Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GLAUKOMA

Dosen Pengampu :Milasari S.Kep,Ns

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

DESY IRIYANTI 1614201111670

HUSNA WIDIA ATMA 1614201110081

JEFRI ANTONO 1614201110084

MAHRIDA 1614201110089

NAZRUL FUADI 1614201110097

SITI HAMSYIAH 1614201110114

UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


1.Konsep Penyakit Glaukoma
1.1 Definisi 
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. ( Ilyas & Sri Rahayu,
2014)
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan
bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-
seimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam bola mata dan tekanan
yang tinggi dalam bola mata bisa merusak jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di
retina dan di belakang bola mata. (Ilyas, 2010)
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan didalam bola mata meningkat
sehingga terjadi kerusakan saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai dengan berkurangnya lapang
pandang akibat kerusakan saraf optikus kerusakan ini berhubungan dengan peningkatan
TIO yang terlalu tinggi. (Brunner & Suddarth)
Semakin tinggi tekanannya, semakin cepat kerusakan saraf optikus tersebut
berlangsung. Peningkatan TIO terjadi akibat perubahan patologis yang menghambat
peredaran normal humor aques.

1.2 Klasifikasi
Klasifikasi vaughen untuk glaukoma yaitu: (Ilyas, 2010)
a. Glaukoma primer
 Glaukoma sudut terbuka (glaukoma simplek)
 Glaukoma sudut sempit
b. Glaukoma kongential
 Primer atau infantile
 Menyertai kelainan kongential lainnya
c. Glaukoma sekunder
 Perubahan lensa
 Kelainan uvea
 Trauma
 Bedah
 Rubeosis
 Steroid dll
d. Glaukoma absolute
 Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder, (dengan blockade pupil atau tanpa
blockadepupi).
 Glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder.
 Kelainan pertumbuhan, primer (congential, infantile, juvenile), sekuder kelainan
pertumbuhan lain pada mata.

1.3 Etiologi
Penyebab dari glaukoma adalah bertambahnya produksi cairan mata olehbadan
cilliary, dan berkurangnya pengeluaran cairan mata didaerah sudut bilik mata dicelah
pupil. (Ilyas,2010)
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor
aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior,
melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
saluran. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang
menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan
tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan
retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah kesaraf optikus berkurang
sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka
akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah
lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati,
glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

1.4 Tanda dan gejala


a. Glaukoma primer
 Glaukoma sudut terbuka: kerusakan visus yang serius, lapang pandang mengecil
dengan macam-macam skotoma yang khas, perjalanan penyakit progresif lambat.
 Glaukoma sudut tertutup: nyeri hebat didalam dan sekitar mata, timbulnya halo
disekitar mata, pandangan kabur, sakit kepala, mual, muntah, kedinginan, demam
bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat sedemikian
kuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi)
tidak begitu dirasakan oleh klien.
b. Glaukoma sekunder
 Pembesaran bola mata
 Gangguan lapang pandang
 Nyeri didalam mata
c. Gangguan kongenital
 Gangguan penglihatan

1.5 Patofisiologi

Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran
keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama
terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor di
produksi didalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke dalam
sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau
oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi
anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang
seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.
Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis.
Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini
bersifat permanen tanpa penangan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya
penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.

1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang ( Vaughen et all, 2000 )

1. Oftalmoskopi: untuk melihat fondus mata bagian dalam yaitu retina, diskus optikus
mascula dan pembuluh darah retin.
2. Tonometri: adalah alat untuk mengukur tekanan intar okuler , nilai yang
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmHg dan dianggap patilogi bila
melebihi 25 mmHg.
3. Perimetri: kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan
yangkhaspada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandang dapat diperiksa dengan
tes konfrontasi.
4. Pemeriksaan ultrasonotrapi: adalah gelombang suara yang dapat digunakan untuk
mengukur dimensi dan struktur okuler.
1.7 Komplikasi
Jika tidak diobati, bola mata akan membesar dan hampir dapat dipastikan akan terjadi
kebutaan.
1.8 Penatalaksanaan
1. Terapi medikamentosa: (David, 2000)
a. Agen osmotik
Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intraokular. Agen osmotic oral
pada penggunaannya tidak boleh diencerkan dengan cairan atau es agar osmolaritas
dan efisiensinya tidak menurun. Beberapa contoh agen osmotic antara lain:
 Gliserin oral; dosis efektif 1-1,5 g/kgBB dalam 50% cairan. Dapat menurunkan
tekanan intraocular dalam waktu 30-90 menit setelah pemberian dan bekerja
selama 5-6 jam.
 Manitol oral; dosis yang dianjurkan adalah 1-2 g/kgBB dalam 50% cairan.
Puncak efek hipotensif okular terlihat dalam 1-3 jam dan berakhir 3-5 jam.
 Manitol intravena; dosis 2 g/kgBB dalam 20% cairan selama 30 menit.
Maksimal penurunan tekanan intraokular dijumpai selama 1 jam pemberian.
 Ureum intravena: agen ini merupakan alternative karena kerjanya tidak
seefektif manitol. Penggunaannya harus diawasi dengan ketat Karena memiliki
efek kardiovaskular.
b. Karbonik anhidrase inhibitor
Digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular yang tinggi, dengan
menggunaka dosis maksimal dalam bentuk intravena, oral atau topical. Contoh
obat golongan ini yang sering digunakan adalah asetazolamide. Efeknya dapat
menurunkan tekanan dengan menghambat produksi humour akuos sehingga dapat
menurunkan tekanan dengan cepat. Dosisinisial 2x250 mgoral. Dosis alternative
intravena 500 gram bolus. Penambahan dosis maksimal dapat diberikan setelah 4-
6 jam.

c. Miotik kuat
Sebagai inisial terapi, pilokaprin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4 kali
pemberian diindikasikan untuk mencoba menghambat serangan awal glaukoma.
Penggunaannya tidak efektif pada seranganyang sudah lebih dari 1-2 jam.
Pilokaprin diberikan 1 tetes setiap 30 menit selama 1-2 jam.
d. Beta bloker
Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani glaukoma sudut
tertutup. Timolol merupakan beta bloker nonselektif dengan aktivitas dan
konsentrasi tertinggi di bilik mata belakang yang dicapai dalam waktu 30-60
menit setelah pemberian topical. Sebagai inisial terapi dapat diberikan 2 kali
dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam
kemudian.
e. Apraklonidin
Merupakan agen agonis alfa-2 yang efektif untuk hipertensi ocular
apraklonidin 0,5 % dan 1% menunjukkan efektivitas yang sama dalam
menurunkan tekanan ocular 34% setelah 5 jam pemakaian topical.
2. Observasi respon terapi
Merupakan periode penting untuk melihat respon terapi yang harus dilakukan
minimal 2 jam setelah terapi medikamentosa secara intensif. Meliputi:
a. Monitor ketajaman visus, edema kornea dan ukuran pupil.
b. Ukur tekanan intraocular setiap menit.
c. Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama bila tekanan intraocular sudah turun
dan kornea jernih.
Respon terapi:
a. Baik; ada perbaikan visus, kornea jernih, pupil konstriksi, tekanan intraocular
menurun dan sudutnya terbuka kembali. Dapat dilakukan tindakan selanjutnya
sebagai laser iridektomi.
b. Sedang; visus sedikit membaik, kornea agak jernih, pupil tetap dilatasi, tekanan
intra ocular tetap tinggi ( sekitar 30 mmHg), sudut sedikit terbuka. Dilakukan
pengulangan indentasi gonioskopi untuk membuka sudut, bila berhasil dilanjutkan
dengan laser iridektomi atau laser iridoplasti. Sebelumnya diberikan tetesan
gliserin untuk mengurangi edema kornea.
c. Jelek; visus tetap jelek, edema kornea, pupil dilatasi dan terfiksir, tekanan
intraocular tinggi dan sudutnya tetap tertutup. Tindakan selanjutnya adalah laser
iridoplasti.
3. Parasintesis
Merupakan teknik untuk menurunkan tekanan intraocular secara cepat
dengan cara mengeluarkan cairan okuos sebanyak 0,05 menit pemberian. Teknik ini
masih belum banyak digunakan dan masih dalam penelitian. (David, 2000)
4. Bedah laser
a. Laser iridektomi
Diindikasikan pada keadaan glaukoma sudut tertutup dengan blok pupil, juga
dilakukan untukmencegah terjadinya blok pupil pada mata yang berisiko yang
ditetapkan melalui evaluasi gonioskopi. Ini juga dilakukan pada serangan
glaukoma akut dan pada mata kontra lateral dengan potensial glaukoma akut.
b. Laser iridoplasti
Pengaturan laser iridoplasti berbeda dengan laser iridektomi. Disini
pengaturannya dibuat untuk membakar iris agar otot sfingter iris berkontraksi,
sehingga iris bergeser kemudian sudut terbuka. Agar laser iridoplasti berhasil
maka titik tembakan harus besar, powernya rendah dan waktunya lama. Aturan
yang digunakan ukurannya 500 μm (200-500 μm) dengan power 500 mW (400-
500 mW), waktunya 0,5 detik (0,3-0,5 detik).
5. Bedah insisi
a. Iridektomi bedah insisi
Pupil dibuat miosis total menggunakan miotik tetes. Kemudian dilakukan
insisi 3mm pada kornea-sklera 1 mm di belakang limbus. Insisi dilakukan
iridektomi. Luka insisi kornea ditutup dengan jahitan dan bilik mata depan
dibentuk kembali dengan NaCl 0,9 %.
b. Trabekulektomi
Indikasi tindakan ini dilakukan pada tekanan glaukoam akut yang berat atau
setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer, glaukoma primer sudut tertutup,
juga pada penderita dengan iris berwarna cokelat gelap (ras Asia atau Cina).jiak
mungkin tindakan ini akan dikombinasikan dengan ekstraksi lensa. ( American
Academy Of Ophthalmology, 2006)
6. Ekstraksi lensa
Apabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ekstraksi yang
dapat dipertimbangkan sebagai produser utama. (American Academy Of
Ophthalmology, 2006)

7. Tindakan profilaksis
Tindakan ini terhadap mata normal konta-lateral dilakukan iridektomi laser
profilaksis. Ini lebih disukai daripada perifer iridektomi bedah. Dilakukan pada mata
kontra-lateral yang tidak ada gejala. ( American Academy Of Ophthalmology, 2006)
1.9 Pathway
1.10 Evidance Based Practice
Terlampir

Judul Jurnal

Hubungan Antara Diabetes Militus Dan Hipertensi Terhadap Terjadinya Glaukoma


Di Rs.Dr.Ak.Gani Palembang Tahun 2017

Tahun Jurnal
21 April 2018
Peneliti

Eshter Wijaya

Abstrak :Dari data hasil analisa hubungan Diabetes terhadap kejadian glaukoma sesuai
data yang diperoleh yang mengalami diabetes sebanyak 28 orang (56,00%) sedangkan
yang tidak mengalami Diabetes sebanyak 22 orang (44,00%). Setelah di analisa dengan
uji statistic Chi-Square ada hubungan yang bermakna antara diabetes terhadap kejadian
glaukoma di mana diperoleh P.Value = 0,007<0,05. Berdasarkan hasil penelitian,
peneliti berpendapat bahwa diabetes memiliki peluang untuk terjadinya glaukoma
dibandingkan yang tidak memiliki riwayat penyakit diabetes. Diabetes di sebabkan
karena tekanan darah tinggi, tekanan mulai membangun di mata dan kerusakan mata
utama saraf-saraf optik dengan waktu. Kerusakan ini bisa menyebabkan kehilangan
penglihatan dari sisi mata dalam tahap awal. Kemudian, jika dibiarkan tidak diobati,
seluruh mata dapat terpengaruh. Untuk mengobati tetes mata Glaukoma digunakan
untuk menurunkan tekanan dalam mata. Tapi jika telah berkembang dalam stadium
lanjut, pasien mungkin memerlukan pembedahan laser untuk pengobatannya.
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembulu darah
arteri secara terus- menerus lebih dari 1 periode. Penelitian sejalan yang dilakukan oleh
Erin Suherna (2014), hasil penelitian di dapatkan hubungan bermakna antara hipertensi
terhadap kejadian glaukoma p value = 0,001<0,05. Berdasarkan hasil penelitian,
peneliti berpendapat bahwa hipertensi memiliki peluang untuk terjadinya glaukoma
dibandingkan yang tidak memiliki riwayat hipertensi disebabkan hipertensi
menyebabkan pembulu darah menyempit, bocor dan mengeras seiring waktu karena
tekanan berlebihan dan berkelanjutan terhadap dinding pembulu darah. Hal ini dapat
menyebabkan saraf optik membengkak dan mengakibatkan masalah penglihatan, aliran
utama oksigen ke mata terhambat kerusakan permanen.

1.11 Terapi Komplementer


Disebutkan di dalam kandungan daun sirsak dan kulit manggis terdapat
kandungan atau zat yang berperan aktif dalam mengatasi mata glaukoma. Ekstrak
kulit buah manggis ini kaya akan vitamin B1, B2, C, D dan E yang sangat baik
untuk kesehatan mata dan mampu memperbaiki sel sel yang rusak di daerah
mata.

Dalam buah kulit manggis juga terdapat kandungan kalsium, potassium,


sodium dan zat besi. Kulit buah manggis ini mengandung xanthone, mangostin,
garsinon, flavonoid, epicatechin, spingomyolinase dan gartanin. Dengan
kandungan xanthone yang tinggi (123,97 mg/ml), kulit buah manggis dapat
membunuh penyakit, memperbaiki sel yang telah rusak serta melindungi sel-sel
di dalam tubuh. Tidak hanya itu, xanthone juga mampu berfungsi membersihkan
penyumbatan darah pada sisi bola mata yang menjadi sumber penyakit
glaukoma.

Kandungan dalam kulit manggis sangatlah ampuh dalam mengobati penyakit


mata glaukoma. Sedangkan dalam kandungan daun sirsak memiliki sifat
acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annonacin, annomuricin,
anomurine, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleic acid,
muricapentocin. Kandungan senyawa ini merupakan senyawa yang banyak sekali
manfaatnya bagi tubuh, bisa sebagai obat penyakit atau untuk meningkatkan
kekebalan tubuh.

1.12 Kajian Islam

Rasulullah SAW punya cara menjaga kesehatan mata. Diriwayatkan Abu Daud
dalam kitab sunannya, dari Abdurrahman Ibnu Nu'man Ibnu Ma'ad Ibnu Haudzah al-
Anshariy, dari ayah dan kakeknya disebutkan bahwa Rasul menyuruh mengolesi mata
dengan batu celak mata yang dibaluri wewangian misik sebelum tidur.

Berikut terapi amalan untuk sakit mata:

“Syifaa-un min kullidaa-in bi roh-matika yaa arhamar roohimiina”


Artinya:“obat dari segala macam penyakit. Dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang
Paling Rahim”
Teknologi medis boleh saja merambati modernisasi dan shopisticasi yang sulit
diukur. Namun perkembangan jenis penyakit juga tidak kalah cepat beregenerasi.
Sementara banyak manusia yang tidak menyadari bahwa Allah SWT tidak
pernah menciptakan manusia dengan ditinggalkan begitu saja. Setiap kali
penyakit muncul, pasti Allah SWT juga menciptakan obatnya. Sabda Rasulullah
SAW: “Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia
turunkan penyembuhnya.” (HR. Al-Bukhari dan Ibnu Majah)
Ibnul Qayyim juga berkata: “Berpalingnya manusia dari cara pengobatan
nubuwwah seperti halnya berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Al-
Qur`an, yang merupakan obat bermanfaat.” Dengan demikian, tidak sepantasnya
seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah sekedar sebagai pengobatan
alternatif. Justru sepantasnya dia menjadikannya sebagai cara pengobatan yang
utama, karena kepastiannya datang dari Allah SWT lewat lisan Rasul-Nya SAW.
Sementara pengobatan dengan obat-obatan kimiawi (pengobatan cara barat)
kepastiannya tidak seperti kepastian yang didapatkan dengan thibbun nabawi.
Pengobatan yang diajarkan Nabi SAW diyakini kesembuhannya karena
bersumber dari wahyu. Sementara pengobatan dari selain Nabi SAW
kebanyakannya dugaan atau dengan pengalaman / uji coba.

Cara-Cara Rasulullah SAW Melakukan Pengobatan

1. Mengobati Penyakit Dengan Al-Qur’an

“Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari
Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman.”
(QS. Yunus/10: 57)

Menurut Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah dalam kitabnya at Thibun


Nabawy bahwa penyakit itu digolongkan dua jenis, yakni penyakit batin dan
penyakit lahir (fisik).  Penyakit batin adalah penyakit yang berkaitan dengan
jauhnya batin (hati) seseorang dari Allah swt. Penyakit ini menyerang unsur ruh
manusia; seperti kesurupan. Pengobatan penyakit ini adalah dengan al-Qur’an;
ibadah, doa, ruqyah, syar’iyah. Sedangkan yang kedua, adalah penyakit lahir
(fisik). Penyakit ini obatnya adalah dengan obat-obatan yang sesuai dengan al-
Qur’an.

Glaukoma

Seorang wanita berusia 65 tahun datang ke IGD rumah sakit A dengan keluhan
nyeri dan merah pada mata kanan disertai mual dan muntah sejak 2 hari yang lalu.
Penderita juga mengeluh bila melihat lampu tampak lingkaran seperti warna pelangi,
keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan. Sebelumnya penglihatan mata kanan
dan kiri sudah berkurang sejak 6 bulan yang lalu, namun tidak disertai nyeri dan
merah. Penderita menyadari bahwa penurunan penglihatan ini terutama memburuk
pada cahaya terang dan selama ini hanya memakai kacamata pada saat membaca.
Dilakukan pemeriksaan pada mata didapat OD : VOD 1/300, konjungtiva mixed
injection, kornea keruh, COA : dangkal, pupil dilatasi, reflek pupil (-), lensa mata
sulit dinilai, tekanan bola mata 35,8 mmhg. OS : VOS 6/60, konjungtiva injection (-),
kornea jernih, COA: kedalam cukup, pupil bulat sentral, refleks pupil (+), lensa mata
keruh belum merata dan tekanan bola mata 17,8 mmHg.

A. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Glaukoma

1. Pengkajian

1.1 IDENTITAS KLIEN


Nama : Ny. L
Jenis Kelamin : Wanita
Umur : 65 tahun
Alamat : S.parman
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Status Perkawinan :-
Agama : Islam
Suku/Bangsa :-

Tanggal Masuk RS :-
Tanggal Pengkajian :-
Diagnosa Medis : Glaukoma
No. RM :-

1.2  Riwayat Keperawatan

A. Keluhan Utama

Pasien mengeluh nyeri dan merah pada mata kanan disertai mual dan
muntah sejak 2 hari yang lalu

B.  Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluh bila melihat lampu tampak lingkaran seperti warna


pelangi

C.  Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan penglihatan mata kanan dan kiri sudah berkurang


sejak 6 bulan yang lalu, namun tidak disertai nyeri dan merah . pasien
menyadari penurunan penglihatan ini memburuk pada cahaya terang
dan hanya memakai kacamata pada saat membaca.
D. Riwayat Penyakit Keluarga

kaji apakah ada kelurga yang menglami penyakit glaukoma.

1.3   Pemeriksaan Fisik

A. Neurosensori

Dilakukan pemeriksaan mata dan didapat data OD : VOD 1/300,


konjungtiva mixed injection, kornea keruh, COA : dangkal, pupil
dilatasi, reflek pupil (-), lensa mata sulit dinilai, tekanan bola mata 35,8
mmhg. OS : VOS 6/60, konjungtiva injection (-), kornea jernih, COA:
kedalam cukup, pupil bulat sentral, refleks pupil (+), lensa mata keruh
belum merata dan tekanan bola mata 17,8 mmhg.

B. Nyeri atau kenyamanan


Nyeri dan merah pada mata kanan serta tekanan bola mata
kanan yang abnormal yaitu 35,8.

1.4 Pemeriksaan Penunjang

a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan


sentral penglihatan)
b. Pengukuran tonografi :  menunjukkan aotflow yang baik. Tetapi bila
sudahada perlengketan antara iris dan trabekula (goniosinekia,
sinekiaanterior perifer), maka aliran menjadi terganggu.
c. Pengukuran gonioskopi: pada waktu tekanan intraokuler tinggi, sudut
bilikmata depan tertutup, sedang pada waktu tensi intraokuler norma
sudutnya sempit. Bila serangan dapat dihentikkan maka sedudah 24
jam , biasanya sudut bilikmata depan terbuka kembali, tetapi masih
sempit. Kalau terjadi serangan yang berlangsung lebih dari 24 jam,
maka akan timbul perlengketan antar iris bagian pinggir dengan
trabekula (goniosinekhia, sinekhia anterior perifer).
d. Tes Provokatif : dilakukan pada keadaan yang meragukan.
Tes yang dilakukkan: tes kamar gelap, tes midriasis, tesmembaca, tes
bersujud (prone tes). Untuk glaukoma sudut tertutup, yang umum
dilakukkan adalah tes kamar gelap (karena pupil akan midriasis dan
pada sudut bilik mata yang sempit, ini akan menyebabkan tertutupnya
sudut bilik mata).
e. Funduskopi : papil saraf optic menunjukan penggaungan dan atrofi
seperti pada glaukoma simpleks.

1.5 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Nyeri akut b.d. peningkatan tekanan intra okular.


2. Resiko cidera

1.6 INTERVENSI KEPERAWATAN

1.  Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler


yang ditandai dengan mual dan muntah

Subyektif :

Pasien mengatakan mata nyeri dan merah pada mata kanan disertai mual
dan muntah sejak 2 hari yang lalu

Objektif :

Tekanan bola mata kanan 35,8 mmHg.

P: Nyeri

Q: -
R: mata kanan

S: -

T: pada saat melihat lampu ( tampak lingkaran seperti warna pelangi)

Tujuan :

-Nyeri berkurang, hilang atau terkontrol.

Kriteria Hasil :

-  Klien dapat mengontrol nyeri.

- Klien dapat melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan


manajemen nyeri

- Klien mampu mengenali nyeri

- Klien dapat mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi Rasional

1. lakukan pengkajian nyeri 1. membantu mengevaluasi


secara komprehensif termasuk derajat ketidaknyamanan dan
lokasi, karakteristik, durasi, terjadinya komplikasi.
frekuensi, kualitas dan faktor
2. menurunkan rasa takut yang
presipitasi
dapt meningktakan relaksasi atau
2. gunakan teknik komunikasi kenyamanan.
terapeutik untuk mengetahui
3. meminimalisir faktor presipitasi
pengalaman nyeri pasien
nyeri dan meningkatkan istirahat
3. kontrol lingkungan yang dapat dan relaksasi.
mempengaruhi nyeri seperti
4. untuk mengurangi nyeri.
pencahayaan
5. jika tindakan keperawatan
4. berikan analgetik untuk belum bisa untuk mengatasi nyeri
mengurangi nyeri maka perlu kolaborasi dengan
dokter untuk terapi yang sesuai.
5. kolaborasi dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

2. Resiko cedera

Subjektif:

- Klien mengatakan penurunan penglihatan pada cahaya terang

Objektif :

- OD : VOD 1/300, konjungtiva mixed injection, kornea keruh, COA :


dangkal, pupil dilatasi, reflek pupil (-), lensa mata sulit dinilai.

Tujuan :

- Resiko cidera terkontrol

Kriteria Hasil :

- Klien terbebaas dari cidera

Intervensi Rasional

1. sediakan lingkungan yang 1. mencegah terjadinya resiko


aman untuk pasien cidera.
2. identifikasi kebutuhan 2. menentukan kebutuhan pasien
keamanan pasien, sesuai dengan terhadap keamanan dan
kondisi fisik dan fungsi kognitif menentukan intervensi yang tepat.
pasien dan riwayat penyakit
terdahulu pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Manual, Chicago. 2014. Mata dan Kedaruratan Mata. Jakarta : EGC

Ilyas, H. Sidarta & Yulianti, Sri Rahayu. 2014. Ilmu Penyakit Mata Edisi
Kelima. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc.Jogjakarta : Penerbit
Mediaction Jogja

Novi. 2013. Pengobatan Menurut Nabi. Bandung

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawata Medikal Bedah, Edisi 8, Jakarta: EGC
Carpenito

Ilyas, H. Sidarta & Yulianti, Sri Rahayu. 2010. Ilmu Penyakit Mata Edisi
Kelima. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai