Anda di halaman 1dari 8

Name :Elsha Ramdhani

ID :1813440004
Class :Chemistry Education Of ICP

STUDENT PSYCHOLOGY DEVELOPMENT


Teori Perkembangan

1. Psychoanalisys (Teori Psikoanalisis)


Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia,
dan metode psikoterapi, berorientasi untuk berusaha membantu individu untuk mengatasi
ketegangan psikis yang bersumber pada rasa cemas dan rasa terancam yang berlebihan (anxiety).
Psikoanalisis adalah suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan Freud
dan Erikson yang menjadi dasar dalam teori Psikologi yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian dan perilaku neurotik.
a. Sigmund Freud (1986)
Menurut Freud, psikoanalisis mempunyai tiga arti. Pertama, istilah psikoanalisis digunakan
untuk menunjukkan sebuah metode penelitian terhadap proses-proses psikis yang sebelumnya
hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua, istilah ini menunjukan suatu teknik untuk
menyembuhkan gangguan-gangguan kejiwaan yang dialami pasien neurosis. Ketiga, istilah yang
sama juga dalam arti lebih luas lagi untuk menunjukkan seluruh pengetahuan psikologis yang
diperoleh melalui metode dan teknik tersebut. Teori psikonalisis dalam kajian ilmu psikologi
sangat banyak membahas hal-hal mengenai kepribadian. Selain itu, teori ini juga membahas
mengenai mimpi, ketidaksadaran, neurosis, struktur kepribadian, dan masih banyak lagi. Freud
meyakini kepribadian seseorang tersusun dalam tiga komponen yakni:
 das Es (Id)
Ini adalah sistem kepribadian yang asli (default) dari manusia sejak lahir. Bagian ini
berisi insting, impuls dan drives. Kebutuhan biologis dari kepribadian yang berupa
dorongan-dorongan instingtif yang fungsinya untuk mempertahankan keseimbangan.
Misalnya rasa lapar dan haus muncul jika tubuh membutuhkan makanan dan minuman.
Dengan munculnya rasa lapar dan haus individu berusaha mempertahankan
keseimbangan hidupnya dengan berusaha memperoleh makanan dan minuman.
Id berusaha mendorong manusia pada kondisi ideal, memuaskan segala kebutuhan
saat itu juga. Ia bekerja dengan dua cara yaitu tindakan refleks (reflex actions) dan proses
primer (primary process).
Tindakan refleks adalah reaksi otomatis yang sudah ada sejak lahir, contohnya adalah
berkedip, detak jantung, gerakan pupil, menangis, tertawa, senyum dll. Sedangkan proses
primer adalah reaksi menciptakan khayalan tentang hasrat ideal tersebut. Seperti orang
yang menginginkan makanan, ia akan membayangkan makanan yang ia inginkan
tersebut. Proses ini disebut pemenuhan hasrat (wish fulfillment), misalnya mimpi,
lamunan, serta halusinasi psikotik.
 das Ich (ego)
Ego sangat berperan penting terhadap terlaksana atau tidaknya dorongan
pemenuhan kebutuhan yang muncul pada id. Ego adalah struktur kepribadian yang
berperan sebagai pemberi keputusan berdasarkan prinsip realita (reality principle). Ia
akan mencari jalan yang paling realistis untuk memenuhi kebutuhan Id, ego juga akan
mempertimbangkan insting mana yang akan terlebih dahulu dipuaskan/diprioritaskan.
 das Ueber Ich (superego)
Secara sederhana Superego adalah moral dan etik dari kepribadian. Prinsip yang
dipakai superego adalah idealis (idealistic principle), ia juga memiliki kesamaan dengan
Id yaitu bersifat tidak realistis. Perbedaanya adalah ia berada pada ranah kesadaran
seperti ego, namun juga berbeda dari ego karena ia tidak realistis. 
Superego mendorong manusia untuk hidup secara sempurna dan ideal, tentu saja
hal tersebut mustahil. Super ego dengan nilai moralnya bertentangan dengan id dengan
prinsip kenikmatan, ia sering kali mengontrol atau menghalangi sepenuhnya impuls dan
dorongan yg muncul melalui id.
b. Erik Erikson (1902-1994)
Eric Erikson merupakan penganut teori psikodinamika atau psikososialis dari
Freud. Erikson menerima dasar-dasar orientasi umum dari Freud, namun menambahkan
dasar-dasar orientasi teorinya mengenai tahapan perkembangan psikososial. Secara
umum, Tahapan perkembangan psikososial ini menekankan perubahan perkembangan
sepanjang siklus kehidupan manusia. Masing-masing tahap terdiri dari tugas yang khas
yang menghadapkan individu pada suatu permasalahan atau krisis bilamana tidak dapat
melampaui dengan baik. Semakin individu tersebut mampu melampaui krisis, maka akan
semakin sehat perkembangannya. Perkembangan psikososial sepanjang siklus kehidupan
manusia dijelaskan sebagai berikut :
 Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua
maupun orang yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya. Kegagalan pada
tahap ini apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh atau merawat maka akan timbul
rasa tidak percaya.
 Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun)
Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas seperti dalam motorik  kasar,
halus  : berjinjit , memanjat,  berbicara dll. Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan
timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi  atau tidak diberikan kebebasan
anak  dan menuntut tinggi harapan anak.
 Tahap inisiatif versus rasa bersalah (3 – 6 tahun ).
Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam
melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya. Hasil akhir yang diperoleh adalah
kemampuan untuk menghasilkan sesuatu  sebagai prestasinya. Apabila dalam tahap ini
anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri anak.
 Tekun versus rasa rendah diri (6-12 tahun)
Anak akan belajar untuk bekerjasama  dan bersaing dalam kegiatan akademik
maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukan bersama. Anak selalu
berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan sehingga anak pada usia ini rajin
dalam melakukan sesuatu.
 Tahap identitas dan kebingungan identitas ( 12-20 tahun)
Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan
kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan identitas dirinya seperti siapa
saya kemudian.
 Keakraban versus keterkucilan (20-30 tahun)
Individu menghadapi tugas perkembangan relasi intim dengan orang lain. Saat anak
muda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi akrab dengan orang lain, maka
keintiman akan tercapai, namun bila tidak maka akan terjadi isolasi.
 Bangkit versus tetap-mandeg ( 40-50 tahun )
persoalan utama pada fase ini adalah membantu generasi muda
mengembangkan/mengarahkan ke kehidupan yang lebih berguna.
 Keutuhan dan keputusasaan ( 50 tahun keatas)
Pada tahun-tahun terakhir kehidupan, kita menoleh kebelakang dan mengevaluasi
apa yang telah kita lakukan dengan kehidupan kita.
Jika manusia usia lanjut menyelesaikan hanya tahap sebelumnya secara negatif,
pandangan retrospektif cenderung akan menghasilkan rasa bersalah atau kemurangan yang
disebut erikson sebagai despair (putus asa).
2. Cognitive Development (Teori Perkembangan Kognitif)
a. Teori Piaget
Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi
intelektual dari konkret menuju abstrak. Jean Piaget mengklasifikasikan
perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap :
1. Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia
0-2 tahun, Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih
sederhana.
2. Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 2-7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya symbol atau bahasa
tanda, dan telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak
abstrak.
3. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini
dicirikan dengan anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis.
Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.
4. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada
usia 11-15 tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu berpikir
abstrak dan logisdengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.
b. Teori Vygotsky
Teori psikologi yang dipegang oleh vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme.
Karena ia lebih menekan pada hakikat pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya,
perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara
aktif, juga ditentukan oleh lingkungan social secara aktif. Pada dasarnya teori-teori
Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa intelektual berkembang pada saat
individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa
yang mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya
perkembangan intelektual; (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang
pembantu dan mediator pembelajaran siswa. Ada tiga konsep belajar vygotsky yaitu:

1.     Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)


Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara
actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak
dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya.
Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara
mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh
anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD
pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak.
2.     Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait
perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan
dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah
bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.
3.     Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi
sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky
yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan,
membimbing, dan memonitor perilaku mereka.
c. Teori Robert S. Siegler
Robert Siegler mendeskripsikan tiga karakteristik utama dari pendekatan
pemrosesan informasi : proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri.
 Pemikiran. Menurut pendapat Siegler berpikir (thinking) adalah pemrosesan
informasi. Dalam hal ini Siegler memberikan perspektif luas tentang apa itu penyandian
(encoding), merepresentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka
sedang melakukan proses berpikir. penyandian (encoding), merepresentasikan, dan
menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang melakukan proses berpikir.
 Mekanisme  pengubah. Siegler (2002) berpendapat  bahwa dalam pemrosesan
informasi focus utamanya adalah pada peran mekanisme pengubah dan
perkembangan. Dia percaya bahwa ada empat mekanisme yang bekerja sama
menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak:
- Encoding (penyandian), adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori.
Siegler mengatakan bahwa aspek utama dari pemecahan problem adalah
menyandikan informasi yang relavan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan .
– Otomatisasi (automaticity), adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan
sedikit atau tanpa usaha, pemrosesan informasi menjadi makin otomatis, dan anak
bisa mendeteksi hubungan-hubungan baru antara ide dan kejadian.
- Konstruksi strategi, yaitu penemuan prosedur baru untuk memproses informasi.
Siegler mengatakan bahwa anak perlu menyadikan informasi kunci untuk suatu
problem dan mengoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya
yang relavan untuk memecahkan masalah.
- Generalisasi, mengaplikasikan strategi pada suatu problem.
 Modifikasi Diri. Pendekatan pemrosesan informasi kontemporer menyatakan
bahwa, seperti dalam teori perkembangan kognitif Piaget, anak memainkan peran
Aktif dalam perkembangan mereka. Arti penting modifikasi diri dalam pemrosesan
informasi dicontohkan metakognisi, yang berarti kognisi tentang kognisi, atau
“mengetahui tentang mengetahui”.
3. Behavioral and Social Cognitive (Teori Perilaku dan Kognitif Sosial)
a. Behavior/skinner (Teori Perilaku)
Behavior atau teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan
dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap
rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap
perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam
menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan
menjelaskan tindakan yang diinginkan.
Ciri-ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut
pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap
lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
b. Teori Sosial Kognitif
Teori sosial kognitif (social cognitive theory = teori kognitif sosial) adalah
salah satu teori belajar yang  menjelaskan pola-pola perilaku. Teori yang
dikembangkan oleh Albert Bandura sejak tahun 1960an ini menitikberatkan pada
bagaimana dan mengapa orang cenderung untuk meniru atau meneladani apa
yang mereka lihat melalui media atau orang lain. Teori sosial kognitif merupakan
pengembangan dari teori belajar sosial yang menyediakan kerangka kerja untuk
memahami, memprediksi, dan merubah perilaku manusia.
Teori sosial kognitif menekankan pada kapasitas kita untuk belajar tanpa
melalui pengalaman langsung. Teori sosial kognitif yang disebut juga dengan
teori belajar observasional bergantung pada sejumlah hal termasuk kemampuan
subyek untuk memahami dan mengingat apa yang ia lihat, melakukan identifikasi
dengan cara memediasi karakter, dan keadaan atau situasi yang mempengaruhi
peniruan perilaku.
4. Ecological Contextual (Teori Komtektual Ekologikal)
Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari
transaksi timbal balik antara anak dan konteks perkembangan sistem fisik, sosial, kutural,
dan histories dimana interaksi tersebut terjadi. secara garis besar terdapat dua teori
perkembangan kontekstual, yaitu teori etologi dan teori ekologi.
a. Teori Etologi
Etologi menegaskan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan
evolusi dan ditandai dengan periode kritis atau sensitif. Periode ini merupakan jangka
waktu spesifik, yang menurut ahli etologi, ada atau tidaknya pengalaman tertentu
akan memiliki dampak jangka-panjang bagi individu.
Menurut Lorenz, imprinting (suatu proses belajar yang cepat dan naluriah) perlu
terjadi pada waktu tertentu dan dini dalam kehidupan binatang, di luar waktu itu maka
imprinting tidak akan terjadi. Periode waktu ini disebut periode kritis. Konsep yang
berkaitan dengannya adalah konsep periode sensitif, contohnya adalah masa bayi
yang menurut Bowlby diperlukan terjadinya kelekatan demi mendorong
perkembangan optimal atas aspek hubungan sosial.
b. Teori Ekologi
Teori ekologi dicetuskan oleh Urie Bronfenbrenner (1917-2005). Dalam teori ini
lebih mengedepankan faktor lingkungan daripada faktor biologis. Teori ini
menekankan pentingnya dimensi mikro dan makro dari lingkungan yang menjadi
tempat hidup anak. Teori ekologi Bronfenbrenner (Bronfenbrenner, 1986, 2004;
Bronfenbrenner & Morris, 1998, 2006) menyatakan bahwa perkembangan
mencerminkan pengaruh dari sejumlah sistem lingkungan. Adapun sistem lingkungan
yang diidentifikasi dalam teori ini yaitu mikrositem, mesosistem, eksosistem,
makrosistem, dan kronosistem.
5. Electric Thereotical Orientation ( Orientasi Teoritis Elektis)
Orientasi Teoritis Elektis tidak mengikuti sebuah pendekatan teori manapun, namun
memilih dan menggunakan segi-segi yang dianggap paling baik dari masing- masing
teori. Masing-masing teori memberikan konstribusi yang baik terhadap pemahaman kita
mengenai perkembangan remaja, namun tidak ada satupun yang dapat memberikan
deskripsi dan penjelasan yang lengkap tentang perkembangan manusia secara
menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai