Anda di halaman 1dari 8

HUJAN ASAM 

  A.     Pengertian Hujan Asam


                Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang benar-benar
difikirkan oleh manusia. Ini merupakan masalah umum yang secara berangsur-angsur
mempengaruhi kehidupan manusia. Istilah Hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh
Angus Smith ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris. Tetapi istilah hujan asam
tidaklah tepat, yang benar adalah deposisi asam.
                Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi
kering ialah peristiwa kerkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara.
Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun
asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena
angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat
dari sumber pencemaran.

                Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila
asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi,
maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun
melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan
turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh
dari sumber pencemaran.
Hujan secara alami bersifat asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara yang larut dengan
air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat
karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan
binatang.

                Hujan pada dasarnya memiliki tingkat keasaman berkisar pH 5, apabila hujan
terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas klorine yang bereaksi serta bercampur di
atmosphere sehingga tingkat keasaman lebih rendah dari pH 5, disebut dengan hujan asam.
                Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan
secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2)
di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam
hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.

  B.      Sumber
                Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung berapi dan dari
proses biologis di tanah, rawa, dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan asam disebabkan oleh
aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik
pengolahan pertanian (terutama amonia). Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat
terbawa angin hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi asam dan
terdeposit ke tanah.

                Hujan asam karena proses industri telah menjadi masalah yang penting di Republik
Rakyat Cina, Eropa Barat, Rusia dan daerah-daerah di arahan anginnya. Hujan asam dari
pembangkit tenaga listrik di Amerika Serikat bagian Barat telah merusak hutan-hutan diNew
York dan New England. Pembangkit tenaga listrik ini umumnya menggunakan batu bara
sebagai bahan bakarnya.
                Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2)
dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi
sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari
letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50% lainnya berasal
dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan logam dan pembangkit
listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai
5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan
lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat (Soemarwoto O,
1992).
                Pembakaran BBF mengoksidasi 5-50% nitrogen dalam batubara , 40-50% nitrogen
dalam minyak berat dan 100% nitrogen dalam minyak ringan dan gas. Makin tinggi suhu
pembakaran, makin banyak Nox yang terbentuk. 
                Selain itu NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa
organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas jasad renik itu. Di
dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik dan biologik
sehingga menghasilkan N. Karena itu semakin banyak menggunakan pupuk N, makin tinggi
pula produksi oksida tersebut.
                Senyawa SO2 dan NOx ini akan terkumpul di udara dan akan melakukan
perjalanan ribuan kilometer di atsmosfer, disaat mereka bercampur dengan uap air akan
membentuk zat asam sulphuric dan nitric. Disaat terjadinya curah hujan, kabut yang
membawa partikel ini terjadilah hujam asam. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses
kimia dimana gas sulphur dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam serta
mongering bersama debu atau partikel lainnya.
  C.      Sejarah

                Hujan asam dilaporkan pertama kali di Manchester, Inggris, yang menjadi kota
penting dalam Revolusi Industri. Pada tahun 1852, Robert Angus Smith menemukan
hubungan antara hujan asam dengan polusi udara. Istilah hujan asam tersebut mulai
digunakannya pada tahun 1872. Ia mengamati bahwa hujan asam dapat mengarah pada
kehancuran alam.
                Walaupun hujan asam ditemukan pada tahun 1852, baru pada tahun 1970-an para
ilmuwan mulai mengadakan banyak melakukan penelitian mengenai fenomena ini.
Kesadaran masyarakat akan hujan asam di Amerika Serikat meningkat pada tahun 1990-an
setelah di New York Times memuat laporan dari Hubbard Brook Experimental Forest di New
Hampshire tentang banyaknya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam.
 D.     Pembentukan hujan asam

Secara sederhana, reaksi pembentukan hujan asam sebagai berikut:


Pembentukan Asam Sulfat (H2SO4)
Gas SO2, bersama dengan radikal hidroksil dan oksigen melalui reaksi photokatalitik di
atmosfer, akan membentuk asamnya.
SO2 + OH -> HSO3
HSO3 + O2 -> HO2 + SO3
SO3 + H2O -> H2SO4
Selanjutnya apabila diudara terdapat Nitrogen monoksida (NO) maka radikan hidroperoksil
(HO2) yang terjadi pada salah satu reaksi diatas akan bereaksi kembali seperti:
NO + HO2 -> NO2 + OH
Pada reaksi ini radikal hidroksil akan terbentuk kembali, jadi selama ada NO diudara, maka
reaksi radikal hidroksil akan terbantuk kembali, jadi semakin banyak SO2, maka akan
semakin banyak pula asam sulfat yang terbentuk.

Pembentukan Asam Nitrat (HNO3)


Pada siang hari, terjadi reaksi photokatalitik antara gas Nitrogen dioksida denan radikal
hidroksil.
NO2 + OH -> HNO3
Sedangkan pada malam hari terjadi reaksi antara Nitrogen dioksida dengan ozon
NO2 + O3 -> NO3 + O2
NO2 + NO3 -> N2O5
N2O5 + H2O -> HNO3
Didaerah peternakan dan pertanian akan concong menghasilkan asam pada tanahnya
mengingat kotoran hewan banyak mengandung NH3 dan tanah pertanian mengandung urea.
Amoniak di tanah semula akan menetralkan asam, namun garam-garam ammonia yang
terbentuk akan teroksidasi menjadi asam nitrat dan asam sulfat. Disisi lain amoniak yang
menguap ke udara dengan uap air akan membentuk ammonia hingga memungkinkan
penetralan asam yang ada di udara.
Pembentukan Asam Chlorida (HCl)
Asam klorida biasanya terbentuk di lapisan stratosfer, dimana reaksinya melibatkan
Chloroflorocarbon (CFC) dan radikal oksigen O*
CFC + hv(UV) -> Cl* + produk
CFC + O* -> ClO + produk
O* + ClO -> Cl* + O2
Cl + CH4 -> HCl + CH3
Reaksi diatas merupaka bagian dari rangkaian reaksi yang menyebabkan deplesi lapisan ozon
di stratosfer. Perbandingan ketiga asam tersebut dalam hujan asam biasanya berkisar antara
62 persen oleh Asam Sulfat, 32 persen Asam Nitrat dan 6 persen Asam Chlorida.
Pulau Jawa memiliki tingkat emisi penyebab hujan asam tertinggi di Indonesia, terutama
disebabkan oleh sebagian besar kegiatan perekonomian yang terpusat di pulau ini. Pada tahun
1989, tingkat precursor SOx di Indonesia mencapat 157.000 ton per tahun, sedangkan NOx
mencapai 175.000 ton per tahun. Kota Surabaya pada tahun 2000 tercatat mengemisikan 0,26
ton SO2 dan 66,4 ton NOx ke udara dari berbagai sumber pencemar.

               
E.       Penyebab Hujan Asam
                Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisis es kutub. Terlihat
turunnya kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri dari 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi
lain diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam.
Setelah bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam lapisan-
lapisan sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat pada pH tertentu,
sehingga jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH
secara tahunan bila kita melihat ke masing-masing lapisan tersebut.
Adanya Revolusi Industri
                Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen
oksida ke atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil,
terutama batu bara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan
pH di area industri kadang-kadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-
sumber ini, ditambah oleh transportasi, merupakan penyumbang-penyumbang utama hujan
asam.
Penggunaan Cerobong Asap yang Tinggi
                Masalah hujan asam tidak hanya meningkat sejalan dengan
pertumbuhan populasi dan industri tetapi telah berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan
cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi polusi lokal berkontribusi dalam penyebaran
hujan asam, karena emisi gas yang dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional
yang memiliki jangkauan lebih luas. Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh
dari lokasi sumbernya, di mana daerah pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak
karena tingginya curah hujan di sini.
Asap Kendaraan Bermotor
                Hasil penelitian di beberapa kota besar (Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya)
menunjukan bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara. Hasil
penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor memberikan kontribusi
pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar 88,90% (Bapedal,
1992).
  F.       Dampak Hujan Asam 

                Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat
global dan dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak
hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :

Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang bertahan. Jenis
Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati akibat pengaruh
pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5, lebih dari 75 % dari
spesies ikan akan hilang. Ini disebabkan oleh pengaruh rantai makanan, yang secara
signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu ekosistem. Tidak semua danau yang
terkena hujan asam akan menjadi pengasaman, dimana telah ditemukan jenis batuan dan
tanah yang dapat membantu menetralkan keasaman.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di
danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6
atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan
menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga
mengikat logam beracun seperti alumunium di danau. Alumunium akan menyebabkan
beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit
bernapas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat
oleh tingginya kadar pH.

Tumbuhan dan Hewan


Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan tersebut
sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat
kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi.
Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan
mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang penyakit, kekeringan
dan mati. Seperti halnya danau, Hutan juga mempunyai kemampuan untuk menetralisir hujan
asam dengan jenis batuan dan tanah yang dapat mengurangi tingkat keasaman.

Pencemaran udara telah menghambat fotosintesis dan immobilisasi hasil fotosintesis dengan
pembentukan metabolit sekunder yang potensial beracun. Sebagai akibatnya akar kekurangan
energi, karena hasil fotosintesis tertahan di tajuk. Sebaliknya tahuk mengakumulasikan zat
yang potensial beracun tersebut. Dengan demikian pertumbuhan akar dan mikoriza terhambat
sedangkan daunpun menjadi rontok. Pohon menjadi lemah dan mudah terserang penyakit dan
hama.

Penurunan pH tanah akibat deposisi asam juga menyebabkan terlepasnya aluminium dari
tanah dan menimbulkan keracunan. Akar yang halus akan mengalami nekrosis sehingga
penyerapan hara dan iar terhambat. Hal ini menyebabkan pohon kekurangan air dan hara
serta akhirnya mati. Hanya tumbuhan tertentu yang dapat bertahan hidup pada daerah
tersebut, hal ini akan berakibat pada hilangnya beberapa spesies. Ini juga berarti bahwa
keragaman hayati tamanan juga semakin menurun.

Kadar SO2 yang tinggi di hutan menyebabkan noda putih atau coklat pada permukaan daun,
jika hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan kematian tumbuhan
tersebut. Menurut Soemarmoto (1992), dari analisis daun yang terkena deposisi asam
menunjukkan kadar magnesium yang rendah. Sedangkan magnesium merupakan salah satu
nutrisi assensial bagi tanaman. Kekurangan magnesium disebabkan oleh pencucian
magnesium dari tanah karena pH yang rendah dan kerusakan daun meyebabkan pencucian
magnesium di daun.

Lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan
terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga
lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang.

Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam. Spesies
hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena sifat
hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan lingkungan yang
ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah produsen (tumbuhan)
semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air
dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.

Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada yang nyata
berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa Nox dan SO2.
Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi kesehatan
seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap pencemaran yang terjadi. Misalnya
balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi buruk relatif lebih rentan terhadap
pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang sehat. 

Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam juga dapat
bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus suphate, yang mana
partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit
pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena kanker kulit karena senyawa
sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.

Ion-ion beracun yang terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia.
Tembaga di air berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar
alumunium dapat menyebabkan penyakit Alzheimer.

Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material seperti batu
kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman serius juga dapat
terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung. Hujan asam dapat
merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat, meninggalkan kristal pada batuan
yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
  G.     Metode Pengendalian Hujan Asam
                Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemae, menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya
pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi. 

a.       Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah


            Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Masalahnya ialah sampai saat ini
Indonesia sangat tergantung dengan minyak bumi dan batubara, sedangkan minyak bumi
merupakan sumber bahan bakar dengan kandungan belerang yang tinggi.

            Penggunaan gas asalm akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi
kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan
bahan bakar non-belerang misalnya metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi penggantian
jenis bahan bakar ini haruslah dilakukan dengan hati-hati, jika tidak akan menimbulkan
masalah yang lain. Misalnya pembakaran metanol menghasilkan dua sampai lima kali
formaldehide daripada pembakaran bensin. Zat ini mempunyai sifat karsinogenik (pemicu
kanker). 
b.      Mengurangi kandungan Belerang sebelum Pembakaran
            Kadar belarang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi
tertentu. Dalam proses produksi, misalnya batubara, batubara diasanya dicuci untukk
membersihkan batubara dari pasir, tanah dan kotoran lain, serta mengurangi kadar belerang
yang berupa pirit (belerang dalam bentuk besi sulfida( sampai 50-90% (Soemarwoto, 1992).

c.       pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran


            Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran
telah dikembangkan. Slah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners (LIMB).
Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx 50%.
            Caranya dengan menginjeksikan kapur dalam dapur pembakaran dan suhu
pembakaran diturunkan dengan alat pembakar khusus. Kapur akan bereaksi dengan belerang
dan membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu mengakibatkan penurunan
pembentukan Nox baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun dari nitrogen
udara.
           
            Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau Ca(OH)2.
Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke dalam alat ini kemudian
disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh oksigen menjadi SO3.
Gas buang selanjutnya "didinginkan" dengan air, sehingga SO3 bereaksi dengan air (H2O)
membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya direaksikan dengan Ca(OH)2
sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum (gypsum). Gas buang yang keluar dari
sistem FGD sudah terbebas dari oksida sulfur. Hasil samping proses FGD disebut gipsum
sintetis karena memiliki senyawa kimia yang sama dengan gipsum alam.

d.      Pengendalian Setelah Pembakaran


            Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi
yang sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD) (Akhadi, 2000. Prinsip
teknologi ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong asap dengan
absorben, yang disebut scubbing (Sudrajad, 2006). Dengan cara ini 70-95% SO2 yang
terbentuk dapat diikat. Kerugian dari cara ini ialah terbentuknya limbah. Akan tetapi limbah
itu dapat pula diubah menjadi gipsum yang dapat digunakan dalam berbagai industri. Cara
lain ialah dengan menggunakan amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang
dihasilkan dapat dipergunakan sebagi pupuk.
           
            Selain dapat mengurangi sumber polutan penyebab hujan asam, gipsum yang
dihasilkan melalui proses FGD ternyata juga memiliki nilai ekonomi karena dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misal untuk bahan bangunan. Sebagai bahan
bangunan, gipsum tampil dalam bentuk papan gipsum (gypsum boards) yang umumnya
dipakai sebagai plafon atau langit-langit rumah (ceiling boards), dinding penyekat atau
pemisah ruangan (partition boards) dan pelapis dinding (wall boards). 
           
            Amerika Serikat merupakan negara perintis dalam memproduksi gipsum sintetis ini.
Pabrik wallboard dari gipsum sintetis yang pertama di AS didirikan oleh Standard Gypsum
LLC mulai November tahun 1997 lalu. Lokasi pabriknya berdekatan dengan stasiun
pembangkit listrik Tennessee Valley Authority (TVA) di Cumberland yang berkapasitas 2600
megawatt. 
           
            Produksi gipsum sintetis merupakan suatu terobosan yang mampu mengubah bahan
buangan yang mencemari lingkungan menjadi suatu produk baru yang bernilai ekonomi.
Sebagai bahan wallboard, gipsum sintetis yang diproduksi secara benar ternyata memiliki
kualitas yang lebih baik dibandingkan gipsum yang diperoleh dari penambangan. Gipsum
hasil proses FGD ini memiliki ukuran butiran yang seragam. Mengingat dampak positifnya
cukup besar, tidak mustahil suatu saat nanti, setiap PLTU batu bara akan dilengkapi dengan
pabrik gipsum sintetis.

e.      Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)


            Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana
produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah
atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi. Teknologi yang digunakan juga harus
diperhatikan, teknologi yang berpotensi mengeluarkan emisi hendaknya diganti dengan
teknologi yang lebih baik dan bersifat ramah lingkungan.

            Hal ini juga berkaitan dengan perubahan gaya hidup, kita sering kali berlomba
membeli kendaraan pribadi, padahal transportasilah yang merupakan penyebab tertinggi
pencemaran udara. Oleh karena itu kita harus memenuhi kadar baku mutu emisi, baik di
industri maupun transportasi.

f.        Pengendalian Emisi Kendaraan Bermotor


            Mengingat kendaraan bermotor mempunyai andil terbesar dalam polusi udara,
maka pengendalian polusi udara juga berarti pengendalian emisi kendaraan bermotor. Selain
itu juga untuk mahasiswa yang punya intelektual dan kesadaran terhadap lingkungan yang
tinggi alangkah baiknya untuk bisa menggunakan sepeda motornya sesuai kebutuhan agar
bisa mengurangi sedikit dari polusi udara akibat kendaraan bermotor.
g.       Menanam Pohon-Pohon Untuk Menjaga Kelestarian Lingkungan
                Penghijauan dalam arti luas adalah segala daya untuk memulihkan, memelihara dan
meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik
sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan.
                Dalam hal mi penghijauan perkotaan merupakan kegiatan pengisian ruang terbuka
di perkotaan. Pada proses fotosintesa tumbuhan hijau mengambil CO2 dan mengeluarkan
C6H1206 serta peranan O2 yang sangat dibutuhkan makhluk hidup. Oleh karena itu, peranan
tumbuhan hijau sangat diperlukan untuk menjaring CO2 dan melepas O2 kembali ke udara.
Di samping itu berbagai proses metabolisme tumbuhan hijau dapat memberikan berbagai
fungsi untuk kebutuhan makhluk hidup yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Begitu
peritingnya peranan tumbuhan di bumi ini dalarn menangani krisis lingkungan terutama di
perkotaan, sangat tepat jika keberadaan tumbuhan mendapat perhatian serius dalam
pelaksanaan penghijauan perkotaan sebagai unsur hutan kota.

GLOSARIUM
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar
fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk
membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan.
Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan
yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini
saat ini sedang gencar dilaksanakan.

Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan


sejenis sindrom denganapoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga
otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit
yang sinonim dengan orang tua.
Risiko untuk mengidap Alzheimer, meningkat seiring dengan pertambahan usia. Bermula
pada usia 65 tahun, seseorang mempunyai risiko lima persen mengidap penyakit ini dan akan
meningkat dua kali lipat setiap lima tahun, kata seorang dokter. Menurutnya, sekalipun
penyakit ini dikaitkan dengan orang tua, namun sejarah membuktikan bahawa pesakit
pertama yang dikenal pasti menghidap penyakit ini ialah wanita dalam usia awal 50-an.
Penyakit Alzheimer paling sering ditemukan pada orang tua berusia sekitar 65 tahun ke atas.
Di negara maju seperti Amerika Serikat saat ini ditemukan lebih dari 4 juta orang usia lanjut
penderita penyakit Alzheimer. Angka ini diperkirakan akan meningkat sampai hampir 4 kali
pada tahun 2050. Hal tersebut berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup pada
masyarakat di negara maju, sehingga populasi penduduk lanjut usia juga bertambah.
Hewan Mikroskopik adalah hewan yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop.

Anda mungkin juga menyukai