Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi, berorientasi untuk berusaha membantu individu untuk mengatasi ketegangan psikis yang bersumber pada rasa cemas dan rasa terancam yang berlebihan (anxiety). Psikoanalisis adalah suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan Freud dan Erikson yang menjadi dasar dalam teori Psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. a. Sigmund Freud (1986) Menurut Freud, psikoanalisis mempunyai tiga arti. Pertama, istilah psikoanalisis digunakan untuk menunjukkan sebuah metode penelitian terhadap proses-proses psikis yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua, istilah ini menunjukan suatu teknik untuk menyembuhkan gangguan-gangguan kejiwaan yang dialami pasien neurosis. Ketiga, istilah yang sama juga dalam arti lebih luas lagi untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang diperoleh melalui metode dan teknik tersebut. Teori psikonalisis dalam kajian ilmu psikologi sangat banyak membahas hal-hal mengenai kepribadian. Selain itu, teori ini juga membahas mengenai mimpi, ketidaksadaran, neurosis, struktur kepribadian, dan masih banyak lagi. Freud meyakini kepribadian seseorang tersusun dalam tiga komponen yakni: das Es (Id) Ini adalah sistem kepribadian yang asli (default) dari manusia sejak lahir. Bagian ini berisi insting, impuls dan drives. Kebutuhan biologis dari kepribadian yang berupa dorongan-dorongan instingtif yang fungsinya untuk mempertahankan keseimbangan. Misalnya rasa lapar dan haus muncul jika tubuh membutuhkan makanan dan minuman. Dengan munculnya rasa lapar dan haus individu berusaha mempertahankan keseimbangan hidupnya dengan berusaha memperoleh makanan dan minuman. Id berusaha mendorong manusia pada kondisi ideal, memuaskan segala kebutuhan saat itu juga. Ia bekerja dengan dua cara yaitu tindakan refleks (reflex actions) dan proses primer (primary process). Tindakan refleks adalah reaksi otomatis yang sudah ada sejak lahir, contohnya adalah berkedip, detak jantung, gerakan pupil, menangis, tertawa, senyum dll. Sedangkan proses primer adalah reaksi menciptakan khayalan tentang hasrat ideal tersebut. Seperti orang yang menginginkan makanan, ia akan membayangkan makanan yang ia inginkan tersebut. Proses ini disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya mimpi, lamunan, serta halusinasi psikotik. das Ich (ego) Ego sangat berperan penting terhadap terlaksana atau tidaknya dorongan pemenuhan kebutuhan yang muncul pada id. Ego adalah struktur kepribadian yang berperan sebagai pemberi keputusan berdasarkan prinsip realita (reality principle). Ia akan mencari jalan yang paling realistis untuk memenuhi kebutuhan Id, ego juga akan mempertimbangkan insting mana yang akan terlebih dahulu dipuaskan/diprioritaskan. das Ueber Ich (superego) Secara sederhana Superego adalah moral dan etik dari kepribadian. Prinsip yang dipakai superego adalah idealis (idealistic principle), ia juga memiliki kesamaan dengan Id yaitu bersifat tidak realistis. Perbedaanya adalah ia berada pada ranah kesadaran seperti ego, namun juga berbeda dari ego karena ia tidak realistis. Superego mendorong manusia untuk hidup secara sempurna dan ideal, tentu saja hal tersebut mustahil. Super ego dengan nilai moralnya bertentangan dengan id dengan prinsip kenikmatan, ia sering kali mengontrol atau menghalangi sepenuhnya impuls dan dorongan yg muncul melalui id. b. Erik Erikson (1902-1994) Eric Erikson merupakan penganut teori psikodinamika atau psikososialis dari Freud. Erikson menerima dasar-dasar orientasi umum dari Freud, namun menambahkan dasar-dasar orientasi teorinya mengenai tahapan perkembangan psikososial. Secara umum, Tahapan perkembangan psikososial ini menekankan perubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan manusia. Masing-masing tahap terdiri dari tugas yang khas yang menghadapkan individu pada suatu permasalahan atau krisis bilamana tidak dapat melampaui dengan baik. Semakin individu tersebut mampu melampaui krisis, maka akan semakin sehat perkembangannya. Perkembangan psikososial sepanjang siklus kehidupan manusia dijelaskan sebagai berikut : Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun) Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya. Kegagalan pada tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka akan timbul rasa tidak percaya. Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun) Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas seperti dalam motorik kasar, halus : berjinjit , memanjat, berbicara dll. Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi atau tidak diberikan kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak. Tahap inisiatif versus rasa bersalah (3 – 6 tahun ). Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri anak. Tekun versus rasa rendah diri (6-12 tahun) Anak akan belajar untuk bekerjasama dan bersaing dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukan bersama. Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan sehingga anak pada usia ini rajin dalam melakukan sesuatu. Tahap identitas dan kebingungan identitas ( 12-20 tahun) Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan identitas dirinya seperti siapa saya kemudian. Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun) Individu menghadapi tugas perkembangan relasi intim dengan orang lain. Saat anak muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab dengan orang lain, maka keintiman akan tercapai, namun bila tidak maka akan terjadi isolasi. Bangkit versus tetap-mandeg ( 40-50 tahun ) persoalan utama pada fase ini adalah membantu generasi muda mengembangkan/mengarahkan ke kehidupan yang lebih berguna. Keutuhan dan keputusasaan ( 50 tahun keatas) Pada tahun-tahun terakhir kehidupan, kita menoleh kebelakang dan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dengan kehidupan kita. Jika manusia usia lanjut menyelesaikan hanya tahap sebelumnya secara negatif, pandangan retrospektif cenderung akan menghasilkan rasa bersalah atau kemurangan yang disebut erikson sebagai despair (putus asa). 2. Cognitive Development (Teori Perkembangan Kognitif) a. Teori Piaget Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap : 1. Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana. 2. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak. 3. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. 4. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”. b. Teori Vygotsky Teori psikologi yang dipegang oleh vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme. Karena ia lebih menekan pada hakikat pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya, perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan social secara aktif. Pada dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa. Ada tiga konsep belajar vygotsky yaitu:
1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. 2. Konsep Scaffolding Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak. 3. Bahasa dan Pemikiran Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. c. Teori Robert S. Siegler Robert Siegler mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan pemrosesan informasi : proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri. Pemikiran. Menurut pendapat Siegler berpikir (thinking) adalah pemrosesan informasi. Dalam hal ini Siegler memberikan perspektif luas tentang apa itu penyandian (encoding), merepresentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berpikir. penyandian (encoding), merepresentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berpikir. Mekanisme pengubah. Siegler (2002) berpendapat bahwa dalam pemrosesan informasi focus utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah dan perkembangan. Dia percaya bahwa ada empat mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak: - Encoding (penyandian), adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Siegler mengatakan bahwa aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan informasi yang relavan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan . – Otomatisasi (automaticity), adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha, pemrosesan informasi menjadi makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan baru antara ide dan kejadian. - Konstruksi strategi, yaitu penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Siegler mengatakan bahwa anak perlu menyadikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relavan untuk memecahkan masalah. - Generalisasi, mengaplikasikan strategi pada suatu problem. Modifikasi Diri. Pendekatan pemrosesan informasi kontemporer menyatakan bahwa, seperti dalam teori perkembangan kognitif Piaget, anak memainkan peran Aktif dalam perkembangan mereka. Arti penting modifikasi diri dalam pemrosesan informasi dicontohkan metakognisi, yang berarti kognisi tentang kognisi, atau “mengetahui tentang mengetahui”. 3. Behavioral and Social Cognitive (Teori Perilaku dan Kognitif Sosial) a. Behavior/skinner (Teori Perilaku) Behavior atau teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan. Ciri-ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar. b. Teori Sosial Kognitif Teori sosial kognitif (social cognitive theory = teori kognitif sosial) adalah salah satu teori belajar yang menjelaskan pola-pola perilaku. Teori yang dikembangkan oleh Albert Bandura sejak tahun 1960an ini menitikberatkan pada bagaimana dan mengapa orang cenderung untuk meniru atau meneladani apa yang mereka lihat melalui media atau orang lain. Teori sosial kognitif merupakan pengembangan dari teori belajar sosial yang menyediakan kerangka kerja untuk memahami, memprediksi, dan merubah perilaku manusia. Teori sosial kognitif menekankan pada kapasitas kita untuk belajar tanpa melalui pengalaman langsung. Teori sosial kognitif yang disebut juga dengan teori belajar observasional bergantung pada sejumlah hal termasuk kemampuan subyek untuk memahami dan mengingat apa yang ia lihat, melakukan identifikasi dengan cara memediasi karakter, dan keadaan atau situasi yang mempengaruhi peniruan perilaku. 4. Ecological Contextual (Teori Komtektual Ekologikal) Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal balik antara anak dan konteks perkembangan sistem fisik, sosial, kutural, dan histories dimana interaksi tersebut terjadi. secara garis besar terdapat dua teori perkembangan kontekstual, yaitu teori etologi dan teori ekologi. a. Teori Etologi Etologi menegaskan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai dengan periode kritis atau sensitif. Periode ini merupakan jangka waktu spesifik, yang menurut ahli etologi, ada atau tidaknya pengalaman tertentu akan memiliki dampak jangka-panjang bagi individu. Menurut Lorenz, imprinting (suatu proses belajar yang cepat dan naluriah) perlu terjadi pada waktu tertentu dan dini dalam kehidupan binatang, di luar waktu itu maka imprinting tidak akan terjadi. Periode waktu ini disebut periode kritis. Konsep yang berkaitan dengannya adalah konsep periode sensitif, contohnya adalah masa bayi yang menurut Bowlby diperlukan terjadinya kelekatan demi mendorong perkembangan optimal atas aspek hubungan sosial. b. Teori Ekologi Teori ekologi dicetuskan oleh Urie Bronfenbrenner (1917-2005). Dalam teori ini lebih mengedepankan faktor lingkungan daripada faktor biologis. Teori ini menekankan pentingnya dimensi mikro dan makro dari lingkungan yang menjadi tempat hidup anak. Teori ekologi Bronfenbrenner (Bronfenbrenner, 1986, 2004; Bronfenbrenner & Morris, 1998, 2006) menyatakan bahwa perkembangan mencerminkan pengaruh dari sejumlah sistem lingkungan. Adapun sistem lingkungan yang diidentifikasi dalam teori ini yaitu mikrositem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem. 5. Electric Thereotical Orientation ( Orientasi Teoritis Elektis) Orientasi Teoritis Elektis tidak mengikuti sebuah pendekatan teori manapun, namun memilih dan menggunakan segi-segi yang dianggap paling baik dari masing- masing teori. Masing-masing teori memberikan konstribusi yang baik terhadap pemahaman kita mengenai perkembangan remaja, namun tidak ada satupun yang dapat memberikan deskripsi dan penjelasan yang lengkap tentang perkembangan manusia secara menyeluruh.