1550771621identifikasi Bahaya Pop PDF
1550771621identifikasi Bahaya Pop PDF
BAHAYA
I. PENDAHULUAN 2
II. PENGERTIAN 3
V. PENGENDALIAAN BAHAYA 13
1. Primary Control Methods 14
2. Secondary Control Methods 14
3. Tertiary Control Methods 15
4. Alat Pelindung Diri 15
1
I. PENDAHULUAN
Materi ini dibuat khusus dalam rangka pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
pertambangan untuk tingkat pengawas. Identifikasi bahaya merupakan salah satu kegiatan
pengelolaan K3. Seringkali ada suatu pertanyaan bagaimana mengidentifikasi bahaya secara
benar dan melakukan pengendaliannya sehingga bahaua tersebut tidak menimbulkan
kecelakaan? Ketika itu seringkali pula kita tidak dapat memberikan jawaban dengan benar dan
jelas.
Banyak kecelakaan yang terjadi pada kegiatan usaha pertambangan yang penyebabnya
antara lain kurangnya kemampuan pengawas untuk mengidentifikasi bahaya secara cermat dan
melakukan pengendalian yang tepat. Atas dasar pertimbangan tersebut dalam materi ini
dijelaskan tentang pengertian-pengertian yang berkaitan dengan identifikasi bahaya, tipe-tipe
bahaya yang ada ditempat kerja, penilaian/pengkajian bahaya, dan klasifikasi bahaya.
Selanjutnya pengendalian bahaya yang mencakup tentang metode dan teknik-teknik
pengendalian bahaya sesuai hirarki pengendalian yang perlu dimengerti dan dipahami oleh
pengawas. Tidak ada suatu metode yang digunakan secara universal untuk melakukan
pengkajian hazard/risiko, yang lazim/biasa adalah mengidentifikasi bahaya/risiko,
menentukan/menetapkan apakah pengendalaian saat ini (existing control) memadai/sesuai, dan
mengimplementasikan pengukuran pengendalian lanjut (further control) apabila diperlukan.
Pada akhirnya, setelah pelatihan ini diharapkan para peserta dapat memahami prinsip
serta cara identifikasi dan pengendalian bahaya yang benar dan tepat sehingga kegiatan dan
kondisi tempat kerja yang menjadi tanggung jawabnya dapat menjadi lebih aman.
2
II. P E N G E R T I A N
Atar dasar pertimbangan terhadap peran dan fungsi pengawas yang sangat penting
dalam program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) maka seorang pengawas harus
memahami pengertian/istilah yang berkaitan dengan identifikasi bahaya, sebagai berikut:
Insiden (Incident):
Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan cidera pada manusia atau
kerusakan pada alat/proses/lingkungan sekitar. (Hampir Kecelakaan)
Eksiden (Accident):
Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang mengakibatkan cidera pada manusia atau
kerusakan pada alat/proses/lingkungan sekitar. (Kecelakaan)
Bahaya (Hazard):
• Anything that cause harm; Cehmical, heat, noise, moving machine part. (HSE-UK)
• A something which may cause physical harm (QUT-AST)
• A condition or practice with the potensial for harm. (SHEQM-Germain- dkk)(SHEQM
Di dalam bahasa Indonesia dapat didefinisikan bahwa “Bahaya adalah Segala sesuatu
yang berpotensi untuk menyebabkan kecelakaan (cidera pada manusia, kerusakan pada
alat/proses /lingkungan sekitar). Cidera atau kerusakan tidak akan terjadi apabila tidak ada
kontak langsung.
Risiko (Risk):
• The chance, great or small, that someone may be harmed by a hazard. (HSE-UK)
• Change of loss; A measure of the probability and potensial severity of harm.
(SHEQM-Germain- dkk)
3
Sebagaimana kita ketahui bahwa kecelakaan terjadi apabila ada kontak atau
persentuhan langsung. Selanjutnya perlu dipahami juga bahwa risiko bukan akhir dari
kejadian, juga bukan apa yang terjadi. Dan untuk lebih rincinya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
• Menghirup Gas H2S, atau CO, atau CO2, atau HCn dan dampaknya terhadap manusia
tergantung pada konsentrasi dan durasi pemaparan. Gas-Gas tersebut memiliki potensi
untuk mencelakakan orang/pekerja, akan tetapi kondisi tersebut belum menjadi risiko
apabila tidak terpapar ke manusia. Jadi risiko adalah kemungkinan terpaparnya
pekerja/orang terhadap gas-gas-gas tersebut.
• Kondisi Puley Conveyor yang tidak dilengkapi dengan pagar pengaman (guard) adalah
Suatu Bahaya. Kondisi tersebut baru berubah menjadi Risiko apabila kita melakukan
perawatan, perbaikan, pembersihan, atau berada di dekat puley tsb.
4
Risiko Sisa/Residu:
Suatu risiko yang tertinggal atau masih ada walaupun telah diupayakan untuk menghilangkan,
meminimalkan, atau mengendalikan. Sebagai contoh adalah suara bising dan debu yang masih
tetap ada meskipun telah kita menerapkan system pengendalian dengan baik. Untuk mengatasi
risiko sisa/residu tersebut lanhkah terakhirnya adalah dengan alat pelindung diri.
Lingkungan Sekitar:
Lingkungan fisik tempat pekerja melakukan aktivitasnya. Mengingat lingkungan fisik yang
senantiasa berubah-ubah, maka perlu dipertimbangkan untuk meninjau ulang dan merubah
prosedur kerja yang sudah agar sesuai dengan kondisi linkungan sekitar.
Sumber-Sumber Energi:
Sumber-sumber energi yang dimaksud adalah Semua energi yang bersifat merusak yang harus
dikendalikan di tempat kerja. Kita perlu memahami dan mengetahui letak dan pengaruh/efek
yang dapat ditimbulkan oleh energi-energi tersebut.
Kemungkinan (Likelihoods):
Kesempatan suatu sasaran terkena dampak negatif dari suatu sumber energi yang muncul
(bahaya). Kemungkinan sulit untuk ditentukan seperti memprediksi waktu kejadian, jumlah
energi yang lepas/muncul, sasaran yang terkena, dan dan pengendaliannya. Konsekuensi dan
Kemungkinan akan menjadi pokok bahasan penting di dalam menilai bahaya atau melakukan
kajian risiko.
Pengendalian (Controls):
Pengukuran-pngukuran yang diterapkan untuk melindungi sasaran. Pengendalian yang dilakukan
harus mengikuti Hirarki Pengendalian, yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya.
5
III. TIPE–TIPE BAHAYA
Keselamatan dan Kesehatan Kerja akan tercapai atau suatu kecelakaan atau bahkan
hampir kecelakaan tidak akan terjadi apabila tidak ada behaya pada suatu kegiatan (aktivitas)
maupun dalam suatu tempat kerja. Pengendalian (controls) terhadap bahaya hanya dapat
dilakukan setelah kita melakukan identifikasi terhadap bahaya tersebut, namun demikian
identifikasi sulit dilakukan apabila kita tidak mengetahui tipe-tipe bahaya di tempat kerja.
1. Bahaya Kimia
Bahaya kimia biasanya dapat menyebabkan kecelakan pada manusia melalui pernapasan atau
kontak dengan kulit. Bahaya-bahaya tersebut antara lain: Debu, Asap (smole), Gas, Uap,
Fume, Kabut (mists/aerosols), Bedak/tepung (vapors), Fiber,
2. Bahaya Fisik.
Suara Bising yaitu suara yang tidak diinginkan atau diatas ambang batas; Getaran yaitu
suatu getaran bolak balik (oscillating), seluruh body, dan getaran sebagian; Pencahayaan
yaitu intensitas, terlalau terang/silau; Radiasi yaitu radiasi ion dan radiasi non ion
(electric & magnetic fields); Temperatur: yaitu temperatur yang terlalau tinggi atau terlalau
rendah; Tekanan yaitu tekanan yang rendah atau tinggi.
3. Bahaya Biologi.
Bahaya yang timbul oleh suatu mahluh hidup baik tampak maupun tidak tampak oleh mata
dan bahaya tersebut dapat dibedakan menjadi: Mikro Biologi ; Bakteri, Virus, Jamur (fungi),
Tengu (Mites) dan Makro Biologi; Serangga, Parasit, Tumbuhan & Binatang.
4. Bahaya Ergonomi
Bahaya Ergonomi adalah suatu bahaya yang terjadi oleh karena adanya interaksi antara
seseorang/pekerja dengan lingkungan tempat kerjanya. Peralatan dan tempat kerja yang tidak
dirancang dengan baik (disesuaikan dengan manusia) termasuk bahaya ergonomi.
Selanjutnya bahaya ergonomi dapat dibedakan menjadi:
• Stres Fisik (Physical Stresses); ruang sempit & terbatas, menarik, mendorong,
canggung/aneh (awkward) or static postures, pekerjaan terlalu keras
(overexertion), repetitive motion, fatigue, excessive force,and direct prssure
6
• Stres kejiwaan/Mental (Psychological Stresses); bosan (monotony), terlalu berat
(Overload), perceptual confusion.
5. Bahaya Mekanis
Permesinan atau Peralatan yaitu bahaya yang ada pada titik operasi seperti pemotongan,
pemboran; bahaya pada titik jepit (nip point) seperti putaran pulley, roller; bahaya pada
gerakan mesin yang maju mundur atau naik turun, dan bahaya pada tempat pemindahan
dan pada bagian yang berputar atau bergerak lainnya dari suatu perlatan atau permesinan.
7. Bahaya Psikososial
Intimidasi, Trauma, Pola gilir kerja, Pola promosi, Pengorganisasian kerja
9. Bahaya Kelistrikan
Pemasangan kawat/kabel, Penyambungan tahanan pembumian (grounding system) dan
pembatasan, Distribusi/Panel listrik, Saluran atau tombol, Peralatan listrik .
7
IV IDENTIFIKASI BAHAYA
Untuk dapat melakukan identifikasi bahaya, kita harus memiliki memahami suatu
pekerjaan dan tempat kerja, persyaratan persyaratan dalam peraturan, Sifat bahaya dari bahan
yang dipakai (bahan kimia), Perlindungan Peralatan (safeguarding of equipment), Proses
produksi, dan Informasi-informasi yang dapat membantu idenfikasi bahaya.
8
hasil observasi/inspeksi tersebut. Indeks bahaya/risiko meliputi hitungan/ukuran
bahaya/risiko, proses tersebut digunakan untuk memperoleh jumlah hitungan yang
didasarkan pada metode kulitatif bukan kuantitatif.
2. Brainstorming
Kita dapat mengenali bahaya-bahaya yang berpotensi timbul oleh suatu proses
melalui pendekatan brainstorming (Job Analysis, Safety/Efgonomic Committees, MSDS,
informasi-informasi dalam peraturan-peraturan, dan lain-lain). Ada beberapa teknik yang
dapat digunakan antara lain: What-if analysis, Hazard and Operability Studies (Hazop),
Fault Tree Analysis (FTA), dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), namun
demikian dalam materi kita tidak akan membahas teknik-teknik tersebut di atas.
B. Penilain/Pengkajian.
Bagaimana untuk dapat menilai/mengakaji terhadap suatu bahaya/risiko ada beberapa hal
yang perlu kita lakukan yaitu:
2. Identifikasi Bahaya/Risiko
Membuat daftar seluruh tugas yang mungkin ada dalam masing-masing operasi
(kategori pekerjaan) baik untuk tugas harian maupun yang kadang-kadang (daily &
occasions) atau pada kejadian darurat (event of emergencies) dan sebagainya.
Selanjutnya membuat daftar seluruh bahaya/risiko yang mungkin terjadi pada masing-
masing tugas. Dalam hal ini akan sangat bermanfat menggunakan “aid-memoire” untuk
bahaya/risiko yang mungkin dapat ditemukan dalam kondisi normal maupun darurat.
9
dapat terpengaruh oleh suatu bahaya/risiko, tidak hanya pada orang yang terlibat dalam
pekerjaan/tugas tetapi juga orang-orang lainnya meliputi:
• Masyarakat dari bahaya kebakaran, limpasan/tumpahan, dan lain-lain;
• Pekerja-pekerja lainnya dari bahaya kebisingan, bahan kimia dan lain-lain;
dan
• Kontraktor dari bahaya asbestos, isu keamanan, dan lain-lain.
10
Mengatur tanggal tujuan dan target untuk tahap pengendalian yang disyaratkan.
Dari beberapa sumber ada yang berpendapat bahwa untuk menetukan nilai risiko
(Hv) dilakukan dengan cara mengalikan nilai S, F, dan P Yaitu (Hv= S x F x P). Cara
yang manapun yang diambil pada prinsipnya bahwa penilaian terhadap bahaya/risiko itu
sangat penting agar dapat diketahui tingkat bahaya/risiko yang ada, yang selanjutnya
dapat dijadikan dasar pertimbangan melakukan perbaikan atau koreksi.
11
C. Klasifikasi Bahaya
Mengklasifikasikan bahaya/risiko menjadi hal yang sangat penting karena dapat
dijadikan sebagai dasar menentukan skala prioritas dalam mengambil tindakan perbaikan
atau koreksi. Pada umumnya bahaya/risiko dikelompokan atau diklasifikasikan menjadi
tiga klas atau tiga tingkat/level, yang dapat dicontohkan sebagai berikut:
NILAI BAHAYA
Nilai Tingkat Bahaya dan Tindakan
I A serious hazard for which corrective action must be taken without delay
II A moderate hazard requiring remedial action as soon as possible. Warnings,
personal protective equipment and notices may serve as acceptable interim
measures
III A minor hazard falling into the category of acceptable level of risk and for
which there is little justification for control
KLASIFIKASI BAHAYA
Kelas Tingkat Cidera/Kerusakan/Kerugian
A Fatal, Cacat tetap, Hilang bagian tubuh, Kebakaran/Kerusakan Alat/Properti,
Major Sengketa Lingkungan >Rp50 jt, Hilang Produksi >Rp 40 jt (Segera No delay)
B Cidera Berat, Cacat sementara, kebakaran/kerusakan Alat/property, Sengketa
Serius Lingk.. <Rp50 juta, Hilang Produksi <Rp 40 juta, (Tuntas 1 minggu)
C Cidera Ringan, Sakit jabatan,Kebakaran/Kerusakan Alat/ Properti, Sengketa
Minor Lingk.<Rp15 jt, Hilang Produksi <Rp10 jt, (OK dlm 1 bulan)
12
V. PENGENDALIAN BAHAYA (HAZARD CONTROLS)
Keterangan : *** & ** Hirarki pengendaliaan yang sering dipilih /diterapkan dilapangan.
13
Hirarki Pengendalian yang akan diuraikan disini adalah yang bersumber pada SHEQM
(Safety, Health, Environmental, and Quality Management), yang secara hirarkinya ada terdiri
dari 4 metode pengendalian sebagai berikut:
15