Muhammad Zulfadhli : Keperawatan Komunitas Gerontik Kampus STIKes Hang Tuah Pekanbaru,
Jl Mustafa Sari No 5 Tangkerang Selatan Pekanbaru, Telp. (0761)33815
Email: ivangalaxy45@gmail.com
Abstrak
Lansia mengalami resiko jatuh disebabkan oleh penurunan fungsi dari segifisik, psikis, mau pun sosial. Jatuh
dikarnakan lansia tidak memiliki bentuk latihan fisik maupun aktivitas fisik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mengatasi gangguan pada lansia, khususnya masalah keseimbangan dan kejadian jatuh adalah dengan melakukan
latihan fisik yang teratur dan terprogram. Penelitian ini dilakukan di Panti sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah
Pekanbaru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi melakukan aktivitas fisik dengan
risiko jatuh pada lansia. Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah
keselurahan lansia yang berada di Panti yang berjumlah 65 orang. Data hasil penelitian tentang motivasi melakukan
aktivitas fisik menunjukkan sebagian besar lansia yaitu 37 lansia (56,9%) memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan lathan fisik. Berdasarkan analisa data diketahui p value 0,000 hal ini menunjukkan terdapat hubungan
antara motivasi melakukan latihan fisik dengan risiko jatuh pada lansia. Diharapkan bagi petugas panti dapat
mengantisipasi terjadinya risiko jatuh pada lansia dengan memberikan motivasi latihan fisik seperti menjelaskan
dampak risiko jatuh dan mamfaat melakukan latihan fisik
Abstract
The elderly experience the risk for falls due to a decrease of function in terms of physical, psychological, and social.
The causes of falling in the elderly is the lack of physical exercise or physical activity. One effort that can be done to
overcome disorders in the elderly, especially the balance problem and the incidence of falls is to do regular and
programmed physical exercise. This research was conducted at the social home Tresna Werdha Khusnul Khotimah
Pekanbaru. The purpose of this study was to determine the correlation between risk for falls and the motivation to do
physical exercise in the elderly. This research was quantitative research. The sample in this study was the whole elderly
people who were in the social center Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru which amounted 65 people. The
result of this research on the motivation to do physical activity showed that most of the elderly, 37 elderly (56.9%) had
low motivation in carrying out physical training. Based on the data analysis, it is known that p value 0,000 showed that
there was a significant relationship between the risk for falls and the motivation to do physical exercise in the elderly at
the social institution Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru. It is expected that nursing staff can anticipate the
risk for falls in the elderly by giving motivation to do physical training such as explaining the impact of the risk for falls
and the benefits of doing physical exercise.
penelitian ini adalah keselurahan lansia yang Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
berada di Panti sosial Tresna Werdha
No Jenis n Persentase
Khusnul Khotimah Pekanbaru yang
Kelamin (%)
berjumlah 65 orang. Alat ukur yang 1 Laki-laki 28 43,1%
2 Perempuan 37 56,9%
digunakan berupa lembar kuesioner motivasi Total 65 100%
melakukan aktivitas fisik dan lembar Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
observasi DGI untuk mengukur resiko jatuh, sebagian besar responden berjenis kelamin
alat ukur telah dilakukan uji validitas dan perempuan dengan jumlah 37 orang (56,9%).
reliabilitas. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Penykit
Analisis data yang digunakan adalah
NO Penyakit n (%)
analisis univariat bertujuan untuk atau 1 HT (Hipertensi) 23 35,4 %
2 GA (Gastritis) 12 18.5 %
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel 3 DM ( Diabetes Militus) 5 7.7 %
4 DKA (Dermatis Kontak 2 3.1 %
penelitian dan analisis bivariat untuk Alergi)
mengetahui hubungan dua variabel yaitu 5 LBP (Low Back Pain) 23 35,4 %
Total 65 100 %
variabel bebas dan variabel terikat. Peneliti Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
menjaga kerahasiaan responden, baik sebagian besar responden memiliki penyakit
informasi maupun masalah lainnya dan HT (Hipertensi) dan LBP (low back pain).
peneliti hanya akan melaporkan hasil
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Motivasi lathan Fisik
penelitian berupa data karakteristik responden
NO Motivasi Melakukan n (%)
serta nilai dari setiap jawaban yang diberikan Latihan Fisik
responden untuk setiap item pernyataan yang 1 Tinggi 30 46,2 %
2 Rendah 35 53,8 %
diajukan peneliti. Jumlah 65 100 %
Berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa
sebagian besar masyarakat memiliki sebagian
Hasil
besar lansia yaitu 35 lansia (53,8%) memiliki
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia motivasi yang rendah dalam melakukan
2. Umur
Pembahasan Departemen Kesehatan RI membagi lansia
1. Jenis Kelamin sebagai berikut : kelompok menjelang usia
Responden dominan penelitian ini adalah lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas,
perempuan sebanyak 56,9%. Hasil analisa kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai
peneliti menunjukan bahwa lansia perempuan presenium, kelompok usia lanjut (kurang dari
lebih besar beresiko jatuh dari laki-laki. Hal 65 tahun) sebagai senium. Organisasi
ini sesuai dengan Potter and Perry (2005) kesehatan dunia (WHO), usia lanjut dibagi
bahwa pada wanita lebih jelas terjadinya menjadi empat kriteria berikut : usia
perubahan pada sistem muskuloskletal yakni pertengahan (middle age) ialah kelompok usia
penurunan massa dan kekuatan otot; 45 sampai 59 tahun, usia lanjut (elderly)
demineralisasi tulang. Artinya lansia antara 60-74 tahun, usia tua (old) antara 75-90
perempuan lebih beresiko umtuk jatuh tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90
dikarnakan pada wanita lebih besar penurunan tahun. Pada penelitian ini lansia yang paling
massa otot dari pada lansia laki-laki. dominan adalah pada tahap usia lanjut
Berbeda dengan penelitian Siti (2013) (elderly) antara 60-74 tahun yang berjumlah
Daya tahan kardiovaskuler yang menunjang 43 orang lansia.
stamina seseorang pada masa pubertas hingga Penelitian Lela (2012) menyatakan bahwa
lansia terdapat perbedaan, karena perempuan Perubahan fisiologis mengakibatkan
memiliki jaringan lemak yang lebih banyak di fleksibilitas lanjut usia untuk melakukan
bandingkan laki-laki sehingga wanita lebih aktivitas fisik menurun sehingga
lebih kuat staminanya dari laki-laki. Hal yang meningkatkan resiko jatuh. Kecenderungan
sama juga terjadi pada kekuatan otot, karena usia old yang tidak aktif melakukan aktivitas
perbedaan kekuatan otot antara laki-laki dan fisik pada hasil penelitian menunjukkan
perempuan disebabkan oleh perbedaan ukuran memliki resiko jatuh lebih tinggi dari pada
otot baik besar maupun proposinya dalam usia elderly. Peningkatan resiko jatuh seiring
tubuh, lansia perempuan lebih aktif untuk bertambahnya usia membuat komplikasi yang
melakukan kegiatan fisik dari pada lansia terjadi akan dua kali lebih tinggi, khususnya
laki-laki. Kekurangan aktivitas fisik tentunya pada usia >75 tahun.
menyebabkan kecendrungan untuk tidak bisa 3. Penyakit Yang Diderita
menjaga keseimbangan badan yang Penelitian ini memiliki responden dengan
mengakibatkan resiko jatuh. diagnosa penyakit dominan adalah HT
(Hipertensi) dan LBP (Low Back Pain)
sebanyak 23 lansia (35,4%). Aktifitas fisik
atau olahraga merupakan media terbuka yang lansia memiliki banyak keterbatasan fisik
dapat dimanfaatkan oleh lansia sesuai dengan dengan beberapa diagnosa penyakit yang
kemampuan, kesenangan, tujuan dan menyebabkan lansia tidak mampu melakukan
kesempatan yang dimiliki oleh setiap orang. aktivitas fisik. Bahkan terdapat lebih dari 10
Latihan olahraga pada lansia harus orang lansia yang kriteria Total care dimana
disesuaikan dengan kemampuan individu lansia membutuhkan bantuan petugas dalam
masing-masing berdasarkan kemampuan melaksanakan aktivitas hariannya.
fisik, kebutuhan, dan tujuan melakukan Kurangnya latihan fisik pada lansia
aktivitas olahraga tersebut dan penyakit disebabkan karena lansia tidak termotivasi
bawaan yang dibawa oleh lansia. dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan
Penelitian Weni (2016) lansia dengan latihan fisik, sebagian besar lansia akan
diagnosa penyakit tertentu memerlukan media melakukan latihan fisik jika sudah didorong
olah raga yang berbeda-beda. Banyak lansia oleh keluarganya, dan tenaga kesehatan untuk
dengan diagnosa penyakit tertentu malah melaksanakan latihan fisik (Erwin, 2010).
tidak disarankan untuk melakukan banyak Aktivitas olahraga senam lansia ini akan
aktvitas fisik karena dikhawatirkan akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena
menyebabkan kecelakaan fatal pada lansia. melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung
4. Motivasi Melakukan Latihan Fisik bekerja optimal, dan membantu
Data hasil penelitian tentang motivasi menghilangkan radikal bebas yang
melakukan latihan fisik menunjukkan bahwa berkeliaran di dalam tubuh (Wilson, 2006).
sebagian besar lansia yaitu 35 lansia (53,8%) Rendahnya motivasi dalam melakukan
memiliki motivasi yang rendah dalam olahraga senam lansia disebabkan oleh resiko
melakukan latihan fisik. Motivasi yang ada di jatuh pada lansia, faktor usia, pengetahuan,
dalam diri individu yang mendorong untuk pendidikan, herediter, faktor lingkungan,
bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan faktor fasilitas, program dan aktifitas, audio
fisik seperti kebutuhan jasmani, raga, materi visual, sertas situasi dan kondisi lansia
benda atau berkaitan dengan alam. Faktor (Rurmi, 2005)
fisik berhubungan dengan kondisi seseorang Orang lanjut usia pada umumnya
meliputi kondisi panca indra, stamina yang menyadari bahwa mereka berubah lebih
baik dan mampu beraktifitas dan lambat dan koordinasi gerakannya kurang
keseimbangan porsi tidur (Rurmi, 2005). begitu baik di banding masa muda mereka.
Lansia yang memiliki kondisi fisik yang kuat Perubahan dalam kemampuan motorik ini di
atau sehat akan termotivasi melakukan sebabkan oleh pengaruh fisik dan psikologis.
olahraga senam lansia. Pada penelitian ini Penyebab fisik yang mempengaruhi
kemampuan otot juga menjadi salah satu panti sosial tresna werdha khusnul khotimah
faktor penyebab risiko jatuh. pekanbaru.
Faktor intrinsik tersebut terjadi akibat
gangguan muskuloskeletal misalnya Ucapan Terima Kasih
menyebabkan gangguan gaya berjalan, Peneliti mengucapkan terima kasih untuk
kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan semua orang yang terlibat dalam penelitiaan
sendi. Sinkope yaitu kehilangan kesadaran ini, terkhusus untuk ayahanda dan Ibunda dan
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh kedua saudara kandung saya serta seluruh
berkurangnya aliran darah ke otak dengan keluarga besar yang telah banyak membantu
gejala lemah, penglihatan gelap, keringat peneliti baik secara moral maupun materil dan
dingin, pucat dan pusing (Shobha, 2015). terimasih kepada Panti Sosial Tresna Werdha
Sejalan dengan penelitian Rita (2005) Khusnul Khotimah Pekanbaru yang telah
mengenai pengaruh keseimbangan dan resiko memfasilitasi, membantu, dan mengizinkan
jatuh pada lansia juga menunjukan hasil yang melakukan penelitian.
sama pada penelitian ini, dimana hasil
penelitian menjukkan lansia pada panti Referensi
Werdha Kota Sleman Jogjakarta yang terdiri Azizah, (2011). Keperawatan Lanjut Usia.
Edisi 1.Yogyakarta : GrahaIlmu
dari 80 lansia memiliki rsiko jatuh tinggi
Azizah. (2017). Hubungan Antara Aktivitas
sebanyak 80%. Fisik Dengan Resiko Jatuh Pada Lanjut
Usia Di Desa Jaten Kecamatan Juwiring
Klaten. Skripsi: Fakultas Ilmu Kesehatan
Kesimpulan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Darmojo, R. (2011). Buku Ajar Geriatic
Berdasarkan penelitian yang telah
(IlmuKesehatanLanjutUsia) edisike –
dilakukan diketahui bahwa Sebagian besar 4.Jakarta:BalaiPenerbit FKU
Darsono, (2010). Belajar dan Pembelajaran,
responden terdiri dari jenis kelamin
Semarang : IKIP Semarang Press
perempuan, Rerata umur responden lansia Dinkes Provinsi Riau, (2017). Profil
Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2017,
adalah 70,85 tahun, minimal 53 tahun,
Pekanbaru:Dinkes Provinsi Riau
maksimal 92 tahun. Sebagian besar responden Djamarah, (2012). Psikologi Belajar, Jakarta:
PT. Rineka Cipta
menderita penyakit hipertensi dan low back
Dwiguna, (2010). Panduan Gereontologi.
pain (LBP). Sebagian besar motivasi Jakarta:Gramedia
Effendi, (2009). Keperawatan Kesehatan
melakukan latihan fisik pada lansia rendah.
Komunitas: Teori dan. Praktek Dalam
Sebagian besar resiko jatuh pada lansia Keperawatan. Jakarta: Salemba medika
Erwin, (2010). Motivasi Lansia dalam Senam
beresiko jatuh tinggi. dan Terdapat hubungan
Lansia di Panti Werdha Jogjakarta.
yang signifikan antara motovasi melakukan Skripsi: Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
latihan fisik dengan resiko jatuh pada lansia di