


tanah.Biasanya batu yang digunakan untuk pondasi adalah batu yang
didapatkan dari sungai.Penggunaan batu dalam podasi rumah ini
bertujuan untuk mencegah tiang rumah agar tidak cepat lapuk.

Apabila tiang yang terbuat dari kayu bersentuhan langsung dengan tanah
maka dapat dipastikan tiang akan cepat lapuk. Biasanya tiang rumah
badui terbuat dari balok kayu yang besar dan kokoh.Kayu yang
digunakanpun harus kayu yang kuat, seperti kayu jati, kayu mahoni dan
kayu akasia.

Untuk bagian dinding rumah badui, biasanya terbuat dari anyaman bambu yang
juga dikenal dengan bilik.Penggunaan bilik pada dinding rumah baduy bertujuan
agar ruangan di dalam rumah bisa tetap sejuk.Karena udara bisa masuk dari
sela-sela anyaman, hal ini juga salah satu faktor yang menyebabkan rumah ini
tidak memiliki jendela.

2. Rumah kebaya

Rumah adat jawa


yang kedua adalah rumah kebaya, yang merupakan rumah adat dari
Ibukota yaitu Jakarta. Pada dasarnya rumah kebaya adalah rumah adat
dari suku betawi, mengapa disebut dengan rumah kebaya? Karena bentuk
atap rumah ini seperti pelana, apabila dilihat dari samping akan terlihat
seperti kebaya.
Selain rumah kebaya, suku betawi masih memiliki beberapa rumah adat
lainnya, seperti rumah gudang dan rumah joglo.Meskipun suku betawi
memiliki 3 macam rumah adat yang berbeda.Tetapi yang telah tercacat
secara resmi, rumah adat suku betawi adalah rumah kebaya.

Salah satu ciri yang menonjol dari rumah adat ini adalah memiliki teras
yang luas.Biasanya dimanfaatkan untuk menerima tamu atau untuk
sekedar berkumpul dan bersantai bersama keluarga. Kebiasaan suku
betawai jaman dahulu, membuat sumur di depan rumahnya dan makam di
samping rumahnya.

Dinding rumah kebaya terbuat dari panel-panel yang dapat dibuka atau
digeser sewaktu-waktu.Dengan maksud, agar rumah kebaya bisa terasa
lebih luas dan lebih rapih.Dari segi sifatnya rumah kebaya di bedakan
menjadi dua bagian yang berbeda.

Yang pertama adalah bagian depan yang besifat umum, yang setiap
orang dapat melihat keindahan dan keasrian rumah ini. Dan yang kedua
adalah bagian belakang rumah atau yang bersifat pribadi.Bagian ini hanya
boleh dilihat apabila kita mendapatkan izin dari pemiliki rumah.

3.Rumah adat kesepuh

Rumah adat jawa yang selanjutnya adalah rumah adat kasepuh yang
merupakan budaya dari Provinsi Jawa Barat. Rumah adat kasepuh
didirikan petama kali pada tahun 1529, oleh seorang pangeran yang
bernama Cakrabuana.Pada umumnya rumah ini juga disebut dengan
sebutan rumah keraton oleh masyarakat Jawa Barat.

Rumah keraton ini adalah bentuk penyempurna dari rumah yang


sebelumnya yaitu Keraton Pakungwati. Rumah adat ini adalah salah satu
peninggalan dari kerajaan islam yang ada di Jawa Barat khususnya
Cirebon. Hebatnya, rumah kasepuh ini masih dapat kita temui, dan masih
terawat dan juga terpelihara hingga saat ini.
Rumah kasepuh terdiri dari beberapa bagian, yang setiap bagian pada
rumah ini memiliki nama dan fungsi yang berbeda. Langsung saja saya
akan menjelaskan tentang bagian-bagian rumah kasepuh atas
pengetahuan saya. Bagian-bagian Keraton Kasepuh yang ada di kota
Cirebon Jawa Barat antara lain.

 SUKU BAJO
 Sejarah dan perkembangan suku bajo
Suku Bajau (bajo) atau yang biasa dijuluki manusia perahu adalah
suku yang meneyebut diri mereka sebagai suku same sementara
sebutan untuk orang diluar suku mereka, mereka menyebutnya dengan
istilah suku Bagai, suku same atau bajo ini adalah suku bangsa yang
tanah asal usulnya terdiri dari beberapa versi ada yang mengatakan
bahwa suku bajo berasal dari johor (malaysia) versi lain menyatakan
suku bajo berasal dari vietnam dan kepulauan sulu, Filipina Selatan.
Argumen ini didasarkan pada banyaknya kemiripan bahasa yang
digunakan suku bajo dengan bahasa tagalog di filipina dan vietnam.

 KEPERCAYAAN DAN ADAT ISTIADAT SUKU BAJO


Mayoritas suku bajo beragama islam, namun mereka masih hidup
dalam dimensi leluhur. Budaya mantera-manteram sesajen serta
kepercayaan roh jahat masih mendominasi kehidupan mereka.
Keyakinan dan falsafah hidup masyarakat bajo yaitu, “papu manak ita
lino bake isi-isina, kitanaja manusia mamikira bhatingga kolekna
mangelolana”, artinya tuhan telah memberikan dunia ini dengan segala
isinya, kita sebagai manusia yang memikirkan bagaimana cara
memperoleh dan mempergunakannya. Sehingga laut dan hasilnya
merupakan tempat meniti kehidupan dan mempertahankan diri sambil
terus mewariskan budaya leluhur suku bajo.

 STRUKTUR BANGUNAN TRADISIONAL SUKU BAJAU (BAJO)


Terciptanya bentuk arsitektur rumah bajo dilatarbelakangi oleh suatu
budaya, yaitu budaya appabolang. Dalam budaya ini terdapat prinsip-
prinsip yang harus dipenuhi dalam pembuatan rumah bajo.

 Ulu (kepala) sebagai tempat yang teratas karena melambangkan


kesucian
 Watang (badan) melambangkan penghidupan sejati yang harus
dilindungi.
 Aje (kaki) merupakan tempat kotor yang dipenuhi oleh roh jahat
yang berfungsi untuk melindungi watang.

Arah horizontal ditandaidengan lego-lego atau paselo, yang berarti teras,


Watagpola yang berarti badan rumah dan dapureng, yang berarti dapur. Badan
rumah sebagai penghidupan sejati harus dilindungi dan ditempatkan ditengah.
Pada badan rumah harus ada Pocci Bola, yang berarti pusar rumah, yang
berfungsi sebagai tempat berkumpul keluarga dan disetiap malam jum’at
diadakan upacara doa-doa dan pembakaran kemenyan agar keluarga terhindar
dari malapetaka.
Suku bajo percaya bahwa barat merupakan arah kiblaat yang harus disucikan,
tidak boleh ditempatkan area area rumah jorok, seperti toilet. Sertapenggunaan
anak tangga yang harus selalu ganjil. Mereka percaya jika ini dilanggar, akan
mendatangkan musibah ataupun menyurutkan masuknya rezeki kedalam rumah.

 Dindng

Struktur dinding menggunakan batangan kayu nibong sebagai bahannya dan


menggunakan sambungan ikat. Bahan dinding terus mengalami perubahan, dan
sebagai alternatif bahan, digunakanlah papan kayu dengan menggunakan paku
sebagai alat sambungannya.

• Lantai

Lantai memiliki struktur yang terdiri atas batangan kayu utuh sebagai penyangga
atau balok lantai. Papan kayu digunakan sebagai penutup bahan lantai.sebelum
papan digunakan sebagai penutup lantai, masyarakat bajo menggunakan kayu
nibong (sejenis pohon pinang) yang dibuat datar permukaanya. Dan barulah
setelah itu mereka beralih menggunakan kayu Posi-posi.
 Rumah rumah tradisional suku bajo diindonesia

 SUKU BUGIS
 Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal Sulawesi Selatan.
Pendiri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga
pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad
ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah
terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis. Berdasarkan sensus
penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar
enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugismenyebar pula di berbagai provinsi
Indonesia, sepertiSulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, DKI Jakarta,
Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jambi, Riau, danKepulauan Riau.
Disampingitu orang-orang Bugis juga banyakditemukan di Malaysia dan
Singapura yang telah beranak pinak dan keturunannya telah menjadi bagian
dari Negara tersebut. Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka
orang-orang Bugis sangat banyak yang pergi merantau kemanca negara.

 Awalmula
Bugis adalah suku yang tergolong kedalam suku-suku Melayu Deutero. Masuk
keNusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya
Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.Penamaan
"ugi" merujukpada raja pertamakerajaanCina

Rumah adat suku Bugis dapat di bedakan berdasarkan status sosial orang yang
menempatinya, beberapa di antaranya :

 Saoraja (Sallasa) berartirumahbesar yang di tempati oleh keturunan raja


(kaum bangsawan) dan

 Bola adalah rumah yang di tempati oleh rakyat biasa.

 Tipologi kedua rumah ini adalah sama-sama rumah panggung, lantainya


mempunyai jarak tertentu dengan tanah, bentuk denahnya sama yaitu empat
persegipanjang.

 Perbedaannya adalah saoraja dalam ukuran yang lebih luas begitu juga
dengan tiang penyangganya, atap berbentuk prisma sebagai penutup bubungan
yang biasa di sebu ttimpaklaja yang bertingka ttingkat antara tiga sampai lima
sesuai dengan kedudukan penghuninya.
 1. Alliri (Tiang)

 Model rumah bugis pada mulanya hanya diperuntukkan bagi kalangan


bangsawan.Misalnya,hanya mereka yang boleh
menggunakantiangsegiempatatausegidelapan, sedangkan orang
biasahanyabolehmenggunakantiangbundar.Tiangrumah (alliri) bertumpu di
atastanahdanberdirihinggakelotengsertamenopangberatatap. Tetapisekarang,
makinbanyakrumahbesar yang tiangnyatidak di ditanamlagi, tetapiditumpukan di
ataspondasibatu. Biasanyaterdiridari 4 batangsetiapbarisnya.
jumlahnyatergantungjumlahruangan yang akandibuat. tetapipadaumumnya,
terdiridari 3 / 4 barisalliri. Jaditotalnyaada 12

2. Awa Bola ( KolongRumah )

 Awa bola ialahkolong yang terletakpadabagianbawah,


yakniantaralantaidengantanah. Kolonginibiasapada zaman
duludipergunakanuntukmenyimpanalatpertanian, alatberburu,
alatuntukmenangkapikandanhewan-hewanpeliharaan yang
dipergunakandalampertanian.
 SUKU BETAWAI
Orang Betawi adalahpenduduk “asli” Jakarta yang diduga kua
tmerupakan percampuran antara orang-orang Jawa, Melayu, Bali, Bugis,
Makasar, Sunda, dan Mardijkers (keturunan Indo-Portugis) yang
mulaimenduduki Kota Pelabuhan Batavia sejakawalabadke 15.
PendudukasliBetawiadalahpemeluk agama Islam yang taat.Akan tetapi,
mereka bukan termasuk pemeluk agama yang fanatic karena sikap
mereka yang tetap terbuka dan memiliki toleransi yang cukup tinggi
terhadap agama lainnya.
Saat ini arus urbanisasi di Jakarta yang semakin lama semakin
tidak terbendung, membuat kebudayaan local Betawi, sebagai
sukuaslinya, semakin lama kian menghilang. Penduduk ibu kota yang
heterogen telah berdampak buruk terhadap kelestarian budaya Betawi.
Rumah adat Betawi yang tercatat secara resmi adalah rumah
kebaya. Sebetulnya terdapat 3 jenis rumah adat Betawi lainnya selain
rumah kebaya. Namun, ketiganya kurang begitu populer, sehingga rumah
kebaya yang kemudian tercatat secara resmi. Berikut adalah 4 jenis
rumah adat Betawi:
RumahGudang.
Rumah tradisional betawiiniberdiri di atas tanah yang berbentuk persegipanjang,
rumahnya memanjang dari depan kebelakang. Atap rumahnya tampak seperti
pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah terdapat atap kecil. 

Rumahkebaya (Sumber: stickraft.blogspot.co.id)


Rumah Bapang atau Kebaya. Ciri khas rumah ini mempunyai serambi yang
cukup luas dan berfungsi sebagai ruang tamu dan bale tempat bersantai untuk
pemilik rumah. Ruang semi terbuka atau teras hanya dibatasi dengan pagar
setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan
ada tangga yang terbuat dari batu bata dan disemen paling banyak 3 anak
tangga sebagai jalan masuk menuju rumah. Rumah bapang berbentuk kotak
sederhana atau bujur sangkar sama sisi. Ciri khas rumah terlihat pada bentuk
atapnya yang mempunyai beberapa pasang atap.Apabila dilihat dari samping
berlipat-lipat seperti lipatan kebaya.
RumahJoglo. Rumahiniberdenahbujursangkar.Bentukbangunanbanyakdipengaru
hioleharsitekturrumahJawa.PerbedaannyaadalahpadajoglorumahtradisionalJawat
erdapatsoko guru atautiang-tiangutamapenopangatap yang
berfungsiuntukmengarahkanpadapembagianruang,
sedangkanpadajogloBetawitidakterdapatsoko guru
danpembagianruangtidaknampakjelas,
tiangpenopangstrukturataptidakbegitunyatasepertipadarumahjoglo yang asli.
PadarumahBetawi, tiangutamapenopangstrukturatapbukanunsurutama yang
mengarahkanpembagianruangpadadenah.
RumahpanggungBetawi (Sumber: jejakdara.blogspot.co.id)
RumahPanggung. RumahtipeinimerupakanrumahadatBetawiuntukmereka yang
tinggal di daerahpesisirpantai.Semuabahanrumahpanggungmenggunakan
material
kayu.Bentukrumahpanggungjugaterciptadengantujuansebagaipengamananterha
dap air pasang.

OrnamenhiasrumahBetawi (Sumber: kabarinews.com)


Adapunragamhias yang
adapadarumahtradisionalBetawiberbentuksederhanaberupaukiranpadakayudeng
an motif geometrissepertititik, segiempat, belahketupat, segitiga, lengkung,
setengahlingkaran, danlingkaran. Motif inibiasanyaditerapkanpadalubangangin,
kusen, daunpintu, jendela, tiang, dinding di ruangdepan, listplank,  garde
(pembatasruangtengahdenganruangdepan) danpagarpadaserambi yang
dibuatdaribambuataukayu. Dekorasimerupakansalahsatuunsurarsitektural paling
pentingpadaarsitekturrumahtinggalBetawi.

Terasrumahbetawi (Sumber: www.anneahira.com)


Sepertirumah normal padaumumnya,
rumahtradisionalbetawiataurumahkebayapadakhususnyaterbagikedalambeberap
aruangan, yaitu:

 Terasdepan yang dilengkapidengankursijatisebagaitempatmenerimatamu.


Lantaiterasdibersihkansetiaphariuntukmenghormatitamu yang datang.
Biasanyaterdapatkursi-kursiatautempattidur yang terbuatdarikayuataubambu
yang disebut bale.
 Kamartamuataupasebandigunakanuntuktempattidurbagitamu yang menginap
di rumahtersebut. Jikatidakadatamu,
pasebanjugadigunakanuntuktempatsholat.
 Ruangkeluargaataupangkengdigunakansebagaitempatberkumpulkeluarga di
malamhari.
 Ruangtidursendiriumumnyaberjumlahkuranglebih 4.
Ruangtidurutamaberukuranlebihbesarkhususdigunakanuntukpemilikrumahda
nistrinya.
 Dapuratausrondoyanterletak di bagianbelakangrumah,
biasanyaruangmakanjugabersatudenganruangandapurini.
Ter
asdepanrumahBetawi (Sumber: kabarinews.com)
AdanyapendopopadarumahadatBetawikhususnyapadarumahkebaya,
secarafilosofismenunjukanbahwa orang Betawisangatterbukapadatamuataupada
orang
baru.Merekajugabersifatpluralisdanbisamenerimaperbedaansebagaibentukkerag
amanbudayabangsa.Filosofilain yang dapatditemukanadalahdaripagar di
sekililingteras. Pagarinimemilikiartibahwa orang Betawimembatasidiridarihal-
halnegatif,
terutamadalamhalkeagamaan.Budayaburukakanmerekabuangdantinggalkan,
sedangkanbudaya yang baikakanmerekajunjungtinggidanikuti.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas kami menggambil kesimpulan bahwa
Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai ciri-ciri
mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan
kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu
suku bangsa, yaitu: ciri suatu suku dilihat dari bangunan tradisional, ciri fisik,
bahasa, adat istiadat, dan kesenian. Ciri-ciri inilah yang membedakan satu suku
bangsa dengan suku bangsa lainnya. Suku bangsa merupakan kumpulan
kerabat (keluarga) luas. Mereka percaya bahwa mereka berasal dari keturunan
yang sama. Mereka juga merasa sebagai satu golongan. Dalam kehidupan
sehari-hari mereka mempunyai bahasa dan adat istiadat sendiri yang berasal
dari nenek moyang mereka.
B. SARAN
Atas kesimpulan diatas kami mengemukakan beberapa saran dimana Kita harus
mengembangkan sikap menghormati suku-suku bangsa lain dan kebudayaan
yang berbeda,diantaranya Menerima suku-suku bangsa lain dalam pergaulan
sehari-hari, menambah pengetahuan kita tentang suku-suku lain baik dari segi
kesenian, adat istiadat, bahasa dan lain-lain. Serta Tidak menjelek-jelekkan,
menghina, dan merendahkan suku-suku bangsa lain.
DAFTAR PUSTAKA

http://bit.ly/gadgets_cheap

http://radar-subekti.blogspot.co.id

http://rumahnusa.blogspot.co.id

http://kisahasalusul.blogspot.com

http://arsipbudayanusantara.blog

https://id.m.wikipedia.org

http://Sejarahini.blogspot.com

http://wa-iki.blogspotco.id.

Anda mungkin juga menyukai