Tahun : 2013
Pada Pasal 28 H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dinyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
penyelenggaraan kesehatan merupakan hak asasi atau hak dasar setiap orangyang
baik yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta untuk pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit yang merupakan institusi kesehatan yang memegang peranan sangat
penting dalam pelayanan kesehatan bagi pasien selaku konsumen harus ditunjang oleh
dalam penjelasan pasal tersebut tidak digambarkan lebih terperinci lagi mengenai
tanggung jawab hukum yang seperti apa yang dapat ditanggung oleh Rumah
Sakit dalam hal kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bekerja padanya
dan seberapa besar tanggung jawab oleh Rumah Sakit dalam hal ini. Hal ini
penting, sebagai salah satu cara untuk mengetahui apa saja dan bagaimana
perlindungan hukum bagi pasien dan untuk mencegah lepasnya tanggung jawab
Rumah Sakit akibat kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berada
di bawah institusinya karena dalam pasal ini tidak juga diterangkan maupun
memuat apakah Rumah Sakit bertanggung jawab sendiri ataupun bersama sama
dengan tenaga kesehatan dalam hal kelalaian medik yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan tersebut.
yang berlaku?; 2) Bagaimanakah bentuk tanggung jawab hukum Rumah Sakit kepada
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1) Untuk menjelaskan
yang berlaku. 2) Untuk menjelaskan bentuk tanggung jawab hukum Rumah Sakit
tindakan medik.
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1) Secara
Teoritis, untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya
khususnya hukum perdata dan hukum kesehatan serta perlindungan hokum bagi pasien
tanggung jawab hukum Rumah Sakit dalam hal kelalaian yang dilakukan oleh
Secara Praktis, untuk membantu masalah hukum para pihak dalam hal perlindungan
hukum bagi pasien terhadap kelalaian tenaga kesehatan dalam melaksanakan tindakan
medik serta tanggung jawab hukum Rumah Sakit kepada pasien terhadap
digunakan yaitu Statute Approach, Conseptual Approach dan Case Approach. Bahan
hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Sedangkan
bahan hukum dan analisis bahan hukum dilakukan secara bertahap dengan metode
deduktif.
B. PEMBAHASAN
yaitu pasien sebagai konsumen jasa pelayanan kesehatan. Dalam hal ini,
melindungi pasien jika ada kelalaian maupun kesalahan dokter ataupun tenaga
kelalaian ini dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan medik.
medik, merupakan suatu hal yang penting untuk dibicarakan, hal ini disebabkan
kedokteran juga menimbulkan kerugian pada pasien. Pemberian hak atas ganti rugi
merupakan suatu upaya untuk memberikan perlindungan bagi setiap orang atas
suatu akibat yang timbul, baik fisik maupun non fisik karena kesalahan atau
preventif maupun represif dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dari dokter dan dokter gigi dibentuk
Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil
Kedokteran Gigi.
Konsil Kedokteran Indonesia terdiri dari Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran
dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran, dalam rangka
kedokteran baik oleh dokter maupun dokter gigi. Selain itu, pasien merasa aman
Dalam Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dimana salah satu
pengawasannya. Hal ini didasarkan pada suatu teori yang dikenal dengan nama
“teori hubungan majikan dengan buruh” atau juga yang dikenal dengan istilah
pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atas kerugian yang telah
Penerapan doktrin respondeat superior ini mempunyai dua tujuan pokok yaitu:
1. Adanya jaminan bahwa ganti rugi yang dibayar pada pasien yang
Untuk mengajukan gugatan terhadap Rumah Sakit, dokter atau tenag kesehatan
1. Adanya pemberian gaji atau honor tetap yang dibayar secara periodic kepada
2. Majikan atau rumah sakit mempunyai wewenang untuk memberikan instruksi yang
tanggung jawab hukum Rumah Sakit, dalam hal ini sebagai suatu badan hukum
yang memilikinya bisa dituntut atas kerugian yang terjadi, bisa melalui dua cara:
1. Langsung sebagai pihak pihak pada suatu perjanjian bila ada wanprestasi
Hukum Perdata membedakan kategori Rumah Sakit selaku pihak tergugat (korporasi)
yaitu Rumah Sakit pemerintah dan Rumah Sakit swasta. Berkaitan dengan
Kesehatan/ Menteri Kesehatan dapat dituntut. Menurut Pasal 1367 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, karena pegawai yang bekerja pada Rumah Sakit
Pemerintah menjadi pegawai negeri dan negara sebagai suatu badan hokum dapat
dituntut untuk membayar ganti rugi atas tindakan pegawai negeri yang dalam
Sakit swasta sebagai badan hukum memiliki kekayaan sendiri dan dapat bertindak
dalam hukum dan dapat dituntut seperti halnya manusia. Jika diamati dengan
seksama maka layanan yang diberikan oleh Rumah Sakit kepada pasien yang
1. Kesimpulan
sebagai tindakan preventive sekaligus represif dalam hal jika ada kelalaian
tindakan medik. Tindakan preventive dalam hal ini dapat berupa pengaturan yang
berupa tindakan yang dapat ditempuh jika dikemudian hari timbul sengketa
dan Penyelesaian Sengketa dan menempuh jalur litigasi, yaitu melalui jalur
perdata atau pidana tanpa menutup kemungkinan untuk menempuh kedua jalur
tersebut baik litigasi maupun non litigasi secara sekaligus.: 2) Rumah Sakit, baik
professional dengan berbagai macam latar belakang keahlian dan banyak pula
peralatan yang digunakannya. Semakin besar dan canggih suatu Rumah Sakit
akan semakin kompleks pula permasalahannya. Oleh sebab itu, tidaklah gampang
dan pola hubungan kerja tenaga medis, penyebab terjadinya kerugian itu
sendiri juga sangat menentukan sejauh mana Rumah Sakit dan tenaga
ketelitian serta kemauan oleh pasien untuk lebih aktif dalam penyembuhan