Anda di halaman 1dari 16

IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN

BAHAYA

SUBDIT KESELAMATAN PERTAMBANGAN


DIREKTORAT TEKNIK MINERAL DAN BATUBARA
JAKARTA
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN 2

II. PENGERTIAN 3

III. TIPE-TIPE BAHAYA 6

IV. IDENTIFIKASI BAHAYA 8


A. Identifikasi/Penetapan Bahaya 8
B. Pengkajian/Penilaian 9
C. Klasifikasi Bahaya 12

V. PENGENDALIAAN BAHAYA 13
1. Primary Control Methods 14
2. Secondary Control Methods 14
3. Tertiary Control Methods 15
4. Alat Pelindung Diri 15

1
I. PENDAHULUAN

Materi ini dibuat khusus dalam rangka pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
pertambangan untuk tingkat pengawas. Identifikasi bahaya merupakan salah satu kegiatan
pengelolaan K3. Seringkali ada suatu pertanyaan bagaimana mengidentifikasi bahaya secara
benar dan melakukan pengendaliannya sehingga bahaua tersebut tidak menimbulkan
kecelakaan? Ketika itu seringkali pula kita tidak dapat memberikan jawaban dengan benar dan
jelas.

Pengawas, di dalam menjalankan peran dan fungsinya harus memiliki kemauan,


pengetahuan, dan kemampuan melakukan identifikasi bahaya dan pengendaliaannya karena
Pengawas memegang peranan penting dalam pelaksanaan program K3 mengingat Pengawas
adalah orang yang paling mengetahui kondisi daerah kerjanya setiap waktu, paling mengetahui
sifat dan tabiat para pekerja bawahannya, dapat selalu berhubungan langsung/bertatap muka
dengan pekerja, selalu dapat terjun langsung melakukan perbaikan, dan memiliki tanggung
jawab dan tanggung gugat terhadap pelaksaan K3 di wilayah kerjanya.

Banyak kecelakaan yang terjadi pada kegiatan usaha pertambangan yang penyebabnya
antara lain kurangnya kemampuan pengawas untuk mengidentifikasi bahaya secara cermat dan
melakukan pengendalian yang tepat. Atas dasar pertimbangan tersebut dalam materi ini
dijelaskan tentang pengertian-pengertian yang berkaitan dengan identifikasi bahaya, tipe-tipe
bahaya yang ada ditempat kerja, penilaian/pengkajian bahaya, dan klasifikasi bahaya.
Selanjutnya pengendalian bahaya yang mencakup tentang metode dan teknik-teknik
pengendalian bahaya sesuai hirarki pengendalian yang perlu dimengerti dan dipahami oleh
pengawas. Tidak ada suatu metode yang digunakan secara universal untuk melakukan
pengkajian hazard/risiko, yang lazim/biasa adalah mengidentifikasi bahaya/risiko,
menentukan/menetapkan apakah pengendalaian saat ini (existing control) memadai/sesuai, dan
mengimplementasikan pengukuran pengendalian lanjut (further control) apabila diperlukan.

Pada akhirnya, setelah pelatihan ini diharapkan para peserta dapat memahami prinsip
serta cara identifikasi dan pengendalian bahaya yang benar dan tepat sehingga kegiatan dan
kondisi tempat kerja yang menjadi tanggung jawabnya dapat menjadi lebih aman.

2
II. P E N G E R T I A N

Atar dasar pertimbangan terhadap peran dan fungsi pengawas yang sangat penting
dalam program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka seorang pengawas harus
memahami pengertian/istilah yang berkaitan dengan identifikasi bahaya, sebagai berikut:

Insiden (Incident):
Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia atau
kerusakan pada alat/proses/lingkungan sekitar. (Hampir Kecelakaan)

Eksiden (Accident):
Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan cidera pada manusia atau
kerusakan pada alat/proses/lingkungan sekitar. (Kecelakaan)

Bahaya (Hazard):
• Anything that cause harm; Cehmical, heat, noise, moving machine part. (HSE-UK)
• A something which may cause physical harm (QUT-AST)
• A condition or practice with the potensial for harm. (SHEQM-Germain- dkk)(SHEQM
Di dalam bahasa Indonesia dapat didefinisikan bahwa “Bahaya adalah Segala sesuatu
yang berpotensi untuk menyebabkan kecelakaan (cidera pada manusia, kerusakan pada
alat/proses /lingkungan sekitar). Cidera atau kerusakan tidak akan terjadi apabila tidak ada
kontak langsung.

Risiko (Risk):
• The chance, great or small, that someone may be harmed by a hazard. (HSE-UK)
• Change of loss; A measure of the probability and potensial severity of harm.
(SHEQM-Germain- dkk)

Di dalam bahasa Indonesia dapat didifinisikan bahwa “Risiko adalah Kemungkinan


kecelakaan (cidera pada manusia, kerusakan pada alat/proses /lingkungan sekitar) yg dapat
terjadi karena suatu bahaya”. Dapat dikatakan juga bahwa risiko adalah pemaparan terhadap
bahaya.

3
Sebagaimana kita ketahui bahwa kecelakaan terjadi apabila ada kontak atau
persentuhan langsung. Selanjutnya perlu dipahami juga bahwa risiko bukan akhir dari
kejadian, juga bukan apa yang terjadi. Dan untuk lebih rincinya dapat dijelaskan sebagai
berikut:

• Sebuah Lubang Besar pada lantai kerja di suatu tempat pengolahan/pemurnihan


(processing plant), adalah Suatu Bahaya. Apabila lubang tersebut tidak ditutup atau
diberi pagar pengaman atau pengaman jenis lainnya maka lubang tersbut akan menjadi
sebuah risiko. Pekerja ada kemungkin mengalami cidera karena jatuh ke dalam lubang
tersebut. Berapa besar kemungkinan pekerja jatuh ke dalam lubang tersebut dan berapa
besar cideranya (terkilir, patah kaki atau bahkan mati) apabila jatuh. Jadi risiko bukan
terletak pada lubang melainkan pada kemungkinan pemaparan terhadap keberadaan
lubang tersebut.

• Menghirup Gas H2S, atau CO, atau CO2, atau HCn dan dampaknya terhadap manusia
tergantung pada konsentrasi dan durasi pemaparan. Gas-Gas tersebut memiliki potensi
untuk mencelakakan orang/pekerja, akan tetapi kondisi tersebut belum menjadi risiko
apabila tidak terpapar ke manusia. Jadi risiko adalah kemungkinan terpaparnya
pekerja/orang terhadap gas-gas-gas tersebut.

• Kondisi Puley Conveyor yang tidak dilengkapi dengan pagar pengaman (guard) adalah
Suatu Bahaya. Kondisi tersebut baru berubah menjadi Risiko apabila kita melakukan
perawatan, perbaikan, pembersihan, atau berada di dekat puley tsb.

Bahaya & Risiko Keselamatan:


Sumber-sumber bahaya yang berpotensi menyebabkan cidera manusia atau kerusakan pada
lingkungan sekitar, permesinan/peralatan, atau proses.

Bahaya & Risiko Kesehatan:


Sumber-sumber bahaya yang berpotensi menyebabkan sakit atau gangguan kesehatan
manusia. Pemaparan terhadap gas atau debu atau kebisingan dapat berefek akut (serius &
langsung) atau kronis (jangka panjang) pada kesehatan seseorang/pekerja.

4
Risiko Sisa/Residu:
Suatu risiko yang tertinggal atau masih ada walaupun telah diupayakan untuk menghilangkan,
meminimalkan, atau mengendalikan. Sebagai contoh adalah suara bising dan debu yang masih
tetap ada meskipun telah kita menerapkan system pengendalian dengan baik. Untuk mengatasi
risiko sisa/residu tersebut lanhkah terakhirnya adalah dengan alat pelindung diri.

Lingkungan Sekitar:
Lingkungan fisik tempat pekerja melakukan aktivitasnya. Mengingat lingkungan fisik yang
senantiasa berubah-ubah, maka perlu dipertimbangkan untuk meninjau ulang dan merubah
prosedur kerja yang sudah agar sesuai dengan kondisi linkungan sekitar.

Sumber-Sumber Energi:
Sumber-sumber energi yang dimaksud adalah Semua energi yang bersifat merusak yang harus
dikendalikan di tempat kerja. Kita perlu memahami dan mengetahui letak dan pengaruh/efek
yang dapat ditimbulkan oleh energi-energi tersebut.

Konsekuensi atau akibat:


Hasil akhir apabila suatu sasaran ((Manusia, Peralatan, Proses/produksi, dan Lingkungan
sekitar) terkena dampak negatif dari suatu sumber energi yang muncul (bahaya).

Kemungkinan (Likelihoods):
Kesempatan suatu sasaran terkena dampak negatif dari suatu sumber energi yang muncul
(bahaya). Kemungkinan sulit untuk ditentukan seperti memprediksi waktu kejadian, jumlah
energi yang lepas/muncul, sasaran yang terkena, dan dan pengendaliannya. Konsekuensi dan
Kemungkinan akan menjadi pokok bahasan penting di dalam menilai bahaya atau melakukan
kajian risiko.

Pengendalian (Controls):
Pengukuran-pngukuran yang diterapkan untuk melindungi sasaran. Pengendalian yang dilakukan
harus mengikuti Hirarki Pengendalian, yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

5
III. TIPE–TIPE BAHAYA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan tercapai atau suatu kecelakaan atau bahkan
hampir kecelakaan tidak akan terjadi apabila tidak ada behaya pada suatu kegiatan (aktivitas)
maupun dalam suatu tempat kerja. Pengendalian (controls) terhadap bahaya hanya dapat
dilakukan setelah kita melakukan identifikasi terhadap bahaya tersebut, namun demikian
identifikasi sulit dilakukan apabila kita tidak mengetahui tipe-tipe bahaya di tempat kerja.

1. Bahaya Kimia
Bahaya kimia biasanya dapat menyebabkan kecelakan pada manusia melalui pernapasan atau
kontak dengan kulit. Bahaya-bahaya tersebut antara lain: Debu, Asap (smole), Gas, Uap,
Fume, Kabut (mists/aerosols), Bedak/tepung (vapors), Fiber,

2. Bahaya Fisik.
Suara Bising yaitu suara yang tidak diinginkan atau diatas ambang batas; Getaran yaitu
suatu getaran bolak balik (oscillating), seluruh body, dan getaran sebagian; Pencahayaan
yaitu intensitas, terlalau terang/silau; Radiasi yaitu radiasi ion dan radiasi non ion
(electric & magnetic fields); Temperatur: yaitu temperatur yang terlalau tinggi atau terlalau
rendah; Tekanan yaitu tekanan yang rendah atau tinggi.

3. Bahaya Biologi.
Bahaya yang timbul oleh suatu mahluh hidup baik tampak maupun tidak tampak oleh mata
dan bahaya tersebut dapat dibedakan menjadi: Mikro Biologi ; Bakteri, Virus, Jamur (fungi),
Tengu (Mites) dan Makro Biologi; Serangga, Parasit, Tumbuhan & Binatang.

4. Bahaya Ergonomi
Bahaya Ergonomi adalah suatu bahaya yang terjadi oleh karena adanya interaksi antara
seseorang/pekerja dengan lingkungan tempat kerjanya. Peralatan dan tempat kerja yang tidak
dirancang dengan baik (disesuaikan dengan manusia) termasuk bahaya ergonomi.
Selanjutnya bahaya ergonomi dapat dibedakan menjadi:

• Stres Fisik (Physical Stresses); ruang sempit & terbatas, menarik, mendorong,
canggung/aneh (awkward) or static postures, pekerjaan terlalu keras
(overexertion), repetitive motion, fatigue, excessive force,and direct prssure
6
• Stres kejiwaan/Mental (Psychological Stresses); bosan (monotony), terlalu berat
(Overload), perceptual confusion.

5. Bahaya Mekanis
Permesinan atau Peralatan yaitu bahaya yang ada pada titik operasi seperti pemotongan,
pemboran; bahaya pada titik jepit (nip point) seperti putaran pulley, roller; bahaya pada
gerakan mesin yang maju mundur atau naik turun, dan bahaya pada tempat pemindahan
dan pada bagian yang berputar atau bergerak lainnya dari suatu perlatan atau permesinan.

6. Bahaya Lingkungan Sekitar


Kemiringan, Permukaan tidak rata atau licin, Cuaca tidak ramah (temperatur,
kelembaban, berkabut, dll), Berlumpur/berair, Kegelapan

7. Bahaya Psikososial
Intimidasi, Trauma, Pola gilir kerja, Pola promosi, Pengorganisasian kerja

8. Bahaya Tingkah Laku


Ketidak patuhan, Kurang keahlian, Tugas baru/tidak rutin, Overconfident, Sok
jago/pintar, Tidak peduli/masa bodo.

9. Bahaya Kelistrikan
Pemasangan kawat/kabel, Penyambungan tahanan pembumian (grounding system) dan
pembatasan, Distribusi/Panel listrik, Saluran atau tombol, Peralatan listrik .

7
IV IDENTIFIKASI BAHAYA

Melakukan identifikasi bahaya setelah terjadinya kecelakaan biasanya pekerjaan yang


mudah, sedangkan identifiksi bahaya sebelum terjadi kecelakaan merupakan pekerjaan yang
lebih sulit. Demikian juga dengan merancang peralatan tanpa bahaya atau tergabung control
yang memadai adalah pekerjaan yang lebih susah dibanding melengkapinya setelah kontruksi.

Untuk dapat melakukan identifikasi bahaya, kita harus memiliki memahami suatu
pekerjaan dan tempat kerja, persyaratan persyaratan dalam peraturan, Sifat bahaya dari bahan
yang dipakai (bahan kimia), Perlindungan Peralatan (safeguarding of equipment), Proses
produksi, dan Informasi-informasi yang dapat membantu idenfikasi bahaya.

Idealnya penilaian/pengkajian bahaya/risiko melibatkan suatu kelompok/group yang


terdiri dari orang-orang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tempat kerja (workplace),
karyawan/pekerja (termasuk kecelakaan-kecelakaan khusus, isu-isu kesehatan dan sebagainya),
tugas-tugas rutin dan khusus (daily and occasional) dan isu-isu K3 yang mendasar.

A. Identifikasi dan Penetapan Bahaya


Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dapat
melakukan langkah-langkah seperti inspection, observation, diskusi dengan para pekerja,
investigasi kecelakaan, literatur-literatur, brainstorming, serta menganalisisnya dengan
Teknik kualitativ, kuantitaiv, gabungan keduanya. Dalam hal ini akan sangat baik untuk
mencatat seluruh ide-ide dalam suatu lembar catatan (note form) sebagai proses mencatat
temuan-temuan dan pengkajian/penilaian secara formal dengan menggunakan format
sebagaimana pada tabel 4.1

1. Observasi atau Inspeksi Terencana


Observasi/pengamatan terhadap kondisi fakta tempat kerja, peralatan dan
sebagainya Atau Inspeksi terencana yang lebih focus terhadap bahaya tertentu, dengan
menggunakan lembar pemeriksaan (Checklist) dan Indeks. Selanjutnya menilai risiko

8
hasil observasi/inspeksi tersebut. Indeks bahaya/risiko meliputi hitungan/ukuran
bahaya/risiko, proses tersebut digunakan untuk memperoleh jumlah hitungan yang
didasarkan pada metode kulitatif bukan kuantitatif.

2. Brainstorming
Kita dapat mengenali bahaya-bahaya yang berpotensi timbul oleh suatu proses
melalui pendekatan brainstorming (Job Analysis, Safety/Efgonomic Committees, MSDS,
informasi-informasi dalam peraturan-peraturan, dan lain-lain). Ada beberapa teknik yang
dapat digunakan antara lain: What-if analysis, Hazard and Operability Studies (Hazop),
Fault Tree Analysis (FTA), dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), namun
demikian dalam materi kita tidak akan membahas teknik-teknik tersebut di atas.

B. Penilain/Pengkajian.
Bagaimana untuk dapat menilai/mengakaji terhadap suatu bahaya/risiko ada beberapa hal
yang perlu kita lakukan yaitu:

1. Identifikasi Seluruh Operasi


Mengidentifikasi seluruh operasi atau tipe pekerjaan yang lakukan oleh pekerja
maupun oleh kontraktor. Operasi yang dimaksud adalah suatu pekerja yang luas (seperti;
Penambangan, Maintenance, Pengangkutan/Transport, Pengolahan) bukan tugas-tugas
individu atau orang perorang.

2. Identifikasi Bahaya/Risiko
Membuat daftar seluruh tugas yang mungkin ada dalam masing-masing operasi
(kategori pekerjaan) baik untuk tugas harian maupun yang kadang-kadang (daily &
occasions) atau pada kejadian darurat (event of emergencies) dan sebagainya.
Selanjutnya membuat daftar seluruh bahaya/risiko yang mungkin terjadi pada masing-
masing tugas. Dalam hal ini akan sangat bermanfat menggunakan “aid-memoire” untuk
bahaya/risiko yang mungkin dapat ditemukan dalam kondisi normal maupun darurat.

3. Identifikasi Pengaruh Potensial pada Personil


Membuat daftar seluruh orang atau sekumpulan orang-orang (masyarakat) yang

9
dapat terpengaruh oleh suatu bahaya/risiko, tidak hanya pada orang yang terlibat dalam
pekerjaan/tugas tetapi juga orang-orang lainnya meliputi:
• Masyarakat dari bahaya kebakaran, limpasan/tumpahan, dan lain-lain;
• Pekerja-pekerja lainnya dari bahaya kebisingan, bahan kimia dan lain-lain;
dan
• Kontraktor dari bahaya asbestos, isu keamanan, dan lain-lain.

4. Identifikasi Pengendalian Saat Ini ( Existing Controls)


Mengidentifikasi tindakan pengendalian yang ada (existing control) untuk
masing-masing bahaya/risiko apakah benar-benar sudah efectif. Pengendalian meliputi
kebijakan, prosedur untuk mengurangi kemunkinan kecelakaan, engineering equipment,
pelatihan pekerja tentang nprosedur kerja aman, special pengkajian /penilaian risiko dan
APD, dan sebagainya.

5. Penetapan/Penentuan Apakah Existing Controls Memadai


Menetapkan/menenntukan apakah masih ada kemungkinan seseorang/pekerja
dapat cidera (kecelakaan) dalam kondisi saat ini yang disebabkan oleh masing-masing
bahaya /risiko tersebut. Apabila telah dapat dipastikan tidak mungkin lagi dapat
menimbulkan cidera (kecelakaan) maka bahaya/risiko boleh diansumsikan sudah
terkendali dengan baik (adequately controlled). Namun apabila
dianggap/dipertimbangkan masih bisa timbul cidera (kecelakaan), maka bahya/risiko
tersebut diansumsikan belum terkendali dengan baik (inadequately controlled).

6. Penentapkan/Penentuan Pengendalian Lanjut (Futher Control) Yang Tepat


Menetapkan/menentukan pengukuran yang tepatuntuk menghilangkan
bahaya/risiko secara tuntas atau apabila tidak mungkin, kurangi risiko ke tingkat yang
dapat diterima. Pengukuran meliputi kebijakan atau prosedur mengurangi kemungkinan
kecelakan seperti revisi praktek/prosedur kerja (working practices), engineering
equipment, pelatihan pekerja/karyawan dalan praktek kerja aman, pengkajian/penilaian
risiko khusus, APD, dan sebagainya.

7. Pengembangan suatu Action Plan untuk Implementasi Pengendalian

10
Mengatur tanggal tujuan dan target untuk tahap pengendalian yang disyaratkan.

Tabel 4.1 Identifikasi Bahaya

Task Hazard/Risk Personal Existing Ya/Tidak Futher Action


Affected Control * Control Plan /Date

* Pengendalian (control) memadai (Ya /Tidak)

Dalam melakukan penilaian/pengkajian terhadap bahaya/risiko kita juga harus


melakukan penilaian (scoring) terhadap beberapa hal sebagai berikut:

1. Berapa tingkat kekerapan (frequency) karyawan terpapar terhadap bahaya tersebut ?


yang dapat ditulis dengan notasi (F)
2. Berapa tingkat keparahan (severity) cidera atau kerusakan yang dapat terjadi oleh
bahaya tersebut ? ditulis dengan notasi (S)
3. Berapa probabilitas/kemungkinan (probabilitas/likelihood) kondisi tersebut (kondisi
bahaya) dapat mengakibatkan kecelakaan ? ditulis dengan notasi (P)

Setelah frequency, severity, dan probabilitas/likelihood dikaji dan diberikan nilai


maka langkah selanjutnya adalah menjumlahkan nilai-nilai tersebut. Jumlah itulah yang
sering disebut sebagai nilai suatu bahaya. Jadi nilai risiko (Hv) adalah (S + F + P).

Dari beberapa sumber ada yang berpendapat bahwa untuk menetukan nilai risiko
(Hv) dilakukan dengan cara mengalikan nilai S, F, dan P Yaitu (Hv= S x F x P). Cara
yang manapun yang diambil pada prinsipnya bahwa penilaian terhadap bahaya/risiko itu
sangat penting agar dapat diketahui tingkat bahaya/risiko yang ada, yang selanjutnya
dapat dijadikan dasar pertimbangan melakukan perbaikan atau koreksi.
11
C. Klasifikasi Bahaya
Mengklasifikasikan bahaya/risiko menjadi hal yang sangat penting karena dapat
dijadikan sebagai dasar menentukan skala prioritas dalam mengambil tindakan perbaikan
atau koreksi. Pada umumnya bahaya/risiko dikelompokan atau diklasifikasikan menjadi
tiga klas atau tiga tingkat/level, yang dapat dicontohkan sebagai berikut:

Tabel 4.2 Nilai Tingkat Bahaya

NILAI BAHAYA
Nilai Tingkat Bahaya dan Tindakan
I A serious hazard for which corrective action must be taken without delay
II A moderate hazard requiring remedial action as soon as possible. Warnings,
personal protective equipment and notices may serve as acceptable interim
measures
III A minor hazard falling into the category of acceptable level of risk and for
which there is little justification for control

Tabel 4.3 Klasifikasi Bahaya

KLASIFIKASI BAHAYA
Kelas Tingkat Cidera/Kerusakan/Kerugian
A Fatal, Cacat tetap, Hilang bagian tubuh, Kebakaran/Kerusakan Alat/Properti,
Major Sengketa Lingkungan >Rp50 jt, Hilang Produksi >Rp 40 jt (Segera No delay)
B Cidera Berat, Cacat sementara, kebakaran/kerusakan Alat/property, Sengketa
Serius Lingk.. <Rp50 juta, Hilang Produksi <Rp 40 juta, (Tuntas 1 minggu)
C Cidera Ringan, Sakit jabatan,Kebakaran/Kerusakan Alat/ Properti, Sengketa
Minor Lingk.<Rp15 jt, Hilang Produksi <Rp10 jt, (OK dlm 1 bulan)

12
V. PENGENDALIAN BAHAYA (HAZARD CONTROLS)

Bahaya-bahaya yang telah teridentifikasi dan dianalisis selanjutnya dilakukan


pengendalian agar bahaya/risiko tersebut hilang atau berkurang sehingga tidak menimbulkan
kecelakaan. Di dalam melakukan pengendalian, kita harus memahami hirarki pengendalian
(Hierarchi Controls) sehingga pengendalian yang kita lakukan betul-betul tepat sasaran.
Beberapa sumber memberikan pendapat yang berbeda tentang metode-metode dalam hirarki
pengendalian.

Tabel 5.1 Hirarki Pengendalian

HIRARKI PENGENDALIAN (HIERARCHI CONTROLS)

Hirarki TOSM SHEQM QUT-FBEE QUT-PFD ESAO


*** SEESE **
Elimination - - - Y Y
Substitution - - - Y Y
Engineering/Redesigning Y Y Y Y Y
Isolation - - - Y -
Monitoring Y - - - -
Administratif Y Y Y Y Y
Education & Training Y - - - -
Work Practice Y Y - - -
Maintenance Y - - - -
PPE (APD) Y Y Y Y Y

Keterangan : *** & ** Hirarki pengendaliaan yang sering dipilih /diterapkan dilapangan.

13
Hirarki Pengendalian yang akan diuraikan disini adalah yang bersumber pada SHEQM
(Safety, Health, Environmental, and Quality Management), yang secara hirarkinya ada terdiri
dari 4 metode pengendalian sebagai berikut:

1. Primary Control Methods/Engineering Control


Pengendalian meliputi modifikasi/perubahan peralatan dan pabrik (plant),
prosedur lockout, mengurangi penggunaan zat berbahaya, alat peringatan, dsb. Untuk
pengendaliaan jangka panjang teknik rekayasa adalah metode pengendaliaan yang lebih
diharapkan.
Tipe pengendalian dengan teknik rekayasa:
a) Mensubtitusi dengan proses yg kurang bahaya (lebih aman)
b) Mengganti proses untuk mengurangi pemaparan
c) Menutupi/melindungi proses sehingga bahaya tidak tertranformasi ke pekerja.
d) Menggunakan ventilasi isap (exhaust) secara lokal atau keseluruhan untuk
mengurangi konsentrasi agent berbahaya di udara.
e) Mengatur getaran yang timbul sehingga kebisingan dan trauma ke badan dapat
dikurangi.
Contoh pengendalian dengan teknik rekayasa sebagai berikut:
1. Memasang peredam suara di sekeling peralatan yang bising
2. Memasang pelindung (guards) di sekeliling pinch point & rotating couplings.
3. Merelokasi katup (valves) switches and shutdown devices dari area yg
berbahaya.
4. Memasang pelindung lampu pada mesin-mesin di tempat-tempat pemuatan.

2. Secondary Control Methods/Administrative Control


Variasi proses manajemen dpt untuk mengendalikan pengaruh bahaya seperti:
pemilihan staff, pembatasan jam kerja, merotasi dan mengatur skedul kerja karyawan
agar tidak terlalu terpapar bahaya tempat kerja, program pemeliharaan, prosedur
pembelian.
Contoh pengendalian secondary (specific administrative) sebagai berikut:
a) Mengubah/mengatur ulang pelepasan bahaya ke suatu periode/shift dengan jumlah
pekerja di lapangan lebih sedikit dengan demikian potensi untuk pekerja terpapar
bahaya tersebut berkurang.
b) Mengendalikan jalan masuk dari pengamat/peninjau dan orang yang tidak
berkepentingan ke area kerja
c) Mengontrakan pekerjaan kepada kontraktor yang ahli/berpengalaman dengan bukti-
14
bukti pengelolaan K3nya baik.

3. Tertiary Control Methods/Works Practice


Langkah ketiga ini merupakan agak sedikit langkah akhir dan tidak memberikan
tingkat kepastian yg tinggi bahwa bahaya akan dpt terkendali sepenuhnya. Tipe kontrol
ini berhubungan dengan Risiko Sisa dan Ringan (Minor & Residual Risk).
Pengendalian tersebut meliputi praktek-praktek kerja yang sesuai dengan bentuk
prosedur yang tepat dan pelatihan (training) untuk memastikan bahwa para pekerja
mengetahui: bagaimana mengenal dan menghindari bahaya apabila mungkin.
Contoh pengendalian tertiary (works practices) meliputi:
a) Merevisi langkah-langkah kerja pada prosedur kerja
b) Mengurangi penggunaan tenaga fisik dalam setiap langkah kerja.
c) Mengubah syarat-syarat kepegawaian/ ketenaga kerjaan
d) Mengidentifikasi dan memberikan/menyediakan peralatan baru yang lebih baik.
e) Membuat tempat kerja yang lebih aman.

4. Alat Proteksi Diri (APD)


APD tidak pernah menjadi kebijkan/alternatif solusi yang pertama atau kedua di
dalam pengendalian bahaya di tempat kerja. Bahaya harus dihilangkan dengan
pengendalian Primary, Secondary, dan Tertiary sedangkan APD dipilih sebagai suatu
langkah terakhir dalam pengendalian bahaya. APD juga dimanfaatkan untuk
pengendalian bahaya jangka pendek (short-term exposure). Sebagai contoh pada suatu
daerah yang tingkat kebisingannya tinggi, dimana pekerja/operator harus memasuki
daerah tersebut untuk waktu sesaat, alat pelindung telinga yang sesuai harus dipakai.

15

Anda mungkin juga menyukai