Anda di halaman 1dari 36

Curiculum vitae

Nama : Dr.ARIJANTO JONOSEWOJO SpPD FINASIM


NIP : 19530820 198203 1 006
Pangkat : Pembina Utama muda / GOL. IVC
Jabatan :

 Ketua Prodi BATRA FK UNAIR


 Kepala Poliklinik Komplementer_Alternatif RSU.Dr.Soetomo Surabaya
 Ketua Perhipba (Perhimpunan Peneliti bahan Obat Alam) surabaya
 Anggota Komisi Obat Tradisional LPPM Unair
 Pengurus PAPDI cab Surabaya
 Konsultan Badan POM
 Pengurus Perhimpunan Onkologi Indonesia cab Surabaya
 Anggota Komnas Saintifikasi Jamu
 Anggota Komite Etik Penelitian RSUD. Dr.Soetomo
 Ketua Perkumpulan Dokter Herbal Medik Indonesia cab Sby
 Dosen Magister Herbal Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
 Dosen Magister Ilmu Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga
 Dosen S1 & Magister Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Aplikasi Klinik pemakaian
Obat Herbal

Arijanto Jonosewojo
PENDAHULUAN

• Saat ini pemakaian obat obat yang berbahan herbal


mulai banyak beredar di masyarakat dan sarana
pengobatan
• Banyak promosi obat obat herbal yang menjanjikan
keberhasilan yang kadang kadang terlalu berlebihan.
• Penelitian yang baru merupakan uji pada hewan
sudah di promosikan secara besar besaran.
• Sehingga kita perlu memberi penyuluhan kesehatan
pada masyarakat bagaimana memilih pengobatan
berbahan herbal yang benar , agar masyarakat tidak
dirugikan.

* Seminar Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, 5-6 Juni 2015


MACAM PENGOBATAN

• Pengobatan Barat
• Pengobatan Timur
• Pengobatan Modern.
• Pengobatan Tradisional.
• Pengobatan Alternatif.
• Pengobatan Komplementer.
• Pengobatan Integratif
• dll

* Seminar Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda, 5-6 Juni 2015


The Role of Complementary &
Alternative Medicine ( CAM )

Arijanto Jonosewojo
Soho Global Health
Grand City Convention &
Exhibition Centre Sby 22 Juni 2014
PENDAHULUAN

Pengobatan konvensional telah berkembang dengan


pesat nya sesuai dengan perkembangan teknologi.

Alat diagnostik yang canggih membuat diagnosis


penyakit menjadi lebih mudah.

Namun perkembangan ini belum bisa menyelesaikan


semua masalah kesehatan.

Banyak obat2 modern belum bisa dipakai untuk


menyembuhkan diagnosis yang telah ditegakan.
BIDANG KEDOKTERAN

DIAJARKAN ILMU KEDOKTERAN BARAT

TELAH BERKEMBANG PESAT DIBUKTIKAN SECARA ILMIAH

BELUM BISA MENGATASI AGAR TETAP SEHAT

ILMU KEDOKTERAN TRADISIONAL

BARAT TIMUR
?

? ? ?

? ?
? ?

?
?
?
? ?
? ?

? ? ? ?
Pengobatan Komplementer_Alternatif
APAKAH PELAYANAN KEDOKTERAN
KOMPLEMENTER / ALTERNATIF ?
2. Sebagai pilihan selain kedokteran
konvensional

3. Merupakan hak klien untuk


1. Dilakukan oleh dokter menentukan pilihannya,
dengan menggunakan “ Informed
choice “
4. Sebagai komplemen / alternatif pelayanan
kedokteran konvensional
5. Teruji keamanan dan
manfaatnya,

6. Terutama pada fase prepatogenesis, untuk health


promotion ( menyehatkan ), komplemen pelayanan pada
fase patogenesis akut dan pilihan untuk pelayanan pada
fase patogenesis kronis, degeneratif, paliatif, disamping
pelayanan kedokteran konvensional

KOMPLEMENTER

 ALTERNATIF


KEPMENKES YANG MENGATUR TENTANG CAM

• Tentang Pengaturan Pengobatan


Kepmenkes
No .1109 Komplementer_Alternatif
Th.2007

KepMenkes • Standar Pelayanan Herbal


No.12
Th. 2008

• Saintifikasi Jamu dalam Penelitian


KepMenkes No:
003/menkes/ berbasis Pelayanan Kesehatan
Per/I/2010
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1109 Tahun 2007

TENTANG
PENYELENGGARAAN PENGOBATAN KOMPLEMENTER-ALTERNATIF
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
TUJUAN . . .

1. Memberikan perlindungan kepada


pasien;
2. Mempertahankan dan meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan;
3. Memberikan kepastian hukum kepada
masyarakat dan tenaga pengobatan
komplementer-alternatif.
Pengobatan Komplementer Alternatif ( CAM)

• Jamu /Herbal • Terapi Khelasi


• Akupuntur • Hiperbarik
• Pijat • Stem Cell
• Reiki • Ozon
• TCM • Bio Energy
• Ayurveda • Hipnoterapi
• Homeopathi • Cuci Colon
• Bekam • Chiropraktik
• dll • dll
Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia
No.121/Menkes/SK/II/2008
tentang
Standar Pelayanan Medik Herbal
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Obat Herbal :

1. Ketersediaan standar pelayanan kesehatan obat herbal


yang dapat menjadi rujukan untuk pelayanan
kesehatan obat herbal yang aman, profesional, efektif
dan berkualitas tinggi.
2. Untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dengan obat
herbal yang terjangkau bagi masyarakat.
3. Adanya standar evaluasi hasil terapi obat herbal.
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Obat Herbal -
lanjutan

4. Untuk mendapatkan data lebih lanjut tentang


keamanan, efikasi penggunaan obat herbal pada
manusia.
5. Untuk memberikan perlindungan kepada
masyarakat and pelayanan kesehatan obat herbal.
Herbal

Herbal Non Herbal


Tradisional Tradisional

Herbal yang tidak Herbal Herbal Tradisional dengan


Jamu
memiliki riwayat Nonindigenus komposisi dan klaim tidak
tradisional (Bukti empiris dan (Bukti empiris) sesuai dengan riwayat
atau nonklinik dan tradisionalnya
atau klinik)

Obat Herbal
Fitofarmaka Terstandar
(Bukti nonklinik dan (Bukti empiris dan
klinik) nonklinik)

Fitofarmaka

(Bukti empiris, nonklinik


dan klinik)
WHO telah membuat pedoman pemakaian obat herbal
harus memenuhi aspek :

Keamanan (Safety) ,
bermanfaat (Efficacy)
dan berkualitas (Quality).
PRINSIP PEMAKAIAN TANAMAN OBAT :
PROMOTIF
Supaya badan tetap segar dan sehat
PREVENTIF
Mencegah supaya tidak sakit
REHABILITATIF
Pemulihan setelah sakit
KURATIF
Menyembuhkan penyakit
PALIATIF
Mengurangi penderitaan pasien dgn penyakit yg tak bisa disembuhkan
DIAGNOSA SUATU PENYAKIT DAN
PENGOBATANNYA :

1. Anamnesa ( wawancara )
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium dan
Radiologi
4. Diagnosis
5. Pengobatan
Pemakaian obat herbal sebagai terapi:

1. Utama
2. Simptomatik
3. Ajuvan atau suportif
4. Roborensia/suplement
PEMAKAIAN TANAMAN OBAT HARUS
MENGIKUTI PERSYARATAN OBAT YAITU :

 TEPAT INDIKASI
 TEPAT PENDERITA
 TEPAT OBAT
 TEPAT DOSIS & CARA PEMBERIAN
 WASPADA EFEK SAMPING OBAT
Dokter bukannya menolak pemakaian obat herbal
tetapi dokter terikat dengan undang undang
kedokteran yang mana dokter tidak diperbolehkan
memakai obat obatan yang belum ada evidence
base-nya.
Selama ini dianggap para dokter di Indonesia belum

menerima herbal sebagai salah satu pilihan obat

karena memang dalam kurikulum pendidikannya

belum semua fakultas Kedokteran mengajarkan

pemanfaatan obat herbal ini.


Penilaian berdasarkan levels of evidence

Level IA Systematic review dari multiple RCT


Level IB Individual RCT
Level II ASystematic review dari multiple study cohort
Level II BIndividual study cohort
Level III A
Systematic review dari multiple case control
studies
Level III B Individual case control studies
Level IV Case series
Level V Pendapat ahli
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai