Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aisia Arrifianty Fauzi

NPM : 0906489984
Mata Kuliah : Filsafat Hukum
Tugas : Sociological Jurisprudence
Pengajar : Tim Pengajar mata kuliah Filsafat Hukum
Hari/tanggal : Selasa, 20 Maret 2012

Pemikiran hukum yang sosiologis ditandai dengan karakter-karakter sebagai berikut:


1. Pandangan hukum sebagai suatu metode kontrol sosial;
2. Para ahli hukum sosiologis amat skeptik dengan aturan-aturan yang ada dalam
buku-buku teks hukum yang terkodifikasi, karena menurut mereka yang lebih
utama adalah hukum dalam kenyataannya di masyarakat (law in action) karena
mereka menganggap bahwa berlakunya suatu hukum tidak menyelesaikan
masalah;
3. Para ahli hukum sosiologis pada umumnya sepakat mengenai pentingnya
memanfaatkan ilmu-ilmu sosial, termasuk sosiologi terhadap hukum;
4. Para ahli hukum sosiologis mendukung relativism dan menolak naturalism,
mereka melihat kenyataan sebagai sesuatu hal yang membangun konsepsi
masyarakat untuk mencari solusi dari banyak permasalahan tidak berasal dari
alam1.
Sociological Jurisprudence pada awal keberadaannya banyak dipengaruhi oleh
teori Charles Darwin mengenai teori evolusi. Pertama-tama Herbert Spencer yang
berkontribusi untuk menerapkan teori evolusi kedalam ilmu sosial, ia percaya bahwa
evolusi menjadi kunci bagi kehidupan manusia, karena itu sebaiknya proses yang
perkembangan sosial dan hukum berjalan sesuai dengan hukum evolusi yang akan
berjalan pararel dengan perkembangan evolusi biologis 2.
Teori laissez faire berada dalam tataran pc c cemahaman ekonomis dan
pemahaman filosofis mengenai sikap tindak. Teori ini muncul sebagai reaksi dari
1
Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manullang, Pengantar ke Filsafat Hukum, (Jakarta: Prenada, 2010),
hlm. 86 dan Agus Brotosusilo, Purnawidhi Wardhana Purbacaraka, dan M. Sofyan Pulungan, Diktat Filsafat Hukum
untuk Universitas Indonesia Fakultas Hukum, (sociological jurisprudence and the sociology of law), hlm. 509.

2
Ibid, hlm. 91 dan hlm 512.
merkantilisme yang menganggap bahwa Negara mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan kesejahteraan ekonomi Negara dengan mengatur perdagangan antar
Negara dan perdagangan di daerah jajahan. Adam Smith mengatakan bahwa campur
tangan Negara justru akan menimbulkan kerugian bagi perekonomian Negara, dan
kesejahteraan tertinggi serta keuntungan bagi manusia pada umumnya dapat tercapai
apabila perekonomian diserahkan pada mekanisme alami ekonomi manusia. Sejalan
dengan teori Adam Smith, Maltus dan Ricardo mengatakan bahwa tidak ada gunanya
untuk memperbaiki tingkat hidup rakyat miskin dengan peraturan perundang-undangan
yang sifatnya mengobati karena justru akan menambah situasi mereka menjadi
semakin buruk3.
Berlawanan dengan Bentham, Spencer yakin bahwa kesadaran tidak dapat
berperan banyak pada proses evolusi sosial yang sedemikian rupa. Menurut Spencer,
jangan terlalu tenggalam pada keyakinan bahwa perkembangan umat manusia dan
masyarakat dapat diatur dengan legislasi karena manusia tidak dapat
mendeterminasikan dirinya, alam adalah faktor yang determinan dari hidup manusia 4.
P. Selznick mengamati perkembangan sociological jurisprudence, ia melihat ada
tiga tahap dalam perkembangan sociological jurisprudence, yaitu:
1. Tahap ketika Pound merintis sociological jurisprudence untuk pertama kalinya.
Dalam tahap pertama ini dirumuskan bahwa tugas lawyer adalah sebagai
engineer masyarakat (social engineer), dan program aksi mereka adalah
mencoba untuk menyelaraskan kepentingan-kepentingan individu dan kebutuhan
sosial pada nilai-nilai demokrasi yang dimiliki masyarakat barat
2. Ketertarikan dengan metodologi. Pada masa ini keahlian para lawyer dan para
sosiolog disintesiskan, para yuris akhirnya melatih diri mereka dengan
metodologi dan metode penelitian sosiologi, seperti tentang survey dan
statistika5.

3
Ibid, hlm. 91-92 dan hlm.512.

4
Antonius Cahyadi, Op.cit, hlm. 92.

5
Ibid, hlm 113-114.

Anda mungkin juga menyukai