Anda di halaman 1dari 6

RESUME

KOMUNIKASI KEPERAWATAN II
KONSEP DASAR KOMUNAKASI TERAPEUTIK

Oleh :
Angela Tesya
(2018.C.10a.0925)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019/2020
A. Konsep Komunikasi Terapeutik
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada
konteks pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan
pertukaran informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain; pertukaran ide
atau pemikiran. Effendy O.U (2002) dalam Suryani (2005) menyatakan lima komponen
dalam komunikasi yaitu; komunikator, komunikan, pesan, media dan efek. Komunikasi
dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi
yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus
mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan  pasien. Stuart G.W
(1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal
antara  perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar  bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
1. Prinsip dasar Komunikasi Terapeutik
Menurut (Suryani 2000), ada empat prinsip dasar yang harus dipahami dalam
membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik, yakni:
a. Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan. Hubungan ini didasarkan pada prinsip” humanity of nurse and clients”.
Kualitas hubungan perawat - klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan
dirinya sebagai manusia. Hubungan perawat dengan klien tidak hanya sekedar hubungan
seorang penolong dengan kliennya tetapi lebih dari itu, hubungan antar manusia yang
bermartabat.
b. Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter yang
berbeda -beda, karena itu perawat perlu memahami perasaan dan perilaku klien dengan
melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan tiap individu.

c. Semua komuikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga
diri klien.
d. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan
masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari
komunikasi terapeutik.

2. Helping relationship

Helping relationship dapat terjalin setelah merawat klien selama beberapa

minggu, atau beberapa menit. Kunci untuk mencapai hubungan trsebut adalah:

a)      Tumbuhnya rasa percaya dan penerimaan antara perawat dan klien.

b)      Keyakinan yang mendasari bahwa perawat peduli dan ingin membantu klien.

Helping relationship dipengaruhi oleh karakteristik personal dan profesional


perawat dan klien. Usia, jenis kelamin, penampilan, diagnosis, pendidikan, nilai-nilai,

latar belakang etnik dan budaya, kepribadian, harapan, dan tempat dapat mempengaruhi

perkembangan helping relationship antara perawat-klien. Dengan mempertimbangkan

semua faktor diatas, disertai kemampuan komunikasi yang baik serta minat yang tulus

terhadap kesejahteraan klien, perawat dapat menciptakan helping relationship.

3. Tujuan Komunikasi Terapeutik

a. Realisasi dan penerimaan diri serta peningkatan penghormatan diri pasien

b. Pasien mampu membina hubungan interpersonal dan saling bergantung dengan orang

lain.

c. Meningkatkan fungsi dan kemampuan pasien untuk memuaskan kebutuhannya serta

mencapai tujuan yang realistis

d. Membantu pasien mencapai tingkat kesembuhan yang diharapkan.


B. Self Awereness dalam hubungan Interpersonal

1. Kesadaran diri merupakan proses mengenali motivasi, pilihan dan kepribadian kita

lalu menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi

kita dengan orang lain.

2. Eksplorasi perasaan, yaitu tehnik untuk menggali perasaan klien yang tersimpan.

Contoh “Bisakah anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan…”

3. Kemampuan menjadi model ini merupakan bentuk tanggung jawab perawat terhadap

apa yang disampaikan kepada klien disamping tanggung jawab profesi. Perawat yang

bisa menjadi model adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan

pribadinya serta tidak didominasi oleh konflik, distress atau pengingkaran

(Stuart,G.W., 1998).

4. Panggilan jiwa merupakan hal yang sangat penting karena jika menjadi seorang

perawat hanya tentang misalnya keinginan untuk memenuhi tuntutan orang tua saja

mungkin untuk menjadi seorng perawat yang sebenarnya akan sulit dicapai karena

bukan keinginan dari diri sendiri.

5. Etika dan tanggung jawab. Memperhatikan etika dalam berkomunikasi bisa menjadi

strategi yang tepat untuk membina hubungan saling percaya. Maksud dari tanggung

jawab adalah segala macam pesan yang akan disampaikan menjadi sebuah tanggung

jawab tersendiri, baik pesan yang disampaikan oleh perawat kepada klien atau pun

sebaliknya.

C. Menghadirkan diri secara terpeutik

Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi, tetapi

yang sangat penting adalah sikap dan penampilan komunikasi. Kehadiran fisik, menurut

Evans mengidentifikasi 4 sikap dan cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu :
a. Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap utnuk anda"
b. Mempertahankan kontak mata : berarti mengahargai klien dan menyatakan keinginan
untuk tetap berkomunikasi.
c. Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan atau mendengar sesuatu
d. Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
merespon klien.

D. Dimensi respon
Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, simpati dan
konkrit. Dimensi respon sangat penting pada awal hubungan klien untuk membina
hubungan saling percaya dan komunikasi terbuka. Respon ini terus dipertahankan sampai
pada akhir hubungan.

E. Dimensi Tindakan
1. Konfrontasi adalah perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai.
Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan,
sikap, kepercayaan, dan perilaku. Konfrontasi sangat diperlukan klien yang telah
mempunyai kesadaran tetapi belum merubah perilakunya.
2. Kesegeraan, Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu
dengan segera. Kesegeraan terjadi jika interaksi perawat klien difokuskan dan
digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya.
Perawat harus sensitive terhadap perasaan klien dan berkeinginan untuk membantu
dengan segera
3. Keterbukaan perawat, membuka diri adalah membuat orang lain tahu tentang pikiran,
perasaan, pengalaman pribadi kita. Membuka diri diperlukan saat perawat ingin
meningkatkan pemahaman, kekuatan dan kepercayaan klien. Perawat membuka diri
tentang pengalaman yang sama dengan pengalaman klien.
4. Emosional Catharsis, Emosional katarsis tejadi jika klien diminta untuk bicara
tentang hal yang menganggu dirinya. Perawat harus megkaji kesiapan klien untuk
mendiskusikan masalahnya.
5. Bermain Peran, bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu ini
berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat
situasi dari pandangan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai